HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN C DAN VITAMIN E DENGAN KADAR LDL (LOW DENSITY LIPOPROTEIN)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tenggara. RSUD Dr. Moewardi memiliki beberapa program

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian di negara dengan pendapatan rendah dan menengah

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

HUBUNGAN ASUPAN SERAT DAN VITAMIN E DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONERRAWAT JALAN DI RSUD Dr.

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

NASKAH PUBLIKASI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

HUBUNGAN ASUPAN ASAM LEMAK JENUH DAN TAK JENUH DENGAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD DR. MOEWARDI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan darah dan oksigen sesuai kebutuhan. 1 PJK masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

FAKTOR - FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) PADA USIA DEWASA DI RS HAJI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HEMAKANEN NAIR A/L VASU FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Kata kunci : Pola konsumsi ikan, oily fish, non oily fish, kadar kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

Jl.Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk Jakarta Barat

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (Studi Pada Pasien Klinik Penyakit Dalam RSUD dr. Soekardjo) Tahun 2016

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di RSI SITI Khadijah Palembang

BAB I PENDAHULUAN. jantung dimana otot jantung kekurangan suplai darah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008 prevalensi penyebab kematian tertinggi terjadi pada akut miokard infark (AMI)

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

THE RELATION OF OBESITY WITH LDL AND HDL LEVEL AT PRECLINIC STUDENT OF MEDICAL FACULTY LAMPUNG UNIVERSITY 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi. Disusun Oleh : KIKI MEIYANA J

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI KARBOHIDRAT DAN KOLESTEROL TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN.

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK DAN KARBOHIDRAT DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II RAWAT JALAN DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

HUBUNGAN ASUPAN ASAM LEMAK JENUH, TAK JENUH DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD DR

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT JALAN POLIKLINIK PENYAKIT SYARAF RSUD

B A B I P E N D A H U L U A N

AKTIVITAS FISIK DAN RASIO KOLESTEROL (HDL) PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLIKLINIK JANTUNG RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

ASUPAN ENERGI, ASAM LEMAK TAK JENUH GANDA, KOLESTEROL DAN IMT DENGAN KADAR KOLESTEROL DARAH PADA PASIEN JANTUNG KORONER RAWAT JALAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

Transkripsi:

HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN C DAN VITAMIN E DENGAN KADAR LDL (LOW DENSITY LIPOPROTEIN) PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD DR. MOEWARDI NASKAH PUBLIKASI Oleh : NISYA AYU RACHMAWATI J 310 110 084 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Judul Penelitian Nama Mahasiswa : Hubungan Asupan Vitamin C dan Vitamin E dengan Kadar LDL Pada Penderita Penyakit Jantung Koroner Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi : Nisya Ayu Rachmawati Nomor Induk Mahasiswa : J 310 110 084 Telah disetujui oleh Pembimbing Skripsi Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 19 Desember 2015 dan layak untuk dipublikasikan Menyetujui, Surakarta, 19 Desember 2015 Pembimbing I Pembimbing II Dwi Sarbini, SST.,M.Kes NIK. 747 Rusjiyanto,S.KM.,M.Si NIK.196702171989021002 Mengetahui, Ketua Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Setyaningrum Rahmawaty, A., M.Kes., Ph.D NIK/NIDN. 744/06-2312-7301 2

