BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena

BAB III METODE PENELITIAN. Pada Bab tiga ini, dibahas hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini diuraikan secara jelas mengenai pendekatan dan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian menggunakan dua pendekatan yaitu secara kuantitatif dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bandung Tahun Ajaran sebanyak 145 siswa yang terbagi ke dalam empat

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Keharusan sebuah penelitian adalah bersifat logis dan berkesinambungan.

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Eksperimen, dan desain eksperimen yang digunakan adalah One Group Pretes- adalah pretes.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang akan dilakukan ini berjudul Program Bimbingan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah sekolah SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, lokasi dan subjek populasi atau sampel penelitian, definisi operasional

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif dan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan, langkah-langkah penelitian, definisi operasional. instrumen, serta pengolahan dan analisis data.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif sebagai pendekatan ilmiah yang didesain untuk menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan untuk mahasiswa. Penelitian di laksanakan bulan Mei sampai Juni 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantatif. Kuantitatif merupakan pendekatan yang memungkinkan dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pretest Perlakuan Posttest AO AO 1 X AO 2 BO BO 1 BO 2

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan di sekolah SMP Islam Al-Ulum Medan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMA N 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas tentang pendekatan dan metode penelitian, definisi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode dan Teknik Penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis data mengenai tahap penalaran moral siswa berdasarkan perhitungan-perhitungan secara statistik yang diperoleh melalui penyebaran instrumen penalaran moral. Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik, yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan tingkat penalaran moral siswa SMP berdasarkan aspek kepatuhan, kejujuran, dan keadilan. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penelitian tidak langsung dengan menggunakan kuesioner (angket). Untuk mengungkap data mengenai tahap penalaran moral siswa menggunakan angket yang diisi sendiri oleh responden dan disusun sesuai dengan rujukan definisi operasional variabel. Instrumen pengumpulan data berisi cerita moral berikut beberapa pernyataan dengan dua alternatif pilihan, yaitu a dan b yang menunjukkan tahap penalaran moral siswa, kemudian responden (siswa) menjawab setiap pernyataan dengan cara memilih salah satu jawaban antara a, b, c, dan d. 51

52 B. Langkah-langkah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah berikut. 1. Penyusunan Proposal Langkah awal dalam proses pelaksanaan penelitian adalah menyusun proposal penelitian. Proposal penelitian yang disusun terdiri atas latar belakang masalah dalam penelitian ini, pemilihan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, variabel yang diukur, dan sistematika penulisan yang dijadikan landasan penulisan skripsi. Selanjutnya, proposal diseminarkan dan dilakukan penentuan pembimbing I dan II, kemudian proposal tersebut disahkan setelah mendapat persetujuan dari dewan skripsi. 2. Pengajuan Izin Penelitian Proses pengajuan izin penelitian berawal dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi untuk melanjutkan perizinan ke tingkat Fakultas dan Rektor UPI Bandung, selanjutnya surat izin penelitian yang telah disahkan direkomendasikan langsung kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Soreang. 3. Pelaksanaan Pengumpulan Data Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Soreang pada tanggal 9 Juni 2010 kepada siswa kelas VIII-F dan VIII-J. Penelitian dilaksanakan dalam satu tahap, dengan waktu 40 menit. Proses pelaksanaan penelitian dilakukan dengan mengajukan

53 perizinan kepada kepala sekolah, guru BK dan guru bidang studi dengan meminta waktu satu jam pelajaran untuk melaksanakan penelitian. C. Pengembangan Instrumen Pengembangan instrumen dilakukan dengan merumuskan definisi operasional variabel, menyusun kisi-kisi instrumen, menyusun butir-butir pernyataan. Selanjutnya instrumen ditimbang oleh para ahli, tujuannya untuk menghasilkan instrumen penelitian yang sudah teruji dan dapat diandalkan. Untuk lebih jelasnya, alur pengembangan instrumen hingga menghasilkan instrumen penelitian yang teruji dapat dilihat pada gambar berikut. Bagan 3.1 Alur Pengembangan Instrumen Merumuskan Definisi Operasional Variabel Penyusunan kisi-kisi instrumen Penyusunan butirbutir pernyataan Revisi Instrumen Judgement ahli terhadap kisi-kisi instrumen Draf kisi-kisi instrumen Validasi empirik instrumen melalui uji coba Pengolahan dan revisi instrumen Instrumen penelitian yang sudah teruji

