BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Profil Perusahaan PT. Djarum

dokumen-dokumen yang mirip
ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Dasar-dasar penyusunan dan isi kitab etika pariwara Indonesia serta peranannya. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi ini pada Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Jakarta.

ANALISIS DESKRIPTIF BENTUK-BENTUK PELANGGARAN DALAM IKLAN ROKOK DJARUM 76 VERSI "JLN" YANG TAYANG DI TELEVISI MENURUT ETIKA PARIWARA INDONESIA

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Peraturan Pemerintah Terkait Periklanan. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Telkomsel. Sumber:

Regulasi tentang Iklan & Pelanggaran Iklan. Coaching Clinic Pendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen Jakarta, 23 November 2016

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semakin tingginya tingkat persaingan perusahaan dan produk

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Penjabaran EPI Bab III.A. Butir Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi

Pasal 3 MAKSUD DAN TUJUAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA

PERSATUAN PERUSAHAAN PERIKLANAN INDONESIA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA P3I

BAB I P E N D A H U L U A N. memproduksi barang yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk dalam negeri harus bersaing dengan produk-produk dari luar

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH. Industri rokok di Indonesia tergolong sebagai industri yang memiliki peran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Iklan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada masalah krisis keuangan global. Krisis ini berlanjut terus

ETIKA PARIWARA INDONESIA. Rama kertamukti

Modul ke: ETIKA PERIKLANAN. Overview. Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Kartika, SIP, M.Ikom. Program Studi Advertising & Marketing Communication

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

BAB 1 PENDAHULUAN. Iklan merupakan salah satu kegiatan komunikasi. Iklan digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan

PR. MUSTIKA TOBACCO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti mempelajari bagaimana setiap

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI)

ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PERJALANAN WISATA INDONESIA (ASITA) MUKADIMAH

IKLAN YANG TIDAK BERETIKA

BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. Iklan secara komprehensif merupakan semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan

I. PENDAHULUAN. Industri rokok merupakan industri yang sangat besar di Indonesia,

BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

BAB I PENDAHULUAN. memasarkan produknya. Hal ini di sebabkan oleh banyaknya industri baru yang

Modul ke: ETIKA PERIKLANAN. Overview. Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Kartika, SIP, M.Ikom. Program Studi Advertising & Marketing Communication

BAB IV GAMBARAN UMUM

MODUL MANAJEMEN PERIKLANAN (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si

Aktivitas Integrated Marketing Communications Terhadap Brand Image Untuk Industri Rokok Kelas Mild

Etika Jurnalistik dan UU Pers

KASUS IKLAN CAT TEMBOK AVIAN DAN POMPA AIR SHIMIZU

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

BAB I PENDAHULUAN I.1.

KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hal ini dikerenakan pesatnya perkembangan pasar bebas. Situasi persaingan yang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, sering kita lihat banyak barang atau jasa yang diproduksi ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi yang begitu dinamis dan perkembangan dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas hidup bangsa sangat diperlukan agar bangsa Indonesia memiliki

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dengan konsumen. Sehingga memaksa perusahaan untuk selalu melakukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG P E R S DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Penjabaran EPI Bab III.A. Butir Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke:

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TERHADAP IKLAN BILLBOARD

BAB I PENDAHULUAN. suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu. 1

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan membutuhkan strategi bisnis lain. kerja sama dengan perusahaan farmasi lain di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. maupun global dan kondisi ketidakpastian memaksa perusahaan untuk mencapai

ANGGARAN DASAR ASOSIASI KONTRAKTOR KONSTRUKSI INDONESIA BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAERAH KERJA, DAN WAKTU. Pasal 1 NAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Pelaksanaan tugas jabatan notaris harus berpedoman pada kaidah hukum dan

Lingkungan Pemasaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis customer..., Ilman Fachrian Fadli, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam aktivitas sehari-hari kita sering menjumpai iklan dan berbagai macam

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 70 Tahun : 2015

Ketentuan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran terkait Haluan Dasar, Karakteristik Penyiaran, dan Prinsip Dasar Penyiaran di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan telepon seluler membutuhkan suatu jasa penyelenggara

