BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa pendidikan dokter gigi setelah lulus pada tingkat S1, akan melanjutkan pada tingkat pendidikan profesi dokter gigi. Dalam tahap pendidikan profesi dokter gigi, mahasiswa melakukan kepaniteraan klinik secara nyata di rumah sakit gigi dan mulut. Pencapaian kompetensi klinik selama pendidikan tahap profesi sangat ditentukan oleh pembimbingan klinik yang baik dan efektif. Beberapa ciri yang baik pada strategi pengajaran di klinik yang efektif adalah dengan melakukan pengawasan dan pembimbingan termasuk melakukan komunikasi interaktif, mendapatkan ekspektasi yang jelas untuk perilaku dan kinerja mahasiswa (menyediakan secara praktis dan bermanfaat "tepat pada waktunya" dalam mengajar), menjelaskan konsep dan tehnik yang jelas pada mahasiswa pendidikan klinik dan kemudian mengkonfirmasikan pemahaman mereka, memberikan umpan balik dengan cara yang tidak meremehkan, dan menyesuaikan pengajaran yang sesuai bagi mahasiswa pendidikan klinik (Henzi D, Davis E, Jasinevicius R, Hendricson W. North, 2006). Diperlukan pendekatan tertentu agar prinsip prinsip pembelajaran klinik yang baik dapat dilaksanakan sehingga proses pembimbingan klinik dapat efektif. Pada proses pembelajaran dan bimbingan klinik sering ditemui banyak hambatan baik dari pembimbing klinik maupun dari mahasiswa.
2 Hambatan yang terdapat pada pembimbing klinik (preceptor) adalah dalam upaya untuk melibatkan pasien, cenderung terjadi diskusi antara pembimbing klinik dan mahasiswa sering terjadi di dental chair, sehingga dalam memberikan umpan balik (feedback) kepada mahasiswa menjadi sulit dan canggung. Pembimbing klinik seringkali dihadapkan dengan tanggung jawab untuk mengawasi beberapa mahasiswa gigi tanpa cukup waktu, dapat mengontrol pertukaran, berbicara terlalu banyak, terlalu cepat, terlalu tiba-tiba, dan mungkin terlalu merendahkan atau terlalu merendahkan kepada mahasiswa. Sedangkan hambatan yang terdapat pada mahasiswa adalah mahasiswa tidak ingin dipermalukan dan ingin dibuat nyaman di depan pasien. Mahasiswa juga tidak ingin pasien merasa tidak nyaman dan kurang percaya diri dalam kualitas pelayanan (Sakaguchi R, 2010). Saat pembimbing klinik menggali tingkat kedalaman penalaran klinis (clinical reasoning) yang telah dimiliki oleh mahasiswa, tetapi kadang mahasiswa kurang aktif karena masih ada rasa kurang percaya diri dalam mengungkapkan hasil intepretasinya tentang kasus penyakit gigi dan mulut yang dibahas. Seringkali mahasiswa banyak mengalami kebingungan dan sikap yang malu malu atau canggung sehingga tidak percaya diri dalam melakukan pembelajaran klinik dan pelayanan terhadap pasien. Mahasiswa sering bertanya mengenai kelanjutan dari tahapan perawatan yang akan dilalkukan, seperti " Apa yang harus saya lakukan selanjutnya? ". Dari hambatan hambatan yang sering ditemui pada proses pembimbingan klinik, maka diperlukan inovasi dengan pendekatan tertentu yang dilakukan dalam pembelajaran klinik yang melibatkan mahasiswa dalam pembelajaran selain pembimbing klinik (preceptor) untuk memperbaiki proses
3 pembimbingan klinik untuk membantu mahasiswa dalam pencapaian kompetensi klinik. Sakaguchi R. L telah mengembangkan metode pembelajaran klinik mahasiswa kedokteraan gigi yang di kenal dengan nama icare ((Inquire, Cultivate, Advise, Reinforce, Empower (perspektif preceptor) dan Initiate, Contribute, Apply, Reflect, Execute (perspektif mahasiswa)) untuk memfasilitasi proses pembelajaran klinik yang efektif. Metode ini memiliki potensi untuk menjadi solusi untuk mengurangi hambatan hambatan yang terjadi pada proses pembimbingan klinik. icare adalah metode pembimbingan klinik yang direkomendasikan oleh Sakaguchi R. L untuk pembimbingan klinik bagi mahasiswa kedokteran gigi yang sedang melakukan kepaniteraan klinik, mirip dengan pendekatan pembimbing satu menit (one minute preceptor), membutuhkan waktu sekitar lima sampai sepuluh menit untuk mengikuti, dan memfasilitasi pertukaran efisien antara preceptor dan mahasiswa di depan pasien. icare memfasilitasi mahasiswa dalam