Saniyatun Mar'atus Solihah

dokumen-dokumen yang mirip
TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kekayaan Indonesia dalam keanekaragaman jenis tumbuhan merupakan hal

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SMP NEGERI 3 MENGGALA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. selebihnya tumbuh di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Tentang : Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

INVENTARISASI DAN SEBARAN ANGGREK HUTAN DI PATTUNUANG, KABUPATEN MAROS, SULAWESI SELATAN

PENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

KEANEKARAGAMAN ANGGREK DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH ANAI KABUPATEN TANAH DATARSUMATERA BARAT. Oleh. Mira Febriani¹, Nursyahra 1, Des 2

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang

I. PENDAHULUAN. Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa dilindungi

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.83/Menhut-II/2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2011 TENTANG KEBUN RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KERAGAMAN JENIS ANGGREK DI KAWASAN HUTAN TAMAN EDEN 100 KABUPATEN TOBA SAMOSIR, SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2017, No Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

ABSTRACT ABSTRAK. Kata kunci : CITES, Perdagangan Hewan Langka, perdagangan ilegal

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Keberadaan hutan di Indonesia mempunyai banyak fungsi dan

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

Written by Admin TNUK Saturday, 31 December :26 - Last Updated Wednesday, 04 January :53

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

situ berperan dalam rangka mengurangi laju degradasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kondisi hutan di Cagar Alam Gunung Ambang pada ketinggian 1500-


IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.2

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan

ORCHIDACEAE PULAU RUBIAH KOTA MADYA SABANG PROVINSI ACEH

INVENTARISASI JENIS-JENIS ANGGREK DI SAMOSIR UTARA KABUPATEN SAMOSIR, PROVINSI SUMATERA UTARA

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

Universitas Gadjah Mada; Universitas Gadjah Mada ABSTRAK

KONSERVASP ANGGREK JAWA TIMUR Dlb KEBUN RAUA PURWODADh ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati dianggap sangat penting untuk kehidupan

Jenis Jenis Anggrek yang Terdapat di Sumatera Utara

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nom

BAB I. PENDAHULUAN. bagi makhluk hidup. Keanekaragaman hayati dengan pengertian seperti itu

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dan memiliki begitu banyak potensi alam. Potensi alam tersebut berupa

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. benua dan dua samudera mendorong terciptanya kekayaan alam yang luar biasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR

Eksplorasi dan Karakterisasi Tanaman Anggrek di Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan satu dari sedikit tempat di dunia dimana penyu laut

I. PENDAHULUAN. lebih dari jenis tumbuhan terdistribusi di Indonesia, sehingga Indonesia

Transnational Organized Crime (TOC)

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.39/Menhut-II/2012 TENTANG

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. flora yang dapat ditemukan adalah anggrek. Berdasarkan eksplorasi dan

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal di seluruh dunia dengan kekayaan anggreknya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menguntungkan antara tumbuhan dan hewan herbivora umumnya terjadi di hutan

Raden Fini Rachmarafini Rachmat ( ) ABSTRAK

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

RENCANA STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

I. PENDAHULUAN. Dari sebelas Taman Hutan Raya yang ada di Indonesia, salah satu terdapat di

Transkripsi:

