BAB I PENDAHULUAN. kamu makan sering dikutip tetapi tidak direnungkan lebih dalam apa maksud

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan. angaka kematian yang tinggi dan penyakit terutama pada kelompok usia

BAB I PENDAHULUAN. dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB I PENDAHULUAN. sakit). Bila kurangnya pengetahuan tentang zat gizi pemberian terhadap anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

1 Universitas Indonesia

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan selain untuk pemuas rasa lapar dan dahaga juga berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

I. PENDAHULUAN. Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan adalah segala yang kita makan atau masukkan kedalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat terpenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. status gizi masyarakat, karena status gizi adalah salah satu faktor yang. menentukan kualitas kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. merupakan salah satu tempat potensial untuk

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan gizi, sehingga membutuhkan perhatian dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dari sejarah perkembangan ilmu gizi makin banyak bukti yang menunjukkan adanya hubungan antara apa yang di makan dengan kesehatan dan penyakit. Suatu pribahasa kuno yang mengatakan bahwa Kamu adalah apa yang kamu makan sering dikutip tetapi tidak direnungkan lebih dalam apa maksud pribahasa tersebut. Makanan meskipun enak dan mahal tidak selalu menjadikan tubuh selalu sehat dan produktif, bahkan sebaliknya menimbulkan penyakit misalnya apabila sering makan berlemak dan manis-manis yang menghasilkan energi tinggi tetatp tidak diimbangi dengan kegiatan fisik yang memadai, mendorong orang mudah menjadi gemuk. Apabila kegemukan ini berlanjut dapat berakibat pada berbagai penyakit seperti diabetes, jantung, hypertensi dan sebagainya. Sebaliknya makanan sederhana dan murah bukan berarti tidak bermutu. Banyak pendapat mengenai faktor determinan yang dapat menyebabkan timbulnya masalah gizi pada bayi di antaranya menurut (Schroeder,2001), menyatakan bahwa kekurangan gizi dipengaruhi oleh konsumsi makan makanan yang kurang dan adanya penyakit infeksi sedangkan penyebab mendasar adalah makanan, perawatan (pola asuh) dan pelayanan kesehatan (Ayu, 2008). Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal dibutuhkan zat-zatgizi yang adekuat melalui pemberian makanan yang sesuai dengantingkat kemampuan konsumsi anak, tepat jumlah (kuantitas) dan tepatmutu (kualitas), oleh karena kekurangan maupun kelebihan zat gizi, akanmenimbulkan gangguan kesehatan, status gizi maupun tumbuh kembang. Selain zat-zat gizi lain, protein sangat 1

2 penting padamasa pertumbuhan terutama pada bayi dan balita (1 5 tahun). Padamasa ini proses pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran (Marwanti, 2001). Pengaruh asupan zat gizi terhadap ganguan perkembangan anakmenurut (Cott, 2003) melalui terlebih dahulu menurunnyastatus gizi. Status gizi yang kurang tersebut akan menimbulkankerusakan otak, letargi, sakit, dan penurunan pertumbuhan fisik. Keempatkeadaan ini akan berpengaruh terhadap perkembangan intelektual.gangguan perkembangan yang tidak normal antara lain ditandai denganlambatnya kematangan sel-sel syaraf, lambatnya gerakan motorik,kurangnya kecerdasan dan lambatnya respon sosial (Marwanti, 2001). Berdasarkan rencana Aksi Nasional Pangan Dan Gizi 2011-2015 proporsi jumlah penduduk dengan rata-rata asupan kalori >1.400 Kkal/orang/hari sebesar <14,47 % (Ronald dkk, 1999).Indonesia telah berhasil menurunkan angka kekurangan gizi pada anak balita dari 28% pada 2005 menjadi 17,9% pada 2010. Data BPS tahun 2009 mengungkapkan bahwa jumlah penduduk sangat rawan pangan, yaitu penduduk dengan asupan kalori kurang dari 1.400 kkl /orang/hari mencapai 14,47%. Angka itu meningkat dibandingkan tahun 2008 yang mencapai 11,07% (Chandra, 2010).Prevalensi penyakit infeksi di Indonesia berdasarkan RISKESDAS 2007 ISPA menempati prevalensi tertinggi pada balita (>35%), prevalensi campak tertinggi pada anak balita (3,4%), prevalensi diare tertinggi terdeteksi pada balita (16,7%). Data tersebut menggambarkan bahwa semua prevalensi tertinggi diderita oleh balita. Dari data (Depkes R.I, 2002) pemantauan pertumbuhan balita dengan melakukan penimbangan, untuk Provinsi Sulawesi

