BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Kantor Akuntan Publik adalah suatu kantor akuntan swasta yang melaksanakan jasa-jasa pemeriksaan, perpajakan, manajemen, akuntansi, dan pembukuan (Hartadi, 2004:9). Kinerja KAP yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja akuntan publik. Akuntan publik mempunyai peran terutama dalam peningkatan kualitas dan kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan suatu perusahaan. Akuntan publik mengemban kepercayaan masyarakat untuk memberikan opini atas laporan keuangan suatu perusahaan. Meningkatnya iklim persaingan dunia usaha, salah satunya yaitu pemberian jasa oleh KAP, menuntut setiap akuntan publik untuk memperbaiki kinerja demi meningkatkan kualitas audit. Kinerja sering digunakan sebagai salah satu tolok ukur untuk menentukan suatu pekerjaan dapat dikatakan baik atau sebaliknya (Rustiarini, 2013). Kinerja auditor adalah perwujudan kerja yang dilakukan dalam mencapai hasil kerja yang lebih baik atau lebih menonjol ke arah tercapainya tujuan organisasi (Hanif, 2013). Kinerja auditor menjadi perhatian utama, baik bagi klien maupun publik dalam menilai hasil audit yang dilakukan (Maulana, dkk., 2012). Seorang auditor yang independen akan mengambil keputusan tidak berdasarkan kepentingan klien, pribadi, maupun pihak lainnya, 1
melainkan berdasarkan fakta dan bukti yang berhasil dikumpulkan selama penugasan (Hery, 2005 dalam Agustina, 2009). Profesi sebagai akuntan publik atau auditor independen memiliki peranan yang penting dalam masyarakat. Hal ini menyebabkan para pengguna laporan keuangan seperti investor dan kreditur sangat dipengaruhi oleh pendapat auditor yang disampaikan dalam bentuk opini audit sebelum membuat keputusan untuk investasi maupun memberikan kredit. Auditor juga mempunyai peran penting khususnya dalam hal peningkatan kualitas dan kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan suatu entitas. Adanya kasus-kasus mengenai pelanggaran audit juga dapat memengaruhi penilaian publik atas kinerja auditor sehingga dapat memengaruhi kepercayaan masyarakat serta klien terhadap auditor. Salah satu contoh kasus di Indonesia seperti yang dikutip dari media online (htpp://davidparsaoran.wordpress.com), yaitu kasus PT Kimia Farma Tbk yang melakukan overstated pada laba bersih per 31 Desember 2001. Kesalahan penyajian tersebut disebabkan karena PT. Kimia Farma menggelembungkan nilai pada daftar harga persediaan serta melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada unit-unit yang tidak dilakukan sampling oleh auditor sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT. Kimia Farma Tbk dinyatakan ikut bersalah dalam manipulasi laporan keuangan karena sebagai auditor independen seharusnya mengetahui apakah laporan-laporan yang 2
diauditnya berdasarkan laporan fiktif atau tidak. Dengan adanya kasus seperti ini, kedua auditor tersebut akan cenderung dinilai memiliki kinerja yang buruk oleh publik. Hal tersebut akan memengaruhi keputusan klien untuk menggunakan jasa profesional mereka selanjutnya. Berdasarkan kasus tersebut, penulis menyadari betapa pentingnya penilaian kinerja bagi auditor. Satu kesalahan yang dilakukan oleh auditor dapat memengaruhi penilaian atas kinerja auditor yang nantinya dapat berdampak pada adanya pergantian auditor maupun memengaruhi fee audit yang diterima dari klien. Bagi auditor sendiri sangat penting untuk mempertahankan kinerja yang baik agar mampu tetap bersaing dan memperoleh lebih banyak klien. Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) sebagai salah satu lembaga di bawah Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan memiliki peranan penting dalam penilaian kinerja auditor khususnya akuntan publik. PPPK bertugas dalam penyiapan rumusan kebijakan, pembinaan, pengembangan, pengawasan, dan pengenaan sanksi administratif atas profesi keuangan, salah satunya akuntan publik. Salah satu sanksi administratif yang diberikan pada akuntan publik adalah pembekuan izin baik bagi akuntan publik maupun KAP. Pengenaan sanksi tersebut lebih lanjut dituangkan dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia dan dipublikasikan dalam laman resmi PPAK. Adanya transparansi atas pelanggaran yang dilakukan oleh akuntan publik menyebabkan publik dengan mudah mengetahui buruknya kinerja auditor tersebut dan bagi klien sendiri tentu akan menjadi pertimbangan dalam memilih auditor serta KAP. Sebagai akuntan publik, keberadaan PPPK ini tentu menjadi perhatian utama dalam 3
mempertahankan kinerja mereka agar tidak melakukan satu pelanggaran yang dapat berakibat pembekuan izin akuntan publik. Kinerja auditor yang buruk dalam menjalankan tugas tentu dipengaruhi oleh kondisi di mana auditor rentan mengalami stres kerja. Kondisi kerja yang kurang kondusif dapat memengaruhi kinerja auditor sehingga dapat memengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap auditor sebagai pihak yang independen dalam pengauditan laporan keuangan (Hanif, 2013). Auditor sering dihadapkan pada kondisi kerja yang kurang kondusif serta harus berinteraksi dengan banyak orang baik di dalam maupun luar organisasi dengan harapan yang berbeda dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut dapat menyebabkan auditor mengalami tekanan peran (role stress) (Santoso, 2012). Tiga elemen tekanan peran seperti yang dinyatakan oleh Fogarty et al. (2000) yaitu konflik peran (role conflict), ketidakjelasan peran (role ambiguity), dan kelebihan peran (role overload). Adanya tekanan peran merupakan suatu hal yang berpengaruh bukan hanya terhadap auditor dalam kaitannya dengan kinerja auditor itu sendiri namun juga terhadap KAP tempat mereka bekerja. Penelitian Baker (1977) dalam Mutiasri dan Ghozali (2006) menyatakan bahwa profesi auditor memiliki potensi konflik dan ketidakjelasan peran yang tinggi. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian Miller et al. (1988) dalam Mutiasri dan Ghozali (2006) yang menyatakan bahwa profesi auditor merupakan salah satu dari sepuluh profesi yang mengandung tingkat stres tertinggi di Amerika Serikat. 4
Konflik peran muncul karena adanya ketidaksesuaian antara harapan yang disampaikan pada individual di dalam organisasi dengan orang lain di dalam dan di luar organiasi (Fanani, dkk., 2008). Konflik peran juga dapat muncul ketika auditor menerima beberapa perintah yang berbeda dan kesulitan untuk menyesuaikan berbagai peran yang dimiliki dalam waktu yang bersamaan. Seperti misalnya, perintah pertama berasal dari kode etik profesi akuntan sedangkan perintah kedua berasal dari sistem pengendalian yang berlaku di KAP (Lubis, 2011:56). Ketidakjelasan peran terjadi karena kadangkala klien meminta layanan lain yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan konflik antara tugas yang diemban oleh KAP dan permintaan yang disampaikan klien sehingga memengaruhi kinerja auditor (Maulana, dkk., 2012). Kelebihan peran muncul dari konflik harapan bahwa seseorang dapat melaksanakan banyak tugas yang mustahil untuk dikerjakan dalam waktu yang terbatas. Tidak adanya perencanaan kebutuhan tenaga kerja dapat membuat auditor mengalami kelebihan peran, terutama pada masa peak season di mana KAP kebanjiran pekerjaan dan staf auditor yang tersedia harus mengerjakan semua pekerjaan pada periode waktu yang sama (Agustina, 2009). Selain dipengaruhi oleh adanya tekanan peran (role stress), bagi auditor sendiri tekanan waktu merupakan kondisi yang tidak dapat dihindari dalam menghadapi iklim persaingan. Auditor harus mampu mengalokasikan waktu secara tepat dalam menentukan besarnya biaya audit. Pengalokasian waktu dalam pelaksanaan audit sangat berpengaruh terhadap biaya audit, di mana alokasi waktu 5
