IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. kabijakan pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB III TINJAUAN WILAYAH

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

BAB IV GAMBARAN UMUM

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di pulau Jawa, antara

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BANTUL TAHUN 2012 BUPATI BANTUL,

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN OBJEK. a. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Gunung Kidul, yaitu sebanyak 454 jiwa per kilo meter persegi.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. benua (benua Asia dan benua Australia) dan dua samudera (samudra Pasifik dan

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

Lampiran I.34 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris, di mana pertanian

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Transkripsi:

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Administrasi dan Geografi Secara geografis posisi Provinsi D.I. Yogyakarta terletak antara 7 o.33 8 o.12 Lintang Selatan dan 110 o.00 110 o.50 Bujur Timur, dengan luas 3.185,80 km 2 atau 0,17 % dari luas Indonesia. Provinsi ini terbagi dalam empat kabupaten dan satu kota. 1. Kabupaten Kulon Progo, dengan luas 586,27 km 2 (18,40%) 2. Kabupaten Bantul, dengan luas 506,85 km 2 (15,91%) 3. Kabupaten Gunungkidul, dengan luas 1.485,36 km 2 (46,62%) 4. Kabupaten Sleman, dengan luas 574,82 km 2 (18,04%) 5. Kota Yogyakarta, dengan luas 32,50 km 2 (1,02%). 6. Secara keseluruhan terbagi atas 78 kecamatan, 45 kelurahan dan 393 desa. Berdasarkan satuan fisiografis, Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari: pegunungan Selatan dengan Luas lebih kurang 1.656,25 km 2 dan ketinggian 150 700 m dari permukaan laut. pegunungan berapi Merapi dengan Luas lebih kurang 582,81 km 2 dan ketinggian 80 2.911 m dari permukaan laut. Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulon Progo dengn Luas lebih kurang 215,62 km 2 dan ketinggian 0 80 m dari permukaan laut. Pegunungan Kulon Progo dan Dataran Rendah Selatan dengan Luas lebih kurang 706,25 km 2 dan ketinggian 0 572 m dari permukaan laut. Sebagian besar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terletak pada ketinggian 100-499 m dari permukaan laut (63,18 persen), ketinggian kurang dari 100 m (31,56 persen), ketinggian antara 500-999 m (4,79 persen) dan ketinggian di atas 1000 m (0,47 persen). Daerah Istimewa Yogyakarta beriklim tropis, dengan curah hujan berkisar antara 100 499 mm yang dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau. Batas-batas Provinsi D.I. Yogyakarta adalah di bagian Selatan dibatasi oleh Lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur Laut, Tenggara, Barat dan Barat Laut berbatasan dengan wilayah Jawa Tengah, yaitu: Kabupaten Klaten di bagian Timur Laut, Kabupaten Wonogiri di bagian Tenggara, Kabupaten Purworejo di bagian Barat, dan Kabupaten Magelang di bagian Barat Laut (BPS, 2005c). Kabupaten Gunungkidul

merupakan kabupaten yang berada di bagian Timur Laut sedangkan Kabupaten Bantul berada disebelah Selatan Provinsi D.I. Yogyakarta. 4.2. Kondisi Lahan Klasifikasi tingkat kemiringan lahan di Provinsi D.I. Yogyakarta dibagi menjadi 4 (empat) tingkat yaitu : tingkat kemiringan 0 sampai 2 seluas 122.396 ha, tingkat kemiringan > 2 sampai 15 seluas 76.746 ha, tingkat kemiringan > 15 sampai 40 seluas 80.617 ha, dan tingkat kemiringan lebih besar dari 40 seluas 38.821 ha. Luas lahan kabupaten/kota di wilayah Provinsi DI Yogyakarta berdasarkan topografi/kelerengan dapat dilihat pada Tabel 10, sedangkan luas wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta berdasarkan ketinggian dari permukaan laut dapat dilihat pada Tabel 11. Jenis tanah di tiap kabupaten/kota di wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta terdiri dari beberapa jenis, yaitu: di Kabupaten Gunungkidul sebagian besar berjenis tanah Lithosol, di Kabupaten Bantul didominasi jenis tanah Regosol, di Kota Yogyakarta didominasi jenis tanah Regosol, di Kabupaten Sleman didominasi jenis tanah Regosol dan di Kabupaten Kulon Progo didominasi jenis tanah Latosol. Secara rinci jenis tanah, luas dan penyebarannya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 10. Luas lahan kabupaten/kota di wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta berdasarkan topografi /kelerengan tahun 2006. Lereng (%) No Kabupaten/Kota Luas 0 2 >2 15 >15 40 >40 (ha) 1. Gunungkidul 28.488 38.998 57.365 23.685 148.536 2. Bantul 33.102 8.417 6.625 2.541 50.685 3. Sleman 2.873 16 61 0 3.250 4. Kulon Progo 34.128 18.192 3.546 1.616 57.482 5. Yogyakarta 23.805 10.823 13.020 10.979 58.627 Propinsi DIY 122.396 76.746 80.617 38.821 318.580 Persentase 38,42 24,09 25,31 12,18 100,00 Sumber : BPS (2005c) 60

Tabel 11. Luas wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta berdasarkan ketinggian dari permukaan laut tahun 2006. No Ketinggian (m dpl) Luas (ha) Persentase (%) 1 < 100 1.005,33 31,56 2 100 500 2.012,95 63,18 3 > 500-1.000 152,57 4,79 4 > 1.000 14,95 0,47 Sumber : BPS (2005c) Jumlah 3.185,80 100,00 Berdasarkan Survei Pertanian tahun 2003, luas potensi lahan di Provinsi D.I. Yogyakarta untuk mendukung pembangunan pertanian adalah sebesar 318.500 hektar yang mencakup: lahan sawah (beririgasi dan tadah hujan) seluas 58.210 hektar, lahan kering (tegal, ladang, penggembalaan rumput, lahan bera, dan lahan lainnya) seluas 260.370 hektar. Tabel 12. Luas tanah menurut jenisnya di Propinsi D.I. Yogyakarta. No Jenis Kabupaten/Kota (ha) Tanah Gunung Bantul Kota Sleman Kulon Jumlah Kidul Yogyakarta Progo 1 Aluvial 70 1.162 0 0 5.887 7.119 2 Lithosol 101.245 7.303 0 2.317 3.613 114.478 3 Regosol 42 24.938 3.250 49.568 9.512 87.310 4 Renzina 4.895 658 0 0 0 5.553 5 Grumusol 10.935 7.888 0 1.746 12.732 33.301 6 Mediteran 25.756 1.636 0 3.851 1.554 32.797 7 Latosol 5.593 7.100 0 0 25.329 38.022 Jumlah 148.536 50.685 3.250 57.482 58.627 318.580 Sumber: BPS (2005c) 61

4.3. Kependudukan Menurut hasil Susenas jumlah penduduk D.I. Yogyakarta pada tahun 2005 adalah sebesar 3.207.385 jiwa, yang terdiri dari 1.595.183 jiwa laki-laki ( 49,73%) dan 1.612.202 jiwa perempuan (50,27%). Jika dibandingkan dengan luas wilayah (3.185,80 km 2 ) kepadatan penduduk adalah sebesar 1.006,78 jiwa per km 2. Pertumbuhan jumlah penduduk pada tahun 2005 adalah 1,61 persen, dengan jumlah rumahtangga 922.636, sehingga rata-rata dalam satu rumah tangga terdapat tiga sampai empat jiwa. Jumlah penduduk untuk masing-masing kabupaten/kota adalah sebagai berikut : 1. Kabupaten Kulon Progo 375.153 jiwa 2. Kabupaten Bantul 809.971 jiwa 3. Kabupaten Gunungkidul 755.941 jiwa 4. Kabupaten Sleman 940.019 jiwa 5. Kota Yogyakarta 390.941 jiwa Sumber : BPS (2005c) 4.4. Perekonomian 4.4.1. Pencapaian PDRB Mengacu kebijakan setelah krisis ekonomi maka pembangunan pertanian secara nasional pada tahun 2008 diprioritaskan pada upaya peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis (Perpres, 2007). Secara nasional peran sektor pertanian tetap dominan karena lebih dari 30 persen pendapatan domestik bruto (PDB) disumbang oleh sektor pertanian. Di Provinsi D.I. Yogyakarta sektor pertanian juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PDRB provinsi.. Kontribusi D.I. Yogyakarta terhadap PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2002 sebesar 17,25 persen dan turun menjadi 16,54 persen pada tahun 2003 (turun 4,12%). Namun demikian sektor pertanian masih merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar ketiga setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran (19,31%) dan sektor jasa-jasa (17,88%). Kontribusi terbesar dalam sektor pertanian diperoleh dari subsektor tanaman pangan 12,74 persen (73,86%), subsektor peternakan 2,32 persen (13,45%), subsektor kehutanan 1,34 persen (7,77%), subsektor perkebunan 0,55 persen (3,18%), dan subsektor perikanan 0,30 persen (1,74%). 62

