Jarak tangki septik ke sumber air bersih 10 m, ke bangunan 1,5 m. Ada bidang resapan. Ada jaringan pipa air limbah.

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)

EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

EVALUASI PENGELOLAAN SISTEM SANITASI RUMAH SUSUN DI KOTA PALEMBANG ABSTRAK

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

KAJIAN PENGADAAN DAN PENERAPAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) DI TPA km.14 KOTA PALANGKA RAYA

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

BAB V HASIL PENELITIAN. berturut turut disajikan pada Tabel 5.1.

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

STRATEGI PENINGKATAN PENGELOLAAN PRASARANA SANITASI DI WILAYAH PERMUKIMAN PESISIR KOTA KUPANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR DI KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAEN

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang

EVALUASI PENGELOLAAN PRASARANA LINGKUNGAN RUMAH SUSUN DI SURABAYA (STUDI KASUS : RUSUNAWA URIP SUMOHARJO)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KUESIONER UNTUK PEDAGANG

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI PESISIR KELURAHAN LEMBANG KABUPATEN BANTAENG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Tabel VIII. 1 Aturan Bersama Desa Kemasan KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG

VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR

PENGOLAHAN SAMPAH MINGGU 3 SAMPLING TIMBULAN. Disiapkan oleh: Bimastyaji Surya Ramadan - Institut Teknologi Yogyakarta -

Oleh: Auliya Ul Fikry Staf Subdit Kebijakan dan Strategi Dit. Bina Program

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh; Mengingat : 1. Undang-Undang N

1. Pendahuluan ABSTRAK:

T E S I S KAJIAN PENINGKATAN SANITASI UNTUK MENCAPAI BEBAS BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN DI KECAMATAN KARANGASEM BALI

TUGAS AKHIR Perencanaan Pengolahan Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya YOANITA PUSPITA RATIH

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PEMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE US-EPA DAN IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA PUSAT

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT

Kata kunci : Sampah, Reduksi, daur ulang, kawasan komersial dan Malioboro

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU LAHUNDAPE KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI

BAB IV DASAR PERENCANAAN

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY DI KECAMATAN SUKOLILO- SURABAYA

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

Denpasar, 20 April 2016

TATA CARA PERENCANAAN TANGKI SEPTIK DENGAN SISTEM RESAPAN

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 17 TAHUN 2016

BAB III METODE PERENCANAAN

LOMBA KEBERSIHAN ANTAR RUKUN TETANGGA SE- BOGOR

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

Pengaruh Reduksi Sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) terhadap Produksi Gas Rumah Kaca di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kota Madiun

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Penyehatan Lingkungan Permukiman bertujuan untuk mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni, sehat, aman, produktif dan berkelanjutan melalui

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA

STRATEGI PENATAAN SANITASI LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI BANTARAN SUNGAI MUSI DI KOTA SEKAYU KABUPATEN MUSI BANYUASIN

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

OLEH : SIGIT NUGROHO H.P

Tabel Skor Air Limbah Domestik Skor

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN,

PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTECH

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

BAB IV KONDISI MASYARAKAT SEKITAR IPAL KOMUNAL SENGKAN

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PENGELOLAAN AIR LIMBAH KAKUS I

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)

Hasil Analisa SWOT Kabupaten Grobogan tahun 2016

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

LAMPIRAN Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 122 Tahun 2005

95 Tabel 6.2 Pengetahuan Warga Mengenai Akibat Membuang Sampah Secara Sembarangan Sebelum Adanya Kelembagaan Partisipatoris, Sub DAS Cikapundung, Band

BAB I PENDAHULUAN. Sewon untuk diolah agar memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan sebelum

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Jurnal Reka Karsa Jurusan Teknik Arsitektur Itenas No.1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional [Januari 2016]

