KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Kajian Ekonomi Regional Banten

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA (SULAMPUA)

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

ii Triwulan I 2012

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN

BERITA RESMISTATISTIK

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

BERITA RESMI STATISTIK

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a,

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BPS KOTA TEGAL. BULAN FEBRUARI 2014 KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi September 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN NOVEMBER 2016 INFLASI 0,52 PERSEN

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BERITA RESMI STATISTIK

Transkripsi:

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013

halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii

Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Hal ini sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I-Sulawesi, Maluku dan Papua (SULAMPUA) sesuai tujuan tersebut dan dalam era otonomi berperan sebagai economic intelligence dan research unit. Dalam kaitan dengan peran tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I-SULAMPUA telah melakukan kajian terhadap perkembangan ekonomi daerah secara triwulanan atau disebut juga Kajian Ekonomi Regional (KER) dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) disusun dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, perbankan, kesejahteraan, keuangan daerah, dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan terus dikembangkan sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Informasi dan hasil kajian/riset secara rutin akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai bahan masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah, antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pelaku dunia usaha dan kalangan masyarakat Iainnya. Kami juga menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara berlanjut, tepat waktu dan reliable. Semoga kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini. Kualitas laporan ini tentunya masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan masukan dari semua pihak sangat kami harapkan. Makassar, November 2013 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah I - SULAMPUA Suhaedi Direktur Eksekutif iv Triwulan III-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat

halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 v

Ringkasan Eksekutif Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) laju pertumbuhan yang melambat, diiringi dengan tingkat kesejahteraan yang lebih rendah akibat meningkatnya tekanan inflasi. Pada triwulan III-2013 tingkat pertumbuhan Sulbar tercatat sebesar 6,85% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (7,29%; yoy). Secara komponen sisi permintaan, melemahnya konsumsi rumah tangga akibat melambatnya indeks tingkat pendapatan yang terkena dampak naiknya tekanan inflasi. Kinerja perbankan dan realisasi APBD Sulbar pada triwulan III-2013 juga relatif melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Diproyeksikan, perekonomian Sulbar diprakirakan akan tumbuh meningkat sesuai dengan pola akhir tahun. Di sisi penawaran, pangsa sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yang besar menopang ekonomi Sulbar triwulan IV-2013. Di sisi permintaan, cerminan dari peningkatan di sisi sektoral, terjadi kenaikan pertumbuhan untuk komponen ekspor, konsumsi pemerintah, dan investasi. Namun dari aspek inflasi, diperkirakan masih terjadi kenaikan inflasi yang cukup tinggi pada triwulan IV-2013. Kenaikan harga BBM bersubsidi berimplikasi kepada biaya distribusi komoditas pangan yang dipasok dari luar daerah. PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI Perekonomian Sulawesi Barat (Sulbar) tumbuh sebesar 6,85%(yoy) pada triwulan III 2013, lebih rendah dari triwulan sebelumnya (7,29%; yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh kinerja komponen konsumsi serta ekspor yang tidak tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Perlambatan pada kegiatan konsumsi lebih didorong oleh melemahnya konsumsi rumah tangga akibat melambatnya indeks tingkat pendapatan yang terkena dampak naiknya tekanan inflasi. Sementara itu, komponen ekspor juga mengalami perlambatan seiring melambatnya pertumbuhan di sisi penawaran, khususnya sektor industri pengolahan. Adapun kegiatan investasi serta dorongan dari sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR, dan subsektor perbankan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulbar di triwulan laporan. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 1

PERKEMBANGAN INFLASI Memasuki semester II-2013, laju inflasi mengalami peningkatan cukup tinggi yaitu tercatat 5,85% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,30% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh laju harga komoditas yang diatur oleh pemerintah (adminstered price), akibat dampak kenaikan BBM bersubsidi pada akhir Juni 2013. Demikian pula dengan inflasi inti, peningkatan terjadi akibat masih tingginya permintaan pada harga bahan bangunan, sehingga harga menjadi terkerek naik. Namun demikian, inflasi Sulbar masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (8,40%). Faktor positif berasal dari penurunan harga pangan (inflasi kelompok volatile food) didukung oleh koreksi harga pasca Hari Raya Idul Fitri, naiknya pasokan, dan kelancaran distribusi. PERKEMBANGAN PERBANKAN Kinerja perbankan Sulbar pada triwulan III-2013 relatif melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulbar di triwulan laporan. Perlambatan kinerja perbankan terjadi baik pada sisi penghimpunan DPK maupun penyaluran kredit. Melambatnya pertumbuhan penghimpunan DPK terutama disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan giro. Dari sisi kredit, perlambatan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit investasi dan konsumsi yang tidak sebaik triwulan sebelumnya. Secara sektoral, penyaluran kredit, terutama pada sektor primer (Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan) juga relatif melemah dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, aktivitas sistem pembayaran di Sulbar kembali mengalami akselerasi yang ditunjukkan oleh peningkatan pertumbuhan transaksi melalui RTGS. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, kondisi ketenagakerjaan dan tingkat kesejahteraan Provinsi Sulawesi Barat memburuk. Dengan tingkat pertumbuhan 6,58% pada triwulan III-2013, indikator ketenagakerjaan, nilai tukar petani (NTP), dan gini rasio, terlihat melemah. Tingkat partisipasi kerja menjadi 66,82% atau lebih rendah dibandingkan posisi Februari 2013 (72,41%) ataupun Agustus 2012 (71,73%). Tingkat pengangguran terbuka meningkat dari 2,00% (Februari 2013) menjadi 2,33% pada Agustus 2013, meskipun masih terendah diantara provinsi lain di Sulawesi. Demikian pula NTP, menunjukkan perkembangan yang terus menurun, didorong oleh pelemahan NTP subsektor tanaman 2 Ringkasan Eksekutif

pangan dan hortikultura. Kesenjangan pendapatan Sulbar pada tahun 2013 semakin melebar, terlihat dari nilai gini ratio 2013 yang semakin besar. Di sisi lain, daya beli diprakirakan masih kuat dengan didorong oleh kenaikan UMP dan terkendalinya inflasi. Demikian pula tingkat kemiskinan membaik, terutama terjadi di daerah pedesaan. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi APBD Provinsi Sulbar triwulan III-2013 tercatat rendah sehingga turut memperlambat pertumbuhan ekonomi Sulbar pada triwulan laporan. Pendapatan daerah, secara kwartalan meningkat 10,72% dengan realisasi hanya 76,86% (tahun sebelumnya 79,50%). Sementara belanja daerah, secara triwulanan meningkat 12,11% dengan realisasi jauh lebih rendah yaitu 45,63% (tahun sebelumnya 48,04%). Belanja modal yang dapat berfungsi sebagai stimulus pembangunan daerah, realisasinya baru mencapai 30,49% (tahun sebelumnya 45,39%). PROSPEK EKONOMI & INFLASI Pada triwulan IV-2013, perekonomian Sulbar diprakirakan akan tumbuh meningkat sesuai dengan pola akhir tahun. Di sisi penawaran, pangsa sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yang besar menopang ekonomi Sulbar triwulan IV-2013. Kedua sektor tesebut cenderung meningkat, masing-masing antara lain karena harga CPO yang meningkat dan realisasi belanja pemerintah daerah yang dioptimalkan pada akhir tahun. Sektor bangunan diperkirakan juga naik signifikan seiring pembangunan infrastruktur. Di sisi permintaan, cerminan dari peningkatan di sisi sektoral, terjadi kenaikan pertumbuhan untuk komponen ekspor, konsumsi pemerintah, dan investasi. Harga CPO internasional yang terus membaik, disertai dengan pengiriman untuk ekspor komoditi dimaksud. Sementara konsumsi pemerintah diperkirakan akan digenjot,karena realisasi belanja APBD hingga triwulan III-2013 tercatat masih di bawah separuh anggaran yang ditetapkan. Demikian pula dengan investasi, pembangunan jalan dan bangunan terus dipacu untuk mengejar target hingga akhir 2013. Dari aspek inflasi, diperkirakan masih terjadi kenaikan inflasi yang cukup tinggi pada triwulan IV-2013. Kenaikan harga BBM bersubsidi berimplikasi kepada biaya distribusi komoditas pangan yang dipasok dari luar daerah. Permintaan masyarakat diperkirakan juga meningkat pada akhir tahun dengan adanya perayaan Natal dan tahun baru. Dengan perkembangan tersebut, inflasi inti dan administered prices diperkirakan masih menjadi pemicu utama. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 3

INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN II-2013 PROPINSI SULAWESI BARAT a. INFLASI dan PDRB 2012 Indikator Makroekonomi dan Pembangunan I II III IV I II III Pertumbuhan ekonomi, %, yoy 15,6% 8,9% 4,0% 8,2% 7,3% 7,3% 6,9% PDRB Nominal (Rp Miliar) 3.485.815 3.535.709 3.590.487 3.795.632 3.883.718 3.958.161 4.035.200 PDRB per kapita Harga Berlaku (Rp Juta) 11,84 13,11 PDRB Pengeluaran, sumbangan - Konsumsi RT 66,0% 65,6% 66,9% 63,8% 62,9% 63,0% 63,8% - Konsumsi Pem 24,2% 28,1% 29,9% 31,6% 26,5% 28,0% 30,0% - PMTB 11,4% 11,7% 12,5% 12,3% 11,0% 11,6% 12,6% - Perub Stok 2,6% 1,5% -2,4% -1,0% 3,2% 1,5% -1,3% - Ekspor 17,5% 17,5% 19,0% 19,0% 18,3% 18,4% 18,6% - Impor 21,7% 24,4% 25,9% 25,6% 21,9% 22,5% 23,7% PDRB Produksi, sumbangan - Pertanian 52,4% 49,8% 45,2% 42,7% 50,7% 49,1% 46,1% - Pertambangan & Penggalian 0,7% 0,8% 1,0% 1,0% 0,8% 0,8% 0,9% - Industri Pengolahan 6,8% 7,4% 7,4% 7,2% 7,1% 7,1% 7,0% - Listrik, Gas, Air Bersih 0,4% 0,5% 0,5% 0,5% 0,4% 0,5% 0,5% - Konstruksi 3,0% 3,5% 4,3% 5,4% 3,1% 3,7% 4,5% - Perdagangan, Hotel, dan Restoran 12,7% 12,9% 13,0% 13,5% 12,9% 13,1% 13,5% - Angkutan dan Komunikasi 2,0% 2,0% 2,2% 2,0% 1,9% 2,0% 2,2% - Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 5,2% 5,7% 5,7% 5,6% 5,4% 5,8% 6,0% - Jasa-Jasa 16,7% 17,4% 20,7% 22,0% 17,8% 18,0% 19,3% APBD, Pendapatan (% Realisasi) 16,5% 46,8% 79,5% 100,1% 27,7% 52,3% 76,9% APBD, Belanja (% Realisasi) 7,9% 25,8% 48,0% 88,4% 7,8% 24,3% 45,6% Inflasi (IHK), % yoy 3,8% 3,2% 3,7% 3,3% 4,2% 4,3% 5,9% Kredit, pertumbuhan, % yoy 22,4% 21,0% 26,5% 21,0% 19,5% 17,1% 15,9% Jumlah Penduduk (Ribu orang) 1.234,44 1.260,83 Tingkat Pengangguran, % 2,1% 2,2% 2,0% 2,3% Tingkat Kemiskinan, % 13,2% 13,0% 12,3% 12,2% Gini ratio 0,31 0,35 Nilai Tukar Petani 104,11 104,30 104,99 104,87 103,99 105,04 103,26 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 5

LANJUTAN... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN II-2013 PROPINSI SULAWESI BARAT B. PERBANKAN (Rp Juta) INDIKATOR 2012 2013 I II III IV I II III BANK UMUM ASET 3.089.264 3.398.697 3.578.479 3.705.973 3.859.655 4.121.750 4.439.760 DPK - Lokasi Bank Pelapor 2.069.117 2.408.952 2.564.590 2.432.838 2.556.663 2.674.766 2.835.539 Giro 608.443 704.439 887.749 460.744 794.424 898.572 987.392 Tabungan 1.290.902 1.515.993 1.516.620 1.814.780 1.580.271 1.579.961 1.671.632 Deposito 169.772 188.520 160.221 157.314 181.968 196.233 176.515 Kredit - Lokasi Bank 2.888.792 3.095.029 3.237.469 3.363.738 3.452.372 3.624.778 3.750.679 Jumlah Rekening Kredit (satuan) 58.873 60.109 63.911 64.134 65.436 66.096 65.941 Modal Kerja 1.136.219 1.426.747 1.207.855 1.213.518 1.246.201 1.269.822 1.294.881 Investasi 269.392 271.254 285.691 299.338 312.837 406.515 409.410 Konsumsi 1.483.181 1.397.028 1.743.923 1.850.882 1.893.334 1.948.441 2.046.388 L D R (%) 139,61% 128,48% 126,24% 138,26% 135,03% 135,52% 132,27% Kredit UMKM 1.221.778 1.484.847 1.367.178 1.403.043 1.451.752 1.577.491 1.632.714 Modal Kerja 969.042 1.235.353 1.091.168 1.110.176 1.144.513 1.174.798 1.226.059 Investasi 252.736 249.494 276.010 292.867 307.239 402.693 406.655 Kredit UMKM 1.221.777 1.484.847 1.367.178 1.403.042 1.451.753 1.577.490 1.632.716 Kredit Mikro 479.488 463.446 501.402 488.579 486.291 535.594 533.297 Modal Kerja 384.444 378.290 410.519 393.991 407.242 428.970 441.500 Investasi 95.044 85.156 90.883 94.588 79.049 106.624 91.797 Kredit Kecil 668.295 823.412 798.764 838.425 885.271 933.858 971.939 Modal Kerja 524.422 672.434 620.106 648.995 669.622 661.626 688.045 Investasi 143.873 150.978 178.658 189.430 215.649 272.232 283.894 Kredit Menengah 73.994 197.988 67.014 76.039 80.191 108.040 127.478 Modal Kerja 60.175 184.628 60.544 67.190 67.650 84.203 96.514 Investasi 13.819 13.360 6.470 8.849 12.541 23.837 30.964 NPL UMKM (Gross %) 7,31% 6,67% 7,13% 4,04% 4,86% 5,34% 4,74% BANK PERKREDITAN RAKYAT (LBPR/LBPRS) 6 Indikator Ekonomi dan Perbankan Sulawesi Barat