4.4.2. Pencapaian PAD Kontribusi Dinas Pertanian Provinsi D.I. Yogyakarta terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dihasilkan dari UPTD pada tahun 2004 adalah sebesar Rp.566.056.038,- atau tercapai 116,20 persen dari target Rp.487.202.600,- yang berarti surplus sebesar Rp.78.853.438,-. PAD ini bersumber dari hasil penjualan benih padi, benih palawija, benih hortikultura, susu sapi, daging (ternak afkir, ternak bibit, pedet), dan jasa mobil box daging. 4.4.3.Penyerapan tenaga kerja 4.4.3.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Dua indikator pokok yang sering digunakan untuk melihat partisipasi penduduk di bidang ketenagakerjaan adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan perbandingan antara banyaknya angkatan kerja dengan total penduduk usia kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang merupakan perbandingan banyaknya pengangguran dengan banyaknya angkatan kerja. Di Propinsi DI Yogyakarta walaupun jumlah penduduk perempuan selalu meningkat tiap tahun namun partisipasi angkatan kerja perempuan pada tahun 2004 yaitu 63,5 persen dibandingkan laki-laki sebesar 80,6 persen dan menurun pada tahun 2005 menjadi 60,9 persen dibandingkan dengan laki-laki sebesar 78,8 persen (KPP, 2005). Di Propinsi DI Yogyakarta TPT perempuan selalu lebih tinggi dari laki-laki yaitu 6,9 persen berbanding 5,7 persen pada tahun 2004 dan 8,1 persen berbanding 7,2 persen pada Nopember 2005 (KPP, 2005a). 4.4.3.2. Lapangan pekerjaan Lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan dari usaha di mana seseorang bekerja. Lapangan pekerjaan berdasarkan Sakernas 2005 dibagi menjadi 3 kelompok yaitu Sektor Pertanian, Manufaktur, dan Jasa dengan rincian seperti pada Tabel 13. Penyerapan tenaga kerja perempuan di Provinsi D.I. Yogyakarta terbesar adalah pada sektor jasa dan pertanian. 63

Tabel 13. Persentase pekerjaan menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin, Propinsi DI Yogyakarta tahun 2004-2005 Lapangan Pekerjaan 2004 2005 Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Pertanian 40,6 35,5 36,2 33,0 Manufaktur 12,3 25,2 15,0 26,6 Jasa 47,1 39,3 48,8 40,4 Sumber: BPS (2005c) 4.4.3.3. Jam Kerja dan Upah Banyaknya jam kerja menggambarkan tinggi rendahnya produktivitas tenaga kerja. Berdasarkan jam kerja tampak bahwa rata-rata perempuan memiliki jam kerja yang lebih rendah daripada laki-laki. Hal ini tercermin dari lebih tingginya proporsi perempuan yang bekerja di bawah jam kerja normal (35 jam kerja seminggu) (Tabel 14.). Tabel 14. Penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut jumlah jam kerja seminggu dan jenis kelamin, Propinsi DI Yogyakarta, 2004-2005 Jumlah 2004 2005 Jam Kerja Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki 0 1,5 1,4 1,0 0,9 < 35 jam 36,7 21,5 38,9 21,2 35 60 jam 51,6 66,0 49,1 66,5 > 60 jam 10,2 11,1 11,1 11,4 Sumber: BPS (2005c) Secara umum, upah yang diterima perempuan lebih rendah dari laki-laki baik di perkotaan maupun di perdesaan. Faktor keterampilan dan rendahnya tingkat pendidikan menjadi penyebab perempuan digaji lebih rendah dari laki-laki. Rata-rata upah sebulan menurut pendidikan dan jenis kelamin di propinsi DI Yogyakarta disajikan pada Tabel 15. 64

Tabel 15. Rata-rata upah pekerja menurut pendidikan dan jenis kelamin di propinsi DI Yogyakarta, 2004-2005 (dalam ribuan rupiah) 2004 2005 Pendidikan Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki SD ke bawah 259,5 437,5 238,0 441,9 SLP 329,1 478,8 321,0 521,1 SLA 565,1 706,5 553,2 797,8 PT 1.121,2 1.347,3 981,7 1.521,6 Sumber: BPS (2005c) 4.5. Sosial Kondisi sosial digambarkan dengan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakatnya. Di Provinsi DI Yogyakarta pendidikan tertinggi yang dicapai oleh perempuan dan laki-laki berdasarkan ijasah/sttb tertinggi yang dimilikinya ditunjukkan oleh Tabel 16. Tabel 16. Pendidikan tertinggi yang dicapai oleh perempuan dan laki-laki berdasarkan ijasah/sttb tertinggi yang dimiliki di Provinsi DI Yogyakarta No Pendidikan Laki-laki Perempuan 1 Tdk punya Ijazah 20.12 30.11 2 SD/MI 24.50 24.07 3 SLTP/MTs 18.77 15.10 4 > SLTA 36.62 30.73 Sumber: KPP (2005a) Kualitas kesehatan laki-laki dan perempuan di Provinsi DI Yogyakarta ditunjukkan dengan angka keluhan kesehatan dan angka kesakitan pada tabel 17. Tabel 17. Angka keluhan kesehatan dan angka kesakitan yang dialami oleh lakilaki dan perempuan di Provinsi DI Yogyakarta. No Kesehatan Laki-laki Perempuan 1 Keluhan kesehatan 32.43 33.03 2 Angka Kesakitan 15.37 14.85 Sumber: KPP (2005a) 65

4.6. Gambaran Umum Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul terletak di sebelah Selatan Provinsi D.I. Yogyakarta. Berdasarkan peta administrasi wilayah, sebelah Utara Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo. Secara geografis Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" - 08 00' 27" Lintang Selatan dan 110 12' 34" - 110 31' 08" Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km 2 (15,90% dari luas wilayah Provinsi DIY) dengan topografi dataran rendah (40 persen) dan lebih dari separuhnya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur. Secara rinci topografi lahan Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut. 1. Bagian barat, adalah daerah landai yang disertai perbukitan yang membujur dari utara ke selatan seluas 89,86 km 2 (17,73% dari seluruh wilayah). 2. Bagian tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210.94 km 2 (41,62%). 3. Bagian timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian barat, seluas 206,05 km 2 (40,65%). 4. Bagian selatan, merupakan bagian dengan keadaan alam yang berpasir dan sedikir berlagun, terbentang di pantai selatan mulai dari Kecamatan Srandakan, Sanden, dan Kretek. Kabupaten Bantul dialiri enam sungai, yaitu: 1) Sungai Oyo, 2) Sungai Opak, 3) Sungai Code, 4) Sungai Winongo, 5) Sungai Bedog, dan 6) Sungai Progo 4.6.1. Tinggi Tempat Ketinggian tempat atau elevasi ditentukan berdasarkan elevasi lahan daratan dari permukaan air laut. Ketinggian tempat Kabupaten Bantul dibagi menjadi empat kelas dan hubungan kelas ketinggian dengan luas sebarannya seperti disajikan pada Tabel 18. 66

