BAB I PENDAHULUAN. akan melanjutkan pada tingkat pendidikan profesi dokter gigi. Dalam tahap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. akademik pada kasus-kasus nyata di klinik. Peserta didik juga diharapkan

Keywords: Nursing education, micro skill, one-minute preceptor, clinical supervision, supervisor, clinical teaching

EFEKTIVITAS METODE ONE MINUTE PRECEPTOR TERHADAP KEMAMPUAN PRAKTIK MAHASISWA D III KEPERAWATAN

Keywords: one-minute perceptor, SNAPPS, clinical education, outpatient clinics setting

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan pasien merupakan konsep multidimensi. Dimensi kepuasan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah. Umpan balik yang diberikan kepada siswa didik merupakan salah satu hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hal yang penting dalam pendidikan kedokteran. adalah keterlibatan langsung mahasiswa ke dalam situasi

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. utama yang efektif dalam pendidikan klinik (Hesketh & Laidlaw, 2002).

Promotif, Vol.3 No.2, April 2014 Hal

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

2016 ANALISIS PERCAKAPAN PADA INTERAKSI FRONT OFFICE DENGAN PASIEN DALAM PELAYANAN ADMINISTRASI REKAM MEDIK RSGM

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sejak dua dekade yang lalu (Wynia et al., 1999). Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan kedokteran terdiri dua tahap, yaitu pendidikan tahap sarjana

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mahasiswa kedokteran. Pada tahap ini mahasiswa belajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

Standard Operating Procedure. Mini-CEX. (Mini Clinical Evaluation Exercise)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Mulut yang merupakan pusat rujukan, pendidikan dan penelitian (Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu tidak hanya dari dosen. Metode Pembelajaran SCL

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mereka untuk melakukan tugas dan fungsinya dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi didefinisikan sebagai interaksi sosial yang terjadi melalui pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terfragmentasi dan kebutuhan kesehatan masyarakat tidak terpenuhi. Tenaga

TUGAS KRITISI JURNAL. Utilization of trauma guidelines by ER nurses in Thailand. Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Emergency Nursing

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah memajukan kesejahteraan bangsa. Salah satunya adalah dalam bidang

MODUL KETERAMPILAN PENULISAN LEMBAR KONSULTASI PASIEN (menjawab konsul)

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kemampuan yang harus dikuasai untuk menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas dunia yang dimulai dengan Asean Free Trade

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi pada penampilan yang bisa digunakan untuk menilai kompetensi klinik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pembukaan Undang-Undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kualitas pelayanan yang ditawarkan kepada konsumen dalam. merasakan kepuasan terhadap kualitas yang ditawarkan.

BAB I PENDAHULUAN. akar dalam pohon, dimana akar tersebut dijadikan sebagai penopang dasar untuk

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PROFIL LULUSAN DOKTER GIGI DI INDONESIA

LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran

Sememi dr. Lolita Riamawati NIP

ABSTRAK TUJUAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Komunikasi Interpersonal

DRAF PEDOMAN AUDIT KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, dan harapannya dapat dipenuhi melalui jasa atau produk yang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada pasien tergantung pada saat pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

Metode Penelitian: Understand & Follow the rules

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 107 mahasiswa profesi PSPDG

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, implementasi tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan SK Mendiknas No. 323/U/2002 tentang kurikulum

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

METODE-METODE PEMBELAJARAN KLINIK OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST,M M.KEB

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. a. Pengetahuan pasien simulasi mengenai feedback konstruktif meningkat

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

SMART PHARMACY ADVANCING PHARMACY PRACTICE AND EDUCATION IN INDONESIA KUTA - BALI, APRIL 2018 TRAIN-THE-TRAINER WORKSHOP

PENERAPAN METODE PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PERHATIAN SISWA TERHADAP MATERI BIOLOGI SISWA SMA KELAS X SKRIPSI OLEH : RUSMITA KURNIATI K

Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 4

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. 1. Telah dikembangkan model 6 langkah pembelajaran reflektif klinik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan saat ini memiliki paradigma baru yaitu menempatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa pendidikan dokter gigi setelah lulus pada tingkat S1, akan melanjutkan pada tingkat pendidikan profesi dokter gigi. Dalam tahap pendidikan profesi dokter gigi, mahasiswa melakukan kepaniteraan klinik secara nyata di rumah sakit gigi dan mulut. Pencapaian kompetensi klinik selama pendidikan tahap profesi sangat ditentukan oleh pembimbingan klinik yang baik dan efektif. Beberapa ciri yang baik pada strategi pengajaran di klinik yang efektif adalah dengan melakukan pengawasan dan pembimbingan termasuk melakukan komunikasi interaktif, mendapatkan ekspektasi yang jelas untuk perilaku dan kinerja mahasiswa (menyediakan secara praktis dan bermanfaat "tepat pada waktunya" dalam mengajar), menjelaskan konsep dan tehnik yang jelas pada mahasiswa pendidikan klinik dan kemudian mengkonfirmasikan pemahaman mereka, memberikan umpan balik dengan cara yang tidak meremehkan, dan menyesuaikan pengajaran yang sesuai bagi mahasiswa pendidikan klinik (Henzi D, Davis E, Jasinevicius R, Hendricson W. North, 2006). Diperlukan pendekatan tertentu agar prinsip prinsip pembelajaran klinik yang baik dapat dilaksanakan sehingga proses pembimbingan klinik dapat efektif. Pada proses pembelajaran dan bimbingan klinik sering ditemui banyak hambatan baik dari pembimbing klinik maupun dari mahasiswa.

2 Hambatan yang terdapat pada pembimbing klinik (preceptor) adalah dalam upaya untuk melibatkan pasien, cenderung terjadi diskusi antara pembimbing klinik dan mahasiswa sering terjadi di dental chair, sehingga dalam memberikan umpan balik (feedback) kepada mahasiswa menjadi sulit dan canggung. Pembimbing klinik seringkali dihadapkan dengan tanggung jawab untuk mengawasi beberapa mahasiswa gigi tanpa cukup waktu, dapat mengontrol pertukaran, berbicara terlalu banyak, terlalu cepat, terlalu tiba-tiba, dan mungkin terlalu merendahkan atau terlalu merendahkan kepada mahasiswa. Sedangkan hambatan yang terdapat pada mahasiswa adalah mahasiswa tidak ingin dipermalukan dan ingin dibuat nyaman di depan pasien. Mahasiswa juga tidak ingin pasien merasa tidak nyaman dan kurang percaya diri dalam kualitas pelayanan (Sakaguchi R, 2010). Saat pembimbing klinik menggali tingkat kedalaman penalaran klinis (clinical reasoning) yang telah dimiliki oleh mahasiswa, tetapi kadang mahasiswa kurang aktif karena masih ada rasa kurang percaya diri dalam mengungkapkan hasil intepretasinya tentang kasus penyakit gigi dan mulut yang dibahas. Seringkali mahasiswa banyak mengalami kebingungan dan sikap yang malu malu atau canggung sehingga tidak percaya diri dalam melakukan pembelajaran klinik dan pelayanan terhadap pasien. Mahasiswa sering bertanya mengenai kelanjutan dari tahapan perawatan yang akan dilalkukan, seperti " Apa yang harus saya lakukan selanjutnya? ". Dari hambatan hambatan yang sering ditemui pada proses pembimbingan klinik, maka diperlukan inovasi dengan pendekatan tertentu yang dilakukan dalam pembelajaran klinik yang melibatkan mahasiswa dalam pembelajaran selain pembimbing klinik (preceptor) untuk memperbaiki proses

3 pembimbingan klinik untuk membantu mahasiswa dalam pencapaian kompetensi klinik. Sakaguchi R. L telah mengembangkan metode pembelajaran klinik mahasiswa kedokteraan gigi yang di kenal dengan nama icare ((Inquire, Cultivate, Advise, Reinforce, Empower (perspektif preceptor) dan Initiate, Contribute, Apply, Reflect, Execute (perspektif mahasiswa)) untuk memfasilitasi proses pembelajaran klinik yang efektif. Metode ini memiliki potensi untuk menjadi solusi untuk mengurangi hambatan hambatan yang terjadi pada proses pembimbingan klinik. icare adalah metode pembimbingan klinik yang direkomendasikan oleh Sakaguchi R. L untuk pembimbingan klinik bagi mahasiswa kedokteran gigi yang sedang melakukan kepaniteraan klinik, mirip dengan pendekatan pembimbing satu menit (one minute preceptor), membutuhkan waktu sekitar lima sampai sepuluh menit untuk mengikuti, dan memfasilitasi pertukaran efisien antara preceptor dan mahasiswa di depan pasien. icare memfasilitasi mahasiswa dalam memperkuat prinsip-prinsip berpikir kritis, dan lebih menekankan pada pengambilan keputusan berbasis bukti. Metode icare dalam pembimbingan klinik dilaksanakan baik dari perspektif preceptor dan dari perspektif mahasiswa. Metode icare juga diharapkan dapat membantu diagnosis berbasis bukti dan menentukan pengobatan secara terstruktur yang harus diinternalisasikan melalui pengulangan di klinik gigi, sehingga menghasilkan kerangka belajar yang terstruktur, sehingga menjadi dasar untuk berpikir kritis dalam praktek. icare memiliki potensi dapat membantu preceptors dan mahasiswa dalam memberikan perawatan yang terbaik untuk pasien. Bagi