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN C DAN VITAMIN E DENGAN KADAR LDL (LOW DENSITY LIPPOPROTEIN) PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD DR. MOEWARDI Nisya Ayu Rachmawati (J310110084) Pembimbing : Dwi Sarbini, SST., M.Kes, Rusjiyanto, SKM.,M.Si Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102 Email : nisya.rachmawati@gmail.com ABSTRACT CORRELATION BETWEEN VITAMIN C AND VITAMIN E INTAKES AND LEVEL OF LOW DENSITY LIPPOPROTEIN IN CORONARY HEART DISEASE OUTPATIENTS AT Dr.MOEWARDI HOSPITAL. Coronary heart disease ( CHD ) is one of cardiovascular disease caused by constriction of the coronary blood vessels, especially caused by atherosclerosis plaque. High fat diets could increase the LDL that can lead to the atherosclerosis. Vitamin C and vitamin E are sources of antioxidant that can prevent lipid oxidation in plaques. To determine the correlation between intakes of vitamin C and vitamin E andlevel of low density lippoproteinin coronary heart disease outpatients atdr.moewardi Hospital. This study was an observational research with cross-sectional design. The subjects were 30 patients with CHD aged 30 65 years. Consecutive sampling was used in this study. Data on vitamin C and vitamin E intakes were obtained through Semi Quantitative Food Frequency Quesionnare (SQFFQ) method. Data on level of LDL were obtained from medical record at Dr. Moewardi hospital. The data were analyzed used Pearson Product Moment Tests. Study showed that the average of vitamin C intake was110.803 ± 64.93 mg and 83.3% of respondents were considered to be sufficient. The average of vitamin E intake was 9.5910 ± 6.0375 mg and 100% of respondents were considered to be lack of consumption. The average of LDL level was 116.80 ± 42.266 mg/dl and 66.73% of respondents were considered to be sufficient. There was no correlation between vitamin C and vitamin Eintakesandlevel oflow density lippoproteinin coronary heart disease outpatients atdr.moewardi Hospital (p value : 0,110 & 0,506 respectruely) ABSTRAK Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh plak aterosklerosis. Kebiasaan mengkonsumsi lemak yang tinggi dapat meningkatkan kadar LDL yang mengakibatkan terjadinya aterosklerosis. Vitamin C dan vitamin E merupakan sumber antioksidan dapat mencegah oksidasi lipid pada plak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan vitamin C dan vitamin E dengan kadar LDL pada penderita penyakit jantung 1

koroner. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah 30 responden penderita pjk yang berusia 30-65 tahun. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Data asupan vitamin C dan vitamin E diperoleh melalui tehnik Semi Quantitatif Food Frequency Quesionnare (SSQFFQ). Data kadar LDL diperoleh dari catatan rekam medik RSUD Dr. Moewardi. Variabel diuji menggunakan uji hubungan Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata asupan vitamin C adalah 110.803 ± 64.93 mg dan termasuk kategori cukup sebanyak 83.3%. Rata-rata asupan vitamin E adalah 9.5910 ± 6.50375 mg dan termasuk kategori kurang sebanyak 100%. Rata-rata kadar LDL adalah 116.80 ± 42.266 mg/dl dan termasuk kategori cukup sebanyak 66.7%. Tidak ada hubungan antara asupan vitamin C dan vitamin E dengan kadar LDL pada penderita penyakit jantung koroner di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr.Moewardi (p value: 0,110 & 0,506) PENDAHULUAN Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh plak aterosklerosis ataupun spasme. PJK merupakan problem kesehatan utama yang sangat menakutkan di banyak negara terutama di negara berkembang termasuk di Indonesia (Majid, 2007). Proses PJK didahului oleh proses arterosklerosis, berawal dari penumpukan kolesterol terutama Low Density Lipoprotein (LDL) di dinding arteri (Kusmana, 2007).Aterosklerosis adalah proses inflamasi kronis yang dapat menyebabkan terjadinya angina pektoris, infark miokarddan infark cerebral (Okada, 2007).Hal tersebut mengakibatkan pembuluh darah koroner menyempit, sehingga pasokan oksigen dan darah berkurang yang menyebabkan kinerja jantung terganggu dan menimbulkan nyeri dada. Arterosklerosis sangat dipengaruhi kadar kolesterol tinggi khususnya LDL, merokok, tekanan darah tinggi, diabetes melitus, obesitas dan kurang aktivitas fisik(maulana, 2007). Menurut WHO (2005) angka kematian di Indonesia tersebut serupa dengan di Amerika Serikat tahun 2004, kematian akibat penyakit jantung sebesar 27% atau sekitar 650.000 orang dan 75% dari jumlah tersebut karena penyakit jantung koroner (PJK). Prevalensi jantung koroner berdasarkan wawancara dokter di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 0,5% dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5% (Riskesdas, 2013). Dari total 1.409.857 kasus yang dilaporkan sebesar 62,43% (880.193 kasus) adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2010, yaitu sebesar 61,65% (874.668 kasus) (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah). Di Jawa Tengah, pada tahun 2011 jumlah kasus Penyakit jantung koroner mengalami kenaikan dari total 1.409.857 kasus yang dilaporkan sebesar 62,43% (880.193 kasus) dibandingkan tahun 2010, yaitu sebesar 61,65% (874.668 kasus) (Dinkes Propinsi Jateng, 2012). Peningkatan prevalensi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain asupan lemak yang tinggi dan kurangnya tubuh dalam melakukan aktivitas fisik (Soeharto, 2004). Kadar kolesterol LDL paling signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung. Asupan lemak yang tinggi meningkatkan kadar kolesterol LDL dengan cara menekan regulasi reseptor LDL di hati. Penurunan kolesterol LDL selain dengan mengkonsumsi obat, juga dapat dilakukan dengan perubahan pola hidup yang sehat dan diet. Diet 2