KOLEKSI, STATUS DAN POTENSI ANGGREK DI KEBUN RAYA LIWA Saniyatun Mar'atus Solihah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya - LIPI email: sani_sms@rocketmail.com Foto: Wisnu H.A. ABSTRACT Bunga Corymborkis veratrifolia Liwa Botanic Gardens (LBG) is one of botanic gardens Indonesia focusing on the conservation of "Indonesian Ornamental Plants". Orchid collection in the LBG consist of 805 specimens, which included in 425 collection number. All orchid collections in the LBG are included in CITES Appendix II. Based on the Indonesian Government Regulation No.7, 1999 about Preservation of Flora and Fauna, there are 3 species collection in LBG, i.e: Grammatophyllum speciosum, Phalaenopsis amboinensis and Vanda sumatrana. While according to IUCN Red List 2014 there are 2 species least concern that are Claderia viridiflora and Coelogyne foerstermanni. Some orchids have economic prospects that includes Grammatophyllum scriptum, G. speciosum, Dendrobium spp., Phalaenopsis spp., Calanthe triplicata, Cymbidium finlaysonianum, Acriopsis javanica, Nervilia aragoana, and Corymborkis veratrifolia. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki keanaekaragaman hayati tinggi. Namun, akhirakhir ini keanekaragaman hayati di Indonesia mulai berkurang akibat adanya kerusakan habitat, pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan, dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu upaya untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati di Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan konservasi secara ex situ dalam bentuk kebun raya. Kebun raya adalah kawasan konservasi tumbuhan secara ex situ yang memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata berdasarkan klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik, atau kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan (Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 2011 tentang Kebun Raya). Keanekaragam hayati tinggi yang dimiliki 15

Indonesia tidak cukup diwakili dengan adanya 4 kebun raya (Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Purwodadi, Kebun Raya Cibodas dan Kebun Raya Eka Karya Bali) yang dikelola oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Akan tetapi dibutuhkan beberapa kebun raya lain yang dapat mewakili kekhasan flora dari masing-masing ekoregion. Salah satu kebun raya yang memiliki kekhasan flora ekoregion hutan hujan pegunungan Sumatera adalah Kebun Raya Liwa (KRL). Lokasi kebun raya ini terletak di Kota Liwa, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Lampung Barat sendiri merupakan kabupaten konservasi, karena 76,28% luas wilayahnya adalah kawasan hutan (Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Hutan Lindung, dan Hutan Produksi) sementara areal budidaya hanya 23,28% saja. Oleh karena itu, kabupaten Lampung Barat merupakan kawasan yang sangat tepat untuk pengembangan kawasan konservasi tumbuhan ex situ. Kekayaan sumberdaya hayati yang dimiliki Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) sangat tinggi, terutama kekayaan anggrek alamnya yang masih belum banyak terungkap. Namun, upaya konservasi anggrek di Indonesia masih lemah khususnya di Kabupaten Lampung Barat. Meski sudah ada peraturan pemerintah, namun lemahnya pelaksanaan peraturan di Indonesia yang menjadi faktor utama kerusakan habitat serta eksploitasi berlebihan oleh kolektor yang menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup anggrek. Herlina (2012) menyebutkan bahwa anggrek merupakan nontimber forest product yang cukup komersial menjadikan semakin diburu oleh pihak-pihak yang hanya mementingkan ekonomi semata. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha inventarisasi dan konservasi anggrek guna mengelola dan melestarikan anggrek. Salah satu upaya pelestarian anggrek yaitu konservasi secara ex situ di KRL. Sesuai dengan temanya, peran KRL adalah menjadi tempat konservasi ex situ tumbuhan hias Indonesia, serta menjadi representasi vegetasi TNBBS khususnya. Kondisi ekologis yang mendukung menjadikan anggrek tumbuh dengan sangat baik di TNBBS. Menurut Indarto (2011) Indonesia memiliki jenis anggrek terbanyak kedua setelah Brazil. Sebanyak 26.000 jenis anggrek yang ada di dunia, 5.000 diantaranya berada di Indonesia. Lebih lanjut Comber (2001), melaporkan bahwa jumlah anggrek di Jawa sebanyak 731 jenis, Sumatera sebanyak 1.118 jenis, Kalimantan sebanyak 2.000 jenis, Maluku sebanyak 820 jenis, dan 548 jenis terdapat di Sulawesi. Sedangkan menurut laporan Tropical Forest Conservation Action of Sumatera (2014) di TNBBS terdapat 126 jenis anggrek. KEADAAN UMUM KEBUN RAYA LIWA KRL berada di Kota Liwa yang terletak di Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat. Daerah ini merupakan pegunungan yang dikelilingi bukit-bukit berlereng cukup terjal dengan kemiringan lereng antara 10% - 40% serta sedikit dataran yang relatif sempit pada bagian tengah kota. Kawasan KRL memiliki ketinggian tanah berkisar antara 890 948 meter di atas permukaan laut. Kondisi topografi kawasan berkontur secara bervariasi dengan ketinggian tanah yang berbeda-beda. Suhu udara rata-rata adalah 19 C dengan kelembaban udara relatif tinggi (50-80%) dan curah hujan lebih dari 3.500 mm/tahun. Ermayuli (2011) melaporkan bahwa menurut klasifikasi Oldemann dan Las Davies (1999), Kota Liwa memiliki iklim tipe A berada di sebelah Barat TNBBS dan tipe iklim B berada di sebelah Timur TNBBS (Gambar 1). KOLEKSI ANGGREK DI KEBUN RAYA LIWA Pengkayaan koleksi anggrek di KRL diperoleh dari kegiatan eksplorasi dan sumbangan. Hingga November 2013 terdapat 384 nomor hasil eksplorasi dan 41 nomor hasil sumbangan dari Kebun Raya Bogor. Eksplorasi dilakukan di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan 16