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

3 BIDANG AIR LIMBAH A. Kelengkapan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah NO ACUAN STANDAR EKSISTING 1. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan Jarak tangki septik ke sumber air bersih 10 m, ke bangunan 1,5 m. Ada bidang resapan. Ada jaringan pipa air limbah. Jarak tangki septik ke tandon air bawah dan bangunan = 0 m (berhimpit), sumur warga ± 10 m. Bidang resapan tidak diketahui. Ada jaringan pipa air limbah. 2. Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pasal 25 Saluran grey water dilengkapi pipa udara dan bak kontrol dan dihubungkan ke saluran air limbah lingkungan. Sal. air limbah tertutup dipergunakan untuk semua jenis sal. air limbah di dalam atau pada bangunan rusun. Saluran pemipaan grey water dilengkapi dengan pipa udara. Pembuangan grey water tidak dilengkapi bak kontrol. Pembuangan black water berupa sal. tertutup. Pembuangan grey water berupa sal. tertutup dan sal. terbuka. Sal. air limbah ditempatkan pada ruangan/jalur khusus, dilengkapi dengan saringan sampah. Ada ruangan khusus untuk pipa air limbah; tidak diketahui adanya saringan sampah. Sal. air limbah mendatar harus mempunyai kemiringan cukup, dan dilengkapi lubang pemeriksa. Kemiringan pipa air limbah lantai atas cenderung datar (hasil pengamatan). Sal. drainase sebagai sal. air limbah tidak dilengkapi bak kontrol.

B. Kondisi Pengelolaan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah No Elemen yang Ditinjau Kondisi Eksisting Permasalahan Alternatif Penanganan 1. Jaringan pemipaan air limbah Pendapat responden : kondisi pipa baik (58%), pembuangan grey water lancar (69%), pembuangan black water lancar (83%). Pendapat responden : timbul bau dari pembuangan grey water (46%), dan dari pembuangan black water (37%). Berdasarkan pengamatan, sumber bau berasal dari pembuangan air limbah pada saluran. Pemeliharaan rutin terhadap jaringan pemipaan, berupa kontrol kebocoran, penggelontoran sedimen. 2. Tangki septik Kondisi tangki septik tidak dapat diamati secara langsung, namun menurut 66% responden kondisinya baik. Hasil wawancara dengan badan pengelola, ketua RW, dan 5 orang penghuni (5,4% responden), pada pertengahan tahun 2009 terjadi retakan pada tangki septik Blok A dan black water mencemari tandon air. Dilakukan uji lab terhadap kualitas air bersih/minum, pengecekan kapasitas tangki septik eksisting, dan pemeliharaan rutin. 3. Saluran Secara umum kondisi saluran baik, namun pada beberapa lokasi terdapat genangan, sampah, dan sedimen yang cukup tebal (hasil pengamatan). Timbul bau pada saluran grey water (sesuai pendapat 46% responden); Grey water dibuang ke saluran lingkungan tanpa pengolahan, sedangkan kondisi salurannya memprihatinkan dan arah aliran menuju perumahan sekitar rusun. Pemeliharaan rutin berupa pembersihan saluran dari sedimen dan sampah, uji lab terhadap kualitas efluen grey water.

C. Pendapat responden dan hasil uji laboratorium terhadap kualitas air bersih/minum rusun sebagai berikut : 24% Sumber Air Penghuni Rusun selain Air PDAM 12% 88% Air isi ulang/kemasan Lainnya Pendapat mengenai Warna Air PDAM saat ini 0% 10% Jernih Agak keruh Kadang-kadang keruh Keruh 61% Tidak tahu secara pasti 5% Pendapat mengenai Bau Air PDAM saat ini 0% 13% Tidak bau 16% Agak bau Kadang-kadang bau Bau 2% 69% Tidak tahu secara pasti Kualitas air bersih/minum rusun berfluktuasi. Hasil uji lab terhadap sampel yang diambil pada bulan Oktober 2009 menunjukkan bahwa kekeruhannya melebihi baku mutu (5,42 6,60 skala NTU > 5 skala NTU). Sementara hasil uji lab terhadap sampel yang diambil pada bulan Mei 2010 menunjukkan bahwa semua parameter memenuhi baku mutu. Hasil rata-rata terhadap 2 sampel air bersih/minum mengindikasikan bahwa kualitas air bersih/minum rusun saat ini memenuhi baku mutu yang disyaratkan oleh Kepmenkes RI Nomor 907/Menkes/ SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

