BAB I PENDAHULUAN. mengenai Good Corporate Governance mulai mengemuka. Hal ini menyebabkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

BAB I PENDAHULUAN. memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.

Kasus Terungkapnya Skandal PT. Waskita Karya. pelaksanaan implementasi Good Corporate Governance (GCG) BUMN,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dalam pengawasan aset.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, tidak terkecuali BUMN. Para pelaku bisnispun dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan secara umum didirikan tentunya memiliki tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. roda perusahaan manajemen akan diawasi oleh fungsi satuan pengawasan internal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Governance. Prinsip-prinsip Good Corpotrate Governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB I PENDAHULUAN. ukur bagi investor untuk menilai suatu perusahaan (Irwan, 2013). Pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak dapat dipungkiri lagi, dalam tatanan ekonomi global tuntutan terciptanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kecil, pimpinan perusahaan dapat mengawasi secara langsung kinerja di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Istilah Good Corporate Governance (GCG) kian populer dan ditempatkan

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan secara maksimal sehingga laba diharapakan diperoleh juga secara

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi untuk melakukan berbagai tindakan agar bisnisnya tetap bertahan di dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 LATAR BELAKANG. dengan munculnya krisis budaya moral. Di beberapa negara Asia pondasi

BAB I PENDAHULUAN. memburuknya perekonomian. Tahun 1997 dan 2013 sama-sama diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak dapat dipungkiri lagi, dalam tatanan ekonomi global tuntutan terciptanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Milik Negara (BUMN). Seluruh atau sebagian besar modal BUMN dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakstabilan dunia bisnis memperlihatkan lemahnya penerapan good corporate

BAB I PENDAHULUAN. mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya penyelamatan dan penyempurnaan yang meliputi produktifitas, efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. tantangan kompetensi global dunia usaha yang semakin ketat, misi BUMN sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance) merupakan konsep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah asing Good Corporate Governance (GCG) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. bendanya. Agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang dengan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 1998 terjadi peristiwa yang menggemparkan perekonomian dunia, oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat

BAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar negeri (Teguh Haryono, 2012). Bank harus memberi prioritas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka economy recovery, pemerintah Indonesia dan International

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi di telinga kita. Pada negara maju, GCG sudah lama menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai good corporate governance mulai populer khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Corporate Governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat. Berbagai faktor yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Keruntuhan ekonomi yang menimpa bangsa ini tidak bisa lepas dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan para pemegang saham (shareholder) saja dan juga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. praktek bisnis yang kurang adil dalam masyarakat. Dalam dunia bisnis manajemen dan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP (Kantor Akuntan Publik) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal (pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan istilah asing good corporate governance (GCG) tidak dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme pengelolaan itu sendiri. Jika kondisi Good Governance dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN. 3.1 Latar Belakang. perusahaan dan kemakmuran pemilik perusahaan adalah salah satu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Menyambut implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan-perusahaan lainnya yang datang dari dalam negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik atau good corporate

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

BAB I PENDAHULUAN. Tabloid Opini Edisi 11, Juli 2005 tentang Korupsi BUMN menuliskan

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan milik swasta maupun pemerintah melaksanakan Good Corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis dan ekonomi sudah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. industri menengah maupun industri besar. Dalam perkembangannya saat ini nampak jelas

LAPORAN HASIL STUDI INDEKS TRANSPARANSI BUMN 2014 (Berbasis Website)

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif ditambah dengan adanya ekonomi ASEAN. Ekonomi ASEAN tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini istilah Good Corporate Governance kian

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi suatu kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan tersebut. Internal

BAB I PENDAHULUAN. Bagi negara-negara yang ada di dunia ini pajak merupakan unsur penting dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan resiko dan perwujudan Good Corporate Governance untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholder. Media yang paling utama untuk menarik para stakeholder dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, sejak terjadinya krisis ekonomi pada akhir tahun 1997, masalah mengenai Good Corporate Governance mulai mengemuka. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan melakukan reformasi dan perubahan tata kelola dalam pengelolaan perusahaan, khususnya Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Reformasi BUMN di Indonesia ditandai dengan keluarnya Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/MMBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan prinsip Good Corporate Governance, yang merupakan salah satu bentuk upaya Kementerian BUMN untuk memperkuat penerapan Good Corporate Governance di setiap BUMN agar dapat bersaing dalam dunia bisnis yang semakin berkembang. Selain itu, krisis ekonomi juga telah membawa dampak yaitu munculnya isu mengenai konsep Good Corporate Governance yang menjadi isu sentral dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi dan pertumbuhan bisnis di pasaran, Good Governance sendiri merupakan sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan yang dapat dilihat dari mekanisme hubungan antara berbagai pihak yang mengurus perusahaan, maupun di tinjau dari nilai-nilai yang terkandung dari mekanisme pengelolaan itu sendiri. (Hidayah: 2008). Oleh karena itu jika kondisi Good Governance dapat dicapai maka akan terwujud Negara yang bersih dan responsive 1

