BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar ini merupakan kelanjutan dari ondernemingonderneming yang ada masa kolonial. Onderneming-onderneming ini sebagian besar dimiliki oleh pengusaha Belanda, dan sebagian lainnya milik pengusaha Barat lain seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Belgia. Perkebunan milik onderneming-onderneming milik pengusaha Belanda kemudian dinasionalisasi. Sementara itu milik bukan pengusaha Belanda meski tidak dinasionalisasi tetapi banyak yang berganti nama. Onderneming milik Belanda kemudian diambil pemerintah sebagai perkebunan negara, sedangkan milik non pengusaha Belanda menjadi perkebunan swasta. Salah satu perkebunan swasta di Sumatera Utara adalah perusahaan P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk., yang sering disingkat dengan P.T. London Sumatra, atau P.T. Lonsum. Perusahaan perkebunan swasta ini sebelumnya bernama Harrison & Crossfield Ltd 1, yang didirikan pengusaha Inggris di tahun 1906 yang membudidayakan kakao, kopi dan teh sebagai tanaman produksi, di wilayah Deli Serdang, Langkat dan Asahan. Pada tahun 1964, Harrison & Crossfield Ltd berganti nama menjadi P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. yang berpusat di Medan. Sejak saat itu 1 Haluddin Panjaitan, Obtimalisasi Biaya Produksi Miyak Sawit di Pabrik Minyak Nabati P.T London Sumatera Indonesia, Medan: USU. 1991. Hlm.11
perkembangan areal perkebunan bertambah luas dan mencapai areal baru di Sumatera Selatan dan wilayah Jawa. Beberapa tahun berikutnya P.T. London Sumatera melebarkan wilayah perkebunannya ke Indonesia bagian Timur yaitu Sulawesi dan Kalimantan 2. Di samping berkembangnya luas areal, dan diikuti dengan pertambahan tenaga kerja yang diserap, sejak tahun 1974, khususnya di era 1970-an, P.T London Sumatera tidak lagi mengandalkan tanaman kopi, kakao dan teh, tetapi budidaya tanaman karet. Tanaman ini sebagai tanaman pokok hanya berlangsung beberapa saat saja untuk kemudian beralih ke tanaman kelapa sawit 3. Perubahan tanaman utama ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan. Salah satunya adalah pangsa pasar hasil perkebunan, di mana tanaman kelapa sawit lebih memberikan peluang apabila dibandingkan dengan tanaman yang lainnya. Sejak tahun 1980-an P.T. London Sumatra menggeser tanaman karet menjadi tanaman kelapa sawit hingga sampai saat ini. Dari hasil tanaman produksi kelapa sawit, maka P.T. Lonsum menjadi perusahaan perkebunan yang bertaraf internasional 4. Perkembangan P.T. London Sumatera sejak tahun 1964 hingga tahun 1980-an tentu memberikan kontribusi, tidak saja kepada perusahaan sendiri tetapi juga kepada sektor perekonomian di Indonesia umumnya dan Sumatera Utara pada khususnya. Perkembangan ini meliputi beberapa aspek seperti ekosistem 2 Ibid. 12 3 Bakti Tarigan, Penggunaan Metode Produksi Back Ward Memetakan Persamaan Penduga Jumlah Produksi Karet di P.T. London Sumatera, Medan: Lembaga Penelitian USU, 1994. Hal 2 4 Biro Pusat Statistik, Statistik Perkebuanan Besar 1986, Jakarta: BPS. 1986. Hlm. 65
lingkungan, perekrutan tenaga kerja dan kontribusi dalam bentuk pajak perkebunan. Di samping itu P.T Lonsum yang banyak memberikan kontribusi besar di bidang sosial, olah raga, agama dan pendidikan, serta bidang kemasyarakatan lainnya. Penelitian ini akan membahas perkembangan P.T. London Sumatera, khususnya di Sumatera Utara serta kontribusinya di Sumatera Utara selama periode 1964 sampai 1990. Wilayah penelitian melingkupi wilayah areal perkebunan P.T London Sumatra yang ada di propinsi Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan P.T. London Sumatra memiliki areal yang cukup luas yang tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Oleh sebab itu penulis lebih memfokuskan pada P.T. London Sumatra yang ada di