D. Kontrol kapasitas tangki septik dan kualitas efluen grey water rusun sebagai berikut : 1. Kapasitas tangki septik secara umum masih memenuhi Saran tidak memanfaatkan ruang lumpur pada tangki septik yang berhimpitan dengan tandon air bawah sesuai hasil perhitungan, dan melakukan pemeliharaan rutin. 2. Kualitas efluen grey water yang dibuang ke saluran lingkungan/kota berfluktuasi dan hasil uji lab rata-ratanya secara umum tidak memenuhi baku mutu seperti ditunjukkan pada tabel perlu dilakukan pengolahan grey water. Tabel Hasil Uji Laboratorium terhadap Efluen Grey Water Hasil Analisis Baku No. Parameter Satuan Blok A Blok B Blok C Masuk ke Saluran Kalimir Mutu Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata 1 ph - 6-9 7,60 7,22 7,41 8,15 7,50 7,83 7,25 6,10 6,68 6,80 6,50 6,65 2 TSS mg/l 100 36 84 60 116 52 84 56 367 211,50 176 200 188 3 BOD mg/l O 2 100 78 66 72 130 62 96 22 324 173 154 92 123 4 Minyak dan Lemak mg/l 10 20 58 39 126 42 84 8 230 119 160 84 122 5 Deterjen mg/l LAS - 2,97 6,97 4,97 1,64 5,61 3,63 3,94 28,90 16,42 12,34 11,49 11,92

Direncanakan dengan 2 alternatif : Alternatif 1 Alternatif 2

ALT. 1 : PENGOLAHAN AIR LIMBAH TIDAK DIMANFAATKAN 25 m berfungsi sebagai bak kontrol dan penyaring sampah Debit =73,06 m 3 /hari Debit =73,06 m 3 /hari

Debit =146,12 m 3 /hari berfungsi sebagai bak kontrol dan penyaring sampah Debit =73,06 m 3 /hari Debit =73,06 m 3 /hari ALT. 2 : PENGOLAHAN AIR LIMBAH DIMANFAATKAN

TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BIDANG PERSAMPAHAN Rata-rata berat timbulan sampah rusun adalah 0,21 kg/orang.hari Densitas sampah rata-rata sebesar 163,95 kg/m 3 memenuhi kriteria NSPM Kimpraswil (2003) : 150 200 kg/m 3 Rata-rata volume timbulan sampah rusun adalah 1,29 liter/orang.hari 0,44 0,67 0,36 5,21 15,25 0,80 Komposisi Sampah di Rumah Susun 1,41 0,18 75,68 5,56% PETE, 18,962% HDPE, 70,963% LDPE, 2,89% PP, dan 1,62% campuran plastik Sisa makanan dan daun-daunan Kertas Kayu Kain/tekstil Karet/Kulit Plastik Logam Gelas/Kaca Lain-lain 70,963 75,68% sisa makanan dan daun-daunan, 5,21% kertas, 0,36% kayu, 0,67% kain/tekstil, 0,44% karet/kulit, 15,25% plastik, 0,80% logam, 1,41% gelas/kaca, dan 0,18% lain-lain. Komposisi Sampah Plastik di Rumah Susun 2,89 0,00 1,62 5,56 18,962 0,00 PETE HDPE PVC LDPE PP PS Campuran plastik