Gambar 1. Lokasi Kebun Raya Liwa (TNBBS) pada ketinggian 0 2.000 meter di atas permukaan laut. Eksplorasi untuk pengkayaan koleksi tumbuhan di KRL dilakukan sejak tahun 2011. Pelaksanaan dan hasil eksplorasi tumbuhan anggrek untuk pengkayaan KRL dapat dilihat pada Tabel 1. Sampai November 2013 jumlah total koleksi anggrek KRL adalah 805 spesimen yang termasuk dalam 425 nomor koleksi (60 marga, yang teridentifikasi sampai tingkat jenis sebanyak 214 nomor koleksi). Semua koleksi anggrek di KRL di tanam di Vak A (Gambar 2.) Jumlah nomor koleksi paling banyak adalah dari marga Dendrobium yaitu 48 nomor, diikuti oleh Eria sebanyak 40 nomor dan Bulbophyllum sebanyak 38 nomor. Hasil ini dapat dilihat pada Grafik 1. STATUS ANGGREK DI KEBUN RAYA LIWA CITES atau konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar spesies terancam adalah perjanjian internasional antarnegara yang disusun berdasarkan resolusi sidang anggota International Union for Conservation of Nature (IUCN) tahun 1963 (Indarto, 2011). Perdagangan internasional anggrek alam sangat dibatasi, apalagi jika sampai menyebabkan kepunahan. Pihak yang melanggar dapat diperkarakan ke pengadilan dan diancam hukuman pidana 5 tahun serta didenda 100 juta rupiah (Intisari, 2004). Penggolongan status Tabel 1. Pelaksanaan dan hasil eksplorasi tumbuhan anggrek di Kebun Raya Liwa. Ekplorasi Waktu Pelaksanaan (Tahun) I. 2011 Lokasi kawasan TNBBS resort Kubu Perahu, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Ketinggian (m dpl.) Jumlah koleksi anggrek (nomor koleksi) 890-948 163 II. 2012 III. 2013 kawasan TNBBS resort Sukaraja, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung kawasan TNBBS resort Merpas, Kabupaten Kaur, Provinsi Bengkulu dan Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung. 600-710 70 0 430 91 IV. 2013 kawasan TNBBS resort Sekincau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung 1.100 1.719 60 Total 384 17

Gambar 2. Koleksi Anggrek di Kebun Raya Liwa. Marga Vanda Trichotosia Thrixspermum Thecostele Spathoglottis Sarcostoma Pomatocalpa Podochilus Pholidota Phaius Nervilia Micropera Malaxis Luisia Lepidogyne Hippeophyllum Grosourdya Goodyera Eulophia Dipodium Dendrobium Corymborchis Claderia Ceratostylis Cadetia Bogoria Arundina Anoectochilus Adenoncos Acanthephippium 0 10 20 30 40 50 60 Nomor Koleksi Grafik 1. Koleksi anggrek di Kebun Raya Liwa 18