4 mahasiswa, icare tidak hanya meningkatkan pengetahuan mereka tentang prinsip-prinsip kesehatan mulut tetapi juga kemampuan mereka untuk menganalisis dan menerapkan bukti dari penelitian ilmiah dalam perumusan diagnosa dan rencana perawatan terhadap pasien (Sakaguchi R. L, 2010). Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA, merupakan institusi pendidikan yang menghasilkan lulusan dokter gigi. Pembimbing klinik (preceptor) dalam melakukan bimbingan klinik telah menjalankan tehnik pembimbingan one minute preceptor (OMP) pada kegiatan pembelajaran BST di klinik RSGMI UNISSULA. Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA, terus berupaya mengembangkan model bimbingan klinik yang lebih terarah, terstruktur, sehingga dapat menjamin pembelajaran klinik yang efektif, mudah dipahami dan diterapkan oleh pembimbing klinik dan mahasiswa dengan menggunakan waktu yang singkat. Harapannya mahasiswa akan lebih maksimal mendapatkan perhatian dan pembimbingan klinik dalam upaya pencapaian kompetensi klinik. Berdasarkan hal tersebut diatas dalam studi ini, kami akan mencoba untuk mengujicobakan pelatihan icare ini sebagai inovasi metode pembimbingan klinik kepada mahasiswa kepaniteraan klinik. Yang ingin dijawab adalah bagaimana kemampuan mahasiswa kepaniteraan klinik menerapkan setelah mengikuti pelatihan pada kasus yang berbeda.

5 B. Rumusan Masalah Untuk meningkatkan kualitas pembimbingan klinik yang sangat penting bagi pencapaian kompetensi klinik mahasiswa kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA, maka diperlukan upaya inovasi proses pembimbingan klinik. Bentuk inovasi yang dilakukan adalah dengan mengujicoba penggunaan metode icare sebagai metode pembimbingan klinik ini pada mahasiswa kepaniteraan klinik yang telah mendapatkan pelatihan, sehingga bagaimana kemampuan mahasiswa kepaniteraan klinik menerapkan setelah mengikuti pelatihan pada kasus yang berbeda. C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum penelitian ini untuk : Mengevaluasi uji coba pelatihan icare sebagai metode pembimbingan klinik di rotasi klinik Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA dengan model Kirkpatrick. Tujuan Khusus penelitian ini untuk : 1. Mengetahui gambaran kepuasan mahasiswa kepaniteraan klinik yang telah mendapatkan pelatihan pada uji coba penggunaan metode icare sebagai metode pembimbingan klinik di rotasi klinik Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA.

6 2. Mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa yang telah mendapatkan pelatihan pada uji coba penggunaan metode icare sebagai metode pembimbingan klinik di rotasi klinik Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA. 3. Mengetahui gambaran keterampilan mahasiswa yang telah mendapatkan pelatihan pada uji coba penggunaan metode icare sebagai metode pembimbingan klinik di rotasi klinik Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat : 1. Bagi peneliti, dapat menambah referensi dalam penerapan dan pengembangan metode icare sebagai metode pembimbingan klinik. 2. Bagi proses pembimbingan, dapat meningkatkan kualitas pembimbingan klinik sebagai bagian dari proses pendidikan klinik. 3. Bagi mahasiswa, untuk membantu mahasiswa belajar lebih terarah, dapat meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa dan membantu mencapai kompetensi kliniknya. 4. Bagi pasien, untuk menciptakan budaya keselamatan pasien pada tindakan medis di klinik atau rumah sakit pendidikan.