Rp Milyar Bab 1 Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi Perekonomian Sulawesi Barat (Sulbar) tumbuh sebesar 6,85%(yoy) pada triwulan III 2013, lebih rendah dari triwulan sebelumnya (7,29%; yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh kinerja komponen konsumsi serta ekspor yang tidak tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Perlambatan pada kegiatan konsumsi lebih didorong oleh melemahnya konsumsi rumah tangga akibat melambatnya indeks tingkat pendapatan yang terkena dampak naiknya tekanan inflasi. Sementara itu, komponen ekspor juga mengalami perlambatan seiring melambatnya pertumbuhan di sisi penawaran, khususnya sektor industri pengolahan. Adapun kegiatan investasi serta dorongan dari sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR, dan subsektor perbankan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulbar di triwulan laporan. Pada triwulan III 2013, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat (Sulbar) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya karena pelemahan komponen konsumsi dan ekspor serta beberapa sektor ekonomi yang pangsanya cukup besar. Pertumbuhan ekonomi Sulbar pada triwulan III 2013 tercatat sebesar 6,85% (yoy), lebih rendah dari triwulan II 2013 (7,29%; yoy) (Grafik 1.1). Komponen konsumsi mengalami pelemahan akibat pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tidak sekuat triwulan II 2013. Hal yang sama terjadi pada komponen ekspor. Sementara itu, dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan dan sektor jasajasa yang pangsanya cukup besar bagi ekonomi Sulbar (Grafik 1.2) tumbuh melambat pada triwulan III 2013 sehingga menjadi faktor pendorong deselerasi yang terjadi. PDRB ADHK (LHS) 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 - y.o.y Sulbar (RHS) y.o.y Nasional (RHS) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2010 2011 2012 2013 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% 6.85 5.62 19.33% 46.09% 5.96% 2.22% 13.47% 6.98% 4.51% 0.54% 0.90% Keterangan (searah jarum jam): Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Rest Angkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Jasa - jasa Sumber : BPS Grafik 0.1 Perkembangan PDRB Sulbar Grafik 0.2 Struktur Ekonomi Sulbar Triwulan III 2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 7

1.1 Sisi Permintaan Dari sisi permintaan, melemahnya kinerja perekonomian Sulbar pada triwulan III 2013 terutama didorong oleh melemahnya kegiatan konsumsi dan ekspor. Pelemahan kegiatan konsumsi disebabkan oleh konsumsi rumah tangga yang tidak tumbuh sebaik capaian triwulan sebelumnya. Di samping itu, kinerja ekspor juga melambat pada triwulan laporan. Adapun akselerasi pertumbuhan komponen konsumsi pemerintah dan kegiatan investasi yang dihitung dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulbar pada triwulan III 2013. Tabel 0.1 Perkembangan PDRB Riil : Sisi Permintaan PDRB Sulbar 2012* 2013** I II III IV I II III Pertumbuhan (%, yoy) 1. Konsumsi 11.40 8.75 6.03 6.38 6.77 6.06 5.85 - Konsumsi Rumah Tangga 8.97 8.13 4.71 3.18 3.98 5.41 5.05 - Konsumsi Pemerintah 19.27 10.38 9.43 14.37 15.04 7.74 7.82 2. Investasi (PMTB) 9.54 4.02 0.27 0.41 0.26 6.91 8.04 3. Net Ekspor -40.08-3.13 42.49 3.16-25.49-17.97-6.95 - Ekspor 22.02 8.96 0.30 0.22 11.92 12.26 5.46 - Impor 8.80 6.10 6.53 0.79 7.53 5.72 3.01 PDRB 15.56 8.94 4.03 8.16 7.30 7.29 6.85 Sumbangan (%, yoy) 1. Konsumsi 10.39 7.99 5.59 6.08 5.95 5.52 5.53 - Konsumsi Rumah Tangga 6.26 5.38 3.15 2.16 2.62 3.55 3.40 - Konsumsi Pemerintah 4.13 2.60 2.45 3.92 3.33 1.97 2.13 2. Investasi (PMTB) 1.07 0.46 0.03 0.05 0.03 0.76 0.96 3. Net Ekspor 1.75 0.17-1.40-0.15 0.58 0.84 0.31 - Ekspor 3.55 1.52 0.06 0.04 2.03 2.09 1.00 - Impor 1.80 1.36 1.46 0.19 1.45 1.24 0.69 PDRB 15.56 8.94 4.03 8.16 7.30 7.29 6.85 Sumber : BPS, diolah *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara 1.1.1 Konsumsi Kegiatan konsumsi pada triwulan III 2013 tumbuh melambat dibandingkan triwulan II 2013, terutama karena perlambatan konsumsi rumah tangga. Konsumsi secara keseluruhan tercatat tumbuh sebesar 5,85% (yoy) sedangkan pada triwulan sebelumnya tercatat tumbuh sebesar 6,06% (yoy). Dilihat dari pelakunya, tendensi perlambatan terutama terjadi pada konsumsi rumah tangga yang memang memiliki pangsa yang lebih dominan dalam perekonomian Sulbar dibandingkan konsumsi pemerintah. Konsumsi rumah tangga Sulbar tumbuh melemah pada triwulan III 2013 yang dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan tingkat pendapatan. Komponen konsumsi rumah tangga mencatat pertumbuhan sebesar 5,05% (yoy) pada triwulan laporan. Pada triwulan lalu, pertumbuhan komponen ini tercatat sebesar 5,41% (yoy). Pelemahan yang terjadi dinilai merupakan dampak dari naiknya tekanan inflasi pada akhir triwulan II 2013 yang berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat. Hal ini tercermin dari indeks pendapatan rumah tangga di Sulbar yang tumbuh melambat pada triwulan III 2013 (Grafik 1.3). Meski demikian, permintaan masyarakat masih ditopang oleh adanya perayaan Lebaran. 8 Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Rp Miliar Rp Miliar Rp Miliar Di sisi lain, konsumsi pemerintah sedikit mengalami akselerasi pertumbuhan pada triwulan III 2013 yang didorong oleh peningkatan belanja pemerintah. Pada triwulan laporan, konsumsi pemerintah mencatat angka pertumbuhan sebesar 7,82% (yoy), lebih tinggi dari triwulan II 2013 (7,74%; yoy). Menguatnya pertumbuhan komponen konsumsi pemerintah didukung oleh penyerapan anggaran belanja Pemerintah Provinsi Sulbar (Grafik 1.4). Total realisasi belanja pemerintah tercatat sebesar Rp521,94 miliar pada triwulan III 2013, meningkat cukup signifikan dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp278,06 miliar. 120 115 110 105 100 95 90 Indeks %, yoy I II III IV I II III 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 (1.0) (2.0) (3.0) (4.0) (5.0) 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 43 255 168 608 58 239 310 731 77 250 466 873 278 89 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 522 2012 2013 2010 2011 2012 2013 Sumber : BPS Sulbar Grafik 0.3 Indeks Pendapatan Rumah Tangga Sumber : Biro Keuangan Sulbar Grafik 0.4 Realisasi Belanja Pemerintah 1.1.2 Investasi Pada triwulan III 2013, investasi dalam bentuk PMTB tumbuh lebih baik dari triwulan II 2013 yang didorong oleh masih bergulirnya proyek-proyek pembangunan di Sulbar. Komponen PMTB Sulbar tercatat tumbuh hingga 8,04% (yoy) setelah pada triwulan II 2013 bertumbuh sebesar 6,91% (yoy). Adapun proyek investasi di Sulbar terdiri dari proyek pembangunan di sektor riil (khususnya pengembangan sektor industri pengolahan) maupun proyek penguatan infrastruktur yang dikerjakan pihak swasta maupun pemerintah daerah. Menguatnya kinerja PMTB tercermin dari pertumbuhan kredit investasi yang masih tercatat pada level yang tinggi di triwulan laporan (38,68%; yoy). Dari aspek pemerintah, realisasi belanja modal menunjukkan peningkatan pada triwulan III 2013 (Grafik 1.5 dan Grafik 1.6). Kredit Investasi gkredit Investasi 250 231 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 %, yoy I II III IV I II III IV I II III 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 200 150 100 50 0 138 63 67 61 23 20 3 10 1 1 I II III IV I II III IV I II III 2011 2012 2013 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Bank, diolah Grafik 0.5 Penyaluran Kredit Investasi Sulbar Sumber : Biro Keuangan Sulbar Grafik 0.6 Belanja Modal Pemerintah Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 9

1.1.3 Neraca Perdagangan Neraca perdagangan Sulbar kembali mengalami defisit (net ekspor bernilai negatif) pada triwulan III 2013. Defisit yang semakin besar ini membuat sumbangan net ekspor bagi pertumbuhan ekonomi menjadi lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 0,84% menjadi 0,30% (Grafik 1.7). Kinerja net ekspor yang tidak lebih baik dari triwulan sebelumnya tersebut disebabkan oleh pelemahan ekspor yang jauh lebih besar dibandingkan pelemahan kinerja impor pada triwulan III 2013. Ekspor Sulbar pada triwulan III 2013 tercatat tumbuh sebesar 5,46% (yoy), jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya (12,26%; yoy). Hal ini dinilai merupakan pengaruh dari tingkat produksi komoditas hasil olahan Sulbar yang juga mengalami perlambatan pada triwulan III 2013. Sementara itu, impor juga tumbuh melemah dari 5,72% (yoy) di triwulan II 2013 menjadi 3,01% (yoy) pada triwulan IV 2013. Kegiatan konsumsi secara keseluruhan yang tumbuh melemah berimbas pada perlambatan impor karena sebagian besar barang konsumsi masyrakat Sulbar masih didatangkan dari luar daerah. 400 300 200 100 0 (100) (200) (300) (400) Ekspor Impor Net Ekspor - Skala Kanan Rp Miliar Rp Miliar I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 0 (10) (20) (30) (40) (50) (60) (70) (80) 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber : BPS, diolah Grafik 0.7 Perkembangan Net Ekspor 1.2 Sisi Penawaran Pada sisi penawaran, tiga sektor utama yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulbar pada triwulan III 2013 adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, serta sektor jasa-jasa. Sektor pertambangan bahkan mengalami kontraksi. Di samping itu, sektor lain yang tumbuh melambat adalah sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) serta sektor angkutan dan komunikasi. Adapun sektor pertanian, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), serta sektor keuangan berhasil tumbuh lebih kuat dari triwulan sebelumnya sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi Sulbar di triwulan laporan. Tabel 0.2 Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah 10 Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

PDRB Sulbar 2012* 2013** I II III IV I II III Pertumbuhan (%, yoy) 1. Pertanian 22.95 8.05-3.00 0.36 2.71 4.06 7.56 2. Pertambangan & Penggalian -9.84 1.41 22.99 29.98 24.62 13.96-0.84 3. Industri Pengolahan 3.54 4.17 3.16 11.45 14.01 7.38 3.69 4. Listrik,Gas & Air Bersih 12.72 18.59 19.07 14.60 6.61 16.72 15.90 5. Bangunan 7.44 3.87 10.64 10.85 8.79 10.68 10.80 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5.78 5.53 4.89 12.91 7.99 8.17 11.48 7. Angkutan & Komunikasi 9.26 2.09 8.10 3.40 4.47 10.85 9.36 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0.73 8.61 6.68 8.81 9.68 8.68 10.47 9. Jasa - jasa 20.04 21.92 18.16 20.24 17.24 13.58 1.09 P D R B 15.56 8.94 4.03 8.16 7.30 7.29 6.85 Sumbangan (%, yoy) 1. Pertanian 11.00 3.89-1.38 0.15 1.38 1.95 3.23 2. Pertambangan & Penggalian -0.09 0.01 0.21 0.28 0.18 0.12-0.01 3. Industri Pengolahan 0.33 0.39 0.29 1.01 1.17 0.66 0.34 4. Listrik,Gas & Air Bersih 0.06 0.09 0.09 0.07 0.03 0.09 0.08 5. Bangunan 0.27 0.16 0.50 0.65 0.30 0.43 0.54 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 0.76 0.70 0.61 1.60 0.96 1.01 1.43 7. Angkutan & Komunikasi 0.32 0.07 0.28 0.12 0.15 0.36 0.34 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0.05 0.56 0.43 0.56 0.57 0.56 0.69 9. Jasa - jasa 2.85 3.06 3.00 3.70 2.55 2.12 0.21 P D R B 15.56 8.94 4.03 8.16 7.30 7.29 6.85 Sumber : BPS, diolah *) Angka sementara **) Angka sangat sementara 1.2.1 Sektor Pertanian Pada triwulan III 2013, sektor pertanian tumbuh menguat seiring tidak adanya gangguan pada faktor produksi di sektor ini. Sektor pertanian tercatat mampu tumbuh sebesar 7,56% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 4,06% (yoy). Meski triwulan laporan merupakan saat dimana produksi padi mengalami penurunan secara triwulanan, penurunan pada triwulan III tahun 2013 tidak sedalam yang terjadi pada periode yang sama tahun 2012. Alhasil, pertumbuhan tahunan produksi padi di triwulan III 2013 (1,84%; yoy) tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2013 (-2,80%; yoy). Selain karena tidak adanya gangguan faktor produksi, pulihnya harga kakao di periode laporan dinilai juga menjadi salah satu pendorong akselerasi sektor ini (Grafik 1.8). Apalagi, periode laporan merupakan masa panen bagi komoditas kakao dengan kondisi cuaca yang relatif lebih kondusif. 1.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian di Sulbar mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,84% (yoy) pada triwulan IV 2013 setelah sebelumnya tumbuh 13,96% (yoy). Penurunan kinerja sektor pertambangan ini dinilai lebih disebabkan oleh tingkat produksi subsektor bahan galian yang tumbuh signifikan pada triwulan III 2012. Kinerja sektor bangunan yang juga tumbuh tinggi pada triwulan III 2012 mendorong kebutuhan akan bahan galian seperti pasir dan bebatuan meningkat cukup tajam dan berkontribusi pada peningkatan kinerja subsektor galian. Pada triwulan III 2013, sektor bangunan tumbuh relatif stabil sehingga tidak terjadi akselerasi pada subsektor galian. Inilah mengapa terjadi penurunan tingkat produksi dari sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 11