2 yaitu Negara yang bersih dari tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme dan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), yaitu sistem tata kelola perusahaan yang bertujuan meningkatkan laba perusahaan dalam jangka panjang dengan tetap memperlihatkan pemangku kepentingan (stakeholders) seperti kreditur, pemasok, konsumen, kayawan, pemerintah dan masyarakat. Tujuan utama dari Good Corporate Governance yaitu untuk memberikan perlindungan yang memadai dan perlakuan yang adil kepada para pemegang saham dan stakeholder lainnya, melalui peningkatan nilai saham secara maksimal. (Siswanto: 2005). Good Corporate Governance bukanlah sekedar suatu upaya untuk menjaga agar perusahaan bekerja sesuai peraturan dan norma yang berlaku secara universal, tetapi terutama pengelolaan yang baik itu dapat diketahui oleh publik dan para pemegang saham untuk memperoleh keyakinan bahwa investasinya di perusahaan publik adalah suatu keputusan yang benar. Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. Ini berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu Negara. Penerapan Good Corporate Governance mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif (Pedoman Umum GCG Indonesia, 2006). Oleh karena itu diterapkannya Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Penerapan Good Corporate Governance juga diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah dalam menegakkan Good Governance pada umumnya

3 di Indonesia. Saat ini pemerintah berupaya untuk menerapkan Good Governance dalam birokrasinya dalam rangka menciptakan pemerintah yang bersih dan berwibawa. (Keputusan Menteri BUMN No 117/M/MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002). Berdasarkan analisis hasil audit BPK tahun 2005-2011, di negeri ini terdapat 24 BUMN yang memiliki potensi korupsi yang cukup tinggi. Dari data tersebut, negara berpotensi mengalami kerugian mencapai Rp 4,9 trilyun dan US$ 305 juta. Uchok Sky Khadafi, Koordinator Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran menjelaskan bahwa potensi korupsi tersebut terjadi karena beberapa faktor. Faktor terkuat yang melatarbelakangi potensi tersebut adalah kelemahan sistem pengendalian internal, sistem pengendalian akuntansi, dan pelaporan catatan keuangan yang tidak akurat. BUMN sebagai salah satu ujung tombak perekonomian Negara, memang dituntut untuk mengambil langkah komprehensif terhadap aset-asetnya agar dapat menghasilkan profit PT. PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang kelistrikan yang melayani masyarakat di seluruh Nusantara, bertekad untuk memberikan pelayanan jasa ketenagalistrikan yang terbaik dan memenuhi standar ketenagalistrikan yang dapat diterima dunia internasional dan untuk mewujudkan hal itu dengan bertumpu pada kapasitas seluruh warganya PT. PLN (Persero) menyadari bahwa penerapan Good Corporate Governance saat ini tidak hanya sebagai pemenuhan kewajiban saja, namun telah menjadi kebutuhan dalam menjalankan kegiatan bisnis. Melihat hal itu, maka sangat disadari bahwa seluruh warga Indonesia

4 sangat membutuhkan jasa ketenagalistrikan dan keberadaannya berperan penting dalam pembangunan dan peningkatan kehidupan perekonomian di Indonesia. Organisasi Profesi Internal Auditor Indonesia yang terdiri dari The Institute of Internal Auditors (IIA) Indonesia, Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern (FKSPI) BUMN/BUMD dan Yayasan Internal Audit (YPIA) dan Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII) berkeyakinan bahwa fungsi internal audit yang efektif dan berkualitas mampu menawarkan sumbangan penting dalam meningkatkan proses corporate governance, pengelolaan resiko dan pengendalian manajemen. Internal auditor merupakan dukungan yang penting bagi Komisaris, Komite Audit, Direksi dan Manajamen Senior dalam membentuk fondasi bagi pengembangan corporate governance. Keputusan Mentri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor: Kep117/M- MBU/2002 tentang penerapan praktik Good Corporate Governance pada BUMN, menetapkan bahwa: Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika, sedangkan stakeholders adalah pihakpihak yang memiliki kepentingan dengan BUMN, baik langsung maupun tidak langsung yaitu pemegang saham/pemiik modal, komisaris/dewan pengawas, direksi