54 1. Merumuskan Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan profil penalaran moral siswa SMP adalah gambaran kemampuan siswa SMP dalam menimbang suatu keputusan untuk menentukan tindakan yang harus dilakukannya ketika dihadapkan pada situasi yang berhubungan dengan perilaku mencuri, sembrono, berbohong, hukuman, keadilan dan otoritas. Penalaran moral ditinjau dari segi kognitif berdasarkan aspek kepatuhan, kejujuran, dan keadilan untuk menentukan tahap moralitas heteronom dan moralitas otonom. Instrumen dikembangkan dalam bentuk cerita dilema yang berjumlah 14 cerita dari nomor 1 sampai dengan 14, dengan 5 tema yang berbeda. Dari cerita-cerita tersebut disajikan jawaban-jawaban antara a, b, c, atau d, yang salah satunya harus dipilih siswa untuk menunjukkan tahap penalaran moral siswa. 2. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Instrumen yang digunakan berupa kuesioner (angket), yang berisi sejumlah cerita moral yang berhubungan dengan tindakan mencuri, kesembronoan, berbohong, hukuman, keadilan dan otoritas, berikut pernyataan-pernyataan yang harus dipilih oleh responden. Instrumen ini bertujuan untuk mengukur tahap penalaran moral siswa. Kisi-kisi instrumen penalaran moral siswa sebelum uji coba, disajikan pada tabel 3.1berikut.

55 N o Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penalaran Moral (Sebelum Uji Coba) Indikator Cerita Dilema Nomor Cerita Jumlah 1 Kepatuhan a. Berdasarkan Heteronom: Peraturan dianggap baik karena berasal dari orang dewasa dan tidak dapat diganggu gugat. b. Berdasarkan Semi Otonom: Peraturan dianggap baik karena ada kesepakatan. c. Berdasarkan Otonom: Peraturan dianggap baik berdasarkan pertimbangan dan dapat diubah. 2 Kejujuran a. Berdasarkan Heteronom: Tidak membesarbesarkan sesuatu yang bukan fakta. b. Berdasarkan Semi Otonom: Untuk mengukur kepatuhan disajikan cerita dilema yang berhubungan dengan tindakan: a. Mencuri b. Sembrono Untuk mengukur kejujuran disajikan cerita dilema yang berhubungan dengan tindakan berbohong 1, 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9, 10 11, 12, 13, 14, 15 5 5 5

56 Dapat menjaga kepercayaan orang lain. c. Berdasarkan Otonom: Sengaja mengatakan sesuatu yang benar. 3 Keadilan a. Berdasarkan Heteronom: Melakukan tindakan atas permintaan dan perintah orang dewasa. b. Berdasarkan Semi Otonom: Melakukan tindakan atas dasar kesamaan hak (equality). c. Berdasarkan Otonom: Melakukan tindakan atas dasar kesamaan hak dan kewajiban (equity). Untuk mengukur keadilan disajikan cerita dilema yang berhubungan dengan: a. Hukuman b. Keadilan dan Otoritas 16, 17, 18, 19, 20 21, 22, 23, 24, 25 5 5

57 N o berikut. Kisi-kisi instrumen penalaran moral setelah uji coba, disajikan pada tabel 3.2 Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penalaran Moral (Setelah Uji Coba) Indikator Cerita Dilema Nomor Cerita Jumlah 1 Kepatuhan a. Berdasarkan Heteronom: Peraturan dianggap baik karena berasal dari orang dewasa dan tidak dapat diganggu gugat. b. Berdasarkan Semi Otonom: Peraturan dianggap baik karena ada kesepakatan. c. Berdasarkan Otonom: Peraturan dianggap baik berdasarkan pertimbangan dan dapat diubah. 2 Kejujuran a. Berdasarkan Heteronom: Tidak membesarbesarkan sesuatu Untuk mengukur kepatuhan disajikan cerita dilema yang berhubungan dengan tindakan: a. Mencuri b. Sembrono Untuk mengukur kejujuran disajikan cerita dilema yang berhubungan dengan tindakan berbohong 1 2, 3, 4, 5 6, 7, 8, 9 4 1 4