ANGGARAN DASAR IKATAN APOTEKER INDONESIA

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah

BAB I PENDAHULUAN. tampilkan setiap harinya, baik melalui tayangan televisi dan media massa

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

ANGGARAN DASAR IKATAN JURNALIS TELEVISI INDONESIA (IJTI)

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi PT. Gudang Garam Tbk PT. Handjaya Mandala Sampoerna Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan oleh Astrid (1982:120) bahwa, Semenjak peluncuran satelit

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERTEMBAKAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

PEMBUKAAN. BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1. Pasal 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III KEBIJAKAN AKTIFITAS KEAGAMAAN PT. DJARUM TBK SEKARJATI BRANTAK JEPARA. 3.1 Profil PT. Djarum Tbk Sekarjati Brantak Jepara

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan yang sudah ada atau keluar dari suatu zona aman dalam beriklan

I. PENDAHULUAN. Persaingan yang ketat dalam dunia bisnis saat ini membuat perusahaan harus

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. dan dampaknya bagi perusahaan adalah semakin beragam pilihan jenis media

EFEKTIVITAS PROMOSI TAYANGAN IKLAN DJARUM 76 VERSI PENGEN EKSIS TERHADAP PERSEPSI PEMIRSA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Iklan merupakan salah satu bagian dari bauran promosi yang berdampak vital

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Profil Perusahaan 1.1.1 PT. Djarum Rokok kretek adalah sebuah produk yang racikannya ditemukan oleh H. Djamhari (Kebangsaan Indonesia) pada tahun 1880 di kota Kudus (Kudus kota kretek). Saat itu H. Djamhari adalah seorang perokok dan ia sering merasa sesak nafas. Saat ia menderita sesak, ia menggunakan minyak cengkeh untuk mengobati penyakitnya. Hingga suatu ketika ia mencoba meracik daun tembakau dan bunga cengkeh untuk rokoknya. Alhasil percobaannya tersebut membuahkan hasil dan rokok tersebut disebut kretek karena letupan api yang membakar cengkeh mengasilkan bunyi tek-tek-tek. (Lintasan Sejarah dan Peranan Bagi Pembangunan Bangsa dan Negara, oleh Ong Hok Ham dan Amen Budiman). Pada tahun 1905, rokok kretek diproduksi untuk dipasarkan. M. Nitisemito adalah orang yang membangun perusahaan itu dan dinamakan Bal Tiga. Terbukti pasar untuk produk ini sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan niatan M. Nitisemito yang ingin membuat lantai kamarnya dengan uang golden. Hal ini membuat pemerintahan (saat itu jajahan Belanda) tersinggung, tapi dengan diplomatis pemerintah mengungkapkan bahwa beliau dapat melanjutkan niatannya asal posisi uang golden tersebut dalam posisi berdiri. Di sini ada dua pendapat yang belum bisa dipastikan. Pendapat pertama 1

rencana itu dilanjutkan dan pendapat kedua M. Nitisemito tahu bahwa itu hanya penolakan halus pemerintah. PT. Djarum adalah sebuah perusahaan rokok di Indonesia yang bermarkas di Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Sejarah Djarum berawal pada saat Oei Wie Gwan membeli sebuah usaha kecil dalam bidang kretek bernama Djarum Gramophon pada tahun 1951 kemudian mengubah namanya menjadi Djarum. Oei mulai memasarkan kretek dengan merek "Djarum" yang ternyata sukses di pasaran. Setelah kebakaran yang hampir memusnahkan perusahaan pada tahun 1963, tak lama kemudian Oei meninggal dunia. Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya. Pada tahun 1972 Djarum mulai mengeskpor produk rokoknya ke luar negeri. Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun 1981. Saat ini Djarum dipimpin Budi Hartono danbambang Hartono, yang dua-duanya merupakan putra Oei. Gambar 1.1 Logo PT. Djarum Sumber: www.google.com 2