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa kelas ketinggian tempat yang memiliki penyebaran paling luas adalah elevasi antara 25-100 meter (27.709 ha atau 54,67%) yang terletak pada bagian utara, bagian tengah, dan bagian tenggara Kabupaten Bantul. Wilayah yang mempunyai elevasi rendah (elevasi < 7 meter) seluas 3.228 ha (6,37%) terdapat di Kecamatan Kretek, Kecamatan Sanden, dan Kecamatan Srandakan. Wilayah dengan elevasi rendah umumnya berbatasan dengan Samudera Indonesia. Untuk wilayah yang mempunyai elevasi di atas 100 meter terdapat di sebagian Kecamatan Dlingo, Imogiri, Piyungan, dan Pajangan. Tabel 18. Hubungan kelas ketinggian dengan luas penyebaran No Kelas Ketinggian (dpl) m Luas (ha) (%) 1 0-7 3.228 6,37 2 7-25 8.948 17,65 3 25-100 27.709 54,67 4 100-500 10.800 21,31 5 >500 - - Jumlah 50.685 100 Sumber: BPS (2005b) Ketinggian wilayah per kecamatan di Kabupaten Bantul dapat dilihat pada Tabel 19. Dari Tabel 19 terlihat bahwa daerah Srandakan dan Sanden merupakan daerah terendah di antara kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Bantul, yaitu berkisar dari 0 sampai 25 meter dari permukaan laut, mencakup areal seluas 4.161 ha (8,2% dari seluruh luas kabupaten). Tabel 19. Ketinggian Wilayah Kabupaten Bantul Per Kecamatan No Kecamatan Luas dan Ketinggian Tempat (dpl) Luas 0-7 m >7-25 m >25-100 m >100-500 m >500 m (ha) 1 Srandakan 1.058 776 - - - 1.834 2 Sanden 1.246 1.081 - - - 2.327 3 Kretek 924 1.335 190 101-2.550 4 Pundong - 1.938 230 199-2.376 5 Bambanglipuro - 1.494 788 - - 2.282 6 Pandak - 1.312 1.117 - - 2.429 7 Pajangan - 221 2.646 452-3.319 8 Bantul - - 2.199 - - 2.199 67

Tabel 19. (lanjutan) No Kecamatan Luas dan Ketinggian Tempat (dpl) Luas 0-7 m >7-25 m >25-100 m >100-500 m >500 m (ha) 9 Jetis - - 2.549 11-2.560 10 Dlingo - - 815 4.819-5.634 11 Banguntapan - - 2.154 475-2.629 12 Pleret - - 1.783 345-2.128 13 Piyungan - - 1.965 1.347-3.312 14 Sewon - - 2.676 - - 2.676 15 Kasihan - - 2.608 630-3.238 16 Sedayu - - 3.262 149-3.411 17 Imogiri - 791 2.718 2.272-5.781 JUMLAH 3.228 8.948 27.7099 10.800-50.685 Sumber: BPS (2005b) 4.6.2. Kemiringan Lahan Klasifikasi kemiringan lahan di Kabupaten Bantul dibagi menjadi enam kelas dan hubungan kelas kemiringan/lereng dengan luas sebarannya dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Hubungan kelas lereng dengan luas penyebaran No Kelas Lereng (%) Luas (ha) 1 0-2 31.421 2 2-8 5.898 3 8-15 2.800 4 15-25 2.293 5 25-40 4.264 6 > 40 4.009 Jumlah 50.685 Sumber: BPS (2005b) Wilayah Kabupaten Bantul pada umumnya berupa daerah dataran (kemiringan kurang dari 2%) dengan penyebaran di wilayah selatan, tengah, dan utara dari Kabupaten Bantul dengan luas sebesar 31.421 ha (61,99%). Untuk wilayah timur dan barat umumnya berupa daerah yang mempunyai kemiringan 2,1-40,0% dengan luas sebesar 15.148 ha (30%). Sebagian kecil wilayah timur dan barat seluas 4.011 ha (8%) mempunyai kemiringan lereng di atas 40,1%. Wilayah kecamatan yang paling luas memiliki lahan miring terletak di Kecamatan Dlingo dan Imogiri, sedangkan wilayah kecamatan yang didominasi oleh lahan datar terletak di Kecamatan Sewon dan Banguntapan. 68

Tabel 21. Luas wilayah berdasarkan kemiringan tanah di Kabupaten Bantul No Kecamatan Luas dan ketinggian tempat (dpl) Jumlah 0-2% >2-8% >8-15% >15-25% >25-40% >40% (ha) 1 Srandakan 1.680 154 - - - - 1.834 2 Sanden 2.100 227 - - - - 2.327 3 Kretek 1.756 288-27 11 468 2.550 4 Pundong 1.395 171-90 108 612 2.376 5 Bambanglipuro 2.210 72 - - - - 2.282 6 Pandak 2.123 306 - - - - 2.429 7 Pajangan 865 661 990 162 394 247 3.319 8 Bantul 2.184 - - 15 - - 2.199 9 Jetis 2.305 81-144 - 30 2.560 10 Imogiri 1.768 585 279 900 954 1.295 5.781 11 Dlingo 72 1.993 268 572 1.433 1.296 5.634 12 Banguntapan 2.629 - - - - - 2.629 13 Pleret 704 431 265 55 547 26 2.128 14 Piyungan 2.187 702 - - 423-3.312 15 Sewon 2.618 - - 8 - - 2.626 16 Kasihan 2.262-598 182 161 35 3.288 17 Sedayu 2.513 227 300 138 233-3.411 Jumlah 31.421 5.898 2.800 2.293 4.264 4.009 50.685 Sumber : BPS (2005b) 4.6.3. Jenis Tanah Wilayah Kabupaten Bantul mempunyai tujuh jenis tanah yaitu tanah Alluvial, Lithosol, Regosol, Renzina, Grumosol, Mediteran, dan Latosol. Hubungan jenis tanah dengan luas sebarannya dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Hubungan jenis tanah dengan luas penyebaran No Jenis Tanah Luas (ha) % 1 Rendzina 787,8 1,55 2 Alluvial 1188,5 2,34 3 Grumosol 7.607,7 15,01 4 Latosol 6.537,9 12,89 5 Mediteran 1.564,4 3,08 6 Regosol 25.930,9 51,16 7 Litosol 7.067,8 13,97 Jumlah 50.685,0 100,00 Sumber: BPS (2005b) Pada Tabel 22 di atas terlihat bahwa jenis tanah Regosol merupakan jenis tanah yang dominan di wilayah Kabupaten Bantul. Jenis tanah ini tersebar pada Kecamatan Kasihan, Sewon, Banguntapan, Jetis, Bantul, dan Bambanglipuro seluas 25.930,9 ha 69

