BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Semakin dini stimulus yang diberikan, semakin banyak peluang

BAB I PENDAHULUAN. tanpa kehadiran orang lain. Dengan adanya kebutuhan untuk mengadakan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan individu. Kesepian bukanlah masalah psikologis yang langka,

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. individu di muka bumi ini mengalami kesepian pada saat-saat tertentu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak akan bisa tahan untuk hidup sendiri di dunia ini. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Hakikat pendidikan merupakan salah satu bagian dari modal atau kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang sehingga mendorong diperolehnya temuan-temuan baru

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses pertumbuhan dan perkembangan. Individu pada masa remaja mulai

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas

BAB 1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang masuk ke Komnas Remaja tahun itu, sebanyak kasus atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Individu dalam tahapan dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. belah pihak. Tujuan diciptakan fanpage sangat banyak. Perihal diterima baik oleh

2016 HUBUNGAN ANTARA CYBERBULLYING DENGAN STRATEGI REGULASI EMOSI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencari pengalaman hidup serta ingin menuntut ilmu yang lebih tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. konsekuensi bahaya atas tindakan yang dilakukan. Individu yang memiliki kontrol

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi bangsa Indonesia, pendidikan adalah hal yang sangat penting. Cita-cita untuk

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

I. PENDAHULUAN. diantara manusia pada dasarnya terdapat saling ketergantungan, saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial, tentu membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan manusia yang lain. Dalam tumbuh dan kembangnya, manusia membutuhkan kehadiran orang lain tidak sekedar secara fisik namun juga membutuhkan kehadiran orang lain secara emosional. Apabila kebutuhan akan hubungan dengan orang lain ini tidak terpenuhi, maka dapat menimbulkan kesenjangan antara hubungan yang diharapkan dan hubungan yang sebenarnya terjadi. Kesenjangan kebutuhan akan hubungan dengan orang lain ini akan dapat menimbulkan emosi-emosi negatif, salah satunya adalah perasaan kesepian (Peplau dan Perlman, 1982). Rokach (2004) mengatakan kesepian merupakan keinginan yang menyakitkan dan menyiksa untuk terhubung dengan orang lain, untuk diterima, dan dihargai. Kesepian merupakan pengalaman yang sangat subjektif dan bersifat individual (Killen, 1998). Kesepian yang dirasakan oleh setiap orang berbeda-beda, tergantung pada situasi yang mereka lalui atau hadapi. Heinrich dan Gullone (2006) mengatakan bahwa kesepian yang dirasakan oleh seorang anak yang baru saja kehilangan ibunya berbeda dengan kesepian yang dirasakan oleh anak yang tidak mempunyai teman bermain. Perbedaan kesepian juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Rokach (2004) yang menemukan bahwa 750 surat yang ditulis oleh responden penelitiannya berasal dari orangorang yang berbeda dalam kelompok usia, status perkawinan, latar belakang pendidikan, pekerjaan, dan ras. Lebih lanjut, Rokach (2004) juga menemukan beberapa kesamaan yang muncul di dalam surat-surat tersebut, yaitu: 1

1. Kesepian merupakan fenomena universal dan umum terjadi pada setiap orang. 2. Meskipun merupakan peristiwa yang umum terjadi, tetapi kesepian juga merupakan pengalaman yang bersifat subjektif dan terjadi bervariasi pada setiap orang, dalam berbagai kondisi, dengan banyak penyebab, hasil, dan konsekuensi yang tidak terhingga. 3. Kesepian merupakan pengalaman yang kompleks dan beragam, juga sangat menyakitkan, sangat menyedihkan, dan bersifat individual (Moustakas, 1961; Rokach, 1988b; Rokach & Brock, 1997). Kesepian merupakan fenomena universal dan umum, namun perasaan kesepian seringkali tidak disadari apabila sedang dirasakan oleh kebanyakan orang, sekalipun disadari tetapi biasanya tidak langsung diakui. Alasan seseorang tidak menyadari atau tidak ingin mengakui jika merasa kesepian menurut Killen (1998) dikarenakan kesepian masih sangat tabu untuk dibicarakan, juga memalukan untuk diakui apabila seseorang pernah atau sedang merasa kesepian. Bukan hanya merasa malu, seseorang juga merasa takut sebab mengakui kesepian dapat membuat orang merasa tersiksa. Ada anggapan yang melekat di masyarakat bahwa orang yang kesepian mengalami kegagalan dan ketidakmampuan (Rokach, 2004), sehingga lebih memilih untuk tidak membicarakan tentang perasaan yang dialami (Killen (1998). Borys dan Perlman (1985) mengemukakan bahwa dalam salah satu penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa, laki-laki biasanya lebih kesepian daripada perempuan, tetapi juga sekaligus lebih memungkinkan untuk mengalami evaluasi diri yang negatif dan konsekuensi sosial apabila mengakui merasa kesepian. Memendam perasaan kesepian secara perlahan dapat menghambat aktivitas individu serta dapat mengancam keselamatan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ernst dan Cacioppo (1999), kesepian merupakan situasi psikologis yang tidak menyenangkan dan