1.2.3 Sektor Industri Pengolahan Pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan III 2013 tercatat lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Sektor industri pengolahan mencatat pertumbuhan sebesar 7,38% (yoy) di triwulan III 2013 dan kemudian tumbuh 3,69% (yoy) pada triwulan laporan. Pelemahan ini dinilai merupakan dampak dari melambatnya pertumbuhan produksi industri pengolahan skala mikro dan kecil (IMK) (Grafik 1.9). Secara triwulanan, kontraksi yang cukup dalam terjadi pada IMK makanan, tekstil, kayu, dan furnitur. 4.0 USD/kg Harga Internasional Kakao 15 %; yoy IMK 3.5 10 3.0 5 2.5 0 2.0 (5) 1.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (10) I II III IV I II III 2011 2012 2013 2012 2013 Sumber : World Bank Grafik 0.8 Penyaluran Kredit Sektor Pertanian Sumber : BPS Grafik 0.9 Pertumbuhan Produksi Industri 1.2.4 Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Sektor LGA mencatat pertumbuhan yang masih tinggi pada triwulan III 2013 yaitu sebesar 15,90% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh sebesar 16,72% (yoy). Pertumbuhan yang masih tinggi tersebut didukung oleh penyaluran kredit perbankan kepada sektor LGA yang juga bertumbuh hingga 140% (yoy) pada triwulan III 2013. Adapun terkait perlambatan pertumbuhan yang terjadi, hal tersebut dinilai merupakan dampak dari berkurangnya konsumsi listrik. Secara historis, masa puasa dan libur Lebaran yang bersamaan dengan libur sekolah/universitas pada awal triwulan laporan menyebabkan konsumsi listrik baik gedung perkantoran, gedung sekolah/universitas, maupun rumah penduduk menurun. 1.2.5 Sektor Bangunan Sektor bangunan tumbuh stabil pada triwulan IV 2013. Sektor ini tercatat tumbuh sebesar 10,80% (yoy) pada triwulan laporan. Pada triwulan sebelumnya, sektor ini tumbuh sebesar 10,68% (yoy). Relatif stabilnya pertumbuhan sektor bangunan dibandingkan triwulan yang lalu diindikasikan oleh stabilnya pertumbuhan kredit perbankan yang dikucurkan bagi sektor konstruksi (Grafik 1.10). Hal ini juga sejalan dengan kinerja investasi (PMTB) yang juga tumbuh cukup tinggi pada triwulan laporan. 1.2.6 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 12 Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Rp Miliar Rp Miliar Pada triwulan III 2013, sektor PHR tercatat mengalami akselerasi pertumbuhan. Sektor ini tumbuh sebesar 8,17% (yoy) pada triwulan II 2013 dan kemudian menguat menjadi 11,48% (yoy) pada triwulan laporan. Dari subsektor perdagangan, penguatan yang terjadi dinilai dipengaruhi oleh meningkatnya penjualan di masa puasa dan perayaan Lebaran. Subsektor hotel dan restoran juga masih menunjukkan peningkatan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan indikator jumlah tamu per kamar (guest per room; GPR) hotel maupun akomodasi lainnya yang meningkat pada triwulan laporan. Rata-rata GPR hotel relatif stabil dari 1,68 menjadi 1,69. GPR akomodasi lain meningkat dari 1,96 di triwulan II 2013 menjadi 2,00. Indikator pertumbuhan kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor perdagangan juga menunjukkan pola yang sama (Grafik 1.11). Konstruksi gkredit Perdagangan gkredit 120.0 100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0 I II III IV I II III IV I II III 2011 2012 2013 %, yoy 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 (20) (40) 1,600.0 1,400.0 1,200.0 1,000.0 800.0 600.0 400.0 200.0 0.0 I II III IV I II III IV I II III 2011 2012 2013 %, yoy 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Sumber : Laporan Bank, diolah Grafik 0.10 Penyaluran Kredit Sektor Bangunan Sumber : Laporan Bank, diolah Grafik 0.11Penyaluran Kredit Sektor Perdagangan 1.2.7 Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor angkutan dan komunikasi Sulbar tumbuh sebesar 9,36% (yoy) pada triwulan III 2013, lebih rendah dari triwulan sebelumnya (10,85%; yoy). Melambatnya pertumbuhan di sektor ini didorong terutama oleh perlambatan pada subsektor transportasi udara yang masih mengalami kontraksi pertumbuhan pada triwulan laporan meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Berdasarkan indikator jumlah penumpang, pertumbuhan subsektor transportasi udara tercatat tumbuh sebesar -7,69% (yoy) pada triwulan laporan (Grafik 1.12). 1.2.8 Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan tercatat mengalami akselerasi pada triwulan III 2013. Sektor ini tumbuh hingga 10,47% (yoy) dari 8,68% (yoy) di triwulan II 2013. Penguatan pada sektor keuangan didukung oleh membaiknya kinerja subsektor bank yang tercermin dari nilai tambah bruto (NTB) bank umum Sulbar yang juga mengalami peningkatan pada triwulan laporan (Grafik 1.13). Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 13

Rp Miliar 1.2.9 Sektor Jasa-jasa Di triwulan III 2013, sektor jasa-jasa hanya tumbuh sebesar 1,09% (yoy) dari13,58% (yoy) pada triwulan II 2013. Perlambatan ini dinilai disebabkan oleh perlambatan kinerja jasa-jasa yang disediakan oleh pihak swasta khususnya terkait jasa hiburan dan rekreasi. Selama masa puasa, pengguna jasa hiburan dan rekreasi akan mengalami penurunan. Hal tersebut membuat sektor jasa-jasa tidak dapat tumbuh sebaik triwulan sebelumnya meski masih mampu tumbuh pada arah yang positif. Orang Berangkat Datang yoy-kanan 16,000 100% 14,000 80% 12,000 60% 10,000 40% 8,000 6,000 20% 4,000 0% 2,000-20% 0-40% I II III IV I II III IV I II III 2011 2012 2013 Sumber : BPS, diolah Grafik 0.12 Jumlah Penumpang Angkutan Udara Nilai Tambah Bruto Bank Umum gntb 140 %, yoy 120 100 80 60 40 20 0 I II III IV I II III 2012 2013 Grafik 0.13 Nilai Tambah Bruto Bank Umum 25 20 15 10 5 0 (5) 14 Bab 1 - Perkembangan Kondisi Makro Ekonomi

Bab 2 Perkembangan Inflasi Memasuki semester II-2013, laju inflasi mengalami peningkatan cukup tinggi yaitu tercatat 5,85% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,30% (yoy). Peningkatan tersebut terutama didorong oleh laju harga komoditas yang diatur oleh pemerintah (adminstered price), akibat dampak kenaikan BBM bersubsidi pada akhir Juni 2013. Demikian pula dengan inflasi inti, peningkatan terjadi akibat masih tingginya permintaan pada harga bahan bangunan, sehingga harga menjadi terkerek naik. Namun demikian, inflasi Sulbar masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (8,40%). Faktor positif berasal dari penurunan harga pangan (inflasi kelompok volatile food) didukung oleh koreksi harga pasca Hari Raya Idul Fitri, naiknya pasokan, dan kelancaran distribusi. 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 % IHK - Sulbar (ka) y.o.y - Sulbar y.o.y - Nasional 3.97 3.81 Inflasi Sulbar Maret 2013 IHK Sulbar : 145,61 y.o.y Sulbar : 5,85% y.o.y Nasional : 8,40% I II III IV I II III IV I II III 4.30 3.28 5.90 4.19 5.85 IHK 150 140 130 120 110 100 90 80 2011 2012 2013 Sumber : BPS, diolah Grafik 0.1 Perkembangan Inflasi Sulawesi Barat 1.3 Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran 1.3.1 Inflasi Triwulanan Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM/TOTAL -2.53 Trw II 2013 Trw III 2013-0.35-0.05 0.19 2.15 0.99 2.50 1.82 0.42 2.93 2.65 3.58 2.75 Sumber : BPS Sulbar Grafik 0.2 Inflasi Triwulanan Berdasarkan Kelompok Komoditas 3.43 4.52 6.66 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 15

UMUM/TOTAL Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Inflasi triwulanan Sulbar pada triwulan III-2013 sebesar 3,43% (qtq), meningkat dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 0,42% (qtq). Meningkatnya inflasi tersebut terutama berasal dari kelompok transpor-komunikasi-jasa keuangan yang mengalami inflasi cukup besar hingga 6,66% seiring dengan munculnya dampak kenaikan BBM bersubsidi. Sementara pada kelompok kesehatan juga terjadi inflasi yang dipengaruhi naiknya harga obat-obatan akibat melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Selain itu, inflasi pada kelompok bahan makanan juga cukup tinggi, terutama disebabkan oleh pasokan ikan segar, telur-susu-hasilnya dan kacang-kacangan relatif terbatas. 2.1.2 Inflasi Tahunan Inflasi tahunan Sulbar pada triwulan III- 2013 tercatat 5,85% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan II-2013 yang sebesar 4,30% (yoy). Inflasi tahunan Sulbar masih lebih rendah jika dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 8,40%. Peningkatan inflasi terutama disumbangkan oleh kelompok bahan makanan, perumahan dan makanan jadi. Sumbangan kelompok komoditas bahan makanan pada triwulan laporan sebesar 1,61%. Sementara kelompok perumahan sebesar 1,43% dan makanan jadi sebesar 1,06%. 4.30 5.85 Trw II-2013 Trw III-2013 1.61 1.16 0.78 1.06 1.06 1.43 0.28 0.14 0.69 0.18 0.39 0.18 0.25 0.93 Sumber : BPS, diolah Grafik 0.3 Sumbangan Inflasi Tahunan per Kelompok Komoditas Laju inflasi tahunan dari setiap kelompok pengeluaran pada triwulan III-2013, secara berurutan dari kelompok yang memberikan sumbangan inflasi terbesar hingga yang terkecil akan dibahas sebagai berikut. Tabel 0.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran (%, yoy) 2011 2012 2013 KETERANGAN I II III IV I II III IV I II III Bahan Makanan 14.18 12.77 8.02 2.05-0.31-1.47 1.46 3.34 8.52 6.53 6.78 Makanan Jadi 1.71 3.47 5.43 6.61 6.09 6.57 5.38 4.40 3.27 4.30 5.06 Perumahan 5.41 6.28 7.01 9.30 7.75 6.74 5.56 3.06 2.53 2.88 4.72 Sandang 3.07 2.64 10.61 7.98 9.02 8.05 3.68 5.18 3.65 3.53 2.97 Kesehatan 3.44 4.18 4.39 3.35 4.33 4.22 4.45 2.45 1.52 1.27 4.99 Pendidikan 6.35 7.22 10.97 4.12 3.34 2.46 5.06 6.21 6.88 7.01 4.17 Transpor -0.03 0.20-0.30 1.16 0.90 0.92 0.67 0.88 0.45 2.89 8.73 UMUM/TOTAL 5.92 6.18 6.05 4.91 3.81 3.24 3.70 3.28 4.19 4.30 5.85 Sumber : BPS, diolah 16 Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Tabel 0.2 Rincian Inflasi Kelompok Bahan Makanan SUB KELOMPOK y.o.y (%) II-2013 III-2013 Padi-padian 6.78 6.63 Daging & Hasilnya 6.63 8.73 Ikan Segar 8.73 3.56 Ikan Diawetkan 3.56-7.21 Telur, Susu & Hslnya -7.21 13.78 Sayur-sayuran 13.78 8.14 Kacang-kacangan 8.14 15.05 Buah-buahan 15.05 25.57 Bumbu-bumbuan 25.57 4.21 Lemak & Minyak 4.21-5.48 Bahan Makan Lainnya -5.48 2.43 Inflasi Kelompok 6.53 6.78 Sumber : BPS, diolah Kelompok Bahan Makanan menjadi penyumbang inflasi utama pada triwulan laporan. Kelompok Bahan Makanan mencatat inflasi 6,78% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 6,53 (yoy). Kelompok Bahan Makanan menyumbangkan inflasi sebesar 1,61% (yoy) terhadap inflasi Sulbar. Meningkatnya inflasi kelompok Bahan Makanan dipengaruhi naiknya permintaan pada saat Ramadhan dan Idul Fitri. Peningkatan tekanan inflasi yang cukup besar tercatat pada sub kelompok telur, susu dan hasilnya yang meningkat dari deflasi 7,21% (yoy) menjadi sebesar 13,78% (yoy). 180 170 160 150 140 130 120 110 100 7.61 5.63 14.18 12.56 12.77 8.02 3.34 1.46 2.05-0.31-1.47 8.52 6.53 6.78 II III IV I II III IV I II III IV I II III IHK Inflasi yoy (kanan) 16 14 12 10 8 6 4 2 0-2 -4 % Sumber : BPS, diolah 2011 2012 2013 Grafik 0.4 Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kelompok Perumahan -- Air -- Listrik - Gas- Bahan Bakar pada triwulan III-2013 mencatat inflasi sebesar 4,72% (yoy), lebih tinggi dari periode sebelumnya 2,88% (yoy). Inflasi Kelompok Perumahan pada triwulan laporan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, terutama karena adanya tekanan inflasi pada sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air, Tabel 0.3 Rincian Inflasi Kelompok Perumahan SUB KELOMPOK y.o.y (%) II-2013 III-2013 Biaya Tempat Tinggal 5.08 4.72 Bhn Bkr, Penerangan & Air -1.67 6.63 Perlengkapan Rumah Tangga 1.21 0.81 Penyelenggaraan RT 2.83 4.10 Inflasi Kelompok 2.88 4.72 Sumber : BPS, diolah Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 17