menurut CITES dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu Apendiks I, Apendiks II dan Apendiks III. Apendiks I adalah daftar seluruh jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional (800 jenis). Apendiks II adalah daftar jenis yang tidak terancam kepunahan, tapi akan terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan (32.500 jenis). Apendiks III adalah daftar jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi di negara tertentu dalam batas-batas kawasan habitatnya, dan suatu saat peringkatnya bisa dinaikkan ke dalam Apendiks II atau Apendiks I (300 jenis). Status semua koleksi anggrek di KRL menurut CITES (2014) adalah masuk dalam kategori Apendiks II, sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, ada 3 jenis anggrek koleksi KRL yang di lindungi pemerintah Indonesia yaitu Grammatophyllum speciosum (anggrek tebu), Phalaenopsis amboinensis (anggrek bulan ambon) dan Vanda sumatrana (Vanda sumatera). Jenis-jenis anggrek yang dilindungi menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dapat dilihat pada Tabel 2. Status konservasi koleksi anggrek di KRL menurut IUCN Red List (2014) ada 2 jenis yaitu Claderia viridiflora dan Coelogyne foerstermannii (Least Concern ver 3.1). POTENSI ANGGREK DI KEBUN RAYA LIWA Sebenarnya banyak jenis-jenis anggrek di Sumatera yang berpotensi, seperti sebagai tanaman hias dan tumbuhan obat, namun masyarakat belum memanfaatkan secara maksimal. Potensi anggrek sebagai tanaman hias sangat mendorong usaha konservasi terutama oleh para pencinta anggrek untuk melakukan budidaya. Jenis- jenis anggrek koleksi Kebun Raya Liwa yang berpotensi sebagai tanaman hias antara lain Cymbidium finlaysonianum (Gambar 3a), Grammatophyllum scriptum (Gambar 3b), G. speciosum (Gambar 3c), jenis-jenis dari marga Dendrobium dan Phalaenopsis. Menurut Sulistiarini (2008) anggrek Grammatophyllum Tabel 2. Jenis anggrek di Indonesia yang dilindungi menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. No. Nama Ilmiah Nama Indonesia 1 Ascocentrum miniatum** Anggrek kebutan 2 Coelogyne pandurata* Anggrek hitam 3 Corybas fornicates** Anggrek koribas 4 Cymbidium hartinahianum* Anggrek hartinah 5 Dendrobium catinecloesum** Anggrek kerawai 6 Dendrobium d albertisii** Anggrek albert 7 Dendrobium lasianthera** Anggrek stuberi 8 Dendrobium macrophyllum** Anggrek jamrud 9 Dendrobium ostrinoglossum** Anggrek karawai 10 Dendrobium phalaenopsis** Anggrek larat 11 Grammatophyllum papuanum** Anggrek raksasa Irian 12 Grammatophyllum speciosum** Anggrek tebu 13 Macodes petola** Anggrek ki aksara 14 Paphiopedilum chamberlainianum** Anggrek kasut kumis 15 Paphiopedilum glaucophyllum* Anggrek kasut berbulu 16 Paphipedilum praestans** Anggrek kasut pita 17 Paraphalaenopsis denevei** Anggrek bulan bintang 18 Paraphalaenosis laycockii** Anggrek bulan Kalimantan Tengah 19 Paraphalaenopsis serpentilingua** Anggrek bulan Kalimantan Barat Keterangan: * Apendiks I ** Apendiks II 19

