BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II P.T PP LONDON SUMATERA INDONESIA TBK. SEBELUM TAHUN 1964

BAB I PENDAHULUAN. sawit. Petani tidak akan mampu memenuhi persyaratan-persyaratan ini sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

PERANAN PERKEBUNAN KARET JALUPANG TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT CIPEUNDEUY KABUPATEN SUBANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang dan mempengaruhi setiap individu di dalam masyarakat tersebut 1. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. bukunya Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pertama kali dirintis oleh Jacobus

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian. Perkembangan industrialisasi di Indonesia ditandai dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran

BAB II. PROFIL PT. PP. LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk. Akta Notaris Raden Kadirman No. 93 tanggal 18 Desember Akta

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

Analisis kebijakan industri minyak sawit Indonesia: Orientasi ekspor dan domestik Edid Erdiman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. di Sumatera Utara, dan lambat laun banyak bermunculan perkebunan tembakau, karet,

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan Indonesia sudah diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak

BAB I PENDAHULUAN. bidang admistrasi maka kabupten Humbang Hasundutan dijadikan sebagai lokasi penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan. dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, perkebunan harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

BAB I PENDAHULUAN. kolonialisme, kapitalisme dan modernisasi. Pada umumnya perkebunan hadir sebagai

Bab 1 PENDAHULUAN. pengolahan hasil perkebunan, juga dapat menyerap banyak tenaga kerja karena pada

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tetapi berasal dari Afrika Barat. Invasi kelapa sawit pertama

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dari 13 fakultas yang ada di USU.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman karet merupakan tanaman yang berasal dari Negara Brazil. Di

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. eksternal dan internal yang menunjang dan mempengaruhi setiap individu di

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang menjadi. andalan lndonesia untuk rnengail devisa dari luar dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang tangguh dalam menghadapi

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kata Methodist adalah banyak atau macam cara dalam tata cara beribadah (tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Perserikatan tahun 1985, dimana liga ini masih belum tergolong profesional. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi umumnya bermatapencarian sebagai petani. Adapun jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-18 muncul revolusi industri di Eropa, kemudian diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. manusia di muka bumi. Sepanjang hidupnya manusia telah menggabungkan diri

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kabupaten Labuhanbatu Utara pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu.

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

PENDAHULUAN. tersebar di 32 provinsi. Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

PENDAHULUAN. mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Wilayah pedesaan umumnya adalah wilayah yang penduduknya

BAB I PENDAHULUAN KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PETANI KOPI DI DESA SIDIANGKAT KABUPATEN DAIRI ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang berada di bumi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sibulan-bulan merupakan suatu desa yang berada di Kecamatan Purbatua,

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki perusahaan perkebunan besar baik milik negara maupun milik swasta. Perkebunan-perkebunan besar ini merupakan kelanjutan dari ondernemingonderneming yang ada masa kolonial. Onderneming-onderneming ini sebagian besar dimiliki oleh pengusaha Belanda, dan sebagian lainnya milik pengusaha Barat lain seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Belgia. Perkebunan milik onderneming-onderneming milik pengusaha Belanda kemudian dinasionalisasi. Sementara itu milik bukan pengusaha Belanda meski tidak dinasionalisasi tetapi banyak yang berganti nama. Onderneming milik Belanda kemudian diambil pemerintah sebagai perkebunan negara, sedangkan milik non pengusaha Belanda menjadi perkebunan swasta. Salah satu perkebunan swasta di Sumatera Utara adalah perusahaan P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk., yang sering disingkat dengan P.T. London Sumatra, atau P.T. Lonsum. Perusahaan perkebunan swasta ini sebelumnya bernama Harrison & Crossfield Ltd 1, yang didirikan pengusaha Inggris di tahun 1906 yang membudidayakan kakao, kopi dan teh sebagai tanaman produksi, di wilayah Deli Serdang, Langkat dan Asahan. Pada tahun 1964, Harrison & Crossfield Ltd berganti nama menjadi P.T. PP London Sumatra Indonesia Tbk. yang berpusat di Medan. Sejak saat itu 1 Haluddin Panjaitan, Obtimalisasi Biaya Produksi Miyak Sawit di Pabrik Minyak Nabati P.T London Sumatera Indonesia, Medan: USU. 1991. Hlm.11