58 yang bukan fakta. b. Berdasarkan Semi Otonom: Dapat menjaga kepercayaan orang lain. c. Berdasarkan Otonom: Sengaja mengatakan sesuatu yang benar. 3 Keadilan a. Berdasarkan Heteronom: Melakukan tindakan atas permintaan dan perintah orang dewasa. b. Berdasarkan Semi Otonom: Melakukan tindakan atas dasar kesamaan hak (equality). c. Berdasarkan Otonom: Melakukan tindakan atas dasar kesamaan hak dan kewajiban (equity). Untuk mengukur keadilan disajikan cerita dilema yang berhubungan dengan: a. Hukuman b. Keadilan dan Otoritas 10, 11, 12, 13 14 4 1

59 3. Menyusun Butir-butir Pernyataan Setelah kisi-kisi instrumen tersusun, langkah selanjutnya adalah menyusun pernyataan-pernyataan yang merujuk pada indikator-indikator dalam kisi-kisi dan definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Pernyataan disusun dalam bentuk angket yang berisi sejumlah cerita moral yang berhubungan dengan tindakan mencuri, kesembronoan, berbohong, hukuman, keadilan dan otoritas, kemudian dari cerita tersebut dibuat alternatif jawaban antara a, b, c, dan d yang harus dipilih oleh responden (siswa) sesuai dengan pertimbangannya, yang bertujuan untuk mengungkap informasi yang diperlukan subjek penelitian guna mencapai tujuan penelitian. 4. Uji Coba Instrumen a. Uji Kelayakan Uji kelayakan atau yang lebih dikenal dengan penimbangan (judgement) alat pengumpul data dilakukan untuk melihat kesesuaian antara konstruk instrumen dengan landasan teoretis, definisi operasional variabel, dan ketepatan bahasa untuk subjek yang akan memberikan respon Penimbangan (judgement) dalam penelitian ini dilakukan oleh para pakar bimbingan dan konseling di lingkungan jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yaitu Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd, Prof. Dr. Uman Suherman, M.Pd, dan Dr. Ipah Saripah, M.Pd. Penimbangan dilakukan untuk menilai memadai atau tidaknya pernyataan yang digunakan dalam instrumen dengan melihat segi konstruk, isi dan

60 bahasa. Pernyataan yang berkualifikasi memadai (M) dapat langsung digunakan sebagai cerita dilema dalam instrumen penelitian sementara pernyataan yang berkualifikasi tidak memadai (TM) perlu direvisi dan diperbaiki. b. Uji Keterbacaan Uji keterbacaan instrumen dilakukan untuk mengukur keterbacaan instrumen agar dapat dipahami oleh subjek penelitian. Melalui uji keterbacaan ini dapat diketahui kata-kata yang kurang dipahami, kalimat yang rancu dan kurang jelas sehingga pernyataan dalam instrumen dapat disederhanakan tanpa mengubah maksud dari pernyataan tersebut. Uji keterbacaan ini dilakukan kepada 10 orang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), yaitu 3 orang kelas VII, 4 orang kelas VIII, dan 3 orang kelas IX. Setelah dilakukan uji keterbacaan, cerita moral dalam instrumen yang kurang jelas diperbaiki sesuai kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh siswa. Berdasarkan uji keterbacaan terhadap instrumen penalaran moral, semua siswa menyatakan bahwa mereka mengerti dengan cerita yang dimaksud dalam instrumen. c. Uji Validitas Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukan atau mengungkapkan tingkat kevalidan atau kesahihan instrumen yang akan dipergunakan dalam penelitian agar dapat memberikan hasil yang meyakinkan terhadap variabel yang diukur

