1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik dan psikologi. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, masa ini juga disebut suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia. Perubahan yang terjadi pada saat remaja diantaranya timbulnya proses perkembangan dan pematangan dari alat serta reproduksi, sehingga timbul seks primer yang pada wanita ditandai dengan datangnya menstruasi menarche, dan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah pollutio. Kemudian juga timbul tanda seks sekunder yang pada wanita yaitu, pinggul dan payudara berkembang, dan juga tumbuhnya bulu ketiak dan rambut pada pubis. Kemudian pada laki-laki timbulnya seks sekunder ditandai dengan tumbuhnya rambut disekitar kemaluan dan dada, suara yang membesar dan lantang, dan adanya jangkun dileher (Yani, 2009). Pada remaja selain proses pematangan organ reproduksi, timbul juga perubahan psikologis dari remaja tersebut sehingga mengakibatkan munculnya perubahan minat dan tingkah laku pada remaja seperti, mulai memperhatikan penampilan, tertarik pada lawan jenis, berusaha untuk menarik perhatian dan timbulnya rasa suka atau cinta, yang paling penting 1
2 dari itu semua adalah dorongan seksual. Dimana para remaja ini biasanya mencoba-coba sesuatu yang ingin diketahui atau hal yang membuat penasaran. Pada masa ini remaja banyak menghabiskan waktu untuk mencari tau informasi-informasi dari media massa. (Vindari 2009). Media massa dalam melaksanakan operasionalnya merupakan hal yang menarik untuk dibahas dan diteliti karena pengalaman sejarah mengatakan bahwa media massa dipakai oleh penguasa entah itu pemerintah ataupun orang-orang yang memiliki kekuasaan secara politis maupun kapitalis dalam menjalankan kepentingan masing-masing. Seperti dikemukakan oleh Stuart Hall (1982) bahwa media massa dikuasai oleh kelompok dominan, sehingga realitas yang sebenarnya palsu (Eriyanto, 2001), maka pesan yang disampaikan dipengaruhi oleh berbagai kepentingan. Menurut kaidah jurnalisme, idealnya media massa harus menyajikan yang tidak memihak, tidak cacat dan tidak diwarnai. Tapi dalam kenyataan, informasi tersebut dibuat oleh manusia yang dalam memandang suatu peristiwa pastilah melibatkan nilai subjektivitas dari kerangka pandangnya. Untuk mencapai etika dalam melakukan jurnalisme bukanlah hal yang mudah, kendatipun demikian haruslah diusahakan mencapai kondisi iseal tersebut diantaranya adalah dengan menggunakan mekanisme control yakni dan harus disertai pula dengan sarana atau etika strategi (Haryatmoko, 2007). Beberapa ahli mengatakans selain masturbasi sebagai bentuk kompensasi terhadap berbagai tekanan remaja, ternyata masturbasi juga menjadi bagian
3 dari cara penyaluran dorongan seksual pada seseorang yang sedang meningkat libido seksualnya, di samping mimpi basah dan hubungan seksual dengan pasangan. Ketika dalam tubuh seseorang sudah mulai di produksi hormon seks estrogen progesteron pada wanita dan hormon testosteron pada pria, seseorang akan mempunyai dorongan seks yang setiap saat harus mendapatkan penyaluran yang diinginkan. Usia remaja akan mengalami fase itu, kemudian menjadikan masturbasi menjadi salah satu solusinya. Sangatlah merugikan bagi remaja apabila energi yang ada terbuang percuma melalui aktivitas masturbasi, padahal remaja sangat membutuhkannya mengingat tingginya aktivitas belajar dan tuntutan jaman yang mengharuskan remaja menguasai berbagai hal penting untuk masa depan (Astaqauliyah, 2008). Dorongan seksual remaja putri dirangsang oleh hal-hal yang menyentuh emosi, seprti perasaan romantis atau khayalan. Masturbasi yang biasanya dilakukan oleh remaja putri yaitu dengan menyentuh payudara, atau vulva (alat kelamin luar). Studi yang dilakukan pilar PKBI Jawa Tengah tahun 2005 mengatakan para remaja melakukan masturbasi menggunakan media seperti berikut, tangan atau jari 20%, bantal 15%, kursi 15%, pensil atau bolpoin 13%, lantai 11%. Informasi yang diperoleh dari buku atau majalah 36,33%, teman sebaya 33,33%, media elektronik 16,66%. Dan responden yang pernah melakukan masturbasi sebanyak 46,66%, yang masih melakukan sampai sekarang 26,66%, tidak pernah 23,33%. Frekuensi masturbasi 20% jika ingin saja, kadang-kadang 13,33%, sebulan sekali 6,66%,. Tujuan