Warta Kebun Raya 13(1), Mei 2015 Tabel 2. Lanjutan No. 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Nama Ilmiah Phalaenopsis amboinensis** Phalaenopsis gigantean** Phalaenopsis sumatrana** Phalaenopsis violacose** Renanthera matutina** Spathoglottis zurea** Vanda celebica** Vanda hookeriana** Vanda pumila** Vanda sumatrana** Nama Indonesia Anggrek bulan Ambon Anggrek bulan raksasa Anggrek bulan Sumatera Anggrek kelip Anggrek jingga Anggrek sendok Vanda mungil Minahasa Vanda pensil Vanda Sumatra scriptum dapat berpotensi sebagai tanaman hias berpotensi sebagai obat dari berbagai Negara, dalam pot dan induk silangan. Karena selain seperti D. crumenatum berpotensi sebagai obat warna bunganya indah, yaitu kuning berbercak tetes telinga dan C. triplicata sebagai obat sakit coklat, ketahanan mekarnya cukup lama, serta perut. Anonim (2013) dan Topriyani (2013) bunganya cukup banyak dan gagangnya kuat. menyebutkan bahwa selain sebagai tanaman hias Marga Dendrobium dan Phalaenopsis sudah lama D. crumenatum dapat dijadikan sebagai salah dikenal sebagai tanaman hias, bahkan satu alternatif obat untuk penyakit kanker otak, Dendrobium termasuk marga yang disukai oleh batuk kering (antifusif) dan rematik karena konsumen karena perawatanya mudah, bahkan di kandungan kimia yang ada pada jenis anggrek ini Pulau Jawa sudah banyak dibudidayakan. Anggrek berupa fenol, kardenolin, flavonoid dan Cymbidium finlaysonianum juga indah sebagai polifenol. Rifai (1975) melaporkan bahwa di Jawa bunga pot, rangkaian bunganya menjuntai ke Barat, umbi semu A. javanica digunakan untuk bawah, berwarna coklat kemerahan. Sastrapradja menurunkan demam dan menaikkan tekanan et al., (1976) melaporkan Phalaenopsis darah, sedangkan air perasan umbi digunakan amboinensis sudah lama diperdagangkan sebgai sebagai obat tetes telinga. Di Maluku, umbi semu tanaman hias dalam pot, jenis anggrek ini masih G. scriptum digunakan untuk mencegah sakit tumbuh meliar di hutan. Marga Spathoglottis dan beri-beri dan sebagai obat sariawan, sedangkan Calanthe di daerah sekitar Kebun Raya belum bijinya untuk mengobati disentri. Menurut Burkill banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias, (1935), air rebusan dari daun anggrek tanah N. namun di daerah lain sudah dimanfaatkan seperti aragoana berpotensi sebagai pencegah penyakit Spathoglottis plicata dan Calanthe triplicata. setelah melahirkan dan umbinya enak dimakan mentah sebagai penyegar. Penelitian Puy dan Crib Pemanfaatan anggrek sebagai tumbuhan obat (1988) melaporkan bahwa akar dari C. sudah diketahui sejak dahulu, namun tidak finlaysonianum sebagai bahan campuran untuk sepopuler potensinya sebagai tanaman hias obat penyakit kaki gajah dan air perasaan daun C. (Sulistiarini, 2008). Jenis anggrek koleksi Kebun veratrifolia yang masih segar berpotensi sebagai Raya Liwa yang berpotensi sebagai obat ada 7 obat muntah pada anak yang demam. jenis, antara lain Dendrobium crumenatum (Gambar 3d), Calanthe triplicata (Gambar 3e), PENUTUP Corymborkis veratrifolia (Gambar 3f), 20 Grammatophyllum scriptum (3b), Acriopsis Berdasarkan uraian di atas dapat simpulkan javanica (Gambar 3h), Nervilia aragoana (Gambar bahwa koleksi anggrek di KRL adalah berjumlah 3g), Cymbidium finlaysonianum (3a). Lawler 805 spesimen yang termasuk dalam 425 nomor (1984) melaporkan ada 53 jenis anggrek yang koleksi dengan jumlah nomor koleksi paling