Sumatera Utara. Lagi pula perusahaan ini berpusat di Medan dan secara historis awal perkembangannya juga berasal dari wilayah ini. Periode 1964 1990 didasarkan pada beberapa alasan. Tahun 1964 sebagai awal periode penelitian didasarkan karena di tahun itulah P.T. London Sumatra berubah nama dari Harrison & Crosfield menjadi PT. London Sumatra. Tahun 1990 sebagai akhir periode penentuan didasarkan pada kenyataan sekitar tahun inilah P.T. London Sumatra mengalami perkembangan yang luar biasa, terutama sesudah beralihnya tanaman dari karet menjadi kelapa sawit yang menempatkannya menjadi perusahaan yang berlevel internasional. Walaupun demikian penelitian ini juga akan mendeskripsikan sejarah P.T. Lonsum sebelum tahun 1964. Tujuannya adalah agar diperoleh gambaran tentang P.T. Lonsum
sebelum tahun 1964 sehingga dapat menjadi perbandingan dengan perkembangannya di tahun 1964-1990. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang akan dibahas dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan P.T. Lonsum di Sumatera utara sebelum tahun 1964 2. Bagaimana Perkembangan P.T. Lonsum Periode 1964-1990 3. Apa kontribusi P.T. Lonsum di Sumatera utara terhadap pembangunan dan masyarakat sekitar di Sumatera Utara. 1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menguraikan perkembangan P.T. Lonsum sebelum tahun 1964. 2. Mengetahui perkembangan P.T. Lonsum di Sumatera utara periode 1964-1990 3. Mengetahui kontribusi P.T. Lonsum di Sumatera Utara terhadap perekonomian di Sumatera utara Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk 1. Menambah referensi tentang sejarah perkebunan swasta, khususnya di Sumatera Utara.
2. Menjadi masukan bagi P.T. Lonsum sehingga dapat lebih mengembangkan perusahaannya di masa yang akan datang. 3. Menjadi acuan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan terhadap subsektor perkebunan swasta, khususnya di Sumatera Utara. 1.4 Tinjauan Pustaka Kajian tentang Sejarah Perkebunan, tidak terlepas dari segi-segi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Untuk itulah seorang penulis yang meneliti Sejarah Perkebunan harus dilengkapi dengan pendekatan berbagai segi yaitu teori ilmu sosial seperti Sosiologi, Antropologi, Politik dan Ekonomi sebagai upaya mengupas peristiwa sejarah lebih dalam lagi. 5 Biro Pusat Statistik dalam laporannya yang berjudul Statistik Perkebunan Besar 1986, menguraikan hasil analisa terhadap perkebunanperkebunan besar tahun 1986, menjelaskan bagaimana gambaran keadaan perkebunan-perkebunan besar di Indonesia pada tahun 1986. Hasil analisa ini menjelaskan bahwa perkebunan-perkebunan sangat besar kontribusinya terhadap pendapatan nasional dan kepada masyarakat di sekitarnya. Salah satu peran berdirinya sebuah perusahaan perkebunan adalah menyerap banyak tenaga banyak kerja, sebab perkebunan pada dasarnya menggunakan buruh atau tenaga kerja sebagai tenaga pokok. Dikarenakan usaha perkebunan kurang membutuhkan 5 Sartono Kartodirdjo, Beberapa Kecenderungan Dari Study Sejarah di Indonesia Dalm Sejarah Indonesia Dalam Monograf, Yoyakarta: Jurusan Sejarah Dan Geografi Sosial IKIP Sanata Dharma. 1980. Hlm.9
pekerjaan mesin, maka secara otomatis ketika perkebunan dibuka akan menyerap tenaga kerja yang besar. 