61 (Sukmadinata, 2006). Dengan kata lain, instrumen yang digunakan dalam penelitian dapat mengukur apa yang hendak diukur. Hasil penelitian dapat dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2009: 172). Uji validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi Product Moment, adapun pengolahannya dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel 2007. Adapun rumus korelasi Product Moment yang digunakan adalah sebagai berikut. Dimana: N X Y = koefisien korelasi yang dicari = jumlah responden uji coba = jumlah skor jawaban = jumlah skor total jawaban (Arikunto, 2002:244) Validitas ini dilakukan pada setiap pertanyaan. Hasil koefisien korelasi tersebut selanjutnya diuji signifikasnsi koefisien korelasinya menggunakan Uji-t dengan rumus :

62 t = r n - 1-2 2 r Dimana : t = harga t hitung untuk tingkat signifikansi r = Koefisien korelasi n = Jumlah responden (Riduwan, 2008:98) Setelah diperoleh t hitung selanjutnya membandingkannya dengan t tabel untuk mengetahui tingkat signifikansinya dengan ketentuan t hitung > t tabel.. Uji validitas instrumen dilakukan pada tanggal 4 Juni 2010 kepada siswa kelas VIII-E. Hasil uji validitas instrumen penalaran moral disajikan pada tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Penalaran Moral Kesimpulan Nomor Cerita Jumlah Valid 4, 6, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 22 14 Tidak Valid 1, 2, 3, 5, 9, 12, 18, 21, 23, 24, 25 11 Hasil uji validitas instrumen penalaran moral menunjukkan bahwa dari 25 cerita dilema moral, terdapat 14 cerita yang valid dan 11 cerita yang tidak valid. Dari 14 cerita yang valid, cerita yang mewakili aspek kepatuhan berjumlah 5, yang mewakili aspek kejujuran berjumlah 4, dan yang mewakili aspek keadilan berjumlah 5. Hasil menunjukkan bahwa untuk 14 cerita yang valid sudah memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data.

63 d. Uji Reliabilitas Reliabilitas instrumen ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Derajat konsistensi diperoleh sebagai proporsi varian skor perolehan subjek. Dalam hal ini, skor perolehan terdiri dari skor murni dan skor kekeliruan galat pengukuran. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen, data uji coba diolah secara statistik dengan memanfaatkan program Microsoft Excel 2007. Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat sejauhmana tingkat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Untuk menguji nilai reliabilitas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Alpha, sebagai berikut. Dimana: = reliabilitas instrumen = banyaknya butir pernyataan atau soal = jumlah varians butir = varians total (Arikunto, 2002: 171)

64 Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Keeratan Hubungan (Korelasi) (Riduwan, 2008:98) Antara 0, 800 1, 000 Antara 0, 600 0, 799 Antara 0, 400 0, 599 Antara 0, 200 0, 399 Antara 0, 000 0, 199 Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi Rendah Sangat Rendah Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen penalaran moral diperoleh jumlah varians butir sebesar 19,92 dan varians total sebesar 32,6, sehingga harga reliabilitas yang diperoleh sebesar 0.41 dengan taraf signifikansi 5% yaitu 0,202 yang artinya bahwa derajat keterandalan instrumen yang digunakan cukup tinggi artinya instrumen ini mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan cukup konsisten serta layak untuk digunakan dalam penelitian sebagai alat pengumpul data. D. Deskripsi Instrumen Pengumpul Data Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen penalaran moral yang disajikan dalam bentuk cerita dilema moral. Untuk mengisi instrumen ini, responden (siswa) terlebih dahulu harus membaca cerita yang mengandung dilema moral yang berhubungan dengan tindakan mencuri, kesembronoan, berbohong, hukuman, serta keadilan dan otoritas, kemudian siswa memilih salah satu jawaban antara a, b, c, atau d berdasarkan pertimbangan siswa terhadap cerita moral yang telah dibaca sebelumnya.