perkembangan areal perkebunan bertambah luas dan mencapai areal baru di Sumatera Selatan dan wilayah Jawa. Beberapa tahun berikutnya P.T. London Sumatera melebarkan wilayah perkebunannya ke Indonesia bagian Timur yaitu Sulawesi dan Kalimantan 2. Di samping berkembangnya luas areal, dan diikuti dengan pertambahan tenaga kerja yang diserap, sejak tahun 1974, khususnya di era 1970-an, P.T London Sumatera tidak lagi mengandalkan tanaman kopi, kakao dan teh, tetapi budidaya tanaman karet. Tanaman ini sebagai tanaman pokok hanya berlangsung beberapa saat saja untuk kemudian beralih ke tanaman kelapa sawit 3. Perubahan tanaman utama ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan. Salah satunya adalah pangsa pasar hasil perkebunan, di mana tanaman kelapa sawit lebih memberikan peluang apabila dibandingkan dengan tanaman yang lainnya. Sejak tahun 1980-an P.T. London Sumatra menggeser tanaman karet menjadi tanaman kelapa sawit hingga sampai saat ini. Dari hasil tanaman produksi kelapa sawit, maka P.T. Lonsum menjadi perusahaan perkebunan yang bertaraf internasional 4. Perkembangan P.T. London Sumatera sejak tahun 1964 hingga tahun 1980-an tentu memberikan kontribusi, tidak saja kepada perusahaan sendiri tetapi juga kepada sektor perekonomian di Indonesia umumnya dan Sumatera Utara pada khususnya. Perkembangan ini meliputi beberapa aspek seperti ekosistem 2 Ibid. 12 3 Bakti Tarigan, Penggunaan Metode Produksi Back Ward Memetakan Persamaan Penduga Jumlah Produksi Karet di P.T. London Sumatera, Medan: Lembaga Penelitian USU, 1994. Hal 2 4 Biro Pusat Statistik, Statistik Perkebuanan Besar 1986, Jakarta: BPS. 1986. Hlm. 65

lingkungan, perekrutan tenaga kerja dan kontribusi dalam bentuk pajak perkebunan. Di samping itu P.T Lonsum yang banyak memberikan kontribusi besar di bidang sosial, olah raga, agama dan pendidikan, serta bidang kemasyarakatan lainnya. Penelitian ini akan membahas perkembangan P.T. London Sumatera, khususnya di Sumatera Utara serta kontribusinya di Sumatera Utara selama periode 1964 sampai 1990. Wilayah penelitian melingkupi wilayah areal perkebunan P.T London Sumatra yang ada di propinsi Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan P.T. London Sumatra memiliki areal yang cukup luas yang tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Oleh sebab itu penulis lebih memfokuskan pada P.T. London Sumatra yang ada di Sumatera Utara. Lagi pula perusahaan ini berpusat di Medan dan secara historis awal perkembangannya juga berasal dari wilayah ini. Periode 1964 1990 didasarkan pada beberapa alasan. Tahun 1964 sebagai awal periode penelitian didasarkan karena di tahun itulah P.T. London Sumatra berubah nama dari Harrison & Crosfield menjadi PT. London Sumatra. Tahun 1990 sebagai akhir periode penentuan didasarkan pada kenyataan sekitar tahun inilah P.T. London Sumatra mengalami perkembangan yang luar biasa, terutama sesudah beralihnya tanaman dari karet menjadi kelapa sawit yang menempatkannya menjadi perusahaan yang berlevel internasional. Walaupun demikian penelitian ini juga akan mendeskripsikan sejarah P.T. Lonsum sebelum tahun 1964. Tujuannya adalah agar diperoleh gambaran tentang P.T. Lonsum

