BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya ( American Diabetes Association, 2013). Pasien DM

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

MUHAMMAD IBNU ABIDDUNYA NIM : S

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penderita Diabetes Mellitus (DM) semakin bertambah. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Prevalensi penyakit diabetes mellitus terus meningkat tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dan pembuluh darah (Setiati S, 2014). kronik ataupun akut (Sudoyo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

PENGARUH MASASE KAKI TERHADAP SENSASI PROTEKSI PADA KAKI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DENGANDIABETIC PERIPHERAL NEUROPATHY TAHUN 2014

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap * Kata Kunci : Terapi Steam Sauna, Penurunan Kadar Gula Darah, DM tipe 2

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan. dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) merupakan yang tertinggi di dunia (Wild, et al., 2009).

PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PERUBAHAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ENEMAWIRA

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan tingginya kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemia) yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah diabetes melitus (DM). Menurut Kementrian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

STIKES NGUDI WALUYO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3%

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika



BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak adekuatnya sekresi insulin endogen oleh pankreas, penurunan efek insulin akibat resistensi insulin, atau keduanya yang kemudian menyebabkan hiperglikemia (McPhee & Ganong, 2010). Kondisi hiperglikemia ini menyebabkan gangguan metabolik pada tingkat jaringan maupun sel. Gangguan metabolik ini sering tidak disadari oleh diabetesi sebelum terjadi komplikasi. Jumlah penderita DM terus meningkat setiap tahun, baik di dunia maupun di Indonesia. WHO memperkirakan 347 juta orang di seluruh dunia menderita DM dan pada tahun 2012 menyebabkan kematian 1,5 juta orang (WHO, 2014). Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi lebih dari 592 juta penderita DM dewasa dalam kurun waktu kurang dari 25 tahun (International Diabetes Federation [IDF], 2013). Pada tahun 2013, Indonesia merupakan negara ketujuh di dunia dengan jumlah diabetesi terbanyak yaitu 8,5 juta penduduk Indonesia usia 20-79 tahun menderita DM dan diperkirakan meningkat sebanyak 66% pada tahun 2035 (IDF, 2013). DM tipe 2 merupakan salah satu penyakit tidak menular dengan jumlah penderita cukup tinggi di Bali. Hal ini terlihat dari prevalensi penderita DM di 1

2 Bali adalah 5.9% dari jumlah penduduk dan prediabetes mellitus 10% (Persatuan Gerontologi Medik Indonesia [PERGEMI] dalam Sanjiwani, 2014). Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali, DM termasuk 10 besar penyakit di Kota Denpasar dengan jumlah penderita 8.543 di tahun 2012. Puskesmas III Denpasar Utara tercatat sebagai puskesmas dengan jumlah kasus baru DM tertinggi setiap bulan yaitu sebanyak 115 orang/bulan sejak Januari 2013 hingga Agustus 2014 (Dinkes Kota Denpasar, 2014). Peningkatan jumlah diabetesi dapat menyebabkan peningkatan angka kecacatan akibat komplikasi yang timbul dalam perjalanan penyakitnya. Komplikasi yang paling ditakutkan adalah ulkus kaki diabetik yang mengarah pada amputasi dan mortalitas (Kruse & Edelman, 2006; American Diabetes Association [ADA], 2013). Menurut Khanolkar, Bain, & Stephens (2008), diabetesi 30 kali lebih berisiko mengalami amputasi dibandingkan populasi umum. Sebagian besar ulkus kaki diabetik dimulai dengan neuropati perifer sensori (NPS) (McNeely et al. dalam Kruse & Edelman, 2006). NPS merupakan neuropati yang paling sering terjadi akibat kondisi DM (NDIC, 2013; National Institute of Neurological Disorders and Stroke [NINDS], 2014). Menurut National Diabetes Information Clearinghouse (NDIC) (2013), 60-70% diabetesi mengalami neuropati. Risiko mengalami neuropati pada diabetesi meningkat seiring dengan lamanya seseorang menderita DM dan usia diabetesi tersebut (NDIC, 2013). Penyebab utama neuropati diabetik adalah insufisiensi insulin yang menyebabkan kerusakan neuron dan penurunan perfusi akibat kerusakan pembuluh-pembuluh darah kecil yang memvaskularisasi saraf (Kishore, 2014).