meski masih tercatat deflasi pada triwulan II-2013. Meningkatnya inflasi pada sub kelompok bahan bakar sebagai akibat dari kenaikan BBM bersusidi pada akhir Juni 2013, serta diikuti dengan kenaikan harga tabung gas elpiji 3 kilogram di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. 140 135 130 125 120 115 110 105 100 9.30 IHK Inflasi yoy (kanan) 7.75 7.01 6.74 6.28 5.41 5.46 3.44 3.10 2.54 1.84 2.01 2.20 0.98 1.39 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 2013 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 - % Sumber : BPS, diolah Grafik 0.5 Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan Kelompok Makanan Jadi -- Minuman -- Rokok -Tembakau tercatat mengalami inflasi sebesar 5,06% (yoy). Laju inflasi tahunan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,30% (yoy). Peningkatan inflasi tercatat pada sub kelompok tembakau-minuman beralkohol dan makanan jadi, dimana kenaikan Tabel 0.4 Rincian Inflasi Kelompok Makanan Jadi- Minuman-Rokok-Tembakau SUB KELOMPOK y.o.y (%) II-2013 III-2013 Makanan Jadi 2.44 3.89 Minuman Tdk Beralkohol 4.76-0.71 Tembakau & Min. Beralkohol 7.38 10.27 Inflasi Kelompok 4.30 5.06 Sumber : BPS, diolah terbesar terjadi pada sub kelompok makanan jadi, yaitu menjadi sebesar 10,27% (yoy). Sub kelompok minuman tidak beralkohol terjadi deflasi, sebagai akibat penurunan harga lelang gula sehingga harga gula ditingkat eceran ikut turun pada periode laporan. 170 160 150 140 130 120 110 100 6.08 4.46 IHK Inflasi yoy (kanan) 3.05 2.53 1.71 3.47 5.43 6.61 6.09 6.57 5.75 4.40 3.27 5.06 4.30 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2010 2011 2012 2013 7 6 5 4 3 2 1 0 % Grafik 0.6 Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi 18 Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Tabel 0.5 Rincian Inflasi Kelompok Transportasi- Komunikasi-Jasa Keuangan SUB KELOMPOK y.o.y (%) II-2013 III-2013 Transpor 3.81 11.39 Komunikasi & Pengiriman 0.01 2.06 Sarana & Penunjang Transpor 2.65 2.46 Jasa Keuangan 1.14 0.42 Inflasi Kelompok 2.89 8.73 Sumber : BPS, diolah Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan tercatat mengalami inflasi sebesar 8,73% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,89% (yoy). Inflasi kelompok tersebut didorong terutama oleh inflasi sub kelompok transpor dan sarana-penunjang transpor. Hal ini disebabkan oleh naiknya tarif angkutan umum dan juga terjadinya kenaikan harga spare part kendaraan bermotor. Kelompok Sandang pada periode laporan mencatat inflasi sebesar 2,97% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,53% (yoy). Melambatnya laju inflasi kelompok ini terutama disebabkan oleh perlambatan inflasi sub kelompok sandang laki-laki dan terjadi deflasi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya. Deflsi tersebut, terutama dipengaruhi oleh faktor tren penurunan harga emas internasional. Tabel 0.6 Rincian Inflasi Kelompok Sandang SUB KELOMPOK y.o.y (%) II-2013 III-2013 Sandang Laki-laki 4.64 3.58 Sandang Wanita 4.25 5.30 Sandang Anak-anak 6.62 5.49 Brg Pribadi & Sandang Lainnya 0.43-0.80 Inflasi Kelompok 3.53 2.97 Sumber : BPS, diolah Tabel 0.7 Rincian Inflasi Kelompok Pendidikan- Rekreasi-Olahraga SUB KELOMPOK y.o.y (%) II-2013 III-2013 Jasa Pendidikan 18.25 7.18 Kursus-kursus/Pelatihan 0.83 0.83 Perlengkapan/Peralatan Pendd 3.36 3.36 Rekreasi -0.95 1.71 Olahraga 4.21 2.75 Inflasi Kelompok 7.01 4.17 Sumber : BPS, diolah Kelompok Pendidikan Rekreasi - Olahraga mengalami sedikit penurunan laju inflasi dibandingkan triwulan III-2013, yaitu dari 7,01% (yoy) menjadi 4,17% (yoy). Penurunan terutama pada sub jasa pendidikan dan sub kelompok olahraga. Peningkatan tersebut merupakan pengaruh dari dampak lanjutan peningkatan tahunan biaya pendidikan. Kelompok Kesehatan pada triwulan laporan mencatat peningkatan inflasi tahunan dari sebesar 1,27% (yoy) menjadi 4,99% (yoy) pada triwulan laporan. Naiknya laju inflasi kelompok ini terutama terjadi karena kenaikan inflasi sub kelompok jasa kesehatan dan sub kelompok obat-obatan. Tabel 0.8 Rincian Inflasi Kelompok Kesehatan SUB KELOMPOK y.o.y (%) II-2013 III-2013 Jasa Kesehatan -0.01 12.79 Obat-obatan 1.08 4.51 Jasa Perawatan Jasmani 2.46 1.31 Perawatan Jasmani & Kosmetika 1.64 2.92 Inflasi Kelompok 1.27 4.99 Sumber : BPS, diolah Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 19

% 0.78 1.44 2.07 1.93 1.97 1.95 4.30 5.85 2.2 Inflasi Berdasarkan Disagregasi 1 Bila dilihat dari disagregasinya, peningkatan inflasi pada triwulan III-2013 didorong oleh administered price. Pada triwulan II-2013 administered price tercatat sebesar 8,73% (yoy), meningkat jika dibandingkan triwulan lalu 8,45% (yoy). Peningkatan tajam pada administered price disebabkan oleh dampak kenaikan BBM bersubsidi pada akhir Juni 2013. 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0-2 -4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS, diolah Inflasi Umum 5,85% Administered 8,73% Core 3,79% Volatile 7,05% 2010 2011 2012 2013 % Total Trw III 2014 Trw II 2013 Volatile Core Adm Price 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 - Grafik 0.7 Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 0.8 Sumbangan Disagregasi Inflasi Inflasi inti tercatat sebesar 3,79% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,21% (yoy). Tekanan inflasi inti sedikit menurun kaerna peningkatan harga emas internasional mulai relatif menurun pada triwulan laporan. Meski demikian, permintaan bahan bangunan masih tinggi sehingga menarik harga ke atas. Permintaan yang tinggi berasal dari realisasi proyek-proyek pemerintah menjelang semester II-2013 masih cukup tinggi sehingga masih memberikan tekanan pada inflasi inti. Sementara inflasi volatile food tercatat sebesar 7,05% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,93% (yoy). Harga bahan makanan kembali normal setelah selesainya Hari Raya Idul Fitri (Lebaran). Selain itu, mulai masuknya masa panen raya padi dan distribusi bumbu-bumbuan dari Makassar cukup lancar, sehingga menyebabkan persediaan akan komoditi tersebut cukup banyak di pasaran. Jika dilihat dari persentasenya, inflasi tahunan kelompok dimaksud masih cukup tinggi, terutama pada komoditas daging. Hal ini disebabkan karena kenaikan harga daging ayam dan sapi saat lebaran meningkat tinggi, sementara koreksi harga saat ini belum kembali ke titik normalnya. 1 Berdasarkan faktor pemicunya, inflasi dapat didisagregasikan menjadi tiga komponen, yaitu inflasi inti (core inflation), inflasi volatile food, dan inflasi administered price. 20 Bab 2 - Perkembangan Inflasi

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Kinerja perbankan Sulbar pada triwulan III-2013 relatif melambat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulbar di triwulan laporan. Perlambatan kinerja perbankan terjadi baik pada sisi penghimpunan DPK maupun penyaluran kredit. Melambatnya pertumbuhan penghimpunan DPK terutama disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan giro. Dari sisi kredit, perlambatan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit investasi dan konsumsi yang tidak sebaik triwulan sebelumnya. Secara sektoral, penyaluran kredit, terutama pada sektor primer (Sektor Pertanian dan Sektor Pertambangan) juga relatif melemah dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, aktivitas sistem pembayaran di Sulbar kembali mengalami akselerasi yang ditunjukkan oleh peningkatan pertumbuhan transaksi melalui RTGS. 1.4 Bank Umum Sepanjang periode awal 2013 hingga akhir triwulan III-2013, jumlah lembaga bank umum di Sulbar relatif tetap (Tabel 3.1). Jumlah bank yang beroperasi di Sulbar tercatat sebanyak 13 bank dengan dengan jumlah kantor cabang bank di Sulbar sebanyak 15 kantor. Secara keseluruhan, terdapat 76 jaringan kantor perbankan di Sulbar. Sumber : Laporan Bank Umum Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah dan Kantor Bank di Sulbar KELEMBAGAAN 2011 2012 2013 I II III IV I II III IV I II III - Jumlah Bank 11 11 11 11 12 12 12 12 13 13 13 - Jumlah Kantor Cabang 12 12 14 14 14 14 14 14 15 15 15 - Jumlah Kantor (trmsk BRI unit) 57 57 65 71 70 74 74 75 76 76 76 1.4.1 Aset Bank Umum Aset bank umum Sulbar (Grafik 3.1) pada triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp4,44 triliun atau bertumbuh 24,07% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 21,27% (yoy). Dilihat dari komponen penyusunnya, baik aset bank pemerintah maupun bank swasta tumbuh menguat. Pada triwulan laporan, aset bank pemerintah tumbuh sebesar 23,11% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhannya di triwulan II- 2013 (21,27%; yoy). Sementara itu, aset bank swasta tercatat tumbuh sebesar 33,05% (yoy) pada triwulan laporan, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (21,28%; yoy). Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan II-2013 21

Berdasarkan kelompok bank, pangsa aset bank umum masih didominasi bank pemerintah. masih tetap mendominasi aset perbankan Sulbar. Aset yaitu sebesar 89,64% dari total aset bank umum Sulbar sedangkan pangsa aset bank swasta sampai triwulan III-2013 adalah sebesar 10,36%. Rp (Miliar) 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional yoy Aset I II III IV I II III IV I II III yoy (%) 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Sumber : Laporan Bank Umum 2011 2012 2013 Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Sulbar 1.4.2 Penghimpunan Dana Masyarakat pada Bank Umum Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum di Sulbar kembali melambat pada triwulan laporan. Pertumbuhan tahunan DPK tercatat sebesar 10,57% (yoy) setelah sebelumnya tercatat sebesar 11,03% (yoy) (Grafik 3.2). Sampai dengan akhir triwulan III- 2013, DPK yang telah dihimpun perbankan tercatat sebesar Rp2,84 triliun. yoy Giro yoy Tabungan yoy Deposito yoy DPK qtq Giro qtq Tabungan qtq Deposito qtq DPK 100% 60% 20% -20% I II III IV I II III IV I II III 2011 2012 2013-60% Sumber : Laporan Bank Umum Grafik 3.2 Pertumbuhan Tahunan DPK Bank Umum 120% 80% 40% 0% I II III IV I II III IV I II III -40% 2011 2012 2013-80% Sumber : Laporan Bank Umum Grafik 3.3 Pertumbuhan Triwulanan DPK Bank Umum Secara tahunan, perlambatan pertumbuhan DPK terutama didorong oleh perlambatan pada pertumbuhan giro. Komponen simpanan tersebut tumbuh sebesar 11,22% (yoy) pada triwulan III-2013, jauh melambat dari pertumbuhan di triwulan II-2013 yang tercatat sebesar 27,56% (yoy). Di lain pihak, jenis simpanan yang lain yaitu tabungan dan deposito mengalami peningkatan pertumbuhan. Simpanan jenis tabungan tumbuh sebesar 10,22% (yoy) setelah tumbuh sebesar 4,22% (yoy) pada triwulan II-2013. Sementara itu, jenis 22 Bab 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Rp (Miliar) simpanan deposito tumbuh sebesar 10,17% (yoy) pada triwulan laporan setelah membukukan angka pertumbuhan sebesar 4,09% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, nilai DPK meningkat sebesar Rp160,77 miliar atau tumbuh sebesar 6,01% (qtq). Peningkatan pada triwulan laporan terutama didorong oleh simpanan jenis giro dan tabungan yang masing-masing tumbuh sebesar 9,88% (qtq) serta 5,80% (qtq). Di sisi lain, deposito mengalami kontraksi triwulanan dan tercatat tumbuh sebesar -10,05% (qtq). Masyarakat dinilai lebih banyak menggunakan simpanan jangka panjang mereka untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya pada masa puasa dan perayaan Idul Fitri. Selanjutnya, hingga triwulan III-2013, pangsa tabungan terhadap total DPK masih yang terbesar dibandingkan dengan jenis simpanan yang lain (Grafik 3.4). Pangsa tabungan terhadap total DPK tercatat sebesar 58,95%. Simpanan jenis giro berada pada urutan selanjutnya dengan pangsa sebesar 34,82% dan terakhir adalah deposito yang memiliki pangsa sebesar 6,23%. Giro Tabungan Deposito 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 - I II III IV I II III IV I II III 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Bank Umum Grafik 3.4 Perkembangan DPK Bank Umum 8.0 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 % BI Rate Giro Tabungan Deposito 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sumber : Laporan Bank Umum 2012 2013 Grafik 3.5 Perkembangan Suku Bunga DPK Bank Umum Penghimpunan dana masyarakat yang berasal dari bank pemerintah masih mendominasi DPK bank umum di Sulbar. Total DPK bank pemerintah mencapai Rp2,66 triliun atau 93,75% dari total DPK Sulbar. Sementara itu, bank swasta yang menghimpun DPK sebesar Rp0,18 triliun hanya memiliki pangsa sebesar 6,25%. Dominasi kelompok bank pemerintah dalam kegiatan penghimpunan DPK sangat didukung oleh jumlah jaringan kantor bank milik pemerintah yang lebih banyak dibandingkan bank swasta. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan II-2013 23