sebelum tahun 1964 sehingga dapat menjadi perbandingan dengan perkembangannya di tahun 1964-1990. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang akan dibahas dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan P.T. Lonsum di Sumatera utara sebelum tahun 1964 2. Bagaimana Perkembangan P.T. Lonsum Periode 1964-1990 3. Apa kontribusi P.T. Lonsum di Sumatera utara terhadap pembangunan dan masyarakat sekitar di Sumatera Utara. 1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menguraikan perkembangan P.T. Lonsum sebelum tahun 1964. 2. Mengetahui perkembangan P.T. Lonsum di Sumatera utara periode 1964-1990 3. Mengetahui kontribusi P.T. Lonsum di Sumatera Utara terhadap perekonomian di Sumatera utara Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk 1. Menambah referensi tentang sejarah perkebunan swasta, khususnya di Sumatera Utara.

2. Menjadi masukan bagi P.T. Lonsum sehingga dapat lebih mengembangkan perusahaannya di masa yang akan datang. 3. Menjadi acuan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan terhadap subsektor perkebunan swasta, khususnya di Sumatera Utara. 1.4 Tinjauan Pustaka Kajian tentang Sejarah Perkebunan, tidak terlepas dari segi-segi sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Untuk itulah seorang penulis yang meneliti Sejarah Perkebunan harus dilengkapi dengan pendekatan berbagai segi yaitu teori ilmu sosial seperti Sosiologi, Antropologi, Politik dan Ekonomi sebagai upaya mengupas peristiwa sejarah lebih dalam lagi. 5 Biro Pusat Statistik dalam laporannya yang berjudul Statistik Perkebunan Besar 1986, menguraikan hasil analisa terhadap perkebunanperkebunan besar tahun 1986, menjelaskan bagaimana gambaran keadaan perkebunan-perkebunan besar di Indonesia pada tahun 1986. Hasil analisa ini menjelaskan bahwa perkebunan-perkebunan sangat besar kontribusinya terhadap pendapatan nasional dan kepada masyarakat di sekitarnya. Salah satu peran berdirinya sebuah perusahaan perkebunan adalah menyerap banyak tenaga banyak kerja, sebab perkebunan pada dasarnya menggunakan buruh atau tenaga kerja sebagai tenaga pokok. Dikarenakan usaha perkebunan kurang membutuhkan 5 Sartono Kartodirdjo, Beberapa Kecenderungan Dari Study Sejarah di Indonesia Dalm Sejarah Indonesia Dalam Monograf, Yoyakarta: Jurusan Sejarah Dan Geografi Sosial IKIP Sanata Dharma. 1980. Hlm.9

pekerjaan mesin, maka secara otomatis ketika perkebunan dibuka akan menyerap tenaga kerja yang besar. 6 Penjelasan berikutnya diuraikan tentang arti penting sistem perkebunan terhadap kehidupan sekitar. Perkebunan pada dasarnya adalah penanaman tanaman-tanaman keras, yang umur tanamannya tergolong panjang, bukan seperti tanam non perkebunan lainnya. Penanaman tanaman produksi berarti melakukan penghijauan kembali, walaupun hal ini tidak sebagai tujuan langsung. Tanaman perkebunan akan mempengaruhi ekosistem lingkungan, sebab tanaman perkebunan pada dasarnya sama dengan proses biologis tanaman yang lain. 7 Perkebunan sedikit banyaknya turut menjaga kelestarian alam, penjagaan antara kadar air dalam tanah, pertukaran udara dan ekosistem yang lainnya. Departemen penerangan dalam buku yang diterbitkannya dengan judul, Peranan Komoditi Perkebunan Sebagai Sumber Devisa Negara, menjelaskan, bagaimana kedaan Indonesia sebagai wilayah yang subur sangat orientik dijadikan sebagai wilayah perkebuanan. Tanah yang subur, dan keadaan alam tetap stabil tanpa musim-musim tertentu yang durasi waktunya sangat lama 8. Kondisi alam ini akan menjadi faktor utama yang mendukung alam Indonesia sangat sesuai dijadikan sebagai budidaya tanaman Perkebunan. Pertumbuhan tanaman tetap terjamin sebab lingkungan sangat mendukung. Untuk itulah, pemerintah memberikan peluang yang besar terhadap pembukaan lahan perkebunan dengan proses yang tidak menyulitkan. 6 Biro Pusat Statistik, Statistik Perkebuanan Besar 1986, Jakarta: BPS. 1986. Hal 3 7 Ibid 8 Departemen Penerangan RI, Peranan Komodity Perkebunan Sebagai Sumber Devisa Negara 1979-1980, Jakarta 1982. Hlm.2