memperkuat prinsip-prinsip berpikir kritis, dan lebih menekankan pada pengambilan keputusan berbasis bukti. Metode icare dalam pembimbingan klinik dilaksanakan baik dari perspektif preceptor dan dari perspektif mahasiswa. Metode icare juga diharapkan dapat membantu diagnosis berbasis bukti dan menentukan pengobatan secara terstruktur yang harus diinternalisasikan melalui pengulangan di klinik gigi, sehingga menghasilkan kerangka belajar yang terstruktur, sehingga menjadi dasar untuk berpikir kritis dalam praktek. icare memiliki potensi dapat membantu preceptors dan mahasiswa dalam memberikan perawatan yang terbaik untuk pasien. Bagi
4 mahasiswa, icare tidak hanya meningkatkan pengetahuan mereka tentang prinsip-prinsip kesehatan mulut tetapi juga kemampuan mereka untuk menganalisis dan menerapkan bukti dari penelitian ilmiah dalam perumusan diagnosa dan rencana perawatan terhadap pasien (Sakaguchi R. L, 2010). Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA, merupakan institusi pendidikan yang menghasilkan lulusan dokter gigi. Pembimbing klinik (preceptor) dalam melakukan bimbingan klinik telah menjalankan tehnik pembimbingan one minute preceptor (OMP) pada kegiatan pembelajaran BST di klinik RSGMI UNISSULA. Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA, terus berupaya mengembangkan model bimbingan klinik yang lebih terarah, terstruktur, sehingga dapat menjamin pembelajaran klinik yang efektif, mudah dipahami dan diterapkan oleh pembimbing klinik dan mahasiswa dengan menggunakan waktu yang singkat. Harapannya mahasiswa akan lebih maksimal mendapatkan perhatian dan pembimbingan klinik dalam upaya pencapaian kompetensi klinik. Berdasarkan hal tersebut diatas dalam studi ini, kami akan mencoba untuk mengujicobakan pelatihan icare ini sebagai inovasi metode pembimbingan klinik kepada mahasiswa kepaniteraan klinik. Yang ingin dijawab adalah bagaimana kemampuan mahasiswa kepaniteraan klinik menerapkan setelah mengikuti pelatihan pada kasus yang berbeda.
5 B. Rumusan Masalah Untuk meningkatkan kualitas pembimbingan klinik yang sangat penting bagi pencapaian kompetensi klinik mahasiswa kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA, maka diperlukan upaya inovasi proses pembimbingan klinik. Bentuk inovasi yang dilakukan adalah dengan mengujicoba penggunaan metode icare sebagai metode pembimbingan klinik ini pada mahasiswa kepaniteraan klinik yang telah mendapatkan pelatihan, sehingga bagaimana kemampuan mahasiswa kepaniteraan klinik menerapkan setelah mengikuti pelatihan pada kasus yang berbeda. C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum penelitian ini untuk : Mengevaluasi uji coba pelatihan icare sebagai metode pembimbingan klinik di rotasi klinik Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA dengan model Kirkpatrick. Tujuan Khusus penelitian ini untuk : 1. Mengetahui gambaran kepuasan mahasiswa kepaniteraan klinik yang telah mendapatkan pelatihan pada uji coba penggunaan metode icare sebagai metode pembimbingan klinik di rotasi klinik Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA.
6 2. Mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa yang telah mendapatkan pelatihan pada uji coba penggunaan metode icare sebagai metode pembimbingan klinik di rotasi klinik Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA. 3. Mengetahui gambaran keterampilan mahasiswa yang telah mendapatkan pelatihan pada uji coba penggunaan metode icare sebagai metode pembimbingan klinik di rotasi klinik Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat : 1. Bagi peneliti, dapat menambah referensi dalam penerapan dan pengembangan metode icare sebagai metode pembimbingan klinik. 2. Bagi proses pembimbingan, dapat meningkatkan kualitas pembimbingan klinik sebagai bagian dari proses pendidikan klinik. 3. Bagi mahasiswa, untuk membantu mahasiswa belajar lebih terarah, dapat meningkatkan partisipasi aktif mahasiswa dan membantu mencapai kompetensi kliniknya. 4. Bagi pasien, untuk menciptakan budaya keselamatan pasien pada tindakan medis di klinik atau rumah sakit pendidikan.