4 masturbasi untuk mengurangu ster dan tekanan 26,66%, penyaluran dorongan seks 16,66%, kesepian 13,33%, pelarian 6,66%. Sebanyak 20 % menyatakan tujuan tercapai, 26,66% tidak selalu tercapai, 30% menyatakan tidak tahu. Berdasarkan penelitian pilar PKBI Jawa Tengah tahun 2009 mengatakan, para remaja melakukan masturbasi dalam sebulan kurang lebih 4 kali sebanyak 12%, 5-8 kali 2%,lebih dari 8 kali sebanyak 9%. Dan remaja menyatakan pernah menonton film porno melalui VCD 32%, internet 41%, majalah atau koran 20%, handpone 50%. Setelah menonton mengalami dorongan seks ada 58%, dan yang tidak 21%. Aktivitas remaja berpacaran meliputi, bergandengan tangan sebanyak 79%, berpelukan 58%, mencium pipi 51%, mencium bibir 35%, mencium leher 18%, meraba payudara atau alat kelamin11%, melakukan hubungan seksual sebanyak 8%. Berdasarkan data penelitian pilar PKBI Jawa Tengah diatas bahwa remaja yang berpacaran dan melakukan aktivitas seksual cukup tunggi, dan cukup mengkhawatirkan, sehingga dapat berpengaruh terhadap psikologi remaja dimana remaja ini diharapkan sebagai generasi penerus bangsa. Dan para remaja ini juga banyak yang melakukan masturbasi karena dorongan seksual yang meningkat, yang tidak dimbangi dengan perilaku berpacaran yang sehat. Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa orang mengatakan bahwa, perilaku bepacaran remaja sekarang ini lebih menuju ke hal-hal yang
5 berhubungan dengan perilaku seks bebas, ini disebabkan oleh beberapa faktor misalnya, teknologi yang semakin maju dan berkembangnya jaman saat ini. Dan ada pula yang mengatakan, bahwa masa remaja ini dipenuhi dengan halhal yang penuh fantasi sehingga dapat menyebabkan rasa ingin tahu yang tinggi dalam hal ini biasanya para remaja melakukan masturbasi sebagai jalan keluar untuk menjawab rasa penasarannya itu. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti ke SMA Muhammadiyah 1 Gubug dengan cara wawancara kepada guru BK yang mengatakan para murid kelas X1 itu siswinya 79. Guru BK juga mengatakan pada saat pemeriksaan terdapat banyak video porno dihandpone mereka, para murid ini juga sering bolos sekolah. Dalam hal ini pihak sekolah lebih memperketat pengawasan sebagai tindakan antisipasi untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat 2 tahun terakhir ini ada 6 siswinya yang dikeluarkan karena hamil. Dibandingan dengan SMA N 1 Gubug yang dalam waktu 2 tahun siswi yang hamil, dan kebanyakan dari mereka itu adalah siswi yang tidak patuh pada peraturan sekolah. Dalam hal pelajaran mengenai agama sudah dijelaskan tentang perbuatan-perbuatan yang dilarang dan yang merugikan, Begitupun untuk pelajaran umum seperti biologi para guru sepakat untuk tidak menerangkan secara jelas mengenai organ reproduksi, karena ketika dijelaskan tidak menutup kemungkinan para siswinya ini akan lebih penasaran dan lebih ingin tau lebih banyak. Sehingga penulis tertarik untuk meneliti adakah hubungan berpacaran dengan kejadian masturbasi
6 pada siswi. Penelitian dilakukan di SMA Muhammmadiyah 1 Gubug, karena banyak remaja disekolah ini yang sudah mempunyai pacar yaitu sebanyak 67 siswi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan Adakah Hubungan Antara Media Massa dengan Kejadian Masturbasi Pada Siswi di SMA Muhammadiyah 1 Gubug. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan media massa dengan kejadian masturbasi pada siswi di SMA Muhammadiyah Gubug. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan media massa yang sering digunakan sebagai sumber pengetahuan tentang seks pada siswi di SMA Muhammadiyah 1 Gubug. b. Mendiskripsikan tingkat kejadian masturbasi pada siswi di SMA Muhammadiyah 1 Gubug. c. Analisis hubungan antara media massa dengan kejadian masturbasi pada remaja. D. Manfaat penulisan
7 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan mengenai Hubungan Media Massa Dengan Kejadian Masturbasi Pada Siswi di SMA Muhammadiyah 1 Gubug. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Profesi Dapat memberi masukan kepada petugas kesehatan di wilayah kabupaten berbagai faktor yang berpengaruh terhadap remaja tentang PMS sehingga dapat di manfaatkan sebagai upaya dalam perencanaan program dan peningkatan kesehatan remaja. b. Bagi Masyarakat Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan memahami dampak dari media massa atau pergaulan yang terlalu bebas pada remaja. c. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan sebagai pengetahuan suatu fenomena yang ada disekitarnya. d. Bagi Institusi Hasil penelitian ini dapat digunakan referensi dan menambah wawasan serta pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.