6 Penjelasan berikutnya diuraikan tentang arti penting sistem perkebunan terhadap kehidupan sekitar. Perkebunan pada dasarnya adalah penanaman tanaman-tanaman keras, yang umur tanamannya tergolong panjang, bukan seperti tanam non perkebunan lainnya. Penanaman tanaman produksi berarti melakukan penghijauan kembali, walaupun hal ini tidak sebagai tujuan langsung. Tanaman perkebunan akan mempengaruhi ekosistem lingkungan, sebab tanaman perkebunan pada dasarnya sama dengan proses biologis tanaman yang lain. 7 Perkebunan sedikit banyaknya turut menjaga kelestarian alam, penjagaan antara kadar air dalam tanah, pertukaran udara dan ekosistem yang lainnya. Departemen penerangan dalam buku yang diterbitkannya dengan judul, Peranan Komoditi Perkebunan Sebagai Sumber Devisa Negara, menjelaskan, bagaimana kedaan Indonesia sebagai wilayah yang subur sangat orientik dijadikan sebagai wilayah perkebuanan. Tanah yang subur, dan keadaan alam tetap stabil tanpa musim-musim tertentu yang durasi waktunya sangat lama 8. Kondisi alam ini akan menjadi faktor utama yang mendukung alam Indonesia sangat sesuai dijadikan sebagai budidaya tanaman Perkebunan. Pertumbuhan tanaman tetap terjamin sebab lingkungan sangat mendukung. Untuk itulah, pemerintah memberikan peluang yang besar terhadap pembukaan lahan perkebunan dengan proses yang tidak menyulitkan. 6 Biro Pusat Statistik, Statistik Perkebuanan Besar 1986, Jakarta: BPS. 1986. Hal 3 7 Ibid 8 Departemen Penerangan RI, Peranan Komodity Perkebunan Sebagai Sumber Devisa Negara 1979-1980, Jakarta 1982. Hlm.2
Buku ini menjelaskan, hasil-hasil dari produksi tanaman perkebunan yang pada dasarnya tingkat pemasarannya berlevel internasional. Proses ini berdampak pada meningkatnya taraf perekonomian Indonesia di pasaran internasional, seperti yang terjadi sejak tahun 1968 di Indonesia telah mampu mengekspor produksi perkebunan keluar negeri seperti karet, teh, kopi, coklat, minyak kelapa sawit, kina, tebu dan komoditi tanaman perkebunan lainnya. Pada babakan selanjutnya, buku ini menjelaskan bahwa pulau Sumatera menduduki peringkat pertama dalam penyediaan lahan perkebunan baik perkebunan swasta maupun perkebunan yang dikelola oleh pemerintah (PTPN). Sumatera Utara menduduki peringkat pertama dalam hal ini. 1.5 Metode Penelitian Penelitian ini bersifat desikriptif naratif, dimana penulis pertama-tama akan menguraikan latar-belakang sejarah perkebunan di Sumatera Utara, terbentuknya perkebunan P.T London Sumatera hingga perusahaan ini menjadi perusahaan yang berlevel internasional. Metode yamg digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi heuristik atau pengumpulan sumber penelitian, verifikasi, interpretasi dan historiografi 9. Heuristik atau pengumpulan sumber penelitian dilakukan untuk mendapatkan data, baik yang bersifat lisan maupun tulisan. Meskipun demikian dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan sumber-sumber tertulis. Sumber-
sumber tulisan mencakup buku, artikel, majalah, terbitan berkala serta arsip-arsip P.T. London Sumatra. Sumber-sumber ini terutama diperoleh di perpustakaan P.T. London Sumatera di jalan Perintis Kemerdekaan Medan, BKSPPS jalan Palang Merah Medan dan Perpustakaan PUSLIT kelapa sawit jalan Brigjend Katamso Medan. Sumber-sumber yang diperoleh kemudian diverifikasi dengan kritik sumber yang meliputi kritik intern dan ekstern. Kritik intern ditujukan untuk memperoleh dokumen yang kredibel dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis. Di sisi lain kritik ekstern ditujukan untuk memperoleh data yang otentik, dengan cara menyesuaikan dengan jiwa jaman. Langkah yang selanjutnya adalah interpretasi yang bertujuan untuk menganalisis dan menafsirkan data dengan menggunakan metode komparatif (perbandingan) dari sejumlah data yang ada dan penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang perkebunan P.T. London Sumatra. Langkah ini kemudian dilanjutkan dengan penulisan atau historiografi. Historiografi yaitu menyusun fakta menjadi hasil penelitian yang bentuknya adalah karya tulis sejarah yang deskriptif analisis. Dari fakta fakta tentang perkebunan P.T London Sumatra di masa lampau yang sudah diuji dengan metode sejarah, akan ditulis berdasarkan kronologi waktu. 9 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (Terj. Nugroho Notosusanto). Jakarta: UI-PRESS,