merupakan cara yang efektif untuk menurunkan kadar kolesterol LDL.Pemberian terapi dengan pravastatin juga dapat menurunkan rata-rata kadar LDL kolesterol sebesar 32 %. Pasien yang mendapatkan pengobatan dengan pravastatin terhindar dari kejadian PJK sebesar 24 % dibandingkan dengan kelompok placebo (Frank, 1996).Selain itu juga studi yang dilakukan para ahli menyebutkan bahwa asam lemak omega- 3 dapat menurunkan kolesterol LDL, mengurangi kadar trigliserid dan meningkatkan kolesterol HDL.Beberapa vitamin diduga mempunyai efek protektif terhadap aterosklerosis, salah satunya adalah vitamin C dan E sebagai antioksidan guna mencegah oksidasi lipid pada plak (Collins, 2002). Vitamin C merupakan komponen penting dalam pemecahan kolesterol. Vitamin C sebagai antioksidan yang larut dalam air dapat mencegah terjadinya oksidasi. Vitamin C sebagai antioksidan berfungsi menangkap radikal peroksil sehingga dapat melindungi LDL dari kerusakan oksidatif. Konsentrasi vitamin C yang tinggi dalam darah akan menurunkan kadar LDL (Silalahi, 2006).Vitamin C merupakan vitamin larut dalam air, secara tunggal dapat menghambat proses oksidasi LDL (Sulistyowati, 2006).Vitamin E adalah antioksidan yang berperan mencegah terjadinya oksidasi LDL. Vitamin E berperan mampu mencegah aterosklerosis melalui penghambatan LDL. Antioksidan bersifat mengurangi aterosklerosis dengan cara menghambat metabolisme LDL dalam lesi aterosklerosis sekunder untuk mencegah oksidasi LDL pada lesi aterosklerotis. Vitamin E dapat mencegah serangan jantung, penyumbatan pembuluh darah perifer dan stroke juga menghambat oksidasi kolesterol LDL (Silalahi, 2006). Berdasarkan survei data pendahuluan di Rumah Sakit Dr. Moewardi diperoleh hasil bahwa yaitu pada bulan Juni Agustus 2015 pasien yang berkunjung ke rumahsakit dengan kasus penyakit jantung koroner sebanyak 1110 pasien. Pada bulan Juni 2015 jumlah pasien yang berkunjung 1,42% dan bulan Juli 1,8%. Peningkatan prevalensi terjadi pada bulan Agustus sebesar 1.9% (Rekam Medik, 2015). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin mengetahui hubungan antara asupan vitamin C dan vitamin E dengan kadar LDL pada pasien penyakit jantung koroner di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional dengan tujuan untuk mengetahui hubungan asupan vitamin C dan vitamin E dengan kadar kolesterol LDL pada penderita penyakit jantung koroner di instalasi rawat jalan RSUD Dr. Moewardi. Penelitian ini dilaksanakan di Poli JantungRawat Jalan RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Agustus - September 2015. responden pada penelitian ini sebanyak 30 responden. Teknik sampel yang digunakan adalah consecutive sampling, semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro, 2002). Data primer merupakan data yang diperoleh dari pasien secara langsung yang meliputi tingkat asupan seperti asupan vitamin C dan asupan vitamin E yang dilakukan dengan Semi Quantitatif food Frequency Quesionnare (SQFFQ). Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari rekam medik. Analisis bivariat untuk uji kenormalan data pada penelitian ini ialah Kolmogorov Smirnov.Data berdistribusi normal maka menggunakan uji parametrik yaitu uji Correlation Pearson Product Moment. HASIL DAN PEMBAHASAN Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi (RSDM) adalah rumah sakit milik Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Tengah yang terletak di daerah Surakarta dan merupakan Rumah Sakit Tipe A. RSDM juga menjadi rumah sakit 3