5 dan karyawan serta pemerintah, kreditur, dan pihak berkepentingan lainnya (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, 2002). Terdapat beberapa manfaat apabila perusahaan menerapkan GCG tersebut, yang jelas karena perusahaan semakin tertata rapi maka kinerja perusahaan akan semakin meningkat, dan dengan menerapkan GCG maka diharapkan dapat mengurangi adanya penyalahgunaan wewenang (Puspita: 2012). Masalahnya adalah adanya suatu perusahaan yang telah menerapkan GCG secara baik, tetapi perusahaan tersebut masih mengalami pembobolan yang dilakukan oleh pihak luar bekerjasama dengan pihak dalam perusahaan, masalah tersebut menyangkut dua hal yaitu masalah corporate governance dan pengendalian intern, hal ini dikarenakan masalah GCG menekankan hubungan pada berbagai pihak terutama pada tingkatan strategic, sedangkan kasus terjadinya pembobolan merupakan indikasi adanya pengendalian intern yang lemah, pengendalian intern tersebut terjadi pada tingkatan operasional (Syahroza: 2009). Ketidakstabilan dunia bisnis menggambarkan beberapa fenomena tentang lemahnya penerapan Good Corporate Governance seperti terjadinya kasus krisis listrik yang berkepanjangan di Wilayah Sumatera Utara tahun 2011 yang tentu saja menjadi tanggung jawab PT. PLN sebagai penyedia pasokan listrik. Selain itu kasus kontrak pengadaan barang dan jasa pekerjaan Life Time Extension (LTE) Gas Turbin GT 2.1 dan GT 2.2 PLTGU Belawan, yang sampai saat ini beberapa pejabat yang

6 terlibat dalam kontrak tersebut mendapatkan status sebagai tersangka (www.pln.co.id). Dalam banyak kasus saat ini, terjadinya skandal bisnis (manipulasi laporan keuangan) maupun hancurnya atau jatuhnya korporasi terbukti ada kaitannya dengan Good Corporate Governance dan prinsip-prinsip GCG. Selain PT. PLN dengan kasusnya, ada juga PT. Kereta Api Indonesia Tbk, perusahaan tersebut telah mengabaikan prinsp-prinsip GCG, dimana terjadi manipulasi data laporan keuangan PT. Kereta Api Indonesia Tbk tahun 2005, dalam laporan kinerja keuangan yang diterbitkan, perusahaan mengumumkan bahwa keuntungan sebesar Rp 60,9 Milyar telah diraih. Padahal sebenarnya perusahaan menderita kerugian sebesar Rp 63 Milyar. Kerugian ini terjadi karena PT. Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak pernah menagih pajak pihak ketiga. Tetapi dalam laporan keuangan, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan.padahal berdasarkan standar akuntansi keuangan, pajak tidak dapat dikelompokan dalam bentuk pendapatan asset.dengan demikian, kekeliruan dalam pecatatan transaksi atau perubahan keuangan telah terjadi (Tempo, 2006). Selain kasus diatas terdapat pula kasus terungkapnya skandal Waskita Karya, salah satu BUMN Jasa Konstruksi yang diduga melakukan rekayasa laporan keuangan patu dicermati secara mendalam. Ditengah gembar-gembor pelaksanaan implementasi Good Corporate Governance BUMN, terbongkarnya kasus ini berawal saat pemeriksaan kembali neraca dalam rangka penerbitan sahap perdana tahun lalu.

7 Direktur Utama Waskita yang baru, M. Choliq yang sebelumnya menjabat Direktur Keuangan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk, menemukan pencatatan yang tidak sesuai, dimana ditemukan kelebihan pencatatan Rp 400 Miliar. Direksi periode sebelumnya diduga melakukan rekayasa keuangan sejak tahun buku 2004-2008 dengan memasukkan proyeksi pendapatan proyek multi tahun kedepan sebagai pendapatan tahun tertentu. Kasus ini memberikan tamparan keras untuk kementrian Negara BUMN. Implementasi GCG di Indonesia ternyata masih sekedar formalitas belaka. Fakta ini terungkap dari keengganan Direksi Waskita melaksanakan GCG di Waskita. Hal ini menunjukan betapa canggih dan cermatnya penutupan jejak dari kasus ini (Mekka, 2009). Dari ketiga fenomena tersebut dapat dilihat bahwa kedua perusahaan tersebut melanggar prinsip-prinsip GCG yaitu fairness, dimana terdapat beberapa pihak yang telah merugikan public dengan mementingkan kepentingan dan keuntungan perusahaan dengan melakukan rekayasa laporan keuangan. Buruknya implementasi GCG yang terjadi yaitu dikarenakan pihak-pihak yang melakukan internal control mulai dari Dewan Komisaris, Internal Audit serta komite audit tidak melakukan fungsinya dengan optimal. Hal ini patut disayangkan mengingat GCG merupakan alat control yang menciptakan check and balances yang digunakan dalam pengawasan pengelolaan perusahaan. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Resa Dwitasari (2009) menunjukan bahwa hubungan antara audit internal dengan pelaksaan Good Corporate Governance