Ada tiga jenis rokok yang kita kenal selama ini. Rokok cerutu (terbuat dari daun tembakau dan dibungkus dengan daun tembakau pula), rokok putih (terbuat dari tembakau dan dibungkus dengan kertas sigaret, dan rokok kretek (terbuat dari tembakau ditambah daun cengkeh dan dibungkus dengan kertas sigaret). Lambang jarum yang digunakan oleh perusahaan ini adalah jarum grama phone. Pada tahun 1983 Djarum berubah menjadi perseroaan terbatas, PT. Djarum. PT. Djarum memiliki lima nilai inti, yaitu: 1. Fokus terhadap pelanggan 2. Profesionalisme 3. Organisasi yang terus belajar 4. Satu keluarga 5. Tanggung jawab sosial Perusahaan yang memiliki 76 lokasi kerja (70 di Kudus, 3 di Pati, 1 Rembang dan 2 di Jepara) ini cukup diakui masalah kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya. Hal ini dibuktikan dari perolehan Zero Accident Acknowledgement pada tahun 2002. Pada tahun 2004 di Audit External Keselamatan dan Kesehatan dengan hasil 85%. Karena hasil auditan yang memuaskan, pada tahun 2005 memperoleh Bendera Emas. Pada tahun 2007, hasil auditan meningkat menjadi 93% dan tahun 2008 memperoleh Bendera Emas kembali. Karena hal itulah masalah keselamatan dan kesehatan bukan lagi menjadi masalah bagi perusahaan ini. Selain masalah keselamatan dan kesehatan, perusahaan ini juga aktif dalam bidang koperasi. Pada tahun 1976, koperasi karyawan dibuka. Koperasi yang memiliki anggota sebanyak 51 ribuan orang ini memiliki kas hingga 75 3

ribu miliaran hingga Januari 2008 ini. Karena ketekunannyalah, koperasi ini juga memperoleh penghargaan sebagai Koperasi Teladan dari tahun 1993 sampai dengan 1996. Perusahaan ini juga memiliki kinerja yang sesuai dengan standar ISO (ISO tahun 9001-1994). Pada tahun 2001 mendapatkan penghargaan dan ISO diperbaiki menjadi ISO 9001-2000. Perusahaan ini juga memiliki program-program penghijauan. Program yang dimulai sejak tahun 1977 ini telah banyak berpengaruh untuk masyarakat sekitar. Kota Kudus yang dulu gersang, dengan adanya program ini akhirnya kota Kudus dapat hijau kembali. Tidak hanya itu, pada tahun 1980-1985, PT. Djarum membagikan bibit mangga kepada 59 desa di Kudus. Pada tahun 1995 sesuai dengan data dari Pemerintah Propinsi mencatat bahwa penghasilan warga dari penjualan mangga mencapai 2,5 miliaran. Perusahaan yang memiliki nilai ekspor hampir 16 juta dolar Amerika (tahun 2007) ini juga telah mampu mengolah limbah pabrik dengan sangat baik. Selain dunia rokok, Djarum juga dikenal aktif terlibat dalam dunia bulutangkis. Klub bulutangkisnya, PB Djarum, telah menghasilkan pemainpemain kelas dunia seperti Liem Swie King dan Alan Budikusuma. Selain itu, sejak tahun 1998 perusahaan Djarum juga telah menguasai sebagian besar saham Bank Central Asia. PT. Djarum memiliki misi to satisfy the global smoker s needs (http:/www.djarum.com/en). PT. Djarum merupakan salah satu perusahaan rokok yang sangat besar di Indonesia. Produk dari PT. Djarum adalah rokok, produk rokok yang diproduksi oleh PT. Djarum ini tidak hanya satu merek saja, akan tetapi PT. Djarum memproduksi banyak merek produknya. 4