3 Selatan terdapat 27,2% yang tidak melakuakn penimbangan 6 bulan terakhir dan pada tahun 2010 terdapat 34,8%. Di Kabupaten Jeneponto terdapat 27,0% yang tidak melakukan penimbangan 6 bulan terakhir.pada tahun 2009 dari 30250 balita yang ada di Jeneponto, hanya 22081 balita yang ditimbang, sekitar 72,99%. Banyak orang yang makanannya sederhana dan murah tetapi menyehatkan. Pengaruh makanan terhadap kesehatan dan penampilan seseorang paling mudah diamati pada wanita hamil, menyusui, bayi dan anak BALITA. Dengan prinsip dasar ilmu gizi dapat memilih bagaimana memilih dan menyusun makanan yang seimbang untuk kecukupan gizi balita (Sediaoetama, 1996). Salah satu permasalahan yang dihadapi dengan masa balita, kecukupan gizi sangat penting bagi kesehatan balita, dimana seluruh pertumbuhan dan kesehatan balita erat kaitannya dengan masukan makanan yang memadai. Pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pada balita memerlukan makanan yang sesuai dengan balita yang sedang tumbuh. Seluruh kompenen bangsa, terutama orang tua, harus memperhatikan balita karena balita merupakan generasi penerus dan modal dasar untuk kelangsungan hidup bangsa. Masa balita disebut juga sebagai golden period atau masa keemasan, dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral (Sediaoetama, 1996). Keadaan gizi anak waktu lahir sangat dipengaruhi oleh keadaan gizi ibu semasa hamil. Ibu yang semasa hamilnya menderita gangguan gizi selain akan melahirkan anak yang gizinya yang tidak baik, juga kemungkinan dapat melahirkan anak dengan berbagai kelainan dalam pertumbuhannya, atau mungkin

4 anak akan lahir mati ataupun anak akan lahir belum cukup umur (Handrawan, 2003). Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap Kg berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (Sediaoetama, 1996). Makanan anak balita dan makanan bayi terutama protein dan vitamin A, disamping kalori dengan jumlah yang cukup, perlulah mendapat perhatian. Sepertiga dari kebutuhan protein sedapat mungkin diambil dari makan yang berasal dari hewani. Anak-anak dalam usia ini sudah lebih banyak dikenalkan dengan makanan-makanan yang disajikan untuk anggota-anggota keluarga lainnya. Adapun hal yang sangat penting yaitu menanamkan kebiasaan memilih bahan makanan yang baik pada usia ini. Lazimnya anak-anak kurang menyukai sayuran dalam makanannya. Dalam hal ini ibu harus bertindak sedemikian rupa untuk mengajak memakan bahan-bahan yang berfaedah. Disamping itu ibu pun harus mengetahui bahwa jumlah bahan makanan yang diperlukan oleh seorang anak akan semakin bertambah dengan bertambahnya usia (Boediman, 2009). Waktu makan sebaiknya disesuaikan dengan waktu keluarga dan anak diajak makan bersama keluarga. Dengan demikian anak dapat menghabiskan porsi makanan yang seharusnya dia habiskan. Waktu makan yang tidak teratur akan banyak sekali mempengaruhi nafsu makan anak-anak. Tidak ada salah jika kepada anak anak diberikan makanan selingan berupa kue-kue yang dibuat oleh ibunya