(51,16%). Tanah Regosol adalah tanah yang berasal dari material gunung berapi, bertekstur (mempunyai butiran) kasar bercampur dengan pasir, dengan solum tebal dan memiliki tingkat kesuburan rendah. Tanah Litosol berasal dari batuan induk batugamping, batupasir, dan breksi/konglomerat, tersebar di Kecamatan Pajangan, Kasihan, dan Pandak. Tanah Mediteran berasal dari batugamping karang, batugamping berlapis, dan batupasir, tersebar di Kecamatan Dlingo dan Sedayu. Tanah Latosol berasal dari batuan induk breksi, tersebar di Kecamatan Dlingo, Imogiri, Pundong, Kretek, Piyungan, dan Pleret. Tanah Grumosol berasal dari batuan induk batugamping berlapis, napal, dan tuff, terdapat di Kecamatan Sedayu, Pajangan, Kasihan, Pandak, Sanden, Bambanglipuro, dan Srandakan. 4.6.4. Geologi Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Bantul secara umum terdiri dari batuan beku, batuan sedimen, dan endapan. Berdasarkan sifat-sifat batuannya dapat diperinci menjadi tujuh formasi yaitu Formasi Yogyakarta (46%), Formasi Sentolo (18%), Formasi Sambipitu (3%), Formasi Semilir-Nglanggran (24%), Formasi Wonosari (8%), dan gumuk pasir (1%). Formasi adalah suatu susunan batuan yang mempunyai keseragaman ciri-ciri geologis yang nyata, baik terdiri dari satu macam jenis batuan, maupun perulangan dari dua jenis batuan atau lebih yang terletak di permukaan bumi atau di bawah permukaan. Formasi Geologi menunjukkan kelompok-kelompok batuan yang berguna sebagai indikator terdapatnya suatu bahan tambang. Untuk mengetahui jumlah cadangan bahan galian dan prospek pengembangannya memerlukan penanganan lebih lanjut dari dinas/instansi terkait. Dalam Tabel 23 diperlihatkan hubungan Formasi Geologi dengan luas penyebarannya. Tabel 23. Hubungan formasi geologi dengan luas penyebaran No Formasi Geologi Jenis Batuan Luas (ha) 1 F. Yogyakarta Pasir vulkanik klastik, lanau, gravel 23.316 2 F. Sentolo Batu gamping berlapis, napal, tuff 9.123 3 F. Sambipitu Konglomerat, batupasir 1.520 4 F. Semilir-Nglanggran Breksi, batupasir, tuff 12.164 5 F. Wonosari Batu gamping karang lagoon 4.055 6 F. Gumuk Pasir Pasir tersortasi 0.507 Jumlah 50.685 Sumber: BPS (2005b) 70

4.6.5. Pola Curah Hujan Data curah hujan disajikan sebagai perbandingan adalah data pada tahun 2002 dan tahun 2004. Untuk mengetahui pola curah hujan pada suatu wilayah tertentu diperlukan parameter data minimal berupa banyaknya hari hujan dan intensitas curah hujan bulanan seperti terlihat dalam Tabel 24. Akan tetapi untuk keperluan analisis pola curah hujan akan lebih tepat apabila menggunakan data yang diambil dalam kurun waktu sedikitnya lima tahun yang berurutan. Dari Tabel 24 terlihat jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari (16 HH) dan intensitas curah hujan terbesar terjadi pada bulan Februari (366 mm) untuk tahun 2002. Sedangkan untuk tahun 2004 jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Maret (21 HH) dan intensitas curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember (316 mm). No Bulan Tabel 24. Pola curah hujan tahun 2002 dan 2004 2002 2004 HH mm HH Mm 1 Januari 16 317 30 282 2 Februari 15 366 19 243 3 Maret 7 149 21 239 4 April 6 134 17 208 5 Mei 2 67 5 45 6 Juni 0 0 1 2 7 Juli 0 0 2 12 8 Agustus 0 0 0 0 9 September 0 0 2 3 10 Oktober 0 0 7 3 11 Nopember 9 177 11 191 12 Desember 11 176 14 316 Jumlah 66 1386 119 1544 Rata-Rata 5,5 115,50 9,92 128,67 Sumber: BPS (2005b) Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata curah hujan dari tahun 1990-2000 maka diperoleh nilai rata-rata curah hujan yang dapat dibagi menjadi curah hujan rendah (kurang dari 2.000 mm/th), curah hujan sedang (antara 2.000-2.500 mm/th) dan curah hujan tinggi (lebih dari 2.500 mm/th). Rata-rata curah hujan pada tujuh stasiun pengamat hujan yang dihitung pada tahun 2001 dan 2003 terlihat bahwa curah hujan 71

rata-rata di Kabupaten Bantul pada tahun tersebut termasuk dalam kategori rendah dan sedang. 4.6.6. Daerah Aliran Sungai Di wilayah Kabupaten Bantul terdapat tiga DAS (Daerah Aliran Sungai) yaitu DAS Progo, DAS Opak, dan DAS Oya. DAS Oya mempunyai satu sub-das yaitu sub- DAS Oya. Untuk DAS Opak mempunyai 12 sub-das yaitu sub-das Opak, Gawe, Buntung, Tepus, Kuning, Mruwe, Kedung Semerengan, Code, Gajah Wong, Winongo, Bulus, dan Belik. DAS Progo mempunyai satu sub-das yaitu sub-das Bedog. Secara keseluruhan DAS di wilayah Kabupaten Bantul menempati lahan seluas 323,5624 ha. DAS yang menempati areal paling luas adalah DAS Opak dengan luas 218,7754 ha. DAS Progo menempati luas 87,875 ha, sedangkan DAS Oya menempati lahan seluas 16,9125 ha. Sungai-sungai tersebut merupakan sungai yang berair sepanjang tahun (permanen), meskipun untuk sungai yang kecil pada musim kemarau debit airnya relatif sedikit. Tabel 25. Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Bantul No Nama DAS Nama Sub DAS Luas (ha) Luas Lahan yang belum Diari (ha) Keterangan 1 Oya Oya 1.691,25 - Muntuk 41 ha Terong 80 ha Slpmioro 160 ha 2 Opak Kali Opak 8.400,00 2.866 Kali Gawe 487,50 178 Kali Buntung 300,00 123 Kali Tepus 731,25 100 Kali Kuning 1.478,125 203 Kali Mruwe 1.343,75 619 Kali Kedung Semerangan 1.306,25 512 Kali Code 1.828,125 1.119 Kali Gadjah Wong 1.265,625 360 Kali Winongo 1.808,789 2.138 Kali Bulus 1.828,125 156 Kali Belik 1.100,00 193 3 Progo Kali Bedog 8.787,5 5.044 Jumlah 14 Sub Das 32,356,29 13.611 Sumber: BPS (2005b) Salah satu fungsi dari masing-masing DAS adalah untuk mengairi areal pertanian. Untuk DAS Opak luas lahan yang diairi adalah 8.567 ha dan untuk DAS 72

Progo luas lahan yang diairi adalah 5.044 ha. Di samping itu air sungai juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada Tabel 25. diperlihatkan data Daerah Aliran Sungai yang berada di Kabupaten Bantul. 4.6.7. Status Lahan Status lahan adalah informasi yang menggambarkan kepemilikan lahan yang ada di Kabupaten Bantul. Status lahan diklasifikasikan menjadi: Hak Negara, Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Milik Adat, Hak Pakai Tanah, Tanah Kasultanan dan Tanah Desa. Adapun status lahan di wilayah Kabupaten Bantul pada tahun 2002 dan 2004 dapat dilihat pada Tabel 26. Pada Tabel tersebut terlihat bahwa status lahan yang paling banyak adalah lahan yang merupakan hak milik sedangkan kepemilikan lahan berdasarkan jenis kelamin tidak tersedia data. Tabel 26. Klasifikasi status lahan di Kabupaten Bantul No Status Tanah Luas (m2) Perubahan 2002 2004 1 Hak Negara (TN) 44,289,629 44,289,629-2 Hak Milik 367,179,338 367,066,423 112,915 3 Hak Guna Usaha / Hak Pengelolaan - 25,000 (25,000) 4 Hak Guna Bangunan 32,156,270 32,278,716 (122,446) 5 Hak Milik Adat - - - 6 Hak Pakai 1,743,206 1,826,778 (83,572) 7 Tanah SG/PA 30,459,891 30,440,869 19,022 8 Tanah Desa 30,996,666 30,922,585 74,081 Jumlah 506.850,000 44,289,629-25.000 Sumber: BPS (2005b) 4.6.8. Penggunaan lahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Bantul berdasarkan luas lahan basah (sawah) dan lahan kering menurut kecamatan pada tahun 2005 tertera pada Tabel 27. Tabel 27. Luas lahan basah (sawah) dan lahan kering setiap kecamatan di wilayah Kabupaten Bantul dalam satuan hektar. No Kecamatan Lahan Basah (Sawah) Lahan Kering Jumlah 1. Srandakan 419 1.413 1.832 2. Sanden 986 1.330 2.316 3. Kretek 892 1.786 2.678 73