Beberapa produk rokok Djarum yang terkenal antara lain: 1. Djarum Super 2. Djarum Coklat 3. Djarum Coklat Extra 4. L.A Lights 5. L.A Lights Menthol 6. Djarum Black 7. Djarum 76 Dalam memasarkan produknya, PT. Djarum tidak hanya memasarkan produknya di Indonesia saja, akan tetapi memasarkan produknya hingga ke luar negeri. Djarum menjadi market leader dalam hal penjualan produk rokok di Indonesia dengan produk andalannya Djarum Super. Bahkan, di Amerika Serikat, Djarum menjadi market leader dalam hal produk rokok dengan 70% penjualan. Selain itu, produk Djarum juga mendominasi di Malaysia, dengan produk yang paling banyak digemari adalah L.A. Lights Menthol, di mana produk tersebut banyak digemari anak muda (http://www.djarum.com/en). PT. Djarum sangat bangga karena produk mereka dapat diterima dengan baik di pasar internasional, PT. Djarum meyakini bahwa yang menjadi keunggulan dari produk mereka adalah keunikan rasa dan keeksotisan produknya seperti tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Para konsumen sangat senang karena alasan tersebut, oleh karena itu PT. Djarum akan selalu menjaga kualitas dari produk mereka sehingga dapat memuaskan konsumen, itulah yang menjadi tujuan dari PT. Djarum. Produk yang dipasarkan PT. Djarum untuk pasar dalam negeri dan pasar internasional berbeda. Pada pasar dalam negeri, produk yang dipasarkan adalah Djarum Super, Djarum Coklat, Djarum 76, Djarum Istimewa, L.A. Lights, L.A. Lights Menthol, Djarum Black, Djarum Black Cappuccino, dan Djarum Black Tea. 5

Produk yang dipasarkan oleh PT. Djarum di pasar luar negeri juga berbeda. Produk yang dipasarkan di luar negeri adalah Djarum Super, Djarum Black, Djarum Special, Djarum Lights, Djarum Bali Hai, Djarum Splash, Djarum Cherry, Djarum Vanilla, Djarum Menthol, L.A. Lights, L.A. Lights Menthol, dan Djarum Spice Island. 1.1.2 Gambaran Umum Etika Pariwara Indonesia (EPI) Keterangan tentang Etika Pariwara Indonesia (EPI) terkandung di dalam kitab Etika Pariwara Indonesia itu sendiri. Etika Pariwara Indonesia adalah ketentuan-ketentuan normatif yang menyangkut profesi dan usaha periklanan yang telah disepakati untuk dihormati, ditaati, dan ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga pengembannya (EPI 2007:18). Etika pariwara yang berisi sekumpulan nilai dan pola laku moralitas periklanan ini memiliki arti penting bagi mereka yang di pasar. Mereka sampai perlu berdesakan untuk membayar berbagai produk yang kebetulan pernah diiklankan di radio, televisi, koran, majalah, atau papan iklan. Padahal mereka paham bahwa pesan periklanan bukanlah perintah untuk melangkah ke kasir toko, namun seni dan strategi berniaga untuk dipilih (EPI 2007:1). Industri periklanan di Indonesia diatur dalam suatu kode etik periklanan yang dikukuhkan pada tanggal 17 September 1981. Kode etik periklanan Indonesia itu dinamakan Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia (TKTCPI). Kemudian TKTCPI disempurnakan sebanyak dua kali pada tanggal 19 Agustus 1996 dan 26 Agustus 2005. Sejak penyempurnaan yang kedua kalinya itu TKTCPI selanjutnya disepakati menjadi Etika Pariwara Indonesia (EPI). EPI merupakan ketentuan-ketentuan normatif yang menyangkut profesi dan usaha periklanan yang telah disepakati untuk 6