pendidikan (teaching hospital) bagi calon dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Program Pendidikan Dokter Spesialis. Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini merupakan pasien penyakit jantung koroner yang melakukan rawat jalan di poli jantung RSDM. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, riwayat keluarga, kebiasaan merokok, aktifitas fisik, dan status gizi. 1. Jenis Kelamin Distribusi responden menurut jenis kelamin yang di dapatkan dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki 24 80 Perempuan 6 20 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa jumlah responden sebagian besar dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 80%. Hasil tersebut sesuai dengan penyataan Soeharto (2000) bahwa laki-laki lebih sering terkena penyakit jantung dibandingkan perempuan.perempuan lebih terlindungi dari PJK karena adanya hormon estrogen yang dapat menurunkan terjadinya aterosklerosis. 2. Usia Usia pada penelitian ini dikategorikan menjadi 30-45 tahun, 46-55 tahun dan 56-65 tahun. Rata-rata usia responden pada penelitian ini adalah 57,83 ± 6,069 tahun dengan nilai minimum 43 tahun dan nilai maksimum 65 tahun. Distribusi responden menurut usia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Usia Usia (tahun) 30-45 1 3,3 46-55 8 26,7 56-65 21 70,0 Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar responden terdiri dari usia antara 56-65 tahun sebanyak 70,0%. Semakin bertambahnya usia, risiko terkena PJK semakin tinggi, yang pada umumnya dimulai dari usia 40 tahun ke atas. Usia tersebut secara alamiah akan terjadi penurunan kemampuan kerja jantung (Karyadi, 2006). 3. Pendidikan Pendidikan responden pada penelitian ini dikategorikan menjadi pendidikan dasar dan pendidikan lanjut. Pendidikan dasar yang terdiri dari pendidikan tingkat SD dan SMP. Pendidikan lanjut terdiri dari pendidikan tingkat SMA dan PT. Distribusi responden menurut pendidikan yang di dapatkan dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Pendidikan Responden Pendidikan Dasar SD 4 13,3 SMP 7 23,3 Pendidikan Lanjut SMA 10 33,3 PT 9 30,0,0 Tingkat pendidikan berdasarkan Tabel 3 dikelompokkan menjadi empat yaitu SD, SMP, SMA, PT. Presentase tingkat pendidikan responden terbanyak yaitu pendidikan lanjut sebanyak 63,3% 4