yang terlalu lama akan menambah biaya audit yang dampaknya akan mengurangi fee audit yang diterima auditor, sebaliknya audit yang diselesaikan tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang ditentukan akan memberikan dampak baik bagi auditor dalam hal penerimaan fee audit (Jemada dan Yaniartha, 2013). Ahituv et al. (1998) menyatakan bahwa tekanan anggaran waktu merupakan faktor yang memengaruhi kinerja seorang. Motivasi yang mendasari bahwa penelitian ini perlu dilakukan adalah sebagai berikut: pertama, auditor seringkali menghadapi tekanan dalam memperbaiki produktivitasnya. Salah satu cara untuk keluar dari tekanan tersebut adalah dengan memperbaiki kinerja auditor (Mutiasri dan Ghozali, 2006). Kedua, untuk memperoleh generalisasi hasil penelitian sebab terdapat ketidakkonsistenan dari beberapa hasil pengujian sebelumnya. Ketidakkonsistenan hasil penelitian tersebut dapat terlihat dari hasil penelitian Fanani, dkk. (2008), Agustina (2009), Putra dan Ariyanto (2012), Maulana, dkk. (2012), serta Ermawati, dkk. (2014) yang menyatakan bahwa konflik peran berpengaruh terhadap kinerja auditor, namun penelitian Rahayu (2002), Widyastuti dan Sumiati (2011), Santoso (2012), serta Gunawan dan Ramdan (2012) menyatakan bahwa konflik peran tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Agustina (2009), Widyastuti dan Sumiati (2011), Santoso (2012), serta Gunawan dan Ramdan (2012) menyatakan bahwa ketidakjelasan peran berpengaruh terhadap kinerja auditor, namun Fanani, dkk. (2008), Putra dan Ariyanto (2012), serta Maulana, dkk. (2012) menyatakan bahwa ketidakjelasan peran tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Penelitian Agustina (2009), Widyastuti dan Sumiati (2011), serta Santoso (2012) juga 6
menyatakan bahwa kelebihan peran berpengaruh terhadap kinerja auditor namun penelitian Gunawan dan Ramdan (2012) menyatakan bahwa kelebihan peran tidak berpengaruh terhadap kinerja. Ketidakkonsistenan hasil penelitian tersebut memotivasi penulis untuk melakukan penelitian kembali. Adanya ketidakkonsistenan hasil tersebut, salah satunya disebabkan adanya variabel lain yang dapat memperkuat maupun memperlemah pengaruh antara variabel bebas yaitu konflik peran, ketidakjelasan peran, dan kelebihan peran terhadap variabel terikat yaitu kinerja auditor. Penulis di sini menggunakan variabel tekanan waktu sebagai variabel pemoderasi karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Donelly et al. (2003) yang dilakukan pada auditor Big 6 di Singapura menunjukkan bahwa sebanyak 89% auditor yang mengalami tekanan waktu pernah terlibat dalam salah satu tindakan yang dapat mengurangi kualitas audit dan kinerja auditor tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan Coram et al. (2003) dalam Rustiarini (2013) juga menyatakan bahwa alokasi waktu yang terbatas menyebabkan 63% auditor senior di Australia melakukan tindakan-tindakan yang mengurangi kualitas audit meskipun sebagian dari auditor tersebut melakukan tugas audit yang berisiko rendah. Hasil-hasil tersebut kemudian dipertegas oleh hasil penelitian Pierce dan Sweeney (2004) dalam Rustiarini (2013) yang menyatakan bahwa adanya penurunan kinerja auditor disebabkan karena singkatnya waktu penugasan audit yang diberikan, bahkan waktu tersebut lebih singkat dibandingkan waktu yang seharusnya dialokasikan untuk suatu pekerjaan. 7
Menurut Gasperz (2014), ketika auditor berhadapan dengan anggaran waktu yang dirasakan memberikan tekanan karena meningkatnya kompleksitas tugas, masalah yang berasal dari klien, ketidakefisienan auditor itu sendiri, dan anggaran waktu yang tidak realistis mendorong auditor melakukan tindakan yang tidak konsisten dengan perilaku dan kepercayaan yang diyakini sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, dengan kata lain tekanan waktu yang diterima auditor tersebut akan berdampak pada menurunnya kinerja auditor. Apabila dikaitkan pada kondisi tekanan peran yang dihadapi selama penugasan audit, hal tersebut cenderung memiliki