5 sendiri, asalkan makanan tidak membuat anak terlalu kenyang sehingga anak-anak tidak mau memakan nasi (Boediman, 2009). Berdasarkan hasil observasi kenyataannya yang ada di posko pengungsian, dan hasil wawancara penulis pada bulan mei 2014 di Posko Pengungsian Mesjid Amal Bhakti Kabupaten Karo, ibu-ibu yang mempunyai balita menyatakan bahwa memberikan makanan pada anak balitanya sama dengan apa yang dimakan oleh orang dewasa. Makanan yang biasa dimakan pada anak balita dan orang dewasa yaitu nasi goreng, telur mata sapi, sambal ikan tongkol, sayur tauco, indomie, gulai sayur jipang, sayur sawi putih manis, goreng ikan asin, sambal ikan asin, sambal terong, tumis sayur kol, sambal ikan dencis, dan gulai ikan tongkol, daun ubi tumbuk. Tetapi untuk makanan sambal ikan dencis, gulai ikan tongkol dan telur goreng tidak bisa setiap hari, karena tergantung dengan donatur yang memberi ikan tersebut kapan datangnya keposko pengungsian mesjid amal bhakti. Alasan ibu memberikan makanan anak balita yang sama dengan makanan orang dewasa yaitu di karenakan keadaan dan ketersediaan bahan makanan yang ada di posko pengungsian terbatas. Adanya kesenjangan diatas mendorong semangat peneliti untuk mengadakan penelitian dengan mengambil satu judul yaitu Tingkat Kecukupan Energi & Protein Anak Balita Di Posko Pengungsian Mesjid Amal Bhakti Akibat Bencana Erupsi Gunung Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2014.

6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka permasalahan yang dapat di identifikasi adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kecukupan energi dan protein anak balita di posko Mesjid Amal Bhakti kabupaten karo? 2. Apakah susunan makanan kecukupan energi dan protein anak di posko Mesjid Amal Bhakti kabupaten karo telah terpenuhi? 3. Bagaimana perubahan tingkat kesukaan makan anak balita di posko Mesjid Amal Bhakti kabupaten karo? 4. Apakah ketersediaan makanan selingan dan makanan pokok di posko Mesjid Amal Bhakti Kabupaten Karo untuk anak balita terpenuhi? C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah sangat diperlukan yakni untuk mempermudah dan menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penafsiran judul dan mengingat adanya keterbatasan sarana, prasarana, tenaga, waktu, dan biaya, maka masalah-masalah ini dibatasi pada : 1. Kecukupan gizi anak balita adalah jumlah makan yang dikonsumsi anak balita yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumunya di posko pengungsian Mesjid Amal Bhakti kabupaten karo. 2. Protein adalah makanan hewani dan nabati yang dikonsumsi anak balita di Posko Pengungsian Mesjid Amal Bhakti Kabupaten Karo.

7 3. Energi adalahmakanan tinggi kalori yang mengandung karbohidrat, lemak, dan protein, dari bahan makanan pokok, lauk pauk, dan sayuran. 4. Anak balita adalah anak yang berusia 2 3 tahun. 5. Posko pengungsian adalah tempat perkumpulan masyarakat yang mengungsi akibat terkena bencana Erupsi Gunung Sinabung. D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan yang harus diteliti, yaitu : 1. Bagaimana makanan anak balita di Posko Pengungsian Mesjid Amal Bhakti Kabupaten Karo? 2. Bagaimana kecukupan energi dan protein anak balita di posko Pengungsian Mesjid Amal Bhakti Kabupaten Karo? 3. Menganalisis kecukupan energi dan protein balita di posko Pengungsian Mesjid Amal Bhakti Kabupaten Karo? E. Tujuan Penelitian Setiap penelitian mempunyai tujuan sebagai arah dan sasaran yang ingin dicapai, adapun tujuannya ialah : 1. Untuk mengetahui makanan yang di konsumsi anak balita selama di posko Mesjid Amal Bhakti Kabupaten Karo. 2. Untuk mengetahui kecukupan energi dan protein anak balita di posko Pengungsian Mesjid Amal Bhakti Kabupaten Karo.

8 3. Untuk mengetahui kecukupan energi dan protein anak balita di posko Pengungsian Mesjid Amal Bhakti Kabupaten Karo? F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain : 1. Bahan masukan dan sekaligus pemikiran bagi ibu dari anak balita di posko Pengungsian Mesjid Amal Bhakti kabupaten karo. 2. Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa dalam meneliti masalah yang sama pada lokasi yang berbeda. 3. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan berfikir peneliti khususnya dalam bidang penelitian.