7 E. Keaslian penelitian Penelitian tentang pendidikan klinik pada pendidikan dokter gigi masih sedikit.terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait pengajaran pada pendidikan klinik. Metode icare pada pendidikan klinik diperkenalkan melalui teori yang ditulis oleh Sakaguchi R. L. metode icare adalah pengembangan dari model mikroskill dalam pengajaran klinik. Penelitian yang diusulkan oleh peneliti sedikit berbeda dengan penelitian penelitian lain yang sudah pernah dilakukan, yaitu : a. Teaching the One minute Preceptor, Furney S. L, Orsini A. N, Orsetti K. E, Stern D. T, Gruppen L. D, Irby D. M. 2001. Perbedaan penelitian adalah : 1. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi efek penggunaan 5 mikroskill pada pendidikan klinik residen kepada dokter muda, sedangkan tujuan penelitian penulis adalah untuk menerapkan dan mengevaluasi besar pengaruh pembelajaran klinik menggunakan metode icare sebagai metode pembimbingan klinik di rotasi klinik Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA dengan model Kirkpatrick. 2. Tugas pembimbing pada penelitian Furney adalah residen yang secara aktif membimbing dokter muda, sedangkan pada peneliti, bahwa dosen pembimbing klinik berlaku sebagai fasilitator, sedangkan mahasiswa secara aktif pada kegiatan pembimbingan klinik.

8 3. Tempat penelitian dilakukan di rumah sakit umum, sedangkan peneliti melakukan penelitian di rumah sakit gigi & mulut pendidikan. Persamaan penelitian adalah 1. Subyek pada penelitian milik Furney adalah dokter muda, sedangkan peneliti adalah mahasiswa pendidikan dokter gigi muda atau coas 2. Rancangan penelitian menggunakan kuantitatif. b. Teaching Points Indentified by Preceptors Observing One-minute Preceptor and Traditional Preceptor Encounter, Irby, M.D et al. 2004. Perbedaan penelitian adalah : 1. Penelitian menggunakan preceptor, sedangkan pada penelitian penulis menggunakan mahasiswa pendidikan profesi dokter gigi. 2. Tujuan penelitiannya menilai perbedaan poin pengajar oleh preceptor menggunakan model one-minute preceptor dan tradisional dengan menanggapi rekaman video, sedangkan pada penelitian penulis adalah untuk mengevaluasi penerapan icare sebagai metode inovatif dalam pembimbingan klinik.

9 c. Enhancing the Effectiveness of One-minute Preceptor Faculty Development Workshops, Bowen J. L, Eckstrom E, Muller M, Haney E. 2006. Perbedaan penelitian adalah : 1. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi keefektifan workshop microskill pada pembimbing klinik, sedangkan penelitian penulis bertujuan untuk menerapkan dan mengevaluasi metode icare sebagai metode pembimbingan klinik di rotasi klinik Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA dengan model Kirkpatrick. 2. Jenis penelitian adalah kualitatif, sedangkan penelitian penulis menggunakan desain penelitian kuantitatif. 3. Subyek pada penelitian adalah dokter muda, sedangkan subyek yang digunakan oleh peneliti adalah mahasiswa pendidikan dokter gigi muda atau coass. Persamaan pada penelitian ini adalah hal meneliti pengaruh penggunaan model microskill, tetapi pada penelitian penulis adalah model microskill yang dikembangkan pada perspektif dari sudut pandang pembimbing klinik dan sudut pandang mahasiswa.

10 d. Student Perceptions of the One-minute Preceptor and Traditional preceptor Models, Teherani A, O'Sullivan P, Aagaard EM, Morrison EH, Irby DM. 2007. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui pandangan mahasiswa dalam memilih bimbingan di klinik menggunakan one-minute preceptor models. Subyek penelitian adalah mahasiswa kedokteran, melakukan pengumpulan data melalui kuesioner untuk memberikan tanggapan setelah mahasiswa mengamati tayangan video pengajaran klinik one-minute preceptor and traditional preceptor models. Jenis penelitiannya kuantitatif. Hasil penelitiannya adalah mahasiswa menilai lebih efektif penggunaan one-minute preceptor models dibandingkan dengan traditional preceptor models. Persamaannya adalah menggunakan desain penelitian kuantitatif.