Sumber data : Laporan Bank Umum Tabel 3.2 Penghimpunan Dana Bank Umum di Sulbar (Rp Juta) Bank Umum Bank Umum 2011 2012 2013 I II III IV I II III IV I II III 1,659,576 1,836,858 1,837,814 1,904,921 2,069,117 2,408,952 2,564,590 2,432,838 2,556,662 2,674,766 2,835,539 - Giro 479,035 583,437 529,077 295,175 608,443 704,439 887,749 460,744 794,424 898,572 987,392 - Tabungan 1,045,543 1,136,199 1,186,244 1,464,036 1,290,902 1,515,993 1,516,620 1,814,780 1,580,271 1,579,961 1,671,632 - Deposito 134,998 117,222 122,493 145,710 169,772 188,520 160,221 157,314 181,968 196,233 176,515 Bank Pemerintah 1,560,864 1,736,031 1,713,836 1,750,043 1,925,762 2,255,841 2,403,863 2,238,012 2,377,786 2,496,154 2,658,431 - Giro 473,955 580,924 525,607 289,291 603,824 696,186 879,829 445,329 780,094 887,070 976,986 - Tabungan 968,251 1,054,411 1,085,361 1,345,366 1,174,976 1,395,969 1,390,796 1,664,334 1,443,610 1,441,737 1,536,261 - Deposito 118,658 100,696 102,868 115,386 146,962 163,686 133,238 128,349 154,082 167,347 145,184 Bank Swasta 98,713 100,827 123,977 154,877 143,356 153,110 160,727 194,825 178,876 178,611 177,109 - Giro 5,081 2,513 3,470 5,884 4,619 8,253 7,920 15,415 14,330 11,501 10,407 - Tabungan 77,292 81,787 100,883 118,670 115,927 120,023 125,824 150,445 136,660 138,224 135,371 - Deposito 16,340 16,527 19,624 30,323 22,810 24,834 26,983 28,965 27,886 28,886 31,331 1.4.3 Perkembangan Kredit dan Kategorinya pada Bank Umum Secara tahunan, pertumbuhan kredit bank umum di Sulbar mengalami perlambatan namun tetap tumbuh pada level yang cukup tinggi yaitu dari 17,12% (yoy) menjadi 15,85% (yoy) (Grafik 3.6). Perlambatan tersebut terutama didorong oleh melambatnya penyaluran kredit investasi dan konsumsi. Kredit investasi tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan dari 49,87% (yoy) menjadi 43,41% (yoy). Sementara itu, kredit konsumsi melambat cukup drastis yaitu dari 39,47% (yoy) menjadi hanya 17,34% (yoy). Di sisi lain, kredit modal kerja yang terkontraksi sebesar -11,00% (yoy) pada triwulan II-2013 mencatat perbaikan kinerja dengan tumbuh sebesar 7,21% (yoy) pada triwulan III-2013. Dibandingkan triwulan sebelumnya, kredit yang disalurkan perbankan Sulbar bertambah sebesar Rp125,90 miliar sehingga secara total tercatat sebesar Rp3,75 triliun. Dilihat dari pertumbuhan triwulanannya (Grafil 3.7), kredit bank umum Sulbar masih tumbuh positif sebesar 3,47% (qtq). Pertumbuhan triwulanan tertinggi tercatat pada kredit konsumsi dengan angka pertumbuhan 5,03% (qtq). Sementara itu, kredit modal kerja dan investasi secara berturut-turut tumbuh 1,97% (qtq) dan 0,71% (qtq). 60% yoy Modal Kerja yoy Konsumsi yoy Investasi yoy Kredit 40% qtq Modal Kerja qtq Konsumsi qtq Investasi qtq Kredit 50% 40% 30% 30% 20% 20% 10% 10% 0% I II III IV I II III IV I II III -10% -20% 2011 2012 2013 Sumber data : Laporan Bank Umum Grafik 3.6 Pertumbuhan Tahunan Kredit Bank Umum 0% I II III IV I II III IV I II III -10% 2011 2012 2013-20% Sumber data : Laporan Bank Umum Grafik 3.7 Pertumbuhan Triwulanan Kredit Bank Umum 24 Bab 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Rp (Miliar) Kredit konsumsi tetap mendominasi total nilai kredit yang disalurkan bank umum Sulbar (Grafik 3.8 dan Grafik 3.10). Pangsa kredit konsumsi terhadap total kredit pada triwulan III- 2013 tercatat sebesar 54,56%. Sementara itu pangsa kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing tercatat sebesar 34,52% dan 10,92%. Masih belum imbangnya pangsa jenis kredit yang disalurkan dinilai dipengaruhi oleh sumber dana yang dihimpun perbankan yang mayoritas merupakan dana jangka pendek (tabungan) sehingga perbankan lebih berkonsentrasi pada kredit jangka pendek (kredit konsumsi). 4,000 Modal Kerja Investasi Konsumsi 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 - I II III IV I II III IV I II III 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Bank Umum Grafik 3.8 Perkembangan Kredit Bank Umum 17 16 15 14 13 12 11 10 % Investasi Konsumsi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sumber : Laporan Bank Umum 2012 2013 Modal Kerja BI Rate (Skala Kanan) Grafik 3.9 Suku Bunga Kredit Bank Umum 8 7 6 5 Berdasarkan sektor ekonomi, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, sebagian besar kredit perbankan disalurkan kepada Sektor Lain-lain (kredit konsumsi). Untuk kredit produktif, sebagian besar disalurkan kepada Sektor Perdagangan dengan pangsa sebesar 32,97%. Sementara itu, Sektor Pertanian yang merupakan sektor unggulan di Sulbar memiliki pangsa kredit sebesar 5,48% (Grafik 3.11). Perlambatan kredit, selain didorong oleh perlambatan Sektor Lain-lain, terutama disebabkan oleh perlambatan pada Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan, serta Sektor Konstruksi. Sektor Pertanian tercatat mengalami perlambatan dari 33,20% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 23,15% (yoy) pada triwulan laporan. Sektor Pertambangan tercatat tumbuh melambat dari 9,79% (yoy) menjadi 6,45% (yoy). Sementara itu, Sektor Konstruksi mengalami kontraksi yang lebih dalam yaitu dari -7,00% (yoy) menjadi -8,19% (yoy). Meski demikian, beberapa sektor mampu mencatat akselerasi pertumbuhan pada triwulan III-2013. Sektor Perdagangan tercatat tumbuh hingga 18,26% (yoy) setelah sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -0,32% (yoy). Sektor Jasa Sosial Masyarakat juga tumbuh menguat yaitu dari -7,50% (yoy) menjadi 40,29% (yoy). Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan II-2013 25

Rp (Miliar) Modal Kerja Investasi Konsumsi Pertanian 5.48% Pertambangan 0.05% Lain-lain 54.56% Industri pengolahan 0.87% 54.56% 34.52% 10.92% Jasa Sosial Masyarakat 2.89% Jasa Dunia Usaha 1.71% Pengangkutan 0.17% Perdagangan 32.97% Listrik,Gas dan Air 0.02% Konstruksi 1.28% Grafik 3.10 Pangsa Kredit Bank Umum Per Jenis Penggunaan Grafik 3.11 Pangsa Kredit Bank Umum per Sektor Ekonomi 1.4.4 Perkembangan Intermediasi Laju pertumbuhan kredit yang perlambatannya lebih cepat dibandingkan pertumbuhan DPK pada triwulan III-2013 menyebabkan perlambatan pada Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulbar (Grafik 3.12). LDR Sulbar pada triwulan laporan tercatat sebesar 132,27% setelah pada triwulan sebelumnya tercatat lebih tinggi yaitu 135,52%. Angka LDR yang berada pada level yang tinggi tersebut harus disikapi perbankan dengan meningkatkan aktivitas penghimpunan dana sebagai upaya menghindari risiko likuiditas. Kecenderungan masyarakat yang masih memilih menyimpan kekayaannya dalam bentuk aset seperti emas atau tanah menjadi tantangan dalam penghimpunan DPK. Perlu inovasi yang lebih untuk mendorong penghimpunan DPK menjadi lebih besar. 4,000 3,600 3,200 2,800 2,400 2,000 1,600 1,200 800 400 0 DPK Kredit LDR - Skala Kanan I II III IV I II III IV I II III 2011 2012 2013 150% 140% 130% 120% 110% 100% 90% 80% Sumber : Laporan Bank Umum Grafik 3.12 Perkembangan LDR Sulbar 1.4.5 Kualitas Penyaluran Kredit Kualitas kredit pada triwulan laporan kembali membaik. Level NPL masih berada di bawah batas aman sebesar 5% dan bahkan mengalami penurunan dibandingkan triwulan 26 Bab 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

sebelumnya. Rasio Non Performing Loan (NPL) pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,19%, lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (4,46%). Mengecilnya rasio NPL kredit terutama disebabkan oleh mengecilnya NPL kredit modal kerja dan investasi. NPL kredit modal kerja tercatat sebesar 8,40%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (9,19%). NPL kredit investasi mengecil dari 4,84% menjadi 4,81% pada triwulan laporan. Di lain pihak, kredit konsumsi mencatatkan peningkatan NPL yaitu menjadi sebesar 1,40% dari 1,29% di triwulan sebelumnya. 5% NPL (gross) 20% Konsumsi Investasi Modal Kerja 4% 15% 3% 2% 1% 10% 5% 0% I II III IV I II III IV I II III 0% I II III IV I II III IV I II III 2011 2012 2013 2011 2012 2013 Sumber : Laporan Bank Umum Grafik 3.13 Perkembangan NPL Kredit Bank Umum Sumber : Laporan Bank Umum Grafik 3.14 Perkembangan Suku Bunga Kredit Bank Umum Sektor ekonomi dengan pangsa kredit terbesar (Sektor Lain-lain) memiliki kualitas kredit yang baik. Rasio kredit yang dikategorikan ke dalam NPL untuk Sektor Lain-lain (kredit konsumsi) hanya sebesar 1,40%. Di sisi lain, beberapa sektor masih memiliki NPL yang cukup tinggi seperti NPL Sektor Pertanian (21,03%), Sektor Industri Pengolahan (8,11%), serta Sektor Jasa Dunia Usaha (30,70%). Untuk sektor yang lainnya, nilai NPL masih tercatat berada di bawah 5%, khususnya Sektor Pertambangan (0,15%) dan Sektor Listrik, Gas & Air (0,00%). Sumber: Laporan Bank Umum Tabel 3.3 Non Performing Loan (NPL) Per Sektor Ekonomi SEKTOR 2011 2012 2013 I II III IV I II III IV I II III Pertanian 2.90% 4.22% 5.15% 4.32% 6.17% 4.99% 6.63% 7.84% 24.01% 21.66% 21.03% Pertambangan - - - 0.57% - - 20.68% 19.77% 16.91% 0.25% 0.15% Industri pengolahan 1.18% 2.34% 5.75% 5.26% 5.22% 5.98% 5.75% 7.48% 8.11% 8.54% 8.11% Listrik,Gas dan Air - - - - - - - 5.10% 4.58% 0.00% 0.00% Konstruksi 3.92% 80.75% 80.33% 77.90% 83.84% 81.31% 73.01% 9.54% 3.47% 4.59% 4.32% Perdagangan 7.33% 7.03% 6.32% 4.95% 3.68% 3.75% 4.06% 4.06% 4.94% 5.37% 4.61% Pengangkutan 7.58% 0.69% 1.19% 15.02% 11.77% 4.06% 2.18% 6.13% 9.72% 3.69% 3.31% Jasa Dunia Usaha 5.92% 6.77% 7.95% 6.97% 5.70% 7.51% 7.77% 4.09% 49.37% 29.87% 30.70% Jasa Sosial Masyarakat 15.60% 2.40% 4.65% 4.84% 5.49% 3.43% 4.01% 4.93% 4.62% 3.39% 3.26% Lain-lain 0.83% 0.83% 0.81% 0.79% 1.07% 0.99% 1.02% 0.94% 1.73% 1.29% 1.40% Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan II-2013 27

Rp (Miliar) 1.4.6 Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pada triwulan III-2013, penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mengalami pertumbuhan sebesar 19,42% (yoy). Angka tersebut jauh lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan II-2013 sebesar 6,24% (yoy). Meski menguat signifikan, pangsa kredit UMKM terhadap total kredit bank umum tercatat bergerak relatif stabil yaitu dari 43,52% menjadi 43,53%. Berdasarkan penggunaannya, sebagian besar kredit UMKM digunakan untuk kredit modal kerja dengan pangsa 75,09% dan sisanya adalah kredit investasi. Akselerasi pertumbuhan kredit UMKM dimotori oleh penyaluran kredit modal kerja yang tumbuh tinggi sebesar 12,36% (yoy) setelah sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar -4,90% (yoy). Secara sektoral, pangsa tertinggi kredit UMKM masih diserap oleh kredit untuk Sektor Perdagangan sebesar 75,12% yang diikuti Sektor Pertanian (10,08%) serta Sektor Jasa Sosial Masyarakat ( 6,64%). Dilihat dari kualitasnya, penyaluran kredit UMKM pada triwulan III-2013 menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. NPL kredit UMKM tercatat sebesar 4,74%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,34% dan memasuki batas aman yang ditetapkan BI sebesar 5%. Sektor ekonomi dengan NPL tertinggi terdapat pada Sektor Jasa Dunia Usaha dan Sektor Industri Pengolahan yaitu sebesar 5,33% dan 8,13%. 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 - Kredit UMKM Share Terhadap Total Kredit I II III IV I II III IV I II III 2011 2012 2013 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% Sumber : Laporan Bank Umum Grafik 3.15 Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil, dan Menengah 1.5 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kinerja BPR Sulbar pada triwulan III-2013 menunjukkan perlambatan. Aset BPR Sulbar tercatat melambat pada triwulan laporan dari 13,88% (yoy) menjadi 7,74% (yoy). Laju pertumbuhan DPK juga menurun dari 7,09% (yoy) menjadi terkontraksi sebesar 1,51% (yoy). Di lain pihak, penyaluran kredit BPR justru mengalami akselerasi pertumbuhan dari 15,95% (yoy) pada triwulan II-2013 menjadi 18,13% (yoy) pada triwulan III-2013. 28 Bab 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Tabel 3.4 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Sulawesi Barat INDIKATOR 2012 2013 I II III IV I II III Total Aset (yoy; %) 14.55 4.16 13.81 14.00 16.95 13.88 7.74 DPK (yoy; %) 19.04 3.48 9.88 8.65 5.66 7.09 (1.51) - Tabungan 20.59 5.27 14.46 16.99 9.54 11.02 (1.80) - Deposito 15.79 (0.23) (0.67) (8.61) (2.81) (1.52) (0.74) Kredit (yoy; %) 17.52 21.16 19.67 15.49 12.80 15.95 18.13 Rasio NPL gross (%) 0.57 0.54 0.63 0.57 0.66 0.68 0.60 LDR (%) 90.14 98.93 87.45 94.86 96.23 107.11 104.88 Terkontraksinya penghimpunan DPK didorong oleh kontraksi baik pada simpanan jenis tabungan maupun deposito. Simpanan jenis tabungan mencatat kontraksi sebesar 1,80% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh hingga 11,02% (yoy). Sementara itu, simpanan jenis deposito terkontraksi sebesar 0,74% (yoy), sedikit membaik dari kontraksi di triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,52% (yoy). Rasio NPL tetap terjaga pada level yang aman (di bawah 5%) sebesar 0,60%, lebih kecil dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 0,68%. Terjaganya kualitas kredit juga diiringi penurunan Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR pada triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 104,88%. Pada triwulan II-2013, LDR BPR Sulbar tercatat sebesar 107,11%. 1.6 Sistem Pembayaran Melalui RTGS 2 Selama periode triwulan III-2013, nilai nominal maupun volume transaksi RTGS mengalami peningkatan secara triwulanan dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 3.5). Total nominal transaksi RTGS pada triwulan laporan adalah sebesar Rp2,01 triliun atau tumbuh sebesar 44,19% (qtq). Sementara itu, secara tahunan, total nominal transaksi RTGS Sulbar tumbuh tinggi mencapai 29,32% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh tipis sebesar 0,19% (yoy). 2 RTGS atau Real Time Gross Settlement adalah sistem pembayaran antar bank dengan nilai pembayaran besar yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan II-2013 29