3 Insufisiensi insulin menyebabkan hiperglikemia, hipertrigliseridemia, dan kecenderungan hipertensi. Kondisi hiperglikemia pada penderita diabetes menyebabkan peningkatan induksi stres oksidatif yang menyebabkan kerusakan pada neuron dan menurunkan efektifitas mekanisme perbaikan neuron tersebut (Feldman 2003; Head, 2006). Stres oksidatif bersama-sama dengan hipertrigliseridemia dan hipertensi menyebabkan perubahan anatomi pembuluh darah yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke neuron (Head, 2006; McPhee & Ganong, 2010). Gejala yang ditimbulkan akibat kerusakan yang terjadi pada neuron dapat berupa eksitasi nyeri berlebihan maupun penurunan sensasi terhadap suhu dan nyeri akibat kerusakan jaringan (luka) (NINDS, 2014). Pencegahan primer maupun sekunder terhadap perkembangan NPS diperlukan untuk menurunkan angka kejadian ulkus kaki pada diabetesi. Penatalaksanaan NPS akibat kondisi DM terutama adalah kontrol glikemia, penanganan gejala (manajemen nyeri dan/atau gastroparesis), serta perawatan kaki (foot care) (Quan, 2014). Perawatan kaki mencakup follow-up teratur, pemberian pendidikan kesehatan (penkes) kepada pasien, dan latihan fisik (Quan, 2014). Latihan fisik merupakan terapi tambahan (adjunct) yang memberikan pengaruh positif pada diabetesi dan dapat menunjang pengendalian penyebab NPS melalui penurunan progresivitas DM. Latihan fisik mempertahankan dan meningkatkan fungsi optimal seluruh sistem organ tubuh (Potter & Perry, 2009). Pada kondisi DM, latihan fisik memperbaiki sensitivitas insulin dan peningkatan penggunaan glukosa oleh otot (American Diabetic Association [ADA], 2012).

4 Salah satu latihan fisik yang dapat dilakukan adalah senam kaki diabetes. Senam kaki diabetes terdiri dari gerakan-gerakan yang melibatkan sendi-sendi kaki yang dimulai dari menggerakkan sendi jari-jari kaki kemudian pergelangan kaki dan lutut (RSI Sultan Agung, 2010; Setiawan, 2013). Gerakan senam kaki diabetes lebih mudah dilakukan dibandingkan senam diabetik serta tidak membutuhkan ruangan dan peralatan khusus sehingga dapat dilakukan di berbagai tempat dan waktu. Berdasarkan beberapa penelitian, senam kaki diabetes memberikan pengaruh positif terhadap gejala neuropati diabetik. Berdasarkan penelitian oleh Suwandewi (2012) yang dilakukan pada 15 orang didapatkan bahwa skor neuropati diabetik perifer setelah melakukan senam kaki diabetes menurun secara signifikan (p=0,00; α<0,05). Penelitian mengenai pengaruh senam kaki diabetes juga dilakukan oleh Priyanto (2012) yang dilakukan pada 125 lansia DM didapatkan perbedaan yang signifikan dari hasil pengukuran sensitivitas kaki kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki diabetes dengan p=0,00 dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan p=0,083 (α<0,05). Puskesmas III Denpasar Utara merupakan puskesmas dengan kasus baru DM tertinggi di Kota Denpasar sampai dengan tahun 2014 dan sedang menggalakkan program penyakit tidak menular (PTM) terutama DM, namun dalam pelaksanaannya masih belum optimal. Berdasarkan wawancara dengan salah satu pengelola program PTM di puskesmas ini, program PTM belum sepenuhnya tepat sasaran dan belum terdapat program khusus untuk pencegahan NPS bagi diabetesi. Selain itu, berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Maret 2015 di Puskesmas

5 III Denpasar Utara, didapatkan bahwa dari 12 kaki diabetesi yang telah dilakukan pemeriksaan NPS dengan monofilamen Semmes-Weinstein 10 g (SWM 10g), 67% mengalami NPS kategori berat dan 33% mengalami NPS kategori sedang. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui adanya pengaruh senam kaki diabetes terhadap PN sensorik pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas III Denpasar Utara. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah pengaruh senam kaki diabetes terhadap neuropati perifer sensorik pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas III Denpasar Utara? 1.3 Tujuan A. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh senam kaki diabetes terhadap neuropati perifer sensorik pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas III Denpasar Utara. B. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik pasien DM tipe 2 di Puskesmas III Denpasar Utara yang terdiri dari usia, jenis kelamin, dan lamanya menderita DM. b. Mengidentifikasi neuropati perifer sensori pretest dan posttet kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. c. Menganalisis perbedaan neuropati perifer sensorik pada kaki pasien DM tipe 2 kelompok perlakuan pretest dan posttest.