Warta Kebun Raya 13(1), Mei 2015 a b c d e f g h Gambar 3. a) Cymbidium finlaysonianum, b) Grammatophyllum scriptum, c) Grammatophyllum speciosum, d) Dendrobium crumenatum, e) Calanthe triplicata, f) Corymborkis veratrifolia, g) Nervilia aragoana, h) Acriopsis javanica. 21

banyak adalah dari marga Dendrobium yaitu sebanyak 48 nomor. Status semua koleksi anggrek di KRL menurut CITES (2014) adalah masuk dalam kategori Apendiks II, menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, ada 3 jenis anggrek koleksi KRL yang di l i n d u n g i Pe m e r i n t a h I n d o n e s i a y a i t u Grammatophyllum speciosum, Phalaenopsis amboinensis dan Vanda sumatrana, sedangkan menurut daftar IUCN Red List 2014 ada 2 jenis anggrek yaitu Claderia viridiflora dan Coelogyne foerstermannii dengan status konservasi Least Concern Ver 3.1. Jenis-jenis anggrek koleksi KRL yang berpotensi sebagai tanaman hias dan obat antara lain Grammatophyllum scriptum, G. speciosum, Dendrobium spp. dan Phalaenopsis spp., Calanthe triplicata, Cymbidium finlaysonianum, Acriopsis javanica, Nervilia aragoana, dan Corymborkis veratrifolia. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Program Prioritas Nasional 9 atas segala bentuk dukungan dalam pengembangan Kebun Raya Daerah dan kepada seluruh staf teknis Kebun Raya Liwa yang telah membantu dalam pengamatan dan pemeliharaan koleksi anggrek. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Khasiat Anggrek Merpati. http://beritaanggrek.blogspot.com/2013/ 03/khasiat-anggrek-merpati.html. Diakses tanggal 2 November 2014. Burkill, I.H. 1935. A Dictionary of the Economic Products of the Malay Peninsula. Vol. II. Governments of The Straits Settlements and Federated Malay States by the Crown Agents for the Colonies 4 Milleank, London, S.W.1.1550 1551. Comber, J. B. 2001. Orchids of Sumatra. The Royal Botanic Gardens, Kew. Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora. 2014. http://www.cites.org/. Diakses tanggal 6 Januari 2014. Ermayuli, E. 2011. Gambaran Umum Kabupaten L a m p u n g B a r a t. http://digilib.unila.ac.id/553/5/ermayuli _Bab%20IV.pdf. Diakses tanggal 1 Juni 2014. Herlina. 2012. Konservasi Anggrek Phalaenopsis dengan Perbanyakan Biji Secara In Vitro. Iptek Hortikultura 8:29-35. Indarto, N. 2011. Pesona Anggrek, Petunjuk Praktis dan Budidaya dan Bisnis Anggrek. Cahaya Atma. Yogyakarta. International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources. 2014. http://www.iucnredlist.org/. Diakses tanggal 1 Juni 2014. Lawler, J.L. 1984. Ethnobotany of the Orchidaceae. Dalam J. Arditti (Ed.) Orchid Biology Reviews and perspectives III. Comstock Publishing, Associates a division of Cornell University Press. pp: 27 149. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 93 Tahun 2011 Tentang Kebun Raya. Puy, D.D. dan P. Cribb. 1988. The Genus Cymbidium. Christopher Helm London. Timber Press Portland, Oregon. 48 49. Rifai, M.A. 1975. Extraordinary of Orchids in Indonesia. Paper presented by the Indonesian delegation at the First Asean Orchid Congress, Bangkok. pp: 1 11. Sastrapradja, S., R.E. Nasution, Irawati, M. Imelda, S. Idris, S. Soerohaldoko, dan W. Roedjito. 1976. Anggrek Indonesia. Lembaga Biologi Nasional LIPI, Bogor. Hal: 46 47. Sulistiarini, D. 2008. Keanekaragaman Jenis Anggrek Pulau Wawonii. Berkala Penelitian Hayati 14:21 27. 22

Topriyani, R. 2013. Aktivitas Antioksidan Dan Karakter Anatomi Organ Vegetatif A n g g r e k M e r p a t i ( D e n d r o b i u m Crumenatum Swartz.). Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakrata. Tropical Forest Conservation Action of Sumatera. 2014. Bukit Barisan Selatan. http://www.tfcasumatera.org/bukitbarisan-selatan/. Diakses tanggal 1 Juni 2014. 23