ANALISIS KESETIMBANGAN MASSA SAMPAH RUMAH SUSUN INFLOW Timbulan Sampah Rusun (100%) Recovery Factor (Sampah yang dapat dimanfaatkan kembali) : Sisa Makanan dan daun-daunan = 75,68%x87,56% = 66,26% Kertas = 5,21%x71,70% = 3,74% Kayu = 0,36%x0% = 0% Kain/tekstil = 0,67%x85,71% = 0,57% Karet/kulit = 0,44%x100% = 0,44% Plastik = 15,25%x74,29% = 11,33% Logam = 0,80%x100% = 0,80% Gelas/kaca = 1,41%x100% = 1,41% Lain-lain = 0,18%x0% = 0% Total yang dapat direcovery = 84,55% OUTFLOW Produk : Kompos = 66,26% Dimanfaatkan kembali/daur ulang/dijual = 18,29% Total produk = 84,55% OUTFLOW Residu (Sampah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali) : Sisa Makanan dan daun-daunan = 9,42% Kertas = 1,47% Kayu = 0,36% Kain/tekstil = 0,10% Karet/kulit = 0% 6,03% Plastik = 3,92% Logam = 0% Gelas/kaca = 0% Lain-lain = 0,18% Total residu = 15,45%

Kelengkapan Prasarana Lingkungan Bidang Persampahan NO ACUAN STANDAR EKSISTING 1. Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun, pasal 26 Pewadahan sampah dapat terdiri dari pewadahan sampah di tiap satuan rusun dan/atau sal. sampah. Pewadahan sampah di tiap satuan rusun dapat dibuat dari bahan permanen atau semi permanen. Sampah yang dibuang ke TPS dibungkus dengan alat pembungkus yang kedap terhadap bau dan air. Rusun tidak memiliki sal. sampah; tidak semua unit hunian memiliki bak sampah. Tempat sampah di unit hunian rusun bersifat semi permanen, berupa keranjang plastik (60%). Sampah sudah dibungkus dengan kantong plastik (pendapat 70% responden). Sist. pembuangan sampah pada satuan / bangunan rusun terkoordinasi dengan sist. jaringan pembuangan sampah pada lingkungan yang tersedia. Pembuangan sampah dilakukan setiap hari ke TPS di Jl. Pandegiling/Jl. Kedondong yang jaraknya ± 1 km dari rusun. Waktu pembuangan sampah ± 7-9 jam/hari (hasil pengamatan). 2. Permen PU Nomor 60/PRT/1992, pasal 60 Dilengkapi TPS dan diletakkan terpisah dari rusun, dan dapat dijangkau oleh truk sampah. Dilengkapi truk sampah yang dapat menjangkau sekurang-kurangnya ke TPS. Ada TPS tapi beralih fungsi, jarak dari unit hunian ± 8,5 m; dapat dijangkau truk sampah. Rumah susun tidak dilengkapi dengan truk sampah.

Kondisi Pengelolaan Prasarana Lingkungan Bidang Persampahan NO Elemen yang Ditinjau Kondisi Eksisting Permasalahan Alternatif Penanganan 1. Pewadahan (Acuan : Permen PU Nomor 60/PRT/1992 pasal 26, SNI 03-1733- 2004, dan UU No. 18/2008 pasal 13) Yang memiliki wadah sampah individu sebanyak 72%. Tidak ada bak sampah komunal, selain gerobak sampah. Sampah tercecer di saluran, dibuang sembarangan (pendapat 48% responden). 44% responden mengatakan perlu disediakan bak sampah komunal untuk mengumpulkan sampah di lantai atas. Menyediakan bak sampah di tiap unit (khususnya yang belum memiliki), bak sampah komunal. 2. Pengumpulan (Acuan : SNI 19-2454-2002, dan UU No. 18/2008 pasal 12 dan 22) Pola pengumpulan : komunal tidak langsung. Mengandalkan partisipasi aktif penghuni (78%). 16% responden mengatakan bahwa penghuni tidak disiplin waktu dan tempat dalam membuang sampah sampah tercecer dan berserakan. Memotivasi penghuni untuk lebih disiplin, menyediakan bak sampah komunal 3. Frekuensi Pembuangan Sampah (Acuan : SNI 03-1733-2004) Setiap hari Waktu yang dibutuhkan ± 7-9 jam/hari (hasil pengamatan lapangan) 25% responden mengatakan bahwa waktu pengambilan sampah berubah-ubah. Membuat jadual pembuangan sampah, menyediakan bak sampah komunal 4. Pelaksanaan 3R (Acuan : UU No. 18/2008 pasal 19, 20 dan 22) Belum dilaksanakan (hasil wawancara dengan badan pengelola dan ketua perhimpunan) 16-38% responden mengatakan tidak punya waktu, fasilitas, dan tidak tahu cara melakukannya. Memfasilitasi pelaksanaan 3R, mengadakan pelatihan/edukasi