8 berpengaruh, meskipun dalam kenyataannya pelaksanaan Good Corporate Governance itu sendiri masih lemah. Selain itu, Patricia Saptapradipta (2013) menunjukan bahwa baik secara simultan ataupun parsial, Audit Internal dan Sistem Pengendalian internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap Good Corporate Governance, karena apabila auditor telah menjalankan tugasnya secara professional dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta dengan system pengendalian internal perusahaan yang memadai maka secara signifikan membuat corporate governance meningkat menjadi lebih baik, walaupun dalam kenyataannya masih kurang perushaan-perusahaan yang dapat mewujudkan hal tersebut. Menurut Tugiman (2006) terdapat beberapa pihak yang sangat berperan penting dalam mewujudkan prinsip-prinsip GCG salah satunya yaitu audit internal.audit internal merupakan suatu aktivitas penilaian independen di dalam suatu organisasi untuk penelitian kegiatan pembukuan, finansial, dan kegiatan lainnya, sebagai dasar untuk membantu pimpinan perusahaan.pemeriksaan itu mempunyai pengendalian manajerial yang berfungsi dengan jala mengukur dan menilai efektivitas sarana pengendalian. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa audit internal dan sistem pengendalian internal merupakan faktor yang sangat penting demi tercapainya Good Corporate Governance suatu lembaga/institusi. Krusialnya masalah Good Corporate Governance di Indonesia, membuat saya tertarik untuk melakukan penelitian dengan

9 judul Pengaruh Audit Internal dan Sistem Pengendalian Internal terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (Studi Kasus di PT Perusahaan Listrik Negara Distribusi Jawa Barat dan Banten). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka permasalahan yang akan diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah audit internal berpengaruh terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance pada PT. PLN 2. Apakah sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance pada PT. PLN 3. Apakah audit internal dan sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance pada PT. PLN 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data-data dan informasi yang berkaitan dengan peran audit internal dan sistem pengendalian internal terhadap Good Corporate Governance. Sedangkan tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui apakah audit internal berpengaruh terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance pada PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten

10 2. Untuk mengetahui apakah sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance pada PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten 3. Untuk mengetahui apakah audit internal dan sistem pengendalian internal berpengaruh terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance pada PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis untuk kepentingan berbagai pihak, yaitu sebagai berikut : 1. Teoritis (Akademik) a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian lebih lanjut sebagai perluasan dari penelitian terdahulu maupun sebagai replikasi penelitian sebelumnya secara lebih mendalam di kemudian hari terutama yang berhubungan dengan peningkatan peran audit internal dan sistem pengendalian internal, terhadap Good Corporate Governance. b. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan pemikiran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Good Corporate Governance di PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten

11 2. Empiris (Praktis) a. Bagi Penulis Memperluas wawasan dan pengetahuan penulis khususnya tentang pengaruh sistem pengendalian internal dan audit internal terhadap implementasi Good Corporate Governance di PT. PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten b. Bagi Lembaga 1. Sebagai bahan masukan bagi para pimpinan organisasi dan internal auditor itu sendiri mengenai betapa pentingnya peran dan fungsinya dalam mengawasi jalannya sistem pengendalian internal untuk meningkatkan kualitas Good Corporate Governance 2. Sebagai bahan rujukan bagi internal auditor agar senantiasa berusaha untuk meningkatkan peran dan fungsinya untuk menciptakan tata kelola yang semakin baik dan diharapkan mampu menjadi titik tolak menuju masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik c. Pihak Lain Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan referensi khususnya untuk penulisan karya ilmiah dengan topik yang sama dan hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran untuk penelitian yang lebih mendalam.

12 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada PT. PLN (Distribusi Jawa Barat dan Banten) yang berlokasi di Jl. Asia Afrika No.63 Bandung.Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 sampai dengan selesai.