BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. selamat sehingga tidak terjadi kecelakaan. Untuk itu harus diketahui risiko-risiko

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi,

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) CABANG RANTAU PRAPAT. Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah hal baru. Jika listrik mulai

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB II PROFIL INSTITUSI. A. Sejarah Ringkas PT PLN Unit Induk Pembangunan II Medan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

BAB 7 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil wawancara dengan berpedoman pada Internal Control

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA MEDAN. Listrik mulai dikenal di Indonesia pada akhir abad ke-19 yaitu pada masa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semenjak terjadinya revolusi industri di Inggris pada akhir abad ke -

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB II PROFIL PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA MEDAN. Listrik mulai dikenal di Indonesia pada akhir abad ke-19 yaitu pada masa

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB II PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA. 1. Keberhasilan yang dicapai Sebelum Kemerdekaan Sampai 1965

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja masih merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan manfaat namun juga dampak risiko yang ditimbulkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri. Perkembangan teknologi telah mengangkat standar hidup manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PT PLN (PERSERO) PIKITRING SUAR MEDAN

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

UNSAFE ACTION PEKERJA KONSTRUKSI PADA K3 PROYEK KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja juga tinggi (Ramli, 2013). terjadi kecelakaan kasus kecelakaan kerja, 9 pekerja meninggal

BAB II PROFIL PT PLN (PERSERO) UPT MEDAN. Listrik mulai dikenal di Indonesia pada akhir abad ke-19 yaitu pada masa

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara


BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labour Organization (ILO), bahwa di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja pada bidang tertentu (Undang-Undang Republik Indonesia, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis di era globalisasi saat ini, menuntut perusahaan berlomba-lomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Proses industrialisasi masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN. maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa arus globalisasi tersebut membawa

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB II PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA AREA MEDAN. Listrik mulai dikenal di Indonesia pada akhir abad ke-19 yaitu pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia secara umum diperkirakan termasuk rendah, padahal tenaga kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas merupakan salah satu faktor yang mendominasi suatu perusahaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap produksi digunakan secara aman dan efisien. Keselamatan dan kesehatan kerja juga mengandung nilai perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013). Berdasarkan PP RI No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, keselamatan dan kesehatan kerja ialah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia PER-01/MEN/I/2007 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), definisi keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan, dan penyakit akibat kerja. Menurut Suma mur (2006), keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Keselamatan kerja merupakan hal yang berkaitan dengan mesin, alat, bahan, dan proses kerja guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan seluruh aset produksi agar terhindar dari kecelakaan kerja atau kerugian lainnya (Budiono, 1

2 2009). Adapun menurut Suma mur (2016), keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja, dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Menurut Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, kecelakaan kerja ialah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 609 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja, pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Kecelakaan kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses. Juga kecelakaan ini biasanya terjadi akibat kontak dengan suatu zat atau sumber energi. Secara umum kecelakaan kerja dibagi menjadi dua golongan, yaitu : kecelakaan industri (industrial accident) ialah kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja dan kecelakaan dalam perjalanan (community accident) ialah kecelakaan

3 yang terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja (Budiono, 2009). Setiap kecelakaan baik cedera pada manusia, kebakaran, dan kerusakan material dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan sehingga berakibat fatal terhadap kelangsungan kegiatan produksi. Kerugian akibat kecelakaan dikategorikan atas kerugian langsung (direct cost) dan kerugian tidak langsung (indirect cost). Kerugian langsung (direct cost) adalah kerugian akibat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak terhadap organisasi, seperti cedera pada tenaga kerja dan kerusakan pada sarana produksi. Kerugian tidak langsung (indirect cost) adalah kerugian yang tidak terlihat sehingga sering disebut juga sebagai kerugian tersembunyi (hidden cost), seperti kerugian akibat terhentinya proses produksi, penurunan produksi, klaim atau ganti rugi, dampak sosial, citra, dan kepercayaan konsumen (Ramli, 2013). Fridayanti (2016), mengemukakan bahwa kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan, yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas. Jika perusahaan kurang memperhatikan pentingnya penerapan keselamatan dan kesehatan pekerja, maka kemungkinan terjadinya risiko kecelakaan akan tinggi dan kerugian perusahaan akan meningkat. Sedangkan menurut Tarwaka (2016), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau

4 properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Berdasarkan data dari ILO (International Labour Organization) pada tahun 2015, menyebutkan bahwa satu pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja. ILO juga mencatat, 153 pekerja di dunia mengalami kecelakaan kerja setiap 15 detik. Di Indonesia angka kecelakaan kerja masih tergolong tinggi. Data yang diperoleh dari Jamsostek, menunjukkan bahwa angka kecelakaan kerja pada tahun 2011 mencapai 99.491 kasus. Setiap tahun kasus kecelakaan kerja tersebut terus meningkat seiring dengan berkembangnya dunia industri di Indonesia. Hal ini terlihat dari data Jamsostek pada tahun 2012, kecelakaan kerja mencapai angka 103.000 kasus dengan rata-rata pekerja meninggal setiap hari sebanyak sembilan orang. Kecelakaan kerja telah membuat kerugian bagi negara hingga Rp 280 Triliun. Sama halnya dengan tahun 2013, berdasarkan data dari Jamsostek tercatat setiap hari satu pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Jumlah tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 103.285 kasus kecelakaan kerja. Adapun pada tahun 2014, menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan tercacat 105.383 kasus kecelakaan kerja. Pada tahun 2015 jumlah kecelakaan kerja sebesar 105.182 kasus. Pada tahun 2016 angka kecelakaan kerja mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 101.367 kasus kecelakaan kerja.

5 Menurut Tarwaka (2008), tingginya angka kecelakaan kerja di Indonesia antara lain disebabkan oleh faktor manusia (unsafe human acts), berupa tindak perbuatan manusia yang tidak mengalami keselamatan seperti tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD), bekerja tidak sesuai SOP (Standart Operational Procedure) atau IK (Instruksi Kerja), bekerja sambil bergurau, meletakkan alat atau barang tidak benar, sikap kerja yang tidak benar, kelelahan, kebosanan, dan sebagainya. Selain faktor manusia juga disebabkan faktor lingkungan (unsafe condition), berupa keadaan lingkungan yang tidak aman, seperti mesin tanpa pengaman, peralatan kerja yang sudah tidak baik tetapi masih dipakai, cuaca, dan kebisingan. Selain itu, keterbatasan pegawai pengawas untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja juga tidak maksimal. Salah satu upaya agar dapat menghindari atau menekan terjadinya kecelakaan kerja ialah dengan menjadikan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai kewajiban yang nantinya akan menguntungkan bagi perusahaan. Usaha-usaha pencegahan kecelakaan atau kerugian akibat kerja harus direncanakan, diorganisir, diarahkan dan diawasi secara terpadu dalam kegiatan produksi. Usaha ini, selain dapat meningkatkan mutu keselamatan dan kesehatan kerja, juga akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi perusahaan sehingga terhindar dari kecelakaan kerja maupun kerugian-kerugian lainnya (Budiono, 2009). Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mendefinisikan

6 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat dengan SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi, dan lingkungan yang terintegrasi salah satunya dalam rangka menciptakan nihil kecelakaan pada tempat kerja. Dalam menciptakan sebuah tempat kerja yang bebas dari kecelakaan kerja, diperlukan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja berupa kepemimpinan dan komitmen yang komprehensif yang dilaksanakan oleh semua elemen dalam perusahaan mulai dari lapisan atas sampai ke lapisan bawah. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Marisca (2013), Hasil penelitian menyatakan bahwa dalam mengantisipasi dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, pemerintah mewajibkan setiap perusahaan konstruksi menerapkan SMK3. Perusahaan telah membangun komitmen dan kebijakan K3 berdasarkan pada identifikasi bahaya penilaian risiko, telah melakukan perencanaan SMK3, pengukuran, evaluasi, dan tinjauan ulang serta melakukan penerapan SMK3 dengan baik. Untuk meningkatkan pelaksanaan SMK3 agar memberikan hasil maksimal perlu sosialisasi berbagai informasi tentang SMK3 pada seluruh tenaga kerja dan dilakukan pengawasan oleh pihak manajemen atas pelaksanaan SMK3 di perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Debi (2016), Hasil penelitian tentang Faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan

7 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki komitmen berupa Expro House Rules, rencana keselamatan dan kesehatan kerja serta izin kerja, menyediakan anggaran khusus serta fasilitas dan personil keselamatan dan kesehatan kerja, memiliki organisasi dan prosedur tanggap darurat, serta kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang disusun oleh manajemen puncak. Melakukan Safety Meeting setiap tanggal 24, Toolbox Talk selama 15-20 menit setiap hari, Safety Induction kepada tamu, karyawan dan kontraktor, memasang rambu-rambu keselamatan serta melakukan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang mencakup mandatory, job spesific, dan non-mandatory. Melaksanakan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja secara terjadwal, menggunakan metode Top Set Investigation pada penyelidikan kecelakaan kerja. Melakukan evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja serta memiliki Risk Assessment Form. Penelitian yang dilakukan oleh Noer (2013), memaparkan bahwa penelitian ini ialah mengetahui bagaimana kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja Mitra Produksi Sigaret (MPS) KUD Tani Mulyo Lamongan, mengetahui kesesuaian kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dengan peraturan yang berlaku, dan mengetahui komitmen kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai upaya perlindungan tenaga kerja pada MPS KUD Tani Mulyo Lamongan. Untuk mengetahui komitmen kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di MPS KUD Tani Mulyo, peneliti meneliti 4 elemen, yaitu sumber daya, komunikasi dan kepedulian, pelatihan dan kompetensi, serta tugas dan wewenang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (a) MPS KUD Tani mulyo telah berkomitmen dengan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja. (b) Elemen sumber daya, dengan

8 telah menepatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3) pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan, yaitu dengan diketuai oleh direktur utama secara langsung, menyediakan sumber daya manusia, sarana, dan anggaran/dana yang diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja. (c) Elemen komunikasi dan kepedulian, MPS KUD Tani Mulyo hendaknya perlu memperhatikan motivasi karyawan dalam berperilaku sehingga tujuan akhir proses komunikasi dapat tercapai yaitu berperilaku aman dan dengan menerapkan sistem hadiah dan hukuman dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. (d) Elemen pelatihan dan kompetensi, MPS KUD Tani Mulyo melaksanakan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi personel dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja. (e) Elemen tugas dan wewenang MPS KUD Tani Mulyo telah menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab dan wewenang yang jelas. (f) MPS KUD Tani berhasil dalam komitmennya untuk melindungi karyawannya dengan keberhasilan penerapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja, hal ini dapat dibuktikan dengan selalu diraihnya penghargaan zero accident (kecelakaan nihil) sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2011. Penghargaan nihil kecelakaan kerja diberikan dalam bentuk piagam dan bendera emas yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia PER-01/MEN/I/2007 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kepada perusahaan yang telah berhasil mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja tanpa menghilangkan waktu kerja.

9 Sejarah keberadaan PT. PLN (Persero) Wilayah Indonesia yaitu pada tahun 1893 dan di Wilayah Sumatera Utara pada tahun 1923, yakni ketika perusahaan swasta belanda bernama NV NIGEM / OGEM (Overzeese Gase dan Electritiest Maathappy) membangun sentral listrik di tanah pertapakan yang saat ini menjadi lokasi kantor PLN Cabang Medan di Jl. Listrik No. 8 Medan. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan pada tahun 1924, Tebing Tinggi tahun 1927, Sibolga (oleh NV ANIWM) Berastagi dan Tarutung tahun 1929, Tanjung Balai tahun 1931, Labuhan Bilik tahun 1936, dan Tanjung Tiram pada tahun 1937. PT. PLN (Persero) Area Medan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri tenaga listrik yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah RI No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, produksi yang dilakukan ialah pemeliharaan jaringan distribusi dan penjualan tenaga listrik. Pemeliharaan ini dilakukan untuk mengganti komponen-komponen yang rusak dalam sistem tenaga listrik serta melakukan pemeliharaan atau perawatan terhadap sistem tenaga listrik untuk mencegah kerusakan. Operasi yang dilaksanakan ialah operasi pemeliharaan jaringan listrik yang dilakukan dalam keadaan bebas tegangan antara lain pemeliharaan meter transaksi yang disebabkan karena meter rusak ataupun tua. Selain kegiatan tersebut, operasi yang dilaksanakan yakni pemeliharaan pada jaringan distribusi tenaga listrik yang dilakukan dalam keadaan bertegangan yaitu sebesar 20 kv, seperti pemasangan jumper, pemasangan isolator tumpu, dan juga pemasangan fuse cut out pada gardu