Pemilihan Alternatif Penanganan Pengelolaan Sampah Rumah Susun Pengelolaan Alternatif Penanganan Sampah Kondisi Eksisting Kondisi Rencana 1. Pewadahan Individu : Individu : Sampah basah : 15 Sampah basah : 5 liter, 1 buah liter, 1 buah Sampah kering : 20 Sampah kering : 5 liter, 1 buah liter, 1 buah No. K om unal : Sampah basah : 200 liter, 2 buah Sampah kering : 250 liter, 2 buah K om unal : Sampah basah : 250 liter, 1 buah Sampah kering : 250 liter, 2 buah 2. Pengumpulan Pola Komunal Tidak Pola Komunal Langsung Langsung 3. Alat Gerobak Sampah Bak Sampah Pengumpul Komunal 4. Frekuensi Pembuangan Sampah basah : 2 hari sekali Sampah kering : 1 minggu sekali Sampah basah : 2 hari sekali Sampah kering : 1 minggu sekali Keterangan Sesuai amanah UU No. 18/2008 pasal 19, pasal 20 ayat 1, dan pasal 22 ayat 1, maka dipilih alternatif penanganan sesuai kondisi rencana Fasilitas lain yang diperlukan : ruang untuk menampung sampah kering yang akan dimanfaatkan, komposter komunal. Analisis kebutuhan pewadahan, sistem pengumpulan dan frekuensi pembuangan sampah rumah susun

Peran Serta Penghuni dalam Pengelolaan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah dan Persampahan No Elemen yang Ditinjau Kondisi Eksisting Permasalahan Alternatif Penanganan 1. Mematuhi aturan, membayar iuran, dan memelihara rusun dan lingkungannya (Acuan : PP No. 4/1988 tentang Rumah Susun pasal 63, 64, dan 69) 40% bersedia mematuhi aturan. Namun ada penghuni yang kurang disiplin membuang sampah sembarangan (hasil pengamatan dan pendapat 48% responden), terlambat /tidak rutin membayar iuran (5,43%), dan tidak ikut kerja bakti (16%). Pendapat responden : permasalahan yang sering ditemui adalah sampah berserakan (48%) timbul bau dan banyak lalat, terjadi genangan pada saluran. Hasil wawancara dengan badan pengelola : masalah utama adalah sulitnya menagih iuran pengelolaan/sewa. Melakukan pertemuan rutin untuk membicarakan permasalahan yang ada, memberikan teguran kepada penghuni yang tidak disiplin, menyediakan bak sampah sesuai analisis aspek teknik, meningkatkan kedisiplinan dan partisipasi penghuni untuk menjaga kebersihan lingkungan. 2. Pengelolaan sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan dan penanganan sampah (Acuan : UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah pasal 19, 20, dan 22) Hasil wawancara dengan badan pengelola, kegiatan pengurangan dan pemilahan sampah belum dilakukan. Kegiatan penanganan sampah yang sudah dilakukan adalah pengumpulan sampah oleh penghuni (78%). Frekuensi pengumpulan dan pembuangan sampah yang dilakukan setiap hari tidak efisien karena volume sampah yang dihasilkan setiap harinya tidak terlalu banyak (hasil pengukuran). Sementara potensi reduksi sampah rusun cukup besar, yaitu 84,55%. 55% bersedia melakukan pemisahan sampah sesuai jenisnya, 62% bersedia mengurangi jumlah sampah, 43,48% bersedia melakukan daur ulang, dan 40% bersedia memanfaatkan sampah menjadi kompos perlu dilakukan sosialisasi dan fasilitasi untuk mengakomodir hal tersebut.