Tabel 3.5 Transaksi RTGS Sulawesi Barat Keterangan 2012 2013 Pertumbuhan I II III IV I II III (qtq) (yoy) From Nilai (miliar Rp) 400.56 532.89 562.18 883.58 268.59 387.58 489.35 26.26% -12.95% Volume 2,108 2,846 3,088 3,739 2,463 2,838 2,761-2.71% -10.59% To Nilai (miliar Rp) 712.04 835.70 956.15 918.78 1,036.43 973.12 1,474.24 51.50% 54.19% Volume 907 1,036 1,048 1,283 742 905 1,287 42.21% 22.81% Nilai (miliar Rp) 11.20 20.34 33.24 69.44 14.75 30.92 42.92 38.81% 29.12% From-To Volume 58 67 151 248 59 117 195 66.67% 29.14% TOTAL Nilai (miliar Rp) 1,123.80 1,388.93 1,551.57 1,871.80 1,319.77 1,391.62 2,006.51 44.19% 29.32% Volume 3,073 3,949 4,287 5,270 3,264 3,860 4,243 9.92% -1.03% Sama seperti periode sebelumnya, transaksi RTGS sebagian besar masih didominasi oleh aliran dana yang masuk ke (to) perbankan Sulbar. Total nilai dana yang masuk sebesar Rp1,47 triliun atau meningkat hingga 51,50% (qtq). Aliran dana yang keluar dari (from) perbankan Sulbar juga mengalami peningkatan. Total dana yang keluar tercatat sebesar Rp0,49 triliun atau tumbuh 26,26% (qtq). 30 Bab 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Bab 4 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, kondisi ketenagakerjaan dan tingkat kesejahteraan Provinsi Sulawesi Barat memburuk. Dengan tingkat pertumbuhan 6,58% pada triwulan III-2013, indikator ketenagakerjaan, nilai tukar petani (NTP), dan gini rasio, terlihat melemah. Tingkat partisipasi kerja menjadi 66,82% atau lebih rendah dibandingkan posisi Februari 2013 (72,41%) ataupun Agustus 2012 (71,73%). Tingkat pengangguran terbuka meningkat dari 2,00% (Februari 2013) menjadi 2,33% pada Agustus 2013, meskipun masih terendah diantara provinsi lain di Sulawesi. Demikian pula NTP, menunjukkan perkembangan yang terus menurun, didorong oleh pelemahan NTP subsektor tanaman pangan dan hortikultura. Kesenjangan pendapatan Sulbar pada tahun 2013 semakin melebar, terlihat dari nilai gini ratio 2013 yang semakin besar. Di sisi lain, daya beli diprakirakan masih kuat dengan didorong oleh kenaikan UMP dan terkendalinya inflasi. Demikian pula tingkat kemiskinan membaik, terutama terjadi di daerah pedesaan. 1.7 Ketenagakerjaan Tingkat partisipasi angkatan kerja di Sulbar mengalami penurunan. Per Agustus 2013, angkatan kerja Sulbar tercatat sebanyak 536.475 orang, turun 4,33% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2012. Dari jumlah tersebut jumlah penduduk yang bekerja sejumlah 523.960 orang, juga turun 4,52% (yoy) dibandingkan kondisi tenaga kerja Agustus 2012. Dengan perkembangan tersebut, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Sulbar pada Agustus 2013 tercatat sebesar 66,82%, mengalami penurunan dari Agustus 2012 yang tercatat 71,73%. Penurunan TPAK sebagai indikasi penyerapan tenaga kerja yang sedikit melemah hingga periode Agustus 2013. Penurunan penduduk yang bekerja, terutama terjadi pada pekerja penuh dan setengah penganggur. Sektor primer menyerap lebih sedikit tenaga kerja hingga Agustus 2013. Sektor primer (Pertanian) yang memiliki porsi dominan dalam perekonomian daerah mulai menunjukkan penurunan dalam menyerap tenaga kerja yaitu menjadi hanya 57,6% pada Agustus 2013 (lebih rendah dibandingkan periode Agustus 2012 sebesar 58,8%). Sementara persentase jumlah tenaga kerja di sektor sekunder dan tersier yang lebih padat modal meningkat, masing-masing mencapai 9,0% dan 33,4%. Sejalan dengan penurunan jumlah tenaga kerja di sektor primer tersebut, yang sebagian bekerja sebagai sektor informal, terjadi penurunan tenaga kerja informal menjadi 73,2%, lebih sedikit dibandingkan Agustus 2012 yang sebesar 74,7%. Pekerja yang bekerja di sektor informal pada umumnya merupakan pekerja yang berusaha sendiri dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar (25,9%), pekerja tidak dibayar/pekerja keluarga (22,8%). Sementara pekerja yang bekerja di sektor formal sebesar 26,8%, relatif meningkat dibandingkan Agustus 2012 (25,3%). Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 31

Ribu Jiwa 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 33.7% 33.5% 32.9% 33.4% 8.8% 9.2% 8.3% 9.0% 57.5% 57.3% 58.8% 57.6% 2012 Februari 2012 Agustus 2013 Februari Primer Sekunder Tersier 2013 Agustus Sumber : BPS, diolah Grafik 0.1 Komposisi Pekerja per Sektor Ekonomi 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 75.0% 74.7% 74.9% 73.2% 25.0% 25.3% 25.1% 26.8% 2012 Februari 2012 Agustus Informal 2013 Februari Formal 2013 Agustus Sumber : BPS, diolah Grafik 0.2 Komposisi Pekerja per Sektor Formal - Informal Tabel 0.1 Tenaga Kerja Provinsi Sulbar KEGIATAN UTAMA Februari Agustus Februari Agustus 2012 2012 2013 2013 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas 772,702 781,756 791,320 802,828 Angkatan Kerja 561,257 560,762 573,013 536,475 a. Bekerja 549,620 548,783 561,542 523,960 b. Pengangguran 11,637 11,979 11,471 12,515 Bukan Angkatan Kerja 211,445 220,994 218,307 266,349 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 72.64% 71.73% 72.41% 66.82% Tingkat Pengangguran Terbuka 2.07% 2.14% 2.00% 2.33% Sumber : BPS Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Barat terendah di Sulawesi. Jumlah pengangguran terbuka di Sulbar relatif rendah, yaitu sebanyak 12.515 jiwa (2,33%) pada Agustus 2013. Dengan persentase tersebut, selama tiga tahun berturut-turut, Sulbar selalu menjadi provinsi dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) paling rendah di Sulawesi. Tingkat pengangguran Sulbar juga lebih rendah dibandingkan tingkat pengangguran nasional yang tercatat 6,25%. 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2.70% 2.82% Feb 2011 Agt 2011 Sumber : BPS, diolah 2.07% 2.14% Feb 2012 Agt 2012 2.00% Feb 2013 Grafik 0.3 Pengangguran di Sulbar 2.33% Agt 2013 Jumlah Pengangguran Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 3% 2% 1% 0% PROVINSI Februari Agustus Februari Agustus 2012 2012 2013 2013 Sulawesi Utara 8.32 7.79 7.19 6.68 Sulawesi Selatan 6.50 5.87 5.83 5.10 Sulawesi Tenggara 3.10 4.04 3.47 4.46 Sulawesi Tengah 3.73 3.93 3.93 4.27 Gorontalo 4.81 4.36 4.31 4.12 Sulawesi Barat 2.07 2.14 2.00 2.33 Nasional 6.32 6.14 5.92 6.25 Tabel 0.2 Tingkat Pengangguran di Provinsi se-sulawesi 1.8 Nilai Tukar Petani 3 3 Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat yang mencerminkan kemampuan dan daya beli petani dalam membiayai rumah tangganya. Semakin tinggi nilai NTP menunjukkan relatif semakin kuatnya kemampuan/daya beli petani. NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks yang dibayar petani (Ib). 32 Bab 4 - Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kesejahteraan petani Sulbar cenderung menurun sejak akhir 2012. Nilai Tukar Petani (NTP) Sulbar selama triwulan III-2013 sebesar 103,3 atau turun 1,2% (yoy), dibandingkan dengan triwulan II-2013 (0,6%; yoy). Nilai tersebut dibentuk oleh indeks yang diterima petani (It) sebesar 143,7 dan indeks yang dibayar petani (Ib) sebesar 137,0. NTP Sulbar bernilai lebih besar dari 100 menandakan bahwa secara relatif petani Sulbar memiliki daya beli karena penerimaannya lebih besar dibandingkan pengeluarannya. Terus turunnya NTP, terutama berasal dari komponen tanaman pangan. Pada tingkat subsektoral, penurunan NTP secara tahunan yang terdalam, terjadi pada subsektor tanaman pangan (-6,5%; yoy). Indeks tanaman pangan (83,1) termasuk dua subsektor yang memiliki NTP dibawah 100, bersama subsektor Hortikultura (88,7). Diperkirakan petani tidak memiliki usaha lain, penghasilan yang diterima petani dari hasil menanam tanaman pangan dan hortikultura masih belum cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Kondisi tersebut memberikan resiko peralihan profesi petani pada subsektor dimaksud kepada sektor lainnya. Apabila hal ini berlangsung secara terus menerus, dikhawatirkan dapat menurunkan produksi tanaman pangan dan hortikultura Sulbar. Di sisi lain, nilai NTP untuk komponen tanaman perkebunan dan komponen peternakan, berada jauh di atas angka 100 yang mengindikasikan kesejahteraan petani pada subsektor tersebut relatif tinggi. Ekspansi perluasan kebun kelapa sawit, diperkirakan membawa dampak positif khususnya terhadap kondisi NTP tanaman perkebunan rakyat. 155 150 145 140 135 130 125 120 115 110 105 100 95 90 Sumber : BPS, diolah IT IB NTP Sulbar g.ntp - sisi kanan I II III IV I II III IV I II III 2011 2012 2013 Grafik 0.4 Perkembangan NTP di Sulawesi Barat 1.5% 1.0% 0.5% 0.0% -0.5% -1.0% -1.5% -2.0% yoy Tabel 0.3 Nilai Tukar Petani Sulbar KOMPONEN 2013 2013 2013 Tw I-13 Tw II-13 Tw II-13 Trw I Trw II Trw III y.o.y q.t.q y.o.y q.t.q y.o.y q.t.q Tanaman Pangan 87.9 88.1 83.1-1.23% -0.58% -1.34% 0.24% -6.46% -5.67% Hortikultura 87.4 88.5 88.7 3.34% 0.50% 4.77% 1.21% 4.05% 0.27% Tanaman Perkebunan Rakyat 129.4 131.6 132.5 0.30% -1.96% 0.77% 1.71% 0.66% 0.68% Peternakan 113.2 113.0 113.3 1.33% -0.32% 0.58% -0.19% 0.77% 0.27% Perikanan 107.0 106.8 106.1 1.97% -0.11% 1.72% -0.17% 0.13% -0.68% NILAI TUKAR PETANI (NTP) 104.3 104.9 103.3 0.58% -0.70% 0.56% 0.51% -1.16% -1.46% a Indeks yang Diterima (It) 142.3 143.7 147.6 2.58% -0.14% 2.64% 1.00% 4.28% 2.72% b Indeks yang Dibayar (lb) 136.4 137.0 142.9 1.99% 0.57% 2.08% 0.49% 5.51% 4.25% Sumber : BPS Sulbar Nilai NTP Sulbar tetap relatif baik dibandingkan provinsi lain di Sulampua. Di Wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua), NTP Sulawesi Barat berada pada peringkat keempat tertinggi setelah Maluku (105,6), Sulawesi Tenggara (107,2), dan Sulawesi Selatan (103,3). NTP Sulbar juga masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata NTP Wilayah Sulampua yang sebesar 100,9 dengan peningkatan tipis 0,3% (yoy). Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 33