dihormati, ditaati, dan ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga pengembannya (DPI 2007:16). EPI menjelaskan segala hal yang menyangkut dengan dunia periklanan. Dalam EPI, periklanan didefinisikan sebagai seluruh proses yang meliputi penyiapan, perencanaan, pelaksanaan, penyampaian dan umpan balik dari pesan komunikasi pemasaran. Sedangkan iklan merupakan pesan komunikasi pemasaran tentang sesuatu produk yang disampaikan melalui sesuatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. EPI sangat penting untuk ditegakkan dan berlaku bagi segala bentuk iklan, pelaku, dan usaha periklanan yang dipublikasikan atau beroperasi di wilayah hukum Republik Indonesi. Dengan demikian, untuk dapat ditegakkan dan diberlakukan di Indonesia, EPI harus disosialisasikan kepada para pelaku periklanan. EPI sebagai kode etik periklanan di Indonesia, memiliki batasan sebagai pedoman etika yang berkaitan dengan segala materi pesan periklanan secara verbal maupun citra yang terdapat dalam suatu iklan. Sebagai pedoman etika, EPI tidak memberikan rujukan apapun berkenaan dengan materi komunikasi yang bukan merupakan muatan periklanan, antara lain seperti editorial, maupun materi komersial atau persuasif yang berada di luar ranah periklanan, misalnya kemasan produk, siaran pers, atau komunikasi pribadi yang dilakukan oleh produsen. Pedoman EPI (code of ethics) disusun dalam dua tatanan, yaitu: 1. Tata Krama (Code of Conducts) atau Etika Profesi Pada tatanan tata krama ini, kepedulian EPI semata-mata pada isi dan metode penyebarluasan pesan periklanan kepada masyarakat, yang bukan pada unsur-unsur efektivitas, estetika dan seleranya. Ketentuan-ketentuan dalam tata krama ini meliputi: 7

a. Tata Krama Isi Iklan Ketentuan isi iklan, antara lain mencakup penggunaan bahasa, adegan kekerasan, hiperbolalisasi, kesaksian konsumen (testimony), perbandingan produk, dan sebagainya. b. Tata Krama Ragam Iklan Ragam iklan, antara lain mencakup iklan minuman keras, iklan rokok dan produk tembakau, iklan obat-obatan, iklan pangan, iklan vitamin, mineral, dan suplemen, iklan kosmetika, iklan kebijakan publik (iklan layanan masyarakat), dan sebagainya. c. Tata Krama Pemeran Iklan Ketentuan pemeran iklan, antara lain mencakup pemeran anakanak, perempuan, tenaga profesional, dan sebagainya. d. Tata Krama Wahana Iklan Ketentuan wahana iklan, antara lain mencakup media cetak, media televisi, media radio, media luar-griya (out of home media), media baru (iklan media internet), layanan pesan ringkas (short message service/sms), dan sebagainya. 2. Tata Cara (Code of Practices) atau Etika Usaha Pada tatanan cara ini, EPI hanya mengatur praktek usaha para pelaku periklanan dalam memanfaatkan ruang dan waktu iklan yang adil bagi semua pihak yang saling berhubungan, dan bukan dalam kegiatan umum perniagaan antar mereka sendiri atau dengan publik. Ketentuan-ketentuan dari tata cara ini, meliputi: a. Penerapan Umum Ketentuan tata cara ini, antara lain mencakup entitas individu atau organisasi usaha periklanan, ikatan kerja antara pemesan iklan dengan pelaksana iklan, dan sebagainya. 8

b. Produksi Periklanan Ketentuan tata cara ini mencakup pengiklan, perusahaan periklanan, dan mitra usaha. c. Media Periklanan Ketentuan tata cara ini, antara lain mencakup perusahaan media, pemesan media, penempatan iklan, tarif iklan, dan sebagainya. EPI memiliki kewenangan mengikat ke luar maupun ke dalam. Ikatan ke dalam berarti mengikat orang per orang yang berkiprah dalam profesi apapun di bidang periklanan, serta semua entitas yang ada dalam industri periklanan. Sedangkan ke luar, berarti mengikat seluruh pelaku periklanan, baik sebagai profesional maupun entitas usaha terhadap interaksinya dengan masyarakat dan pamong. Masyarakat yang dimaksud adalah konsumen dari produk yang beriklan, khalayak sasaran atau umum penerima pesan periklanan dan masyarakat dalam arti yang seluas-luasnya. Sedangkan pamong yang dimaksud adalah lembaga resmi di tingkat pusat maupun daerah. Pada dasarnya EPI memiliki tiga asas umum, yaitu iklan dan pelaku periklanan harus: 1. Jujur, benar, dan bertanggung jawab. 2. Bersaing secara sehat. 3. Melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, negara, dan golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku. 9