Hasil Analisis Aspek Lingkungan Pengelolaan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah dan Persampahan (1) No Elemen yang Ditinjau Kondisi Eksisting Alternatif Penanganan 1. Kepadatan bangunan dalam lingkungan memperhatikan keserasian dan keselamatan lingkungan sekitarnya (Acuan : PP No. 4/1988 tentang Rumah Susun pasal 23) KLB tidak memenuhi syarat untuk bangunan bertingkat 4 dan penggunaan lahan untuk ruang terbuka < 60%; Jarak tangki septik rusun cukup dekat dengan sumur warga dan terjadi penurunan kualitas air sumur (hasil uji lab.); Grey water dibuang tanpa pengolahan tidak memenuhi baku mutu (hasil uji lab.). Mengikuti saran yang diberikan dari hasil analisis aspek teknik, antara lain pengolahan grey water sebelum dibuang ke badan air lingkungan, dan penanaman pohon di sekitar rusun. 2. Limbah hasil kegiatan perumahan dan permukiman, KDB, dan KLB (Acuan : Permen LH No. 11/2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup) Grey water yang dibuang tanpa pengolahan tidak memenuhi baku mutu dan air sumur yang berada dekat dengan tangki septik rusun mengalami penurunan kualitas / pencemaran (hasil uji lab.); KLB tidak memenuhi syarat untuk bangunan bertingkat 4. Mengikuti saran yang diberikan dari hasil analisis aspek teknik, antara lain pengolahan grey water sebelum dibuang ke badan air lingkungan, dan penanaman pohon di sekitar rusun.

Hasil Analisis Aspek Lingkungan Pengelolaan Prasarana Lingkungan Bidang Air Limbah dan Persampahan (2) No Elemen yang Ditinjau Kondisi Eksisting Alternatif Penanganan 3. Persepsi penghuni terhadap dampak pengelolaan prasarana lingkungan bidang air limbah dan persampahan Dampak yang sering dan pasti terjadi akibat model pengelolaan sampah rusun timbul bau yang menyengat (53%), lingkungan menjadi kotor (52%). Dampak yang sering dan pasti terjadi akibat model pengelolaan air limbah rusun timbul bau menyengat dari selokan (41%), timbul genangan dan lingkungan menjadi kotor (32%). Mengikuti hasil analisis aspek teknik dan peran serta, antara lain melengkapi rusun dengan bak sampah komunal, meningkatkan kedisiplinan penghuni untuk membuang sampah pada tempatnya, meningkatkan partisipasi penghuni dalam kegiatan gotong royong. 4. Persepsi warga sekitar rusun terhadap dampak pengelolaan prasarana lingkungan bidang air limbah dan persampahan Dampak yang sering dan pasti terjadi akibat model pengelolaan sampah rusun sampah berserakan dan dibuang di selokan/sungai (61%), lingkungan menjadi kotor (44%). Dampak yang sering dan pasti terjadi akibat model pengelolaan air limbah rusun timbul bau menyengat dari selokan (49%), lingkungan menjadi kotor (23%). Mengikuti hasil analisis aspek teknik dan peran serta, antara lain melengkapi rusun dengan bak sampah komunal, meningkatkan kedisiplinan penghuni untuk membuang sampah pada tempatnya, meningkatkan partisipasi penghuni dalam kegiatan gotong royong.

Hasil identifikasi dan penilaian faktor internal dan eksternal rencana tindak agresif (kuadran 1). PELUANG (OPPORTUNITY) KELEMAHAN (WEAKNESS) KUADRAN 3 TURN-AROUND -1,0 KUADRAN 4 DEFENSIF -0,5 1,0 0,5-0,5-1,0 0 ANCAMAN (THREAT) (0,463;0,500) 0,5 1,0 KUADRAN 1 AGRESIF KEKUATAN (STRENGTH) KUADRAN 2 DIVERSIFIKASI RENCANA TINDAK 1. Memanfaatkan subsidi/anggaran dari pemerintah untuk pemanfaatan air limbah dan pelaksanaan 3R. 2. Bekerjasama dengan pemerintah / pihak ketiga dalam hal pelaksanaan komposting, dan pemanfaatan / pemasaran kompos dan produk kerajinan tangan lainnya. 3. Meningkatkan kerjasama antara penghuni dan warga sekitar rumah susun dalam hal pengelolaan prasarana lingkungannya. 4. Membuka peluang kerjasama dengan DKP Kota Surabaya untuk mendapatkan pelayanan pengumpulan sampah secara langsung. 5. Menyusun SOP pengelolaan prasarana lingkungan, dan secara rutin melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja yang sudah berjalan agar tetap terjaga, berkelanjutan dan terus meningkat.