dapat mempengaruhi posisi dalam kesejahteraan psikologis, emosional, dan karakter fisiologis seseorang. Seseorang yang memendam rasa kesepian dapat menjadi pecandu alkohol, bunuh diri, dan menderita sakit secara fisik (Peplau dan Perlman, 1982). Penelitian bahkan membuktikan bahwa kesepian dapat menjadi penyebab kematian. Berikut merupakan kutipan artikel berita yang menunjukan bahwa kesepian dapat menjadi salah satu penyebab kematian: Merasakan sangat kesepian ternyata memiliki dampak yang lebih berbahaya dibandingkan obesitas. Orang yang sakit saat merasa kesepian pun akan lebih sulit diobati ketimbang orang yang sakit yang hidup bersama keluarga. Sebuah penelitian menunjukkan 14 Persen kematian disebabkan rasa sangat kesepian. Persentase ini lebih buruk dibandingkan jumlah kematian yang diakibatkan obesitas. Merasa kesepian bahkan mengancam kesejahteraan orang. (Tempo edisi 17 Februari 2014). Kutipan artikel berita tersebut menunjukan bahwa kesepian dapat menimbulkan dampak negatif yang sangat berbahaya, apalagi ketika sedang sakit dan tidak ada orang lain yang menunjukkan perhatian. Perasaan kesepian muncul bukan hanya ketika seseorang tidak memiliki hubungan dengan orang lain. Terdapat anggapan bahwa ketika seseorang tergabung dalam satu kelompok tertentu, orang tersebut akan merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut. Hanya saja, menjadi bagian dari suatu kelompok belum tentu membuat seseorang memperoleh penerimaan seperti yang diharapkan. Jika orang tersebut merasa tidak terhubung dengan anggota lainnya, tidak dapat membangun hubungan dekat dengan anggota kelompok, maka bukan hanya perasaan kesepian yang akan dirasakan, namun juga keraguan terhadap diri sendiri, kemarahan, dan rasa malu (Rokach; dalam Rokach, 2004). Rokach (2004) juga berpendapat bahwa merasa kesepian di tengah keramaian jauh lebih buruk daripada merasa kesepian ketika seorang diri. Berada seorang diri bisa jadi sangat menyakitkan, seseorang dapat merasa sangat kesepian. Untuk menghindari berbagai dampak negatif dari kesepian, salah satu hal penting yang dapat dilakukan adalah memberi atau menerima dukungan sosial sehingga

seseorang terhindar dari rasa kesepian. Dukungan sosial dalam hal ini merupakan interaksi antar manusia yang melibatkan rasa sosial, emosional, instrumental, maupun pertukaran sumber daya yang sifatnya dapat memberikan rasa senang (Bernal, Molina, dan Rio, 2003). Dukungan sosial tersebut akan memberikan dampak positif bagi individu yang merasa kesepian. Hal ini dikarenakan dukungan sosial melibatkan proses pertukaran sumber daya dengan dampak positifnya bagi orang-orang yang berada di bawah tekanan (Isnawati dan Suhariadi, 2013). Mahasiswa dapat dikategorikan dalam kelompok orang-orang yang berada di bawah tekanan. Pengertian mahasiswa adalah pelajar yang menuntut ilmu di suatu perguruan tinggi. Berbeda dengan sekolah, di perguruan tinggi seorang pelajar dituntut untuk memilih jurusan yang sesuai dengan minat atau bakatnya, yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang diinginkan nantinya. Sebagai mahasiswa, ada kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan dan dipenuhi seperti mengikuti perkuliahan dengan tugas kuliah yang segudang dan kegiatan- kegiatan akademik atau non-akademik lainnya. Mahasiwa dituntut untuk lebih mandiri dan bertanggung jawab, dapat membagi waktu agar dapat memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Mahasiswa dilihat dari rentang usia berkisar antara 18-23 tahun, bisa lebih atau kurang. Pada usia ini, seseorang sudah dianggap dewasa dan tidak lagi terikat secara hukum kepada orang tua. Oleh sebab itu, banyak yang memilih untuk menuntut ilmu jauh dari orang tua. Sebagaimana diketahui bahwa Yogyakarta merupakan salah satu kota favorit untuk tujuan menuntut ilmu. Salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia pun berada di Yogyakarta, sehingga tidak mengherankan jika mahasiswa yang berada di kota ini berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Bagi mahasiswa yang berasal dari luar Provinsi Yogyakarta, menuntut ilmu di kota ini merupakan suatu pendekatan untuk sesuatu yang baru. Lingkungan yang baru, masyarakat yang baru, teman-teman yang baru, serta