1.1.3 PPPI PPPI yang merupakan singkatan dari Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia atau The Indonesian Association of Advertising Agencies, adalah asosiasi perusahaan-perusahaan periklanan yang bergerak di bidang komunikasi pemasaran. Asosiasi PPPI berkedudukan dan berpusat di ibukota negara, yang beralamat di Jl. Walter Mongunsidi no. 88A, Lt.2, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Asosiasi PPPI ini didirikan dan diresmikan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 1972 yang sebelumnya bernama PBRI (Persatuan Biro Reklame Indonesia). PBRI didirikan pasca kemerdekaan pada tanggal 1 September 1949. Saat itu, istilahnya masih perserikatan (Perserikatan Biro Reklame Indonesia), namun pada November 1957 istilahnya berubah menjadi persatuan. PPPI merupakan penerus dari PBRI, istilah biro reklame diganti menjadi perusahaan periklanan, karena seiring dengan perkembangan Bahasa Indonesia dan bangkitnya generasi muda periklanan. Gambar 1.2 Logo PPPI Sumber: www.pppi.or.id Seiring perjalanan dan perkembangan dunia periklanan yang maju, PPPI semakin mengukuhkan dirinya sebagai asosiasi periklanan yang disahkannya kode etik periklanan Indonesia; dan Undang-Undang no. 21 tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pers. Isi pokok dari Undangundang yang disahkan pada tanggal 20 September itu, menyatakan bahwa 10

organisasi periklanan menjadi komponen dari keluarga pers nasional. Dengan kata lain PPPI resmi menjadi anggota Dewan Pers Nasional. Perkembangan selanjutnya, seiring dengan disahkannya kode etik periklanan dan UU No. 21/1989 tersebut, PPPI mengharuskan untuk menasionalisasikan asosiasinya di Indonesia. Keputusan tersebut berdasarkan kongres PPPI pada tanggal 19-21 Desember di Bandung dan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah dan masyarakat saat itu. Sejak kongres PPPI tersebut, sesungguhnya PPPI mulai menjadi asosiasi berskala nasional, yang membina dan menyalurkan aspirasi segenap perusahaan periklanan, yang terbesar di berbagai daerah di Indonesia. Visi dari PPPI adalah menjadi asosiasi terdepan penggerak bidang ekonomi kreatif untuk mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang unggul. Sedangkan misi PPPI adalah: 1. Menumbuhkembangkan agensi lokal yang kuat dan mandiri. 2. Mewujudkan UU Periklanan dan Aturan Tata Niaga Periklanan Indonesia. 3. Memberdayakan kemampuan dan daya saing agensi daerah. 4. Menumbuhkan Creativepreneur dan SDM kreatif Indonesia. 5. Menegakkan Aturan Tata Niaga Periklanan yang sehat. 6. Menjadikan PPPI sebagai brand yang kuat dan terpercaya. 7. Menciptakan komunikasi yang harmonis antara Pengurus Pusat dan Daerah. PPPI juga memiliki fungsi dan tugas pokok. Tugas pokok dan fungsi dari PPPI adalah: 1. Mempelopori ditegakkannya swakrama antara seluruh unsur periklanan nasional, atas dasar saling memajukan dan saling menghormati, demi terciptanya periklanan yang sehat, jujur, dan bertanggung jawab. 11

2. Mendinamisasikan segala upaya untuk memajukan Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia, mapun segala etika yang terkait, baik ke dalam, maupun terhadap semua mitra kerjanya. 3. Memantapkan eksistensinya dengan menjadi asosiasi yang memberi manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh anggotanya, serta yang mengayomi, berwibawa dan dibanggakan. 4. Meningkatkan citra asosiasi dan para anggotanya, dengan senantiasa mensosialisasikan peran, fungsi dan tanggung jawab periklanan dalam perkembangan bangsa dan negara. 5. Membela kepentingan industri periklanan nasional dalam percaturan internasional. PPI berlandaskan tiga falsafah sebagai berikut: 1. Menghimpun, membina dan mengarahkan segenap potensi perusahaan periklanan, agar secara aktif, positif dan kreatif, turut serta dalam upaya mewujudkan cita-cita dengan persaingan yang sehat dan bertanggung jawab. 2. Mewujudkan kehidupan periklanan nasional yang sehat, jujur dan bertanggung jawab dengan cara menegakkan Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia secara murni dan konsisten, baik dalam lingkup internal maupun eksternal. 3. Meningkatkan keberdayaan segenap potensi periklanan yang sejajar dengan tuntutan industri komunikasi pemasaran dunia. 1.2 Latar Belakang Masalah Produk rokok di Indonesia sangatlah beragam. Berbagai produsen rokok mengeluarkan jenis rokok dengan nama dan merek yang berbeda. Kegiatan promosi yang dilakukan melalui beriklan juga kreatif. Menurut Etika Pariwara Indonesia, iklan rokok tidak diperbolehkan memperagakan atau 12