4 1. Faktor yang mempengaruhi kualitas prasarana lingkungan rusun, antara lain : Aspek Teknik Peran Serta Lingkunga n Bidang Air Limbah Kelengkapan eksisting belum memenuhi persyaratan yang berlaku : letak tangki septik tidak memenuhi syarat SNI 03-2398-2002, belum dilakukan pengolahan grey water. Pemeliharaan dan pemeriksaan kondisi belum dilakukan secara rutin. Pengetahuan penghuni masih kurang, sebanyak 34% penghuni mengatakan sistem pembuangan/pengolahan air limbah adalah saluran/sungai, dan sebanyak 48% penghuni tidak tahu bahwa tangki septik harus dikuras. Kesediaan untuk memanfaatkan hasil pengolahan air limbah 40%, dan bersedia untuk dilibatkan dalam pengelolaan prasarana lingkungan 56%. Penataan bangunan, dan ketersediaan lahan. Jarak rusun yang dekat dengan permukiman sekitarnya dan sistem pengolahan air limbah rusun yang belum memadai terjadi pencemaran air sumur warga yang lokasinya dekat dengan tangki septik rusun. Bidang Persampahan Kelengkapan eksisting belum memenuhi persyaratan yang berlaku : kurang memadainya pewadahan sampah. Pemeliharaan dan pemeriksaan kondisi belum dilakukan secara rutin. Partisipasi penghuni melaksanakan pola pengumpulan komunal tidak langsung cukup tinggi (78%). Namun masih ada penghuni yang tidak disiplin waktu (16 20%). Belum ada upaya pemisahan sampah basah dan kering; belum ada upaya 3R. Penghuni bersedia melakukan pemisahan sesuai jenis 55%, reduksi 62%, daur ulang 43,48%, dan pengomposan 40%. Penataan bangunan, dan ketersediaan lahan. Sistem pewadahan sampah yang belum memadai baik di rusun maupun tempat tinggal warga sekitar sampah tercecer di saluran, terjadi genangan pada saluran.

2. Untuk mengoptimalkan kualitas lingkungan rumah susun dan sekitarnya, maka perlu dilakukan perbaikan dalam pengelolaan prasarana lingkungan, antara lain : a. Berdasarkan hasil analisis aspek teknik dan lingkungan upayanya antara lain melakukan pengolahan grey water, melakukan penanaman pohon di sekeliling rusun, melengkapi rusun dengan bak sampah komunal, dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan 3R. b. Berdasarkan hasil analisis aspek peran serta penghuni upayanya antara lain mempertahankan partisipasi penghuni yang sudah cukup baik dalam pengumpulan sampah, meningkatkan keterlibatan penghuni dalam pengelolaan prasarana lingkungan, dan meningkatkan kerjasama penghuni dan warga sekitar rusun dalam pengelolaan prasarana lingkungannya. 1. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai detail desain bangunan pengolahan air limbah sesuai hasil analisis penelitian ini. 2. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai potensi pemanfaatan kompos untuk budidaya tanaman pangan di rumah susun dengan jenis tanaman yang berbeda. 3. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai potensi pemasaran produk kerajinan tangan sebagai hasil daur ulang sampah kering. 4. Perlu dilakukan kajian mengenai potensi kerja sama pengelolaan prasarana lingkungan skala kawasan.

TERIMA KASIH