BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Tergantung : Gaya Manajemen Konflik 2. Variabel Bebas : Kompetensi Komunikasi Interpersonal 1. Gaya Manajemen Konflik B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Gaya manajemen konflik adalah skor yang diperoleh subjek setelah menjawab Self-Assessment Test for Conflict Management (Strong Foundation, 2004). Skala tersebut terdiri dari 15 aitem yang bertujuan untuk mengungkap gaya manajemen konflik yang dimiliki subjek. Semakin tinggi skor yang diperoleh pada suatu aspek akan menunjukkan bahwa gaya manajemen konflik subjek mengarah ke aspek tersebut, dan sebaliknya jika skor yang diperoleh semakin rendah pada suatu aspek maka akan menunjukkan bahwa gaya manajemen konflik subjek tidak mengarah ke aspek tersebut. 30
2. Kompetensi Komunikasi Interpersonal Kompetensi komunikasi interpersonal adalah skor yang diperoleh subjek setelah menjawab Interpersonal Communication Competence Scale (Puggina dan Silva, 2014). Skala tersebut terdiri dari 17 aitem yang bertujuan untuk mengungkap kompetensi komunikasi interpersonal yang dimiliki subjek. Skor yang tinggi menunjukkan kompetensi komunikasi interpersonal yang mendekati ideal, sedangkan skor yang rendah menunjukkan kompetensi komunikasi interpersonal yang kurang terasah. C. Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah menantu perempuan yang masih memiliki ibu mertua dan tinggal bersama dengan beliau, masih memiliki suami dan usia pernikahannya minimal 1 tahun. D. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah dengan menggunakan angket yang berisikan dua skala yaitu skala manajemen konflik dan kompetensi komunikasi interpersonal. Kedua skala tersebut dibuat berdasarkan aspek-aspek dari masing-masing variabel. 31
1. Skala Gaya Manajemen Konflik Skala ini disusun penulis dengan mengadaptasi dari skala milik Strong Foundation (2004) untuk mengetahui mengenai gaya manajemen konflik pada para menantu perempuan dalam menghadapi konflik dengan ibu mertuanya. Skala pengukuran terdiri dari aitem favorable yang secara keseluruhan berjumlah 15 butir. Sistem penilaian dalam skala ini menggunakan model Likert, yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial (Sugiyono, 2008) dengan pilihan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Penilaian aitem-aitem favorable bergerak dari 1 hingga 4. Pengukuran reliabilitas skala dilakukan dengan uji statistic Cronbach s Alpha. Tabel 1 Distribusi Aitem Skala Gaya Manajemen Konflik Gaya Aitem Pernyataan (Favorable) Jumlah Kompetisi 1, 9, 12 3 Akomodasi (2), 7, 11 3 Kompromi 3, 6, (15) 3 Penghindaran 4, (8), 14 3 Kolaborasi 5, 10, 13 3 Jumlah 15 Keterangan: Aitem dalam kurung merupakan aitem gugur. 2. Skala Kompetensi Komunikasi Interpersonal Skala ini disusun penulis berdasarkan skala yang dikembangkan oleh Puggina dan Silva (2014) untuk mengetahui tingkat kompetensi komunikasi 32
interpersonal pada para menantu perempuan. Skala pengukuran terdiri dari aitem favorable dan unfavorable yang secara keseluruhan berjumlah 17 butir. Sistem penilaian dalam skala ini menggunakan model Likert dengan pilihan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S), dan Sangat Sesuai (SS). Penilaian aitem-aitem favorable bergerak dari 1 hingga 4 untuk aitem favorable dan 4 hingga 1 untuk aitem unfavorable. Pengukuran reliabilitas skala akan dilakukan dengan uji statistic Cronbach s Alpha. Tabel 2 Distribusi Aitem Skala Komunikasi Interpersonal Aspek Aitem Pernyataan Favorable Unfavorable Jumlah Kontrol Lingkungan 2, 3, 4 1 4 Pengungkapan Diri 5, 6, 7, 8-4 Sikap Asertif 9, 10, 12 11 4 Manajemen Interaksi 13, 14-2 Kesegeraan 15, 16, 17-3 Jumlah 17 E. Validitas dan Reliabilitas Untuk mencapai tingkat objektivitas hasil yang akurat, maka alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini harus memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Reliabilitas penting karena mampu membuat seseorang memiliki suatu kepercayaan bahwa pengukurannya mendekati kebenaran. Validitas juga penting karena hal ini menunjukkan bahwa pengukurannya mengukur apa yang diharapkan. Namun demikian, pengukuran bisa saja dapat dipercaya tetapi tidak valid, sedangkan pengukuran yang vaid berarti dapat dipercaya (Goodwin, 1995). 33
1. Validitas Suatu pengukur perilaku dianggap valid jika ia mengukur apa yang alat ukur tersebut telah didesain untuk mengukur suatu hal tertentu. Terkadang suatu pengukuran diasumsikan untuk memiliki derajat validitas karena akan menjadi masuk akal (Goodwin, 1995). 2. Reliabilitas Secara umum, pengukuran perilaku seseorang dikatakan dapat dipercaya jika hasilnya konsisten atau ajeg dan berulang-ulang akan sama hasilnya jika diukur lagi (Goodwin, 1995). Ditegaskan pula oleh Goodwin bahwa suatu pengukur perilaku yang dapat dipercaya adalah fungsi dari jumlah error measurement yang ada. Jika ada suatu kesalahan yang besar, reliabilitasnya rendah, dan begitu pula sebaliknya. Menurut Azwar (2005), tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas. Koefisien reliablitas umunya berkisar antara 0,0 hingga 1. Jika koefisien reliabilitasnya (r xx ) adalah 1, maka dapat dikatakan hasil ukurnya memiliki konsistensi. Namun, dalam pengukuran aspek-aspek psikologis dan sosial yang banyak mengandung eror dalam diri manusia sebagai subjek, koefisien reliabilitas tidak selalu mencapai 1. Koefisien alat ukur dianggap memuaskan jika mencapai minimal 0,900. 34
F. Metode Analisis Data Untuk menguji hipotesis yang diajukan bahwa ada hubungan antara manajemen konflik dan komunikasi interpersonal pada menantu perempuan, analisis data yang digunakan adalah Product Moment Pearson dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Package for Social Science) for Windows Release 16.0. Penggunaan analisis ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara manajemen konflik dan kompetensi komunikasi interpersonal pada menantu perempuan. 35