menggambarkan dalam bentuk gambar, tulisan, atau gabungan keduanya, bungkus rokok, rokok, atau orang sedang merokok, atau mengarah pada orang yang sedang merokok. Kemudian di dalam beriklan, Badan Pengawas Periklanan PPPI telah menerbitkan Etika Pariwara Indonesia (EPI) yang merupakan panduan dan pedoman bagi para biro iklan untuk menyajikan iklan yang berada di dalam batasan-batasan etika. Dalam salah satu kasus iklan rokok Djarum 76 versi Jin yang mengabulkan permintaan, ada kejadian beberapa pelanggaran etika. Iklan tersebut menampilkan adegan munculnya jin di tengah-tengah sekelompok orang dan salah mengabulkan permintaan sehingga membuat jin tersebut dipukuli dengan benda tumpul oleh orang-orang di sekitarnya. Kemudian, jin tersebut berbicara dengan bahasa daerah (bahasa Jawa) yang tidak semua masyarakat di Indonesia mengerti. Menurut Etika Pariwara Indonesia, iklan Djarum 76 versi Jin ini melanggar etika pariwara karena dalam Etika Pariwara Indonesia, iklan tidak boleh mempermainkan rasa takut maupun memanfaatkan kepercayaan seseorang terhadap hal takhayul, iklan tidak boleh langsung maupun tidak langsung menampilkan adegan kekerasan yang merangsang atau memberi kesan membenarkan terjadinya tindakan kekerasan, dan iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa dipahami oleh khalayak sasarannya, dan tidak menggunakan persandian (enkripsi) yang dapat menimbulkan penafsiran selain dari yang dimaksudkan oleh perancang pesan iklan tersebut. Adegan munculnya jin dalam iklan Djarum 76 versi Jin ini tentunya memanfaatkan kepercayaan masyarakat akan takhayul. Seolah-olah iklan ini memanfaatkan budaya masyarakat Indonesia yang percaya dengan jin dan makhluk halus. 13

Kemudian adegan kekerasan yang muncul dalam iklan Djarum 76 versi Jin juga melanggar Etika Pariwara Indonesia. Dalam adegan kekerasan ini seolah-olah menggambarkan bahwa suatu masalah itu diperbolehkan diselesaikan dengan menggunakan kekerasan. Sekelompok preman memukuli jin dalam adegan kekerasan di iklan Djarum 76 versi Jin ini. Iklan Djarum 76 versi Jin ini diakhiri dengan bahasa Jawa yang tidak semua orang mengerti dan membuat jin tersebut dipukuli oleh sekelompok orang. Ini bisa menimbulkan salah persepsi jika masyarakat yang menyaksikan iklan ini tidak mengerti bahasa Jawa. Salah persepsi ini bisa juga terjadi dikarenakan setelah jin tersebut berbicara bahasa Jawa kemudian dilanjutkan dengan adegan kekerasan yang mengakibatkan jin tersebut dikeroyok oleh sekelompok preman. Gambar 1.3 Iklan Djarum 76 Sumber: www.google.com Sejak dibuat pada tahun 2006 lalu, Etika Pariwara Indonesia memang telah disosialisasikan kepada biro-biro iklan anggota PPPI dengan cara presentasi, namun hal ini dirasa kurang. Terbukti dengan masih adanya pelanggaran yang terjadi dalam iklan rokok Djarum 76 versi Jin ini. 14