6 d. Menganalisis perbedaan neuropati perifer sensorik pada kaki pasien DM tipe 2 kelompok kontrol pretest dan posttest. e. Menganalisis perbedaan selisih skor neuropati perifer sensorik pretest-posttest pada kaki pasien DM tipe 2 kelompok perlakuan dan kontrol. 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Praktis Manfaat praktis yang dapat disumbangkan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam Keperawatan Klinik khususnya dalam penanganan NPS akibat DM. Sebagai sumber informasi bagi petugas kesehatan dalam mencegah NPS pada diabetesi baik dalam pencegahan primer bagi diabetesi tanpa neuropati maupun sekunder bagi diabetesi dengan neuropati. b. Hasil penelitian ini dapat menjadi saran bagi institusi pemberi layanan kesehatan pada umumnya dan Puskesmas III Denpasar Utara pada khususnya dalam pembuatan SOP senam kaki diabetes. 1.4.2 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang dapat disumbangkan melalui penelitian ini yaitu hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang Keperawatan Medikal Bedah khususnya dalam pencegahan diabetic foot pada pasien DM tipe 2 dalam bentuk perawatan kaki yang teratur dan terarah dengan melakukan senam kaki diabetes dengan teratur.

7 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, antara lain: 1. Nasution (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Senam Kaki Terhadap Peningkatan Sirkulasi Darah Kaki pada Pasien Diabetes Melitus di RSUP Haji Adam Malik Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experiment. Analisa data menggunakan uji paired t-test yaitu t- dependent dan t-independent. Sampel penelitian berjumlah 10 orang yang terbagi menjadi 5 orang sebagai kelompok kontrol dan 5 orang sebagai kelompok intervensi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbaikan sirkulasi darah sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki dengan nilai p=0,001 (p<0,05) dan pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol diperoleh p=0,002 (p<0,05). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat. 2. Agustianingsih (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Sirkulasi Darah Kaki pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experiment. Sampel penelitian berjumlah 28 orang yang terbagi menjadi 14 orang sebagai kelompok kontrol dan 14 orang sebagai kelompok intervensi. Analisa data menggunakan t- independent. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan signifikan pada sirkulasi darah kaki sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki pada

8 kelompok intervensi dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat. 3. Putri (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Senam Kaki Diabetik terhadap Intensitas Nyeri Neuropati Diabetik pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre-post test. Sampel penelitian berjumlah 16 orang. Analisa data menggunakan Wilcoxon Match Pairs. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan pada intensitas nyeri neuropati diabetik sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat dan rancangan penelitian. 4. Andriani (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Senam Kaki terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Puasa pada Klien Diabetes Melitus di Kelurahan Batipuh Kabupaten Tanah Datar. Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pre-post test. Sampel penelitian berjumlah 14 orang dengan teknik consecutive sampling dan analisa data menggunakan Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan perubahan signifikan pada kadar gula darah puasa sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat dan rancangan penelitian. 5. Zaenurokhim & Andi (2012) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Klien DM Tipe 2 di Wilayah Puskesmas Kedungwuni 2 Kabupaten Pekalongan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah one group pre-post test. Sampel

9 penelitian berjumlah 24 orang dengan teknik quota sampling dan analisa data menggunakan Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan tekanan gula darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat dan rancangan penelitian. 6. Harefa & Sari (2011) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Senam Kaki terhadap Sirkulasi Darah Kaki pada Pasien Diabetes Melitus di Ruang Penyakit Dalam RSU DR. Pirgandi Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experiment. Sampel penelitian berjumlah 29 orang dengan teknik purposive sampling dan analisa data menggunakan paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan aliran darah kaki sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat. 7. Priyanto (2012) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Senam Kaki terhadap Sensitivitas Kaki dan Kadar Gula Darah pada Aggregat Lansia Diabetes Melitus di Magelang. Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experiment. Sampel penelitian berjumlah 125 orang yang terbagi menjadi 62 lansia sebagai kelompok intervensi dan 63 lansia sebagai kelompok kontrol. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling dan analisa data menggunakan paired t-test dan pooled t-test. Hasil penelitian menunjukkan perbaikan signifikan kadar gula darah dan sensitivitas kaki sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki dengan masing-masing

10 variabel memiliki nilai p=0,000 (p<0,05). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat. 8. Suwandewi (2012) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Diabetic Peripheral Neuropathy pada Kaki Pasien Diabetes Melitus di Puskesmas I Denpasar Selatan. Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre-post test. Sampel penelitian berjumlah 15 orang dengan teknik nonprobability sampling dan analisa data menggunakan paired t-test. Durasi pemberian intervensi senam kaki diabetik adalah satu minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu. Hasil penelitian menunjukkan penurunan signifikan skor diabetik peripheral neuropathy sebelum dan sesudah dilakukan senam kaki dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada desain penelitian, durasi pemberian intervensi, dan sampel.