pengaruh untuk memperkuat atau memperlemah hubungan antara tekanan peran dalam hal ini konflik peran, ketidakjelasan peran, dan kelebihan peran terhadap kinerja auditor. Atas dasar latar belakang tersebut, maka penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti pengaruh konflik peran, ketidakjelasan peran, dan kelebihan peran terhadap kinerja auditor dengan tekanan waktu sebagai pemoderasi pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah konflik peran berpengaruh terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali? 2) Apakah ketidakjelasan peran berpengaruh terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali? 8
3) Apakah kelebihan peran berpengaruh terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali? 4) Apakah tekanan waktu memoderasi pengaruh konflik peran terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali? 5) Apakah tekanan waktu memoderasi pengaruh ketidakjelasan peran terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali? 6) Apakah tekanan waktu memoderasi pengaruh kelebihan peran terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah penelitian tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk menganalisa pengaruh konflik peran terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali. 2) Untuk menganalisa pengaruh ketidakjelasan peran terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali. 3) Untuk menganalisa pengaruh kelebihan peran terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali. 4) Untuk mengetahui apakah tekanan waktu dapat memoderasi pengaruh konflik peran terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali. 5) Untuk mengetahui apakah tekanan waktu dapat memoderasi pengaruh ketidakjelasan peran terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali. 9
6) Untuk mengetahui apakah tekanan waktu dapat memoderasi pengaruh kelebihan peran terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu: 1) Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai perilaku dan kinerja auditor, serta membantu memperoleh bukti empiris bagi akademisi dan peneliti lain terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku auditor dan kondisi kerja yang dapat berpengaruh terhadap kinerja auditor. 2) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis terhadap auditor terutama dalam mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku auditor yang dapat memengaruhi kinerja auditor. Selain itu, bagi penelitian selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah referensi secara luas dan mendalam berkaitan dengan faktor-faktor dalam perilaku auditor dan kondisi kerja yang dapat memengaruhi kinerja auditor. 10
1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini tersusun menjadi lima (5) bab di mana antara bab satu dengan bab lainnya memiliki keterkaitan hubungan. Gambaran dari masing-masing bab adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini menjabarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini menjabarkan teori-teori penunjang terhadap masalah yang diangkat dalam skripsi ini meliputi teori peran, tekanan peran, auditing, jenis-jenis auditor, akuntan publik, kode etik akuntan publik, konflik peran, ketidakjelasan peran, kelebihan peran, tekanan waktu, dan kinerja auditor serta rumusan hipotesis. Bab III Metode Penelitian Bab ini menjabarkan desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian. Bab IV Data dan Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menjabarkan gambaran umum Kantor Akuntan Publik, karakteristik responden, deskripsi dari masing-masing variabel yang diteliti, hasil penelitian, serta pembahasan hasil dalam penelitian. 11
Bab V Simpulan dan Saran Bab ini menjabarkan simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan penelitian ini beserta saran-saran yang dianggap perlu bagi para peneliti selanjutnya dan organisasi Kantor Akuntan Publik pada khususnya. 12