Di Indonesia memang tidak ada perundang-undangan khusus yang membahas periklanan terutama dibidang iklan produk rokok. Namun, Dewan Pers Indonesia telah menetapkan sebuah pedoman yang disebut EPI atau Etika Pariwara Indonesia. Di dalam Etika Pariwara Indonesia ini terdapat batasan, larangan dan etika-etika yang telah disetujui oleh Dewan Pers Indonesia sebelumnya dan dilaksanakan serta diawasi oleh PPPI. Selain Etika Pariwara Indonesia, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah menetapkan pada pasal 29 ayat 1 dalam Pedoman Perilaku Siaran bahwa Lembaga penyiaran wajib berpedoman pada Etika Pariwara Indonesia. Ada indikasi bahwa biro-biro iklan anggota PPPI tersebut merasa acuh tak acuh karena mereka beranggapan bahwa Etika Pariwara Indonesia adalah pagar pembatas kreatifitas mereka. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melihat sejauh mana etika beriklan khususnya dalam iklan produk rokok Djarum 76 versi Jin. 1.3 Perumusan Masalah Bedasarkan fenomena yang telah dituangkan dalam sub-bab 1.2 dan didukung dengan teori-teori serta dilengkapi dengan data dan fakta yang ada, maka dibuatlah rumusan masalah dalam penelitian ini. Adapun perumusan masalah di dalam penelitian ini, antara lain: 1. Apa yang membuat iklan Djarum 76 versi Jin ini melanggar Etika Pariwara Indonesia yang diterbitkan oleh PPPI? 2. Bagaimana tindakan PPPI terhadap iklan Djarum 76 versi Jin ini yang menurut Etika Pariwara Indonesia telah melanggar etika dalam beriklan? 3. Bagaimana kendala dari penerapan Etika Pariwara Indonesia khususnya dalam bidang iklan produk rokok di Indonesia? 15

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian harus mampu menjawab rumusan masalah di atas. Adapun tujuan dari penelitian ini, antara lain: 1. Memperdalam informasi untuk mengetahui bentuk pelanggaran etika terhadap konsep-konsep variabel penelitian, yaitu adegan yang menyangkutkan dengan takhayul, adegan kekerasan, dan juga kesalahan persepsi dalam penggunaan bahasa daerah Jawa dalam iklan rokok Djarum 76. 2. Mencari dan memperdalam informasi bagaimana tindakan PPPI terhadap iklan Djarum 76 versi Jin yang disinyalir melakukan pelanggaran terhadap Etika Pariwara Indonesia. Informasi ini akan didapat setelah mengetahui apakah ada indikasi bahwa iklan Djarum 76 ini melanggar atau tidak. 3. Mencari informasi tentang kendala penerapan Etika Pariwara Indonesia khususnya dalam bidang iklan produk rokok di Indonesia. 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Kegunaan dari penelitian ini diantaranya : 1. Kegunaan Akademis Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai tata cara berikalan yang sesuai dengan etika periklanan yang berlaku melalui penerapan ilmu dan teori yang diperoleh selama masa perkuliahan dan memahami etika dalam iklan khususnya produk rokok secara langsung. 2. Kegunaan Praktis 16

Memberikan informasi kepada PPPI mengenai pelanggaranpelanggaran yang dilakukan oleh produk rokok terkait dengan konsep variabel yang ditawarkan dan memberikan saran agar Etika Pariwara Indonesia dapat diterapkan dengan baik. 3. Kegunaan Umum Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi penelitian lanjutan atau penelitian yang sejenis. 1.6 Sistematika Penelitian Sistematika penulisan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan. 1. BAB I PENDAHULUAN Pada bab 1 berisi mengenai profil perusahaan, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Pada bab II berisi penelitian terdahulu, landasan teori, kerangka pemikiran dan ruang lingkup penelitian. 3. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III berisi mengenai jenis penelitian, variabel operasional, tahapan penelitian, jenis data, teknik analisa kualitatif, dan teknik pengumpulan data. 4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN, Pada bab IV berisi identitas narasumber, keterangan wawancara, dan data analisis dari hasil wawancara dengan narasumber. 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 17

Pada bab V berisi mengenai kesimpulan dari hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, saran yang diberikan bersifat akademis dan saran bersifat praktis. 18