budaya yang baru. Sedangkan bagi mahasiswa pada umumnya, menuntut ilmu di perguruan tinggi memerlukan penyesuaian terhadap sistem yang baru karena berbeda dengan menuntut ilmu di sekolah. Kesulitan dalam menghadapi perubahan atas sesuatu yang baru ini dapat menjadi penyebab kesepian. SKP (mahasiswa angkatan 2014, asal Jakarta) mengatakan mengalami kesulitan menyesuaikan diri terhadap budaya masyarakat Yogyakarta yang ramah dan bertegur sapa, sedangkan SKP terbiasa bersikap cuek. Kesulitan menghadapi perubahan juga dialami oleh HK (mahasiswa angkatan 2009, asal Bengkulu). HK juga mengatakan mengalami kesulitan pada awal tinggal di Yogyakarta. Sebelumnya tinggal dengan nyaman di rumah bersama keluarga, kemudian harus menyesuaikan diri tinggal di kos bersama orang-orang yang belum dikenal. Meskipun sekarang HK sudah merasa nyaman tinggal di Yogyakarta, namun HK mengakui masih sering merasa homesick. Kesepian dapat terjadi ketika seseorang merasakan kerinduan terhadap seseorang, peristiwa, atau objek yang familiar (Lopata, 1969). Mahasiswa, berdasarkan rentang usia, juga termasuk dalam katagori remaja. Masa remaja bukan hanya merupakan masa untuk sosialisasi yang intens, namun bagi sebagian remaja, merupakan masa-masa kesepian (Jersield, 1965). Chen (1998) melakukan penelitian tentang penerimaan dan kesepian pada tiga tahap masa remaja yaitu: awal, tengah, dan akhir. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa hubungan antara rasa penerimaan terhadap teman sebaya dan kesepian berpengaruh konstan pada tiga tahap tersebut. Kesepian pada remaja muncul ketika tidak ada ikatan, kedekatan dengan teman sebaya. SKP (angkatan 2014, asal Jakarta) menambahkan, karena sikapnya yang cuek, sering dianggap sombong dan sulit berbaur. Padahal SKP mengakui tidak mempunyai niat sombong dan sangat ingin menjalin persahabatan. Pentingnya memiliki sahabat pada masa remaja berkaitan dengan upaya untuk menghindarkan seseorang dari perasaan kesepian, seperti kasus kesepian yang

disampaikan oleh EPG (angkatan 2009). EPG mengakui, meskipun menyedihkan, EPG lebih memilih menghabiskan waktu seorang diri di kamar daripada ke tempat ramai tanpa ditemani sahabat. Sahabat bagi remaja merupakan sumber dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan bagi remaja ketika remaja tersebut mengalami suatu permasalahan (Bunga Rampai, 2013). Salah satu keuntungan memiliki sahabat pada masa remaja adalah dapat membantu seseorang melarikan diri dari kesepian (Jersild, 1965). Khususnya bagi remaja yang berperan sebagai mahasiswa dan berasal dari luar Provinsi Yogyakarta, sahabat berperan juga untuk menghadapi lingkungan yang baru tersebut bersama-sama. Namun benarkah jika seseorang tidak mendapat dukungan sosial dari teman sebaya, orang tersebut akan merasakan kesepian? Atau apakah orang yang mendapat dukungan sosial dari teman sebaya memang akan terhindar dari perasaan kesepian? Lebih lanjut, apakah orang yang meninggalkan lingkungan lama dan pindah ke lingkungan baru akan merasa kesepian? Melihat kesepian dapat memberi dampak yang cukup buruk bagi kehidupan remaja khususnya pada mahasiswa, maka peneliti merasa tertarik untuk mengangkat topik: Hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Kesepian pada Mahasiswa Psikologi Universitas Gadjah Mada. B. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan kesepian pada mahasiswa Fakultas Psikologi Uniersitas Gadjah Mada.

C. Manfaat Penelitian Diharapkan hasil dari penelitian ini memiliki beberapa manfaat, antara lain ialah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian dan pengetahuan bagi perkembangan ilmu Psikologi, bidang Psikologi Sosial dan Psikologi Perkembangan. Terutama berkaitan dengan dukungan sosial teman sebaya dan kesepian pada remaja. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan mengenai hubungan sosial dan kesepian, seperti remaja, teman sebaya, orang tua dan doesn.