dan responden dengan tingkat pendidikan dasar sebanyak 36,6%. Menurut Rahmawati dkk (2009) bahwa tingkat pendidikan bukan faktor utama yang menentukan kemampuan seseorang dalam menyusun dan menyiapkan makanan yang bergizi, namun faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam menyerap pengetahuan gizi yang diperoleh. 4. Riwayat Keluarga Riwayat keluarga pada penelitian dikategorikan menjadi ada dan tidak ada keturunan PJK. Distribusi responden menurut riwayat keluarga dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Riwayat Keluarga Riwayat Keluarga Ada Keturunan PJK Tidak Ada Keturunan PJK 4 13,3 26 86,7 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak memilki riwayat keluarga (genetik) yaitu sebanyak 86,7%. Menurut Bustan (2000) bahwa riwayat penyakit jantung di dalam keluarga pada usia dibawah 55 tahun, merupakan salah satu faktor risiko yang perlu dipertimbangkan. Anak yang orang tuanya menderita penyakit jantung koroner mempunyai kemungkinan lebih besar untuk terkena penyakit tersebut. 5. Kebiasaan Merokok Kebiasaan merokok pada penelitian dikategorikan menjadi merokok dan tidak merokok. Distribusi responden menurut kebiasaan merokok dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Status Merokok Status Merokok Merokok 14 46,7 Tidak Merokok 16 53,3 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang tidak memilki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 53,3%. Menurut Supriono (2008) kebiasaan merokok berisiko untuk terjadinya PJK pada usia >45 tahun sebesar 2,4 kali dibandingkan dengan yang tidak memilki kebiasaan merokok. 6. Aktifitas Fisik Aktivitas Fisik pada penelitian ini dikategorikan menjadi ringan dan berat. Distribusi responden menurut aktivitas fisik dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Distribusi Responden menurut Aktivitas Fisik Aktivitas Fisik Sedang 7 23,3 Ringan 23 76,7 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan aktivitas fisik dengan katagori ringan yaitu sebanyak 76,7%. Menurut Galgali dkk (2008) bahwa aktivitas fisik yang rendah dapat meningkatkan angka mortalitas dari penyakit kardiovaskuler sampai dua kali lipat. 7. Status Gizi Status Gizi pada penelitian ini dikategorikan menjadi kurang, normal dan lebih. Distribusi responden menurut status gizi dapat dilihat pada Tabel 7. 5

Tabel 7 Distribusi Responden menurut Status Gizi Status Gizi Normal 15 50 Lebih 15 50 Berdasarkan Tabel 7 menunjukan bahwa status gizi responden dengan kategori normal dan lebih memilki hasil yang sama yaitu sebanyak 50% dan responden dengan status gizi kurang tidak ada. Status gizi lebih memaksa jantung bekerja lebih keras. Adanya beban ekstra bagi jantung ditambah adanya kecenderungan terjadinya pengerasan pembuluh arteri koroner karena konsumsi lemak berlebih cenderung mendorong kegagalan jantung (Soeharto, 2004). Analisis Univariat 1. Distribusi Responden Menurut Asupan Vitamin C Hasil recall asupan vitamin C responden pada penelitian ini tergolong kurang dan cukup. Ratarata asupan vitamin C pada penelitian ini adalah 110,803 ± 64.93 mg dengan nilai minimum 22,8 mg dan nilai maksimum 269,1 mg. Distribusi responden menurut asupan vitamin C dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Distribusi Responden Menurut Asupan Vitamin C Asupan Vitamin C Kurang 5 16,7 Cukup 25 83,3 Berdasarkan Tabel 8 menunjukan bahwa sebagian besar responden memilki asupan vitamin C yang cukup sebanyak 83,3%. Menurut Grober (2012) bahwa asupan vitamin C bagi penderita penyakit jantung koroner dinyatakan kurang jika <50 mg/hari, cukup jika 50-300 mg/hri dan dinyatakan lebih jika >300 mg/hari. 2. Distribusi Responden Menurut Asupan Vitamin E Hasil recall asupan vitamin E responden pada penelitian ini tergolong kurang. Rata-rata asupan vitamin E pada penelitian ini adalah 9,5910 ± 6.50375 mg dengan nilai minimum 1,80 mg dan nilai maksimum 27,91 mg. Distribusi responden menurut asupan vitamin E dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi Responden Menurut Asupan Vitamin E Asupan Vitamin E Kurang 30 100 Berdasarkan Tabel 9 menunjukan bahwa sebagian besar responden memilki asupan vitamin E yang kurang sebanyak 100%. Menurut Grober (2012) bahwa asupan vitamin E bagi penderita penyakit jantung koroner dinyatakan kurang jika <130 mg/hari, cukup jika 130-670 mg/hari dan dinyatakan lebih jika >670 mg/hari.vitamin E banyak terdapat dalam bahan makanan, seperti minyak tumbuhtumbuhan, terutama minyak kelapa, kecambah, gandumdan biji-bijian (Almatsier, 2001). 3. Distribusi Responden Menurut Kadar LDL Kadar LDL pada penelitian ini dikategorikan menjadi normal, sedang dan tinggi. Rata-rata kadar LDL pada penelitian ini adalah 116.80 ± 42.266 mg/dl dengan nilai minimum 38 mg/dl dan nilai maksimum 206 mg/dl.distribusi responden menurut kadar LDL dapat dilihat pada Tabel 10. 6

Tabel 10 Distribusi Responden Menurut Kadar LDL Kadar LDL Normal 20 66,7 Sedang 5 16,7 Tinggi 5 16,7 Berdasarkan Tabel 10 menunjukan bahwa sebagian besar responden memilki kadar LDL normal sebanyak 66,7%. Menurut Anwar (2004) bahwa kategori kadar LDL dinyatakan nomal jika <130 mg/dl, sedang 130-159 mg/dl dan dinyatakan tinggi jika >160mg/dl. Analisis Bivariat 1. Hubungan Asupan Vitamin C dengan Kadar LDL Distribusi Kadar LDL Berdasarkan Asupan Vitamin C dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Distribusi Kadar LDL Berdasarkan Asupan Vitamin C * UAsupan Kadar LDL * Normal Sedang Tinggi Total Vitamin C U N % N % n % N % Kurang 4 j 80 0 0 1 20 5 100 * Cukup 16 64 5 20 4 16 25 100 Uji Pearson Product Moment P value 0,110* Berdasarkan Tabel 11. menunjukan bahwa 5 responden yang asupan vitamin C kurang sebagian besar memiliki kadar LDL normal (80%) dan 25 reponden yang asupan vitamin C cukup sebagian besar memiliki kadar LDL normal (64%). Hasil analisis statistik uji hubungan dengan menggunakan uji Pearson Product Moment pada uji hubungan asupan vitamin C dengan kadar LDL adalah nilai p = 0.110. Berdasarkan data hasil uji diatas dapat diketahui bahwa nilai p value 0.05, maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara asupan vitamin C dengan kadar LDL. Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan penelitian Muzakar (2008) yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara vitamin C dan E dengan kadar LDL (p<α). Pada hasil ini responden dengan mengkonsumsi vitamin C yang cukup sebagian besar memiliki kadar LDL normal, hal ini dikarenakan adanya pengaruh obat penurun kadar LDL yang dikonsumsi responden. Efek obat statin yang menguntungkan adalah meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan kadar LDL, trigliserida sehingga dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner (Garnadi, 2012). 7

2. Hubungan Asupan Vitamin E dengan Kadar LDL Distribusi Kadar LDL Berdasarkan Asupan Vitamin E dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Distribusi Kadar LDL Berdasarkan Asupan Vitamin E Asupan Kadar LDL P Normal Sedang Tinggi Total Vitamin E value N % N % n % n % Kurang 20 66.7 5 16.7 5 16.7 30 100 0,506* *Uji Pearson Product Moment Berdasarkan Tabel 12 menunjukan bahwa 30 responden dengan asupan vitamin E kurang sebagian besar memiliki kadar LDL normal (66.7%). Hasil analisis statistik uji hubungan dengan menggunakan uji Pearson Product Moment pada uji hubungan asupan vitamin E dengan kadar LDL adalah nilai p = 0.506. Berdasarkan data hasil uji diatas dapat diketahui bahwa nilai p value 0.05, maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara asupan vitamin E dengan kadar LDL. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kurniasari (2015) yang