Tabel 0.4 Nilai Tukar Petani Sulawesi, Maluku, Papua PROVINSI 2013 2013 2013 Trw I Trw II Trw III y.o.y q.t.q Maluku 105.6 105.6 105.4 1.4% 0.0% Sulawesi Tenggara 105.7 107.2 105.2 0.4% 1.4% Sulawesi Selatan 107.8 104.9 103.3-3.2% -2.8% Sulawesi Barat 104.0 105.0 103.3 0.7% 1.0% Gorontalo 100.5 102.0 99.8-0.6% 1.5% Papua 101.2 101.5 99.3-1.1% 0.3% Papua Barat 100.0 100.2 99.3-1.6% 0.2% Maluku Utara 101.5 101.3 99.0 0.7% -0.2% Sulawesi Utara 101.1 101.8 99.0 0.9% 0.7% Sulawesi Tengah 97.4 98.1 95.9 0.3% 0.7% RATA-RATA SULAMPUA 102.5 102.8 100.9-0.2% 0.3% Sumber : BPS 1.9 1.10 Tingkat Kemiskinan 4 Pada Maret 2013 tingkat kemiskinan Sulbar membaik. Persentase penduduk miskin Sulbar Maret 2013 turun menjadi 12,3% dari total penduduk Sulbar, lebih rendah dari posisi September 2012 yang sebesar 13,0%. Persentase penduduk miskin Sulbar lebih rendah daripada rata-rata Sulawesi (12,5%), namun lebih tinggi daripada Indonesia (11,4%). 16 15 % Kota % Desa % Kemiskinan Kota+ Desa 14 13 13.6 13.9 13.6 13.2 13.0 12 12.3 11 10 9 8 % 2010 Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sumber : BPS Grafik 0.5 Persentase Penduduk Miskin di Sulawesi Barat Penurunan persentase kemiskinan terbesar terjadi di desa. Jumlah penduduk miskin di desa berkurang 4,6 ribu jiwa. Dengan demikian, persentase penduduk miskin di desa turun menjadi 13,3% dari sebelumnya 13,9%. Sementara jumlah penduduk miskin di kota berkurang 1,9 ribu jiwa, atau mencatat persentase kemiskinan 9,2% dari sebelumnya 10,0%. Namun, tingkat kemiskinan di kota lebih kecil daripada di desa. Apabila ketimpangan kesejahteraaan ini berlanjut, dikhawatirkan terjadi permasalahan seperti kenaikan tingkat urbanisasi dan masalah kota lainnya. Untuk itu, secara dini perlu disikapi dengan program pengembangan pedesaan. 4 Definisi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per bulan di bawah garis kemiskinan, yaitu nilai kebutuhan minimum makanan dan non makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). 34 Bab 4 - Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

1,127,000 1,127,000 1,400,000 1,006,000 1,006,000 1,165,000 1,200,000 1,490,000 1.11 Upah Minimum Provinsi (UMP) 5 Peningkatan UMP tahun 2014 lebih tinggi daripada peningkatan pada tahun sebelumnya. UMP Provinsi Sulawesi Barat 2014 ditetapkan sebesar Rp1,4 juta, meningkat 20,2% dibandingkan 2013. Peningkatan UMP Sulbar 2013 lebih rendah dibandingkan ratarata kenaikan KHL yang sebesar 24,2%%, bahkan Sulbar mencatat peningkatan paling rendah dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia. Kenaikan tersebut ditengarai juga terkait ukuran ekonomi Sulbar yang tidak terlalu besar dan masih ditopang oleh sektor informal. 1,600,000 1,400,000 1,200,000 20.2% 25% 20% 1,000,000 15% 800,000 600,000 12.0% 10% 400,000 200,000 6.5% 3.4% 5% - 0% 2011 2012 2013 2014 UMP (Rp) KHL (Rp) % Kenaikan UMP - sisi kanan Sumber : BPS Grafik 0.6 Perkembangan UMP Provinsi Sulbar 4.5 Gini Ratio 6 Gini ratio Provinsi Sulawesi Barat kembali memburuk setelah 2 tahun terakhir menunjukkan pembaikan. Nilai Gini-ratio Sulbar pada tahun 2013 meningkat menjadi 0,35 atau memburuk dibandingkan tahun 2012 sebesar 0,31. Semakin besarnya indikator yang menunjukkan ketimpangan pendapatan penduduk tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh melemahnya indikator ketenagkerjaan dan NTP diatas. Namun demikian, Gini-ratio Sulbar masih lebih rendah daripada angka Nasional (0,41). Tabel 4.5. Nilai Gini Ratio Provinsi 2010 2011 2012 2013 Gorontalo 0,43 0,46 0,44 0,44 Papua 0,41 0,42 0,44 0,44 Sulawesi Selatan 0,40 0,41 0,41 0,43 Sulawesi Tenggara 0,42 0,41 0,40 0,43 Papua Barat 0,38 0,40 0,43 0,43 Sulawesi Utara 0,37 0,39 0,43 0,42 5 Untuk menjamin kesejahteraan pekerja, sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pemerintah menetapkan batas upah minimum yang harus dibayarkan pemberi kerja kepada pekerjanya. 6 Angka koefisien Gini adalah ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Angka koefisien Gini terletak antara 0 (nol) dan 1 (satu).nol mencerminkan kemerataan sempurna dan satu menggambarkan ketidakmeraaan sempurna. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 35

Sulawesi Tengah 0,37 0,38 0,40 0,41 Maluku 0,33 0,41 0,38 0,37 Sulawesi Barat 0,36 0,34 0,31 0,35 Maluku Utara 0,34 0,33 0,34 0,32 Indonesia 0,38 0,41 0,41 0,41 Sumber : Booklet Indikator Kersejahteraan Rakyat BPS, Agustus 2013 Dibandingkan provinsi lain di Sulampua, nilai gini ratio Sulawesi Barat relatif rendah. Angka gini rasio tertinggi masih tercatat di Gorontalo dan Papua dengan nilai yang sama dengan tahun lalu yaitu 0,44. Angka berikutnya sebesar 0,43 tercatat untuk Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Papua Barat. Sementara itu, nilai gini ratio terendah (0,32) terjadi di Maluku Utara yang sedikit menurun dibandingkan tahun 2012 (0,34). 36 Bab 4 - Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Bab 5 Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi APBD Provinsi Sulbar triwulan III-2013 tercatat rendah sehingga turut memperlambat pertumbuhan ekonomi Sulbar pada triwulan laporan. Pendapatan daerah, secara kwartalan meningkat 10,72% dengan realisasi hanya 76,86% (tahun sebelumnya 79,50%). Sementara belanja daerah, secara triwulanan meningkat 12,11% dengan realisasi jauh lebih rendah yaitu 45,63% (tahun sebelumnya 48,04%). Belanja modal yang dapat berfungsi sebagai stimulus pembangunan daerah, realisasinya baru mencapai 30,49% (tahun sebelumnya 45,39%). 5.1 Struktur APBD Dalam kurun 5 tahun terakhir, nominal APBD Sulbar terus meningkat, diikuti dengan perubahan struktur pada bagian pendapatan dan belanja. Dari sisi pendapatan, selama 5 tahun terakhir porsi dana perimbangan mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan tingkat ketergantungan kepada anggaran pusat yang semakin menurun. Namun demikian, porsi Lain-Lain Pendapatan Yang Sah juga mengalami peningkatan dalam kurun 2 tahun terakhir, salah satunya didorong oleh Sisa Lebih Anggaran Perhitungan Anggaran (SILPA) APBD tahun sebelumnya yang cukup besar. Dari sisi belanja, potensi Sulbar untuk membangun infrastruktur dari dana APBD semakin mengecil, karena porsi dan nilai belanja modal semakin turun dalam kurun 5 tahun terakhir. Porsi belanja modal dalam APBD 2013 masih berkisar 17,39%, di bawah 30% sebagaimana amanat Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN Tahun 2010-2014 7. Padahal, dalam kurun waktu 2009 2011, porsi belanja modal dalam APBD justru sudah di atas 30%. Anggaran pendapatan daerah 2013 secara nominal naik 14,52% dibandingkan 2012. Peningkatan Anggaran pendapatan daerah pada 2013 tersebut disebabkan oleh meningkatnya Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar 16,1% atau sejumlah Rp94,8 milyar. Saat ini DAU menjadi sumber utama pendapatan daerah dengan pangsa sebesar 62,88% dari total pendapatan daerah. Dana tersebut dialokasikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah. 7 Permendagri Nomor 27 tahun 2013Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah tahun anggaran 2014 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 37

Porsi Dana Perimbangan dalam struktur pendapatan daerah tetap dominan, pada 2013, hampir lima kali lipat dari pendapatan asli daerah (PAD). Porsi dana perimbangan dalam struktur Pendapatan 2013 tetap dominan yaitu 70,6%, sedikit meningkat (16,1%) dibanding tahun sebelumnya (69,6%). Sedangkan porsi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat menjadi indikator kemandirian keuangan daerah, hanya sebesar 15,0%. Dibandingkan porsi pada tahun 2012 sebesar 14,2%, porsi tahun 2013 meningkat 21,4%. Peningkatan porsi PAD diharapkan dapat dicapai seiring dengan perkembangan ekonomi Sulbar. Porsi pendapatan yang menurun adalah lain-lain pendapatan yang sah. 100% 90% 80% Rp64,0M Rp82,2M Rp103,5M Rp134,9M Rp163,9M 100% 90% 80% Rp230,7M Rp186,8M Rp240,3M Rp148,5M Rp198,9M 70% 70% 60% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Rp483,9M Rp26,2M Rp456,8M Rp47,5M Rp511,7M Rp663,0M Rp769,8M Rp109,0M Rp154,0M Rp156,5M 2009 2010 2011 2012 2013 PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang Sah 50% 40% 30% 20% 10% 0% Rp373,2M Rp421,8M Rp535,7M Rp820,5M Rp944,9M 2009 2010 2011 2012 2013 Belanja Modal Belanja Operasional Grafik 5.1 Proporsi Pendapatan APBD Grafik 5.2 Proporsi Belanja APBD Anggaran belanja daerah 2013, secara nominal naik 18,0% dibandingkan 2012. Alokasi belanja daerah provinsi Sulbar mengalami peningkatan terutama karena terdapat kenaikan pada komponen belanja langsung hingga sebesar 18,9%. Pos belanja langsung yang mengalami peningkatan tertinggi di tahun 2013 adalah belanja modal (33,9%), disusul dengan belanja barang dan jasa (27,9%). Dengan kenaikan tersebut, pos belanja barang dan jasa tetap mendominasi belanja daerah dengan proporsi 38,7%. Perhatian pemerintah Provinsi Sulbar terhadadap infrastruktur semakin meningkat, seiring bertambahnya proporsi pos belanja modal pada belanja langsung. Proporsi belanja modal menjadi 17,4% pada 2013, lebih tinggi daripada tahun 2012 (15,3%). Sementara itu belanja pegawai pada pos belanja langsung mengalami penurunan hingga 48,8% dibandingkan anggaran tahun sebelumnya, yaitu sehubungan dengan kebijakan Pemda Sulbar untuk menghapus semua bentuk honor pegawai. Pada pos belanja tidak langsung, belanja pegawai mengalami kenaikan 33,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut diperkirakan terjadi karena adanya kenaikan gaji PNS di 2013 sebesar kurang lebih 10%. 38 Bab 5 - Perkembangan Keuangan Daerah

2.2 Realisasi Pendapatan Daerah Peran realisasi komponen dana perimbangan terhadap ekonomi daerah 8 meningkat hingga triwulan III-2013. Rasio dana perimbangan terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB), terlihat semakin meningkat hingga triwulan III-2013. Sementara rasio PAD terhadap PDRB justru melemah. Rasio dana perimbangan per PDRB ADHB, hingga triwulan III-2013 sebesar 5,2% lebih tinggi daripada triwulan III-2012 yang mencapai 5,0%. Sementara itu, rasio PAD per PDRB ADHB hingga triwulan III-2013 sebesar 0,9%, sementara triwulan III- 2012 sebesar 1,0%. Perkembangan ekonomi yang tinggi di Sulbar, diharapkan juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai tambah bagi pendapatan APBD, antara lain melalui perluasan basis penerimaan pajak, meningkatkan efisiensi dan penekanan biaya pemungutan, ataupun pemberdayaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). 1.00% 5.50% 0.98% 5.0% 5.2% 5.00% 0.96% 0.94% 0.92% 0.90% 4.6% 1.0% 4.2% 0.9% 1.0% 0.9% 4.50% 4.00% 3.50% 0.88% Tw III-10 Tw III-11 Tw III-12 Tw III-13 3.00% PAD Dana Perimbangan-sisi kanan Grafik 5.3 Rasio Realisasi Pendapatan APBD per PDRB ADHB Triwulan III 2013 Persentase realisasi pendapatan triwulan III-2013 lebih rendah daripada pencapaian pada periode yang sama tahun 2012. Pada akhir triwulan III-2013, realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Barat sebesar Rp837,99 milyar, atau mencapai realisasi 76,86%. Kinerja realisasi pendapatan daerah Provinsi Sulbar melemah dibandingkan periode yang sama 2012 dimana realisasi pendapatan Provinsi Sulbar dapat mencapai 79,50% dari total pendapatan yang dianggarkan. Hampir semua komponen pendapatan APBD, persentase realisasinya lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Persentase realisasi 2013 yang terbesar adalah komponen dana perimbangan. Dana perimbangan terealisasi sebesar 79,95%, sedikit lebih rendah daripada realisasi 2012 yang sebesar 80,20%. Sumber utama pendapatan berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) yang jumlahnya mencapai 83,33% dari total realisasi pendapatan. Demikian pula untuk PAD, seiring pelemahan ekonomi triwulan III-2013 (6,58%; yoy), maka persentase realisasi hingga periode triwulan III-2013 juga lebih rendah menjadi 68,32%dibanding tahun 2012 (78,16%). 8 Dihitung dengan rumus realisasi komponen pendapatan APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif, masing-masing hingga triwulan III-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 39