Tabel 27 (lanjutan) No Kecamatan Lahan Basah (Sawah) Lahan Kering Jumlah 4. Pundong 867 1.501 2.368 5. Bambanglipuro 1.164 1.105 2.269 6. Pandak 931 1.499 2.430 7. Bantul 1.134 1.062 2.196 8. Jetis 1.179 1.267 2.446 9. Imogiri 1.109 4.340 5.449 10. Dlingo 512 5.075 5.587 11. Pleret 865 1.432 2.297 12 Piyungan 1.385 1.869 3.254 13 Banguntapan 1.409 1.439 2.848 14 Sewon 1.317 1.399 2.716 15 Kasihan 678 2.560 3.238 16 Pajangan 262 3.063 3.325 17 Sedayu 970 2.466 3.436 Sumber : BPS (2005b) Jumlah 16.079 34.606 50.685 Lahan kering di Kabupaten Bantul seluas 20.290 hektar digunakan untuk lahan pekarangan, selebihnya digunakan untuk tegalan/ladang/kebun (6.716 ha), tambak/kolam/empang/rawa (85 ha), hutan rakyat (1.806 ha), hutan negara (1.098 ha), dan lain-lain (4.611 ha), sebagaimana disajikan dalam Tabel 28. Tabel 28. Penggunaan lahan kering di Kabupaten Bantul. No Penggunaan Lahan Kering Luas (hektar) 1 Pekarangan 20.290 2 Tegal/Ladang/kebun 6.716 3 Tambak/Kolam/Empang/Rawa 85 4 Ditanami Pohon/Hutan Rakyat 1.806 5 Hutan Negara 1.098 6 Lain-lain 4.611 Jumlah 34.606 Sumber: BPS (2005b) 74

4.6.9. Jenis Komoditas yang Diusahakan Jenis komoditas yang diusahakan, luas tanam, rata-rata produksi dan produksinya di lokasi penelitian, yaitu Kabupaten Bantul pada tahun 2004, dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Jenis komoditas yang diusahakan, luas panen, rata-rata produksi, dan produksi komoditas pertanian di Kabupaten Bantul. No Komoditas Uraian 2002 2003 2004 2005 1 Padi Sawah Luas Panen (Ha) 25.475 22.666 22.007 24.940 Rata Prod (Kw/ha) 61,17 61,25 61,76 59,90 Produksi (ton) 155.826 138.783 154.443 149.371 2 Padi Gogo Luas Panen (Ha) 262 273 200 203 Rata Prod (Kw/ha) 33,93 37,35 40,43 40,44 Produksi (ton) 889 1020 809 821 3 Jagung Luas Panen (Ha) 5.185 5.180 5.232 5.150 Rata Prod (Kw/ha) 36,89 36,95 36,53 41,60 Produksi (ton) 19.127 19.141 19.114 21.426 4 Ubi Kayu Luas Panen (Ha) 2.978 2.972 2.832 2.840 Rata Prod (Kw/ha) 119,69 123,72 141,39 166,67 Produksi (ton) 35.644 36.771 40.043 47.357 5 Ubi Jalar Luas Panen (Ha) 41 50 48 32 Rata Prod (Kw/ha) 104,88 126,64 114,01 99,71 Produksi (ton) 430 633 547 319 6 Kacang Tanah Luas Panen (Ha) 6.107 5.934 5.794 5.709 Rata Prod (Kw/ha) 12,29 12,03 12,09 10,07 Produksi (ton) 7.506 7.140 7.006 5.747 7 Kedelai Luas Panen (Ha) 4.493 4.190 4.462 4.193 Rata Prod (Kw/ha) 13,07 15,71 14,49 13,91 Produksi (ton) 5.874 6.581 6.467 5.831 Sumber : BPS (2005b). 4.6.10. Kependudukan Menurut hasil sensus penduduk di Kabupaten Bantul pada tahun 2005, jumlah penduduk Kabupaten Bantul adalah sebesar 809.971 jiwa. Berdasarkan jenis kelamin terdiri dari laki-laki 397.261 jiwa (48,97%) dan perempuan 412.710 jiwa (51,03%). Berdasar usia terdiri dari penduduk dewasa 603.839 jiwa (76,46%) dan penduduk anakanak 185.906 jiwa (23,54%). Jumlah rumah tangga (household) di Kabupaten Bantul terdapat 227.759 KK yang merupakan terbesar ke dua di Provinsi D.I. Yogyakarta setelah Kabupaten Kulonprogo, dan sebagian besar adalah Rumah Tangga Pertanian sebanyak 109.633, 75

Rumah Tangga Pertanian pengguna lahan sebanyak 109.379 dan Rumah Tangga petani gurem sebanyak 99.896. 4.6.11. Perekonomian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita atas dasar harga berlaku pada tahun 1998 sebesar Rp. 2.325.500,- naik menjadi sebesar Rp 2.608.341,- pada tahun 1999 dan pada tahun 2000 naik menjadi sebesar Rp 2.905.158,-. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dibandingkan sektor-sektor lain dan merupakan sektor yang dominan dalam pembentukan PDRB hingga tahun 2000, yang mencapai 29,65 persen dari total PDRB. Angka pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bantul tahun 1997 adalah 3,09 persen, sedang pada tahun 1998 adalah -9,35 persen. Pertumbuhan ekonomi yang minus ini menunjukkan bahwa produksi atau barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun 1998 jumlahnya menurun dibandingkan dengan produksi tahun 1997. Sedangkan pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantul (dalam hal ini dihitung melalui pertumbuhan pendapatan regional) mengalami pertumbuhan 1,3 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2000 pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan dua kali lebih besar dibandingkan tahun 1999, yaitu sebesar 3,06 persen. Sumbangan terbesar yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut diberikan oleh sektor industri pengolahan dengan pertumbuhan sebesar 5,86 persen, kemudian diikuti sektor jasa sebesar 3,72 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 3,67 persen, dan sektor pertanian sebesar 3,61 persen (BPS, 2005b). Penempatan tenaga kerja formal di Kabupaten Bantul yang ditempatkan di propinsi lain atau negara lain di dominasi oleh perempuan yaitu 725 orang perempuan dibanding 22 orang laki-laki yang ditempatkan di propinsi lain dan 289 orang perempuan dibanding 63 orang laki-laki yang ditempatkan sebagai pekerja migran di negara lain. (BPS, 2005b) Jenis koperasi di Kabupaten Bantul terdapat 24 jenis dengan total jumlah koperasi 351 dan 77 diantaranya tidak aktif dengan jumlah anggota 165.862 orang. Tidak terdapat data yang menunjukkan akses perempuan di tiap koperasi. 76

4.6.12. Sosial Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bantul yang ditunjukkan dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah sebagai indikator dari kualitas pendidikan, angka harapan hidup sebagai indikator dari kualitas kesehatan, dan pengeluaran per kapita riil sebagai indikator dari sektor ekonomi adalah sebesar 71,5 pada 2004 dan 71,9 pada 2005. Secara rinci perbandingan IPM Kabupaten Bantul dan Provinsi DI Yogyakarta tahun 2004 dan 2005, dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bantul dan Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2004-2005. Angka Angka Rata-rata Pengeluaran Propinsi/ Harapan Melek Lama perkapita riil IPM Kabupaten Hidup Huruf Sekolah Disesuaikan (tahun) (persen) (tahun) (Rp.000) 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 Yogyakarta 72.6 72.9 85.8 86.7 8.2 8.4 636.7 638.0 72.9 73.5 Bantul 70.8 70.9 85.8 86.4 7.9 8.0 634.5 637.1 71.5 71.9 Sumber: KPP (2006) Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kabupaten Bantul yaitu Indeks Pembangunan Manusia yang dipilah menurut jenis kelamin. Nilai IPG menunjukkan bahwa di Kabupaten Bantul kesenjangan perempuan terhadap laki-laki baik di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi menunjukkan angka yang cukup signifikan dilihat pada Tabel 31, tetapi dari rata-rata nasional peringkat IPG Kabupaten Bantul cukup baik yaitu 20 dari 440 kabupaten/kota. Tabel 31. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kabupaten Bantul dan Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2004-2005. Provinsi/ Angka Melek Rata-rata % Peringkat Kabupaten harapan huruf lama Angkatan IPG Secara Nasional hidup sekolah kerja (%) L P L P L P L P Yogyakarta 71.0 75.0 92.5 81.2 9.0 7.6 58.8 41.2 70.2 1 Bantul 69.0 73.0 93.2 81.2 8.9 7.5 59.9 40.1 68.7 20 Sumber: KPP (2006) 77

4.6.13. Gambaran Kebijakan dan Program di Dinas-dinas lingkup sektor Pertanian Kabupaten Bantul 4.6.13.1.Dinas Pertanian dan Kehutanan Visi dinas pertanian dan kehutanan Kabupaten Bantul adalah Penyangga pangan protein nabati dan bahan baku industri serta terwujudnya kelestarian sumberdaya dalam rangka mencapai masyarakat yang sejahtera. Program yang dilaksanakan oleh dinas pertanian dan kehutanan pada tahun 2005 adalah Pembangunan pertanian rakyat terpadu, pembangunan sarana dan prasarana pertanian dan perkebunan dan kehutanan, dan rehabilitasi lahan kritis dengan kegiatan pokok : a. Pemberdayaan dewan ketahanan pangan intesifikasi b. Pengembangan kelompok pengolah hasil pertanian c. Pengembangan agribisnis perkebunan d. Pemanfaatan lahan pekarangan e. Pemberdayaan kelompok pengolah hasil pertanian f. Pengembangan sarana dan prasarana perbenihan g. Pengembangan budidaya pohon jati h. Pembuatan hutan kota Strategi pengarusutamaan gender belum dipahami sebagai strategi mencapai keadilan dan kesetaraan gender di dinas pertanian dan kehutanan yang ditunjukkan bahwa isu kesetaraan gender belum merupakan isu strategis pada dinas pertanian dan kehutanan Kabupaten Bantul. Penyusunan rencana program dan anggaran masih netral gender karena tidak memasukkan analisis gender dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi sehingga data dan indikator dampak dari pelaksanaan kegiatan terhadap laki-laki dan perempuan tidak dapat diidentifikasi. Implementasi kebijakan lebih cenderung dengan pendekatan WID (women in development) melalui proyek-proyek APBN. 4.6.13.2. Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Visi dinas peternakan, kelautan dan perikanan Kabupaten Bantul adalah Penyangga Protein Hewani dan Ikan Terbesar di DI Yogyakarta. Program yang 78

dilaksanakan oleh dinas peternakan, kelautan dan perikanan pada tahun 2005 adalah Pengembangan Agribisnis, Peningkatan ketahanan pangan, Pengembangan sumberdaya, sarana dan prasarana peternakan dan perikanan dengan kegiatan pokok : a. Pengelolaan BBI b. Promosi potensi peternakan, kelautan dan perikanan c. Bimbingan dan pemberdayaan kelompok ternak, melayan dan perikanan d. Pemeriksaan dan pemberantasan fascisiolosis sapi potong e. Pemeriksaan dan pengobatan gangguan reproduksi sapi potong f. Pemeriksaan daging dan susu g. Peningkatan sarana prasarana perikanan dan kelautan Penyusunan rencana program dan kegiatan dinas peternakan, kelautan dan perikanan Kabupaten Bantul belum memasukkan analisis gender sehingga rencana program netral gender bahkan mengarah pada bias gender karena tidak mempertimbangkan peran dan tanggung jawab yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Demikian pula tidak tersedia data terpilah berdasarkan jenis kelamin. 4.6.13.3. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Tantangan pengembangan industri di Kabupaten Bantul adalah mendorong industri dengan daya saing yang tinggi, misalnya dengan outward looking dan sertifikasi internasional. Selain itu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan daerah dengan meningkatkan PAD harus dapat diciptakan usaha yang banyak menyerap tenaga kerja, tidak merusak lingkungan, mengembangkan potensi daerah seoptimal mungkin, dan menciptakan lapangan usaha yang berpola kemitraan antara usaha besar dengan usaha kecil, menengah, dan koperasi. 1. Industri Jumlah pengrajin industri kecil/sedang di Kabupaten Bantul pada tahun 2000 sebanyak 22.570 orang. Dari jumlah tersebut, sebagian besar merupakan buruh yang hanya menikmati nilai tambah yang kecil pada hasil produksinya dan nilai tambah yang besar dinikmati oleh pedagang perantara. Upaya peningkatan produksi dan nilai tambah 79

industri kecil dan menengah dilakukan melalui program pengembangan industri rumah tangga, industri kecil dan menengah, program peningkatan kemampuan teknologi industri kecil/kerajinan, dengan kegiatan pokok sebagai berikut : a. Peningkatan pertumbuhan (industri kecil menengah, SIUP & TDP, Tenaga kerja, Investasi) b. Bantuan pinjaman modal c. Diversifikasi produk industri kecil/kerajinan d. Mengoptimalkan lembaga penanaman modal daerah e. Peningkatan, pengembangan industri kecil dan pengawasan kredit f. Studi penyiapan pembuatan gudang di kawasan industri. g. Bimbingan Peningkatan pengolahan limbah industri kecil dan menengah dan pelatihan teknis h. Promosi produk industri dan kerajinan 2. Perdagangan Pada tahun 2000 jumlah pedagang 35.316 orang, sebagian besar merupakan pedagang kecil yang permodalannya tergantung pada rentenir. Untuk meningkatkan kebutuhan modal para pedagang kecil tersebut perlu dilakukan penambahan modal pada PD BPR Bank Pasar Bantul dengan penyertaan modal sebanyak 10 milyar rupiah sampai dengan tahun 2005, serta pada Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP) untuk melayani penyediaan modal yang dapat menggantikan peran rentenir. Selain itu melakukan kerja sama dengan lembaga perbankan sebagai penyedia dana dengan tingkat bunga rendah sehingga lainnya diharapkan pada masa yang akan datang pedagang kecil sudah tidak tergantung kepada rentenir. Upaya pemberdayaan di sektor perdagangan dilakukan melalui program pengembangan usaha dan lembaga perdagangan, dengan kegiatan a. Peningkatan pelayanan perijinan b. Pelatihan ekspor c. Pengembangan SDM usaha perdagangan d. Bimbingan usaha ekonomi desa dan sektor informal serta UKM e. Lokakarya produk unggulan daerah 80

f. Pemberdayaan pedagang kecil g. Monitoring produk/komoditi ekspor, calon investor dan perijinan 3. Koperasi Sampai dengan tahun 2004, koperasi yang ada di Kabupaten Bantul berjumlah 336 unit, semuanya telah berbadan hukum (lihat Tabel 32). Jenis usaha yang digeluti oleh koperasi-koperasi tersebut meliputi perdagangan umum, simpan pinjam, pertokoan, dan sebagainya. Tabel 32. Koperasi Berbadan Hukum di Kabupaten Bantul Tahun 2002 s/d 2004 No Kecamatan Tahun 2002 Tahun 2004 1 Kasihan 21 22 2 Sewon 44 41 3 Banguntapan 32 30 4 Pundong 8 8 5 Dlingo 11 11 6 Piyungan 11 12 7 Pajangan 7 6 8 Bantul 67 72 9 Srandakan 9 10 10 Pandak 11 10 11 Imogiri 18 20 12 Sanden 18 18 13 Kretek 12 11 14 Sedayu 10 8 15 Jetis 24 25 16 Pleret 15 16 17 Bambanglipuro 16 16 JUMLAH 334 336 Sumber : BPS (2005b) Analisis gender belum terinternalisasi pada penyusunan rencana program dinas perindustrian, perdagangan, dan koperasi, dan yang ada hanya program untuk sasaran perempuan. Data tepilah tidak tersedia. 4.6.13.4. Dinas Tenaga Kerja Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Bantul pada tahun 2000 adalah sebanyak 347.539 orang dan jumlah pengangguran sebanyak 38.676 orang. Upaya untuk mengurangi jumlah pengangguran tersebut diprogramkan: a. Perencanaan pemberdayaan ketenagakerjaan b. Pelatihan dan peningkatan keterampilan tenaga kerja dengan memanfaatkan Balai Latihan Kerja (BLK) 81

c. Penerapan teknologi tepat guna (untuk menghasilkan nilai tambah) d. Pelatihan pemberdayaan tenaga kerja mandiri e. Penempatan tenaga kerja lokal f. Penempatan tenaga kerja ke luar negeri, dengan sistem AKAL, AKAD, dan AKAN g. Pembinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja h. Pemberdayaan dan penertiban lembaga latihan kerja swasta. Analisis gender belum dimasukkan dalam perencanaan program dan kegiatan dinas tenaga kerja Kabupaten Bantul sehingga tidak dapat diketahui dampak program terhadap laki-laki dan perempuan yang mempunyai peran, fungsi dan tanggung jawab yang berbeda karena konstruksi sosial. 4.6.13.5. Kegiatan Pengelolaan Lahan Kering di Kabupaten Bantul Curah hujan tahunan berkisar antara rendah (kurang dari 2.000 mm) sampai sedang (2.000 mm 2.500 mm) dengan rata-rata hari hujan hanya 5 10 hari dan curah hujan bulanan pada musim kemarau 0 60 mm seperti ditunjukkan pada Tabel 23. Rendahnya curah hujan pada musim kemarau menyebabkan permasalahan utama pada lahan kering adalah kurangnya ketersediaan air untuk pertanian pada musim kering atau MK2. Di lokasi penelitian Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, ketersediaan air dan solum tanah yang tipis dengan tingkat kesuburan yang rendah (Tabel 21) merupakan masalah utama yang sangat terasa pada musim kemarau, sehingga posisi lahan terhadap sumber air dan pengolahan tanah merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan usaha pertanian. Sebagian Petani di lokasi penelitian menampung air pada musim penghujan dengan cara membuat cekungan-cekungan atau dam kecil sepanjang alur parit untuk dimanfaatkan pada musim kemarau (lokasi dam parit pada lampiran 2). Petani yang mempunyai sumber air pada musim kemarau masih dapat mengusahakan tanaman pada lahan di sekitar sumber air. Pola usahatani yang diusahakan di lokasi penelitian adalah tumpangsari dan mixed farming dengan ternak. Pola tanam yang diusahakan pada petani yang mempunyai dam parit adalah kacang/jagung - kacang/jagung/singkong/hortikultura sedangkan pada petani yang tidak 82

mempunyai dam parit pola tanamnya kacang/jagung/singkong - kacang/jagung/ singkong. Ukuran embung di daerah penelitian biasanya 7% dari luas lahan yang akan diari, misal luas lahan yang akan diari 1.000 m2 maka dimensi embungnya adalah 70 m2 atau 4x6x3 meter. Sumber air embung adalah curah hujan pada waktu musim penghujan dan sebagian dari limpasan dan rembesan yang terjadi dari lahan diatasnya. Skenario pemanfaatan air embung adalah air dimanfaatkan pada musim kemarau sekitar Juni, Juli dan Agustus, untuk menyiram pertanaman disekitar embung. Cara pemberian air dapat dilakukan dengan menimba air atau menggunakan mesin pompa air dan dialirkan dengan pipa atau saluran air. 4.7. Gambaran Umum Kabupaten Gunungkidul Kabupaten Gunungkidul berbatasan sebelah Barat dengan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman Provinsi D.I. Yogyakarta, sebelah Utara dengan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah, sebelah Timur dengan Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah, dan sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Secara Geografis Kabupaten Gunungkidul terletak antara 07 46' - 08 09' Lintang Selatan dan 110 21' - 110 50' Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul adalah seluas 148,536 ha (± 46,62%) dari luas seluruh Provinsi D.I. Yogyakarta. Wilayah Kabupaten Gunungkidul berada pada ketinggian bervariasi antara 0 700 meter di atas permukaan laut, sebagian besar adalah perbukitan terutama di wilayah Selatan yang dikenal dengan sebutan Pegunungan Seribu dan wilayah Utara disebut Pegunungan Batur Agung. 4.7.1. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Gunungkidul menurut jenis lahan basah (sawah) dan lahan kering adalah seperti pada Tabel 33. Tabel 33. Luas lahan menurut Kecamatan dan jenis lahan di Kabupaten Gunungkidul. No. Kecamatan Lahan Basah (Sawah) (hektar) Lahan Kering (hektar) Jumlah (hektar) 1. Panggang 22 9.958 9.980 2. Purwosari 170 7.006 7.176 83

Tabel 33 (lanjutan) No. Kecamatan Lahan Basah (Sawah) (hektar) Lahan Kering (hektar) Jumlah (hektar) 3. Paliyan 31 5.777 5.808 4. Saptosari 0 8.782 8.782 5. Tepus 0 9.544 9.544 6. Tanjungsari 0 8.110 8.110 7. Rongkop 0 8.347 8.347 8. Girisubo 0 9.456 9.456 9. Semanu 0 10.839 10.839 10. Ponjong 690 9.759 10.449 11. Karangmojo 610 7.402 8.012 12. Wonosari 82 7.469 7.551 13. Playen 238 10.288 10.526 14. Patuk 1.261 5.943 7.204 15. Gedangsari 1.305 5.509 6.814 16. Nglipar 274 7.113 7.387 17. Ngawen 1.101 3.558 4.659 18. Semin 1.943 5.949 7.892 Jumlah 7.727 140.809 148.536 Sumber: BPS (2004) Luas lahan kering di Kabupaten Gunungkidul berdasarkan penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34. Luas lahan kering menurut kecamatan dan penggunaannya di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004. Pekarangan Tegal/ Kolam/ Tidak Tanam Hutan Lainnya Jumlah Kecamatan ladang /kebun Tebat/ Empang Diusahakan -an Kayu/ Hutan rakyat Negara Panggang 623 4.329 1 184 2.215 2.029 577 9.958 Purwosari 457 3.884 - - 2.127 320 218 7.006 Paliyan 932 2.546 - - 32 2.072 195 5.777 Saptosari 832 6.950 - - - 755 245 8.782 Tepus 387 3.401 2 313 4.495-946 9.544 Tanjungsari 407 2.655-140 4.163-745 8.110 Rongkop 598 2.786 41-4.243-679 8.347 Girisubo 439 3.196 - - 5.397-424 9.456 Semanu 2.044 7.537 - - 312 559 387 10.839 Ponjong 1.891 6.535 42-154 - 137 9.759 Karangmojo 3.397 2.187 16-482 925 395 7.402 84