10 distribusi. Kegiatan ini merupakan operasi dengan risiko yang sangat tinggi yaitu terjatuh dari tiang listrik dan tersengat listrik yang dapat mengakibatkan luka bakar yang serius bahkan kematian. Penjualan tenaga listrik yaitu layanan listrik pra bayar dan pasca bayar. Layanan listrik pra bayar yakni pelanggan harus membayar terlebih dahulu energi listrik yang akan dikonsumsinya. Besar tenaga listrik yang telah dibeli oleh pelanggan dimasukkan ke dalam Meter Pra Bayar (MPB) yang terpasang di lokasi pelanggan melalui sistem token. Sedangkan layanan listrik pasca bayar yakni pelanggan pasca bayar menggunakan listrik terlebih dahulu, kemudian membayar tagihan rekening listrik pada bulan berikutnya. Pembayaran tagihan rekening listrik diawali dari sistem pembacaan meter ke pelanggan PLN oleh petugas pembaca meter. Hasil pembacaan meter merupakan jumlah kwh yang digunakan oleh pelanggan PLN yang akan di catat dalam hasil pembacaan meter. Setelah hasil pembacaan meter didapatkan, kemudian dilakukan proses penghitungan jumlah rupiah sesuai tarif dasar listrik. PT. PLN (Persero) Area Medan mampu mencapai nihil kecelakaan (zero accident), dimana tidak terjadi kecelakaan di tempat kerja yang dapat mengakibatkan pekerja tidak dapat melaksanakan proses produksi dengan lancar selama 2 x 24 jam dan hal ini mampu bertahan selama jangka waktu tertentu. Kriteria penilaian nihil kecelakaan kerja yang merujuk pada peraturan pemerintah yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No. 1 Tahun 2007 tentang Pedoman Pemberian Penghargaan Keselamatan dan

11 Kesehatan Kerja (K3) juga sudah mewakili kondisi nyata yang ada di perusahaan tersebut. Perusahaan ini diberikan penghargaan kecelakaan nihil (zero accident) oleh pemerintah atas prestasinya melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dalam mencapai nihil kecelakaan kerja yakni tanpa kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan pekerja sementara tidak mampu bekerja selama 2 x 24 jam, terhitung sejak tanggal 1 Juni 2012 sampai dengan 29 Dsember 2016. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, PT. PLN (Persero) Area Medan telah menerapkan komitmen perusahaan yang tergambar dari mematuhi peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja, kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dengan adanya kebijakan atau peraturan yang menjadi pedoman untuk melaksanakan tugas para pegawai, komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja yakni melakukan safety meeting secara terjadwal, briefing 15-20 menit sebelum bekerja, dan safety induction serta pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu adanya pelatihan sesuai dengan jenis pekerjaan pegawai, inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja secara terjadwal maupun mendadak dan melakukan penyelidikan kecelakaan serta evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan secara terjadwal. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan (zero accident) di PT. PLN (Persero) Area Medan.

12 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini ialah faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan (zero accident) di PT. PLN (Persero) Area Medan Tahun 2017. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan (zero accident) di PT. PLN (Persero) Area Medan Tahun 2017. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan (zero accident) di PT. PLN (Persero) Area Medan. 2. Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen PT. PLN (Persero) Area Medan untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik di PT. PLN (Persero) Area Medan. 3. Sebagai tambahan informasi bagi penelitian berikutnya khususnya mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan (zero accident).