7 E. Keaslian penelitian Penelitian tentang pendidikan klinik pada pendidikan dokter gigi masih sedikit.terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait pengajaran pada pendidikan klinik. Metode icare pada pendidikan klinik diperkenalkan melalui teori yang ditulis oleh Sakaguchi R. L. metode icare adalah pengembangan dari model mikroskill dalam pengajaran klinik. Penelitian yang diusulkan oleh peneliti sedikit berbeda dengan penelitian penelitian lain yang sudah pernah dilakukan, yaitu : a. Teaching the One minute Preceptor, Furney S. L, Orsini A. N, Orsetti K. E, Stern D. T, Gruppen L. D, Irby D. M. 2001. Perbedaan penelitian adalah : 1. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi efek penggunaan 5 mikroskill pada pendidikan klinik residen kepada dokter muda, sedangkan tujuan penelitian penulis adalah untuk menerapkan dan mengevaluasi besar pengaruh pembelajaran klinik menggunakan metode icare sebagai metode pembimbingan klinik di rotasi klinik Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA dengan model Kirkpatrick. 2. Tugas pembimbing pada penelitian Furney adalah residen yang secara aktif membimbing dokter muda, sedangkan pada peneliti, bahwa dosen pembimbing klinik berlaku sebagai fasilitator, sedangkan mahasiswa secara aktif pada kegiatan pembimbingan klinik.
8 3. Tempat penelitian dilakukan di rumah sakit umum, sedangkan peneliti melakukan penelitian di rumah sakit gigi & mulut pendidikan. Persamaan penelitian adalah 1. Subyek pada penelitian milik Furney adalah dokter muda, sedangkan peneliti adalah mahasiswa pendidikan dokter gigi muda atau coas 2. Rancangan penelitian menggunakan kuantitatif. b. Teaching Points Indentified by Preceptors Observing One-minute Preceptor and Traditional Preceptor Encounter, Irby, M.D et al. 2004. Perbedaan penelitian adalah : 1. Penelitian menggunakan preceptor, sedangkan pada penelitian penulis menggunakan mahasiswa pendidikan profesi dokter gigi. 2. Tujuan penelitiannya menilai perbedaan poin pengajar oleh preceptor menggunakan model one-minute preceptor dan tradisional dengan menanggapi rekaman video, sedangkan pada penelitian penulis adalah untuk mengevaluasi penerapan icare sebagai metode inovatif dalam pembimbingan klinik.
9 c. Enhancing the Effectiveness of One-minute Preceptor Faculty Development Workshops, Bowen J. L, Eckstrom E, Muller M, Haney E. 2006. Perbedaan penelitian adalah : 1. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi keefektifan workshop microskill pada pembimbing klinik, sedangkan penelitian penulis bertujuan untuk menerapkan dan mengevaluasi metode icare sebagai metode pembimbingan klinik di rotasi klinik Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA dengan model Kirkpatrick. 2. Jenis penelitian adalah kualitatif, sedangkan penelitian penulis menggunakan desain penelitian kuantitatif. 3. Subyek pada penelitian adalah dokter muda, sedangkan subyek yang digunakan oleh peneliti adalah mahasiswa pendidikan dokter gigi muda atau coass. Persamaan pada penelitian ini adalah hal meneliti pengaruh penggunaan model microskill, tetapi pada penelitian penulis adalah model microskill yang dikembangkan pada perspektif dari sudut pandang pembimbing klinik dan sudut pandang mahasiswa.
10 d. Student Perceptions of the One-minute Preceptor and Traditional preceptor Models, Teherani A, O'Sullivan P, Aagaard EM, Morrison EH, Irby DM. 2007. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui pandangan mahasiswa dalam memilih bimbingan di klinik menggunakan one-minute preceptor models. Subyek penelitian adalah mahasiswa kedokteran, melakukan pengumpulan data melalui kuesioner untuk memberikan tanggapan setelah mahasiswa mengamati tayangan video pengajaran klinik one-minute preceptor and traditional preceptor models. Jenis penelitiannya kuantitatif. Hasil penelitiannya adalah mahasiswa menilai lebih efektif penggunaan one-minute preceptor models dibandingkan dengan traditional preceptor models. Persamaannya adalah menggunakan desain penelitian kuantitatif.