Tabel 34 (lanjutan) Kecamatan Pekara -ngan Tegal/ ladang /kebun Kolam/ Tebat/ Empang Tidak Diusahakan Tanam -an Kayu/ Hutan rakyat Hutan Negara Lainnya Jumlah Wonosari 2.138 4.354 1-242 303 431 7.469 Playen 1.651 3.995 - - 138 4104 400 10.288 Patuk 2.122 2.617 - - 7 691 506 5.943 Gedangsari 1.913 3.032 1 38 35-490 5.509 Nglipar 2.037 2.399 6-91 1.874 706 7.113 Ngawen 1.265 1.802 - - 222-269 3.558 Semin 1.961 3.492 - - 117 123 256 5.949 Jumlah 25.092 67.699 110 675 24.472 13.755 9.006 140.809 Sumber: BPS (2004) 4.7.2. Jenis Komoditas yang Diusahakan Ada beberapa jenis komoditas pertanian yang diusahakan oleh petani di Kabupaten Gunungkidul, seperti: padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, kacang tanah, kedelai, bawang merah, kacang panjang, cabe, kangkung, bayam, terong, dan jambu biji. Luas panen dan produksi rata-rata komoditas tersebut di lokasi Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Jenis komoditas, luas panen, rata-rata produksi dan produksi komoditas pertanian di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005. No Komoditas Uraian 2000 2001 2002 2003 1 Padi Sawah Luas Panen (ha) 10.070 11.426 11.573 10.328 Rata Prod (Kw/ha) 55,37 48.82 47.52 42,31 Produksi (ton) 55.761 59.129 55.001 43.700 2 Padi Gogo Luas Panen (ha) 37.501 37.324 36.068 35.366 Rata Prod (Kw/ha) 36,45 31,41 31,52 35,30 Produksi (ton) 136.706 117.234 113.687 124.842 3 Jagung Luas Panen (ha) 51.914 55.450 50.205 51.212 Rata Prod (Kw/ha) 22,68 23,49 23,75 26,2 Produksi (ton) 117.727 130.270 119.248 134.178 4 Ubi Kayu Luas Panen (ha) 48.848 50.701 51.771 52.500 Rata Prod (Kw/ha) 146,91 160,22 134,24 127,25 Produksi (ton) 717.611 812.321 694.982 668.039 5 Ubi Jalar Luas Panen (ha) 245 252-192 Rata Prod (Kw/ha) 113,88 88,48-112,00 Produksi (ton) 2.790 2.790-2.150 85

Tabel 35 (lanjutan) No Komoditas Uraian 2000 2001 2002 2003 6 Kacang Tanah Luas Panen (ha) 42.888 45.495 49.684 57.107 Rata Prod (Kw/ha) 9,66 9,24 9,07 7,78 Produksi (ton) 41.423 41.128 45.059 44.456 7 Kedelai Luas Panen (ha) 44.818 37.614 35.278 29.446 Rata Prod (Kw/ha) 13,00 9,70 12,51 8,57 Produksi (ton) 60.396 37.614 44.117 25.244 Sumber: BPS (2004) 4.7.3. Kependudukan Menurut hasil sensus penduduk di kabupaten Gunungkidul pada tahun 2004 adalah sebesar 755.941 jiwa. Berdasar jenis kelamin terdiri dari laki-laki 370.298 jiwa dan perempuan 385.643 jiwa. Dari angka tersebut menunjukkan bahwa rasio jenis kelamin kurang dari 100, yang berarti penduduk perempuan lebih banyak daripapada laki-laki. Jumlah penduduk berdasar usia di Kabupaten Gunungkidul adalah anak-anak 231.936 jiwa atau 28,96 % dan dewasa 569.005 jiwa atau 71,04 %. 4.7.4. Perekonomian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kabupaten Gunungkidul atas dasar harga berlaku tahun 2004 sebesar Rp. 3.377.534 dengan kontribusi terbesar diberikan oleh sektor pertanian yakni sebesar 35,90 persen kemudian disusul oleh sektor jasa-jasa dengan sumbangan sebesar 16,27 persen. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku penduduk kabupaten Gunungkidul pada tahun 2004 sebesar Rp. 4.982.415,- Jenis koperasi di kabupaten Gunungkidul terdapat 10 jenis dengan jumlah koperasi 217 koperasi dengan jumlah anggota 61.860 orang dan 4 diantaranya merupakan koperasi dengan jenis koperasi wanita dengan jumlah anggota 171 orang, tidak ada data yang menunjukkan jumlah perempuan yang terlibat di jenis koperasi lainnya. Jumlah keluarga miskin di kabupaten Gunungkidul terdapat 30.685 keluarga dan 43.319 keluarga miskin sekali. Untuk daerah penelitian di kecamatan Paliyan jumlah keluarga miskin 2.304 keluarga dan miskin sekali 1.670 keluarga, sedangkan di kecamatan Playen jumlah keluarga miskin 1.864 keluarga dan miskin sekali 3.169 keluarga. 86

Penempatan tenaga kerja formal di Kabupaten Gunungkidul yang ditempatkan di propinsi lain terdiri dari laki-laki 279 orang dan perempuan 125 orang sedangkan yang ditempatkan di negara lain sebagai pekerja migran di dominasi oleh perempuan yaitu 45 orang perempuan dibanding 3 orang laki-laki (BPS, 2005). 4.7.5 Sosial Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Gunungkidul adalah sebesar 68,9 pada 2004 dan 69,3 pada 2005. Nilai IPM Kabupaten Gunungkidul adalah terendah di Provinsi DI Yogyakarta setelah Kulonprogo. Adapun rincian dan perbandingan tahun 2004 dan 2005 Kabupaten Gunungkidul dan Provinsi D.I. Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Gunungkidul dan Provinsi D.I. Yogyakarta 2004-2005 Angka Angka Rata-rata Pengeluaran Propinsi/ Harapan Melek Lama perkapita riil IPM Kabupaten Hidup Huruf Sekolah disesuaikan (tahun) (persen) (tahun) (Rp.000) 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 2004 2005 Yogyakarta 72,6 72,9 85,8 86,7 8,2 8,4 636,7 638,0 72,9 73,5 Gunung Kidul 70,4 70,4 83,8 84,5 7,4 7,6 613,6 614,6 68,9 69,3 Sumber: KPP (2005a) Kondisi kesenjangan laki-laki dan perempuan pada bidang pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang ditunjukkan dengan nilai Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) Kabupaten Gunungkidul ternyata juga menunjukkan peringkat rendah setelah Kulonprogo, sebagaimana disajikan dalam Tabel 37. Tabel 37. Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kabupaten Gunungkidul dan Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2005. Propinsi/ Kabupaten Angka Melek Rata-rata % Peringkat harapan huruf lama Angkatan IPG hidup sekolah kerja (%) L P L P L P L P Yogyakarta 71,0 75,0 92,5 81,2 9,0 7,6 58,8 41,2 70,2 1 Gunung Kidul 68,5 72,5 83,0 66,9 6,5 5,0 55,6 44,4 61,0 141 Sumber : KPP (2005a) 87

4.7.6. Gambaran Kebijakan Dinas-dinas lingkup sektor Pertanian Gambaran umum kebijakan dan program dinas/instansi lingkup kabupaten Gunungkidul yang menangani pengelolaan lahan kering dan implementasi pelaksanaan strategi PUG di sektor pertanian adalah sebagai berikut : 4.7.6.1. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perikanan Kabupaten Gunungkidul Visi dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perikanan Kabupaten Gunungkidul adalah terwujudnya instansi pelayanan pembangunan pertanian dan perikanan untuk memantapkan ketahanan pangan dan peningkatan sistem dan usaha agribisnis di Kabupaten Gunungkidul. Implementasinya berupa pelaksanaan program peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis yang dilaksanakan melalui kegiatan pokok : a. Peningkatan produksi tanaman pangan b. Pengendalian serangan organisme pengganggu tanaman c. Peningkatan dan pengembangan mutu, hasil, permodalan, dan usaha pemasaran dalam rangka pengembangan usahatani yang berwawasan agribisnis d. Pengembangan kelompok penangkar dan usaha perbenihan e. Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah f. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pertanian g. Peningkatan pemanfaatan sumberdaya alam Program dan kebijakan masih netral gender karena mulai dari tahap perencanaannya tidak memperhatikan perbedaan peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan dan isu gender di sektor pertanian dan tidak tersedia data yang terpilah. Sementara itu pada tahap pelaksanaan kegiatan juga netral gender karena output kinerja program tidak mempertimbangkan dampaknya terhadap laki-laki dan perempuan yang berbeda. Sebagai contoh : indikator kinerja pengelolaan data statistik pertanian masih berorientasi pada penyusunan data produksi, areal tanam dan ramalan hasil tetapi jumlah petani berdasarkan jenis kelamin tidak ada data, demikian pula dengan indikator peningkatan SDM petani tidak berdasarkan data terpilah sehingga diasumsikan seluruh petani adalah laki-laki. 88