Buku ini menjelaskan, hasil-hasil dari produksi tanaman perkebunan yang pada dasarnya tingkat pemasarannya berlevel internasional. Proses ini berdampak pada meningkatnya taraf perekonomian Indonesia di pasaran internasional, seperti yang terjadi sejak tahun 1968 di Indonesia telah mampu mengekspor produksi perkebunan keluar negeri seperti karet, teh, kopi, coklat, minyak kelapa sawit, kina, tebu dan komoditi tanaman perkebunan lainnya. Pada babakan selanjutnya, buku ini menjelaskan bahwa pulau Sumatera menduduki peringkat pertama dalam penyediaan lahan perkebunan baik perkebunan swasta maupun perkebunan yang dikelola oleh pemerintah (PTPN). Sumatera Utara menduduki peringkat pertama dalam hal ini. 1.5 Metode Penelitian Penelitian ini bersifat desikriptif naratif, dimana penulis pertama-tama akan menguraikan latar-belakang sejarah perkebunan di Sumatera Utara, terbentuknya perkebunan P.T London Sumatera hingga perusahaan ini menjadi perusahaan yang berlevel internasional. Metode yamg digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang meliputi heuristik atau pengumpulan sumber penelitian, verifikasi, interpretasi dan historiografi 9. Heuristik atau pengumpulan sumber penelitian dilakukan untuk mendapatkan data, baik yang bersifat lisan maupun tulisan. Meskipun demikian dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan sumber-sumber tertulis. Sumber-

sumber tulisan mencakup buku, artikel, majalah, terbitan berkala serta arsip-arsip P.T. London Sumatra. Sumber-sumber ini terutama diperoleh di perpustakaan P.T. London Sumatera di jalan Perintis Kemerdekaan Medan, BKSPPS jalan Palang Merah Medan dan Perpustakaan PUSLIT kelapa sawit jalan Brigjend Katamso Medan. Sumber-sumber yang diperoleh kemudian diverifikasi dengan kritik sumber yang meliputi kritik intern dan ekstern. Kritik intern ditujukan untuk memperoleh dokumen yang kredibel dengan cara menganalisis sejumlah sumber tertulis. Di sisi lain kritik ekstern ditujukan untuk memperoleh data yang otentik, dengan cara menyesuaikan dengan jiwa jaman. Langkah yang selanjutnya adalah interpretasi yang bertujuan untuk menganalisis dan menafsirkan data dengan menggunakan metode komparatif (perbandingan) dari sejumlah data yang ada dan penelitian yang dilakukan sebelumnya tentang perkebunan P.T. London Sumatra. Langkah ini kemudian dilanjutkan dengan penulisan atau historiografi. Historiografi yaitu menyusun fakta menjadi hasil penelitian yang bentuknya adalah karya tulis sejarah yang deskriptif analisis. Dari fakta fakta tentang perkebunan P.T London Sumatra di masa lampau yang sudah diuji dengan metode sejarah, akan ditulis berdasarkan kronologi waktu. 9 Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (Terj. Nugroho Notosusanto). Jakarta: UI-PRESS,