65 Untuk menentukan nilai siswa pada setiap jawaban disesuaikan dengan kriteria penyekoran untuk setiap cerita. Skor yang diberikan untuk setiap jawaban berkisar dari 1 sampai dengan 4. Tabel 3.5 Kriteria Penyekoran Instrumen Skor Deskripsi 4 Jika responden (siswa) memilih jawaban yang benar dan alasannya tepat 3 Jika responden (siswa) memilih jawaban yang benar, tetapi alasannya kurang tepat 2 Jika responden (siswa) memilih jawaban kurang tepat dan alasannya pun kurang tepat 1 Jika responden (siswa) memilih jawaban yang tidak tepat dan alasannya pun tidak tepat Kriteria penyekoran untuk setiap cerita adalah sebagai berikut. Nomor Cerita Alternatif Jawaban a b c d 1 3 4 2 1 2 4 3 2 1 3 2 4 1 3 4 1 2 3 4 5 2 4 1 3 6 1 2 4 3 7 1 2 3 4 8 3 4 1 2 9 2 1 4 3 10 1 4 3 2 11 1 2 4 3 12 2 1 3 4 13 3 2 1 4 14 4 3 2 1 Angka-angka yang dideskripsikan merupakan gambaran yang diberikan responden mengenai variabel yang diteliti. Yang menjadi variabel penelitian adalah

66 penalaran moral, yang meliputi tahap penalaran moral otonom dan heteronom, berdasarkan aspek kepatuhan, kejujuran dan keadilan. E. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Soreang Kabupaten Bandung, dengan populasi penelitian adalah siswa kelas VIII tahun ajaran 2009/2010, sedangkan sampelnya terdiri dari 2 kelas, yaitu 1 kelas dari kelas VIII F dan 1 kelas dari kelas VIII J. Hal ini didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: 1. SMP Negeri 1 Soreang berada di wilayah yang pada umumnya anak remaja di kawasan itu tidak melanjutkan sekolah, tetapi lebih memilih bekerja sebagai penarik delman dan penjahit borongan di konveksi-konveksi terdekat. Minimnya pendidikan yang mereka peroleh dan cara bergaul mereka, menghadapkan siswa pada kontradiksi antara konsep moral yang telah diterima dengan apa yang telah dialami di luar lingkungan keluarga. 2. Siswa SMP berada pada masa remaja yang telah melewati masa peralihan dari sekolah dasar (SD) yang relatif homogen ke SMP yang lebih heterogen. Yang dimaksud homogen adalah bahwa ketika di sekolah dasar, siswa memiliki kecenderungan kuat untuk memilih teman dari kelasnya sendiri di sekolah dan yang dipilih adalah teman sejenis daripada lawan jenis, sedangkan ketika menduduki bangku SMP, siswa memilih teman dari berbagai kalangan yang memiliki minat dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, serta dapat dipercaya, baik dengan sesama jenis maupun dengan

67 lawan jenis (Hurlock, 1980:215). Hal ini memberikan kemungkinan bagi siswa untuk menghadapi berbagai situasi pergaulan dengan berbagai macam tuntutan dan harapan teman-temannya dalam bersikap sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan random sampling. Cara ini dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel dengan mengundi setiap anggota populasi berdasarkan kelasnya. Anggota populasi penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 3.6 berikut. Tabel 3.6 Anggota Populasi Penelitian Kelas VIII No Kelas Jumlah Siswa 1. Kelas VIII - A 46 2. Kelas VIII - B 46 3. Kelas VIII - C 46 4. Kelas VIII - D 46 5. Kelas VIII - E 44 6. Kelas VIII - F 46 7. Kelas VIII - G 45 8. Kelas VIII - H 47 9. Kelas VIII - I 46 10. Kelas VIII - J 44 Dari keseluruhan jumlah populasi yang berjumlah 10 kelas, diambil sampel 2 kelas. Pengambilan jumlah sampel didasarkan pada pendapat Arikunto (2002:112) yang menyatakan bahwa: apabila populasinya kurang dari 100, maka seluruhnya dijadikan sampel sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan

68 jika populasinya besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana. F. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data 1. Verifikasi Data Verifikasi data dilakukan untuk menyeleksi kelengkapan jumlah angket yang akan diujicobakan dan angket yang telah diujicobakan. Jika hasil seleksi menunjukkan bahwa angket yang telah diisi oleh sampel sudah lengkap dan memenuhi syarat, maka dilanjutkan dengan pengolahan data sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. 2. Penyekoran Data Penyekoran data dilakukan setelah verifikasi data selesai, caranya adalah dengan menetapkan teknik skoring terhadap setiap alternatif jawaban yang diberikan responden. Adapun mekanisme penyekoran terhadap setiap jawaban adalah sebagai berikut. Jika responden (siswa) memilih jawaban yang benar dan alasannya tepat, maka diberi skor 4; Jika responden (siswa) memilih jawaban yang benar, tetapi alasannya kurang tepat, maka diberi skor 3; Jika responden (siswa) memilih jawaban kurang tepat dan alasannya pun kurang tepat, maka diberi skor 2; dan Jika responden (siswa) memilih jawaban yang tidak tepat dan alasannya pun tidak tepat, maka diberi skor 1.

69 3. Pengelompokan Data Gambaran penalaran moral siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Soreang akan dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu otonom, semi otonom, dan heteronom. Cara menentukan batas setiap kategori melalui distribusi frekuensi data yang dikelompokkan dengan memakai patokan skor ideal. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. a. Menghitung rentang dengan cara mengurangi skor terbesar dengan skor terkecil. b. Menghitung panjang kelas yang sekaligus dapat menentukan batas kelas atau kelompok. Panjang kelas dihitung berdasarkan pada banyak kelas yang sudah ditentukan, yaitu tiga kelas. c. Menyusun interval kelas dengan cara menentukan bilangan awal untuk interval kelas pertama (paling bawah) yang merupakan kelipatan dari panjang kelas dan tidak lebih kecil dari skor terkecil dikurangi panjang kelas. Bilangan awal ini harus sama dengan atau lebih kecil dari skor terkecil (Furqon, 1997:22). d. Menghitung frekuensi dengan cara menturus setiap nilai yang ada kedalam interval kelas masing-masing, kemudian menjumlahkan banyak turus yang didapat (Furqon, 1997:22). e. Setelah dihitung frekuensi dari setiap kelas, selanjutnya jumlah frekuensi dihitung kedalam bentuk persen. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengelompokkan data di atas diperoleh patokan kategori sebagai berikut.

70 Tabel 3.7 Tahap Penalaran Moral Siswa SMP Kategori Interval % Otonom 48-55 18,39 Semi Otonom 40-47 72,41 Heteronom 32-39 9,19 Setiap kategori interval mengandung pengertian sebagai berikut. Otonom : Siswa yang berada pada tahap penalaran moral otonom atau disebut juga tahap independensi moral mencapai 18,39%. Pada tahap ini siswa sudah memiliki pemikiran akan perlunya memodifikasi aturan-aturan untuk disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Siswa menyadari bahwa peraturan dan hukum dibuat oleh manusia dan dalam menilai suatu tindakan seseorang harus mempertimbangkan intensi pelaku selain memikirkan konsekuensinya. Semi Otonom : Siswa yang berada pada tahap penalaran moral semi otonom mencapai 72,41%. Tahap ini merupakan masa transisi dari tahap penalaran moral heteronom menuju tahap penalaran moral otonom, dan karakteristik yang ditunjukkan siswa pada tahap ini adalah karakteristik yang dimiliki kedua tahap tersebut. Pada tahap ini, siswa memahami bahwa peraturan yang berasal dari luar dirinya dapat diubah menurut aturanaturan yang dibuat oleh dirinya, tetapi ia belum dapat

71 melepaskan diri dari pengaruh luar karena ia harus memelihara aturan itu dan harus memperlihatkan rasa hormat kepada otoritas, sehingga terdapat perbedaan antara intensi dengan pelaksanaan peraturan itu. Heteronom : Siswa yang berada pada tahap penalaran moral heteronom mencapai 9,19%. Pada tahap ini, siswa cenderung menerima begitu saja segala aturan yang diberikan oleh orang-orang yang dianggap kompeten. Keadilan dan peraturan dipahami sebagai sesuatu yang tidak dapat diubah.