BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi besar bagi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah. Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi terbesar adalah Jawa Timur. Sekitar 96,76% penduduk Jatim atau 36,65 juta jiwa adalah pemeluk Islam. Ekonomi dan keuangan syariah yang tumbuh dan berkembang pesat dapat menjadi solusi bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat Indonesia, yang pada gilirannya dapat mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun dalam pengembangannya, sangat diperlukan sinergi dari berbagai institusi pusat maupun daerah, termasuk Bank Indonesia sebagai bank sentral (Syariah Finance, 2015). Memasuki dekade ketiga dalam dalam perkembangan industri keuangan syariah, Indonesia disebut menepati peringkat ketiga di dunia. Peringkat tersebut berdasarkan jumlah kelembagaan terbanyak dari lembaga keuangan syariah. Indonesia menempati peringkat ketiga dunia dari jumlah kelembagaan, dan total aset peringkat sembilan dunia, dengan aset sebesar USD 35,63 miliar atau pangsa pasar dunia 2,1 persen (Okezone, 2015). Sektor keuangan saat ini masih dianggap menjadi primadona karena paling diminati dan makin berkembang dalam ekonomi syariah. Jumlah global lembaga keuangan syariah, termasuk bank, asuransi serta perusahaan investasi dan pembiayaan, telah lebih dari 1.500 lembaga. Penerimaan global terus tumbuh, seolah ada persaingan antara keuangan syariah dan konvensional. Keuangan syariah memiliki berbagai manfaat. Manfaat tersebut diantaranya yakni mempunyai daya tarik yang bersifat universal. Ini merupakan penawaran lebih baik dengan cara yang lebih etis dalam melakukan bisnis. Sejak krisis keuangan global, ada 1
kekhawatiran terhadap perbankan konvensional terutama dalam melakukan bisnis dan produknya yang berisiko tinggi (ICMI, 2015). Keuangan syariah diyakini masih dapat dieksplorasi lebih maksimal untuk pembangunan infrastruktur. Konferensi ini diarahkan untuk membahas penggalian potensi bagi pemerintah dan sektor swasta dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan infrastruktur melalui sektor keuangan syariah baik itu Perbankan Syariah atau Pasar Modal Syariah (Syariah Finance, 2015). Jasa perbankan syariah di Sumatera Utara (Sumut) masih tersalur di 10 kabupaten atau kota dari 33 kabupaten/ kota di Sumut. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 5 menyatakan seluruh pihak baik regulator maupun pemerintah daerah terkait, khususnya seluruh umat islam, bertanggung jawab guna mengoptimalkan pemberdayaan sistem keuangan syariah sebagai alternatif media penggerak dan pemacu ekonomi umat. Sistem keuangan syariah telah berkembang pesat selama dua dasa warsa sejak kelahiran bank syariah pertama di tanah air, bahkan tidak hanya sebatas perbankan syariah, tetapi melingkupi juga industri keuangan non-bank syariah seperti asuransi syariah, dana pensiun syariah, perusahaan pembiayaan syariah, obligasi syariah, reksadana syariah, dan aktivitas pasar modal syariah lainnya. Di sektor perbankan, kami melihat bahwa hingga quartal I 2015 jumlah jaringan kantor perbankan syariah nasional telah tumbuh sebesar 9,28% atau dari 431 menjadi 471. Sementara itu, khusus untuk Sumatera Utara, statistik kami menunjukkan bahwa dari 33 kabupaten/ kota yang ada di Sumut, baru 10 kabupaten /kota yang telah tersalurkan layanan jasa perbankan syariah. Oleh karena itu, hal ini menjadi tanggung jawab kita semua (tidak hanya regulator ataupun pemda terkait), seluruh 2
umat islam khususnya bertanggung jawab mengoptimalkan pemberdayaan sistem keuangan syariah sebagai alternatif media penggerak dan pemacu ekonomi umat. OJK bersama dengan stakeholders keuangan syariah mendorong dilaksanakan Kampanye Nasional Aku Cinta Keuangan Syariah yang bertujuan meningkatkan kesadaran kolektif seluruh stakeholders ekonomi dan keuangan syariah untuk memahami dan mencintai produk serta aktivitas keuangan syariah guna mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah sehingga dapat berkontribusi mendorong kemajuan perekonomian, mengoptimalkan seluruh potensi ekonomi nasional dan daerah, yang tujuan akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat secara luas. Nasabah perbankan syariah saat ini sudah mencapai sekitar 18 juta rekening, jumlah entitas lembaga keuangan mikro di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia (sebagian berbentuk BMT dan koperasi jasa keuangan syariah), serta salah satu negara penerbit sukuk negara terbesar dan satu-satunya negara yang menerbitkan sukuk ritel. Untuk itu, guna mencapai keinginan menjadi leader dalam pengembangan keuangan syariah dan memanfatkan perkembangan sektor jasa keuangan syariah maka lembaga pemerintah dan lembaga non-pemerintah terkait agar bersama sama mendukung pengembangan sektor jasa keuangan syariah, mengatasi berbagai hambatan perkembangan industri ini, dan secara sinergis melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing sektor jasa keuangan syariah. Data OJK per Maret 2015, industri perbankan syariah terdiri dari 12 Bank Umum Syariah, 22 Unit Usaha Syariah yang dimiliki oleh Bank Umum Konvensional dan 163 BPRS dengan total aset sebesar Rp264,81 triliun dengan pangsa pasar 4,88%. Sementara jumlah pelaku Industri Keuangan Non Bank (IKNB) syariah 98 lembaga di luar LKM, yang terdiri atas usaha jasa takaful (asuransi syariah) yang mengelola aset senilai Rp23,80 triliun, disamping usaha pembiayaan syariah yang mengelola aset senilai Rp19,63 triliun. 3
Secara nasional pangsa pasar IKNB syariah hingga triwulan I 2015 telah mencapai 3,93% dibanding total aset IKNB, dengan porsi terbesar diperankan oleh perusahaan asuransi jiwa syariah Rp19.387 miliar dan perusahaan pembiayaan syariah Rp19.630 miliar. 375 perwakilan perusahaan IKNB selain pasar modal yang ada di Sumatera Utara dapat berperan dalam mendukung pengembangan manfaat jasa keuangan syariah bagi masyarakat Sumut (Jelas Berita, 2015). Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul Analisis Persepsi Masyarakat Tehadap Lembaga Keuangan Syariah di Kota Medan. 1.2 Perumusan Masalah Ada pun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap lembaga keuangan syariah di Kota Medan. 2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menjawab permasalahan yang ada pada rumusan masalah di atas yaitu 1. Untuk mengetahui persepsi masyakat terhadap lembaga keuangan syariah di Kota Medan. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian pasti mengharapkan penelitian mempunyai manfaat tertentu bagi dirinya sendiri khususnya dan bagi orang lain pada umumnya. Manfaat penelitian ini yaitu : Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yakni sebagai alat dan bahan pertimbangan dalam menetapkan dan menjalankan kebijakan khususnya yang 4
berkaitan dengan pengembangan Lembaga Keuangan Syariah khususnya di Kota Medan. Masyarakat Umum, yakni sebagai sumber informasi ilmiah dalam menentukan keputusan dan kegiatan terutama yang berkaitan dengan Lembaga Keuangan Syariah. 5