Tabel 0.1 Realisasi APBD Sulawesi Barat (Rp Juta) No. Uraian III- 2012 III- 2013 Anggaran Realisasi % Realisasi Anggaran Realisasi % Realisasi 1.1 PAD 134,984.57 105,508.29 78.16% 163,935.07 111,999.03 68.32% 1.1.1 Pajak daerah 94,930.19 87,046.36 91.70% 120,322.49 97,954.62 81.41% 1.1.2 Retribusi daerah 6,855.00 902.03 13.16% 4,529.00 793.38 17.52% 1.1.3 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1,508.19 530.81 35.20% 1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 33,199.38 17,559.90 52.89% 37,575.38 12,720.21 33.85% 1.2 Dana Perimbangan 663,009.28 531,730.38 80.20% 769,834.36 615,478.63 79.95% 1.2.1 Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 35,542.64 28,460.86 80.08% 37,319.77 30,125.56 80.72% 1.2.2 Dana alokasi umum 590,680.36 492,233.63 83.33% 685,497.59 571,247.97 83.33% 1.2.3 Dana alokasi khusus 36,786.28 11,035.88 30.00% 47,017.00 14,105.10 30.00% 1.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 154,014.98 119,602.40 77.66% 156,476.21 110,518.45 70.63% 1 Total Pendapatan 952,008.83 756,841.06 79.50% 1,090,245.64 837,996.11 76.86% 2.1 Belanja Tidak Langsung 395,774.45 247,312.23 62.49% 462,212.07 284,227.61 61.49% 2.1.1 Belanja Pegawai 155,974.25 101,401.00 65.01% 208,849.77 136,142.84 65.19% 2.1.4 Belanja Hibah 169,823.26 118,877.05 70.00% 169,484.60 110,262.76 65.06% 2.1.5 Belanja Bantuan sosial 12,826.95 267.16 2.08% 1,548.08 122.40 7.91% 2.1.6 Belanja Bagi hasil kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes 45,000.00 24,267.01 53.93% 47,663.14 26,382.16 55.35% 2.1.7 Belanja Bantuan keuangan kpd Prop/Kab/Kota dan Pemdes 8,650.00 2,500.00 28.90% 32,166.48 11,317.45 35.18% 2.1.8 Belanja tidak terduga 3,500.00 0.00% 2,500.00 0.00% 2.2 Belanja Langsung 573,234.38 218,232.45 38.07% 681,600.83 237,696.92 34.87% 2.2.1 Belanja Pegawai 78,686.07 27,940.78 35.51% 40,275.04 20,775.70 51.58% 2.2.2 Belanja Barang dan jasa 346,020.19 122,868.94 35.51% 442,443.24 156,366.44 35.34% 2.2.3 Belanja Modal 148,528.12 67,422.73 45.39% 198,882.55 60,634.57 30.49% 2 Total Belanja 969,008.83 465,544.68 48.04% 1,143,812.90 521,924.53 45.63% Sumber : Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Sulbar 2.3 5.3 Realisasi Belanja Daerah Hingga triwulan III-2013, peran realisasi komponen belanja modal untuk stimulus ekonomi daerah 9 menurun, sementara komponen belanja operasional perannya terlihat meningkat. Rasio belanja modal terhadap PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB), terlihat semakin mengecil hingga triwulan III-2013, yang menunjukkan peran stimulus fiskal terhadap investasi juga minimal. Rasio belanja modal per PDRB ADHB hingga triwulan III- 2013 sebesar 0,5%, sementara triwulan III-2012 sebesar 0,6%. Di sisi lain, peran belanja operasional per PDRB ADHB, ditengarai meningkat sesuai dengan peningkatan komponen konsumsi pemerintah dalam PDRB. Rasionya hingga triwulan III-2013 sebesar 3,9% lebih tinggi daripada triwulan III-2012 yang hanya 3,8%. 9 Dihitung dengan rumus realisasi komponen belanja APBD dibagi dengan PDRB ADHB kumulatif, masing-masing hingga triwulan III-2013 40 Bab 5 - Perkembangan Keuangan Daerah

Grafik 5.4 Rasio Realisasi Belanja APBD per PDRB ADHB Triwulan III 2013 Persentase realisasi belanja daerah triwulan III-2013 lebih rendah daripada pencapaian pada periode yang sama tahun 2012. Hingga akhir triwulan III-2013, realisasi belanja daerah Provinsi Sulbar belum mencapai separuh anggaran, atau baru sebesar 45,63%. Realisasi tersebut juga lebih rendah dibanding tahun sebelumnya dimana belanja daerah pada triwulan ketiga terealisasi sebesar 48,04%. Realisasi belanja daerah untuk belanja barang dan jasa juga baru berkisar 35,34%. Sementara itu belanja modal yang terkait dengan pembangunan daerah memiliki kontribusi terhadap total belanja daerah sebesar 11,6% karena baru terealisasi sebesar 30,49%. Mengingat strategisnya realisasi belanja modal ini sebagai stimulan perekonomian Sulbar, penyerapannya terus mendapat perhatian. 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.1% 0.1% 0.7% 2.6% 0.6% 3.8% 0.5% 3.9% Tw III-10 Tw III-11 Tw III-12 Tw III-13 Belanja Operasional Belanja Modal-sisi kanan 0.7% 0.6% 0.5% 0.4% 0.3% 0.2% 0.1% 0.0% Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 41

halaman ini sengaja dikosongkan 42 Bab 5 - Perkembangan Keuangan Daerah

Bab 6 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi Pada triwulan IV-2013, perekonomian Sulbar diprakirakan akan tumbuh meningkat sesuai dengan pola akhir tahun. Di sisi penawaran, pangsa sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yang besar menopang ekonomi Sulbar triwulan IV-2013. Kedua sektor tesebut cenderung meningkat, masing-masing antara lain karena harga CPO yang meningkat dan realisasi belanja pemerintah daerah yang dioptimalkan pada akhir tahun. Sektor bangunan diperkirakan juga naik signifikan seiring pembangunan infrastruktur Di sisi permintaan, cerminan dari peningkatan di sisi sektoral, terjadi kenaikan pertumbuhan untuk komponen ekspor, konsumsi pemerintah, dan investasi. Harga CPO internasional yang terus membaik, disertai dengan pengiriman untuk ekspor komoditi dimaksud. Sementara konsumsi pemerintah diperkirakan akan digenjot,karena realisasi belanja APBD hingga triwulan III-2013 tercatat masih di bawah separuh anggaran yang ditetapkan. Demikian pula dengan investasi, pembangunan jalan dan bangunan terus dipacu untuk mengejar target hingga akhir 2013. Dari aspek inflasi, diperkirakan masih terjadi kenaikan inflasi yang cukup tinggi pada triwulan IV-2013. Kenaikan harga BBM bersubsidi berimplikasi kepada biaya distribusi komoditas pangan yang dipasok dari luar daerah. Permintaan masyarakat diperkirakan juga meningkat pada akhir tahun dengan adanya perayaan Natal dan tahun baru. Dengan perkembangan tersebut, inflasi inti dan administered prices diperkirakan masih menjadi pemicu utama. 2.4 Outlook Kondisi Ekonomi Perekonomian Sulbar diprakirakan tetap menguat pada triwulan IV-2013. Di triwulan mendatang, ekonomi Sulbar diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,9% - 8,9%. Komponen sisi permintaan yang akan tumbuh meningkat antara lain konsumsi pemerintah, investasi, dan ekspor. Realisasi proyek pemerintah daerah dan pusat akan mendorong konsumsi pemerintah naik lebih tinggi. Investasi berlanjut untuk pembangunan rumah murah dan jalan lintas trans Sulawesi. Kegiatan ekspor ditengarai semakin meningkat seiring kenaikan harga internasional CPO. Secara sektoral, dukungan Sektor Pertanian, Sektor Bangunan, dan Sektor Jasa-jasa diperkirakan memperkuat pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2013. Secara keseluruhan tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Sulbar diperkirakan berada pada kisaran 7,20% - 8,20% atau lebih kecil dari kisaran perkiraan sebelumnya 8,70% - 9,70%. Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III - 2013 43

2011 Q1 2011 Q2 2011 Q3 2011 Q4 2012 Q1 2012 Q2 2012 Q3 2012 Q4 2013 Q1 2013 Q2 2013 Q3 2013 Q4 10 9 %, yoy 8 7 6 5 4 2011: 10,32% 2012: 9,01% 2013: 7,20% - 8,20% Grafik 6.1. Fan Chart Pertumbuhan Ekonomi 6.1.1 Sisi Permintaan Dari sisi permintaan, komponen yang didukung oleh belanja pemerintah diperkirakan akan meningkat. Multiplier effect dari belanja pemerintah didorong menyokong tingkat pertumbuhan di Sulbar pada kuartal akhir 2013. Pengoptimalan penyerapan belanja APBD dan pemerintah pusat diperkirakan terus terjadi. Hal ini terlihat dari penyelesaian jalan trans Sulawesi, tiga bendungan, saluran irigasi, dan pembangunan rumah untuk rakyat. Dengan perkembangan tersebut, investasi diperkirakan juga tetap terjaga. Tekanan kontraksi atau pertumbuhan negatif pada net ekspor juga diperkirakan akan berkurang pada triwulan IV-2013 seiring ekspor CPO yang diperkirakan tumbuh cukup baik, didukung oleh peningkatan signifikan harga CPO, yang dapat dimanfaatkan oleh Sulbar dengan naiknya pengiriman ekspor, karena adanya diiringi penambahan kapasitas pabrik pengolahan CPO yang telah dilakukan pada triwulan sebelumnya. Harga CPO meningkat hingga 13,25% (yoy) menjadi sekitar $920,75/mt hingga Oktober 2013, dan trennya cenderung terus meningkat. 56 54 52 50 48 46 44 Jepang Cina Korea Selatan 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 $/mt Palm oil g. Harga CPO-sisi kanan yoy 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% 2012 2013 2011 2012 2013 Sumber: Bloomberg Grafik 6.2. PMI Index Asia Sumber: World Bank Grafik 6.3. Harga Internasional CPO 6.1.2 Sisi Penawaran Sektor Pertanian diproyeksikan tumbuh meningkat pada triwulan IV-2013. Pertumbuhan sektor ini diprakirakan didukung oleh produksi subsektor peternakan dan subsektor perkebunan. Perayaan hari besar Idul Adha meningkatkan permintaan ternak sapi 44 Bab 6 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi

dan kambing. Naiknya permintaan ternak tersebut memicu kenaikan harga hingga 30%. Sementara itu, kenaikan harga CPO ditengarai meningkatkan nilai tambah produksi sawit di Sulbar. Sulbar memiliki areal kebun sawit terluas se-sulawesi. Kenaikan harga CPO dan adanya sertifikasi CPO Indonesia ramah lingkungan 10 berdampak positif terhadap perkembangan subsektor perkebunan Sulbar. Sektor Industri Pengolahan diperkirakan tetap tumbuh menguat pada triwulan IV- 2013. Sulbar menjadi lokasi salah satu daerah pabrik CPO yang besar di Indonesia, dengan pangsa areal untuk pabrik tersebut sekitar 9,3%. Produksi pabrik CPO tersebut baru tercapai 76,3% dari target 2013. Diperkirakan pada triwulan IV-2013, pabrik CPO tersebut akan meningkatkan produksinya untuk mencapai target. Perkembangan harga CPO juga menunjukkan tren meningkat, seiring meningkatnya permintaan dari negara-negara Asia. Permintaan Asia yang menguat terindikasi dari membaiknya Purchasing Manager Index (PMI) Sektor Industri Pengolahan China, Jepang, dan Korea Selatan. Pada akhir bulan November 2013 indeks PMI negara-negara tersebut mencapai titik tertinggi, masing-masing menyentuh level 51,4; 55,1; dan 50,4 atau meningkat dibandingkan periode akhir triwulan III-2013 yang masing-masing tercatat sebesar 51,1; 52,5; dan 49,7. Sektor Jasa-jasa diprakirakan akan meningkat signifikan sesuai pola akhir tahun. Masih tingginya pertumbuhan sektor jasa-jasa terkait erat dengan penyerapan belanja fiskal dari APBD. Diperkirakan realisasi belanja pemerintah juga akan terakselerasi di triwulan IV- 2013 untuk meningkatkan penyerapan APBD Sulbar dan APBD Kabupaten/Kota di Sulbar. Pada akhir triwulan III-2013, penyerapan masih kurang dari separuh anggaran (45,63%). Ditengarai penyerapan anggaran akan dioptimalkan, sehingga setidaknya dapat menyamai capaian realisasi tahun 2012 yang mencapai 88,41% dari total anggaran belanja. 2.5 Outlook Inflasi Pada triwulan IV-2013 diperkirakan bahwa inflasi tahunan Sulbar akan meningkat dan bias ke atas dari kisaran proyeksi 5,40% - 6,40% (yoy). Angka tersebut masih di atas inflasi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,86% (yoy). Penyumbang utama inflasi berasal dari komponen inflasi inti dan administered prices, sedangkan inflasi volatile foods diperkirakan akan bergerak terkoreksi ke bawah dibandingkan triwulan sebelumnya. Faktor utama penyebab naiknya inflasi inti dan administered prices adalah naiknya permintaan dan penyesuaian harga BBM pada triwulan sebelumnya. Pengaruh kenaikan BBM diperkirakan belum akan mereda, sebagaimana perkiraan semula, sehingga tekanan inflasi pada akhir 2013 belum kembali ke pola normal dan diperkirakan bias ke atas pada kisaran 10 Forum Dialog Bisnis Indonesia-Eropa, 21-22 Oktober 2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III - 2013 45

sebelumnya yang sebesar 5,40% - 6,40% (yoy). Tekanan harga masih terjadi untuk komponen administered price dan inflasi inti. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 %, yoy 2013 : 6,0% - 6,5% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 $/troy onz Gold g. Harga Emas-sisi kanan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 yoy 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% 2012 2013 Grafik 6.4. Fan Chart Inflasi Sulawesi Barat 2011 2012 2013 Grafik 6.5. Harga Internasional Emas Inflasi administered prices diperkirakan masih meningkat signifikan terutama karena naiknya harga BBM bersubsidi. Inflasi administered price secara langsung meningkatkan harga bensin dan solar subsidi, serta secara tidak langsung meningkatkan tarif transportasi Selain itu, terdapat penyesuaian Tarif Dasar Listrik (TDL) yang untuk ketiga kalinya diterapkan pada awal triwulan IV-2013. Setiap triwulan, TDL akan mengalami kenaikan 4,3% dan akan dibebankan pada pelanggan rumah tangga maupun pelanggan bisnis. Sementara itu, inflasi tahunan untuk komponen inti diperkirakan sedikit meningkat pada triwulan IV-2013 dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi inti diperkirakan meningkat yang dipengaruhi oleh naiknya harga kelompok sandang (liburan, tahun, dan Natal) serta biaya tempat tinggal. Namun demikian, kenaikan harga pada komponen inti tertahan oleh turunnya harga emas (Grafik 6.5). Inflasi volatile foods diperkirakan terkoreksi ke bawah, dipengaruhi oleh terjaminnya produksi komoditas pangan. Harga komoditas bumbu-bumbuan diperkirakan terkoreksi. berlalunya perayaan beberapa hari besar keagamaan dinilai memberi dampak pada harga komoditas pangan. Kondisi cuaca yang kondusif untuk distribusi bahan makanan serta penangkapan juga menjadi faktor pendukung lancarnya distribusi. Curah hujan hingga bulan November 2013 terpantau berada pada level menengah dan tidak ada kondisi ekstrim. Oktober 2013 November 2013 Desember 2013 Grafik 5. Prakiraan Curah Hujan Oktober s.d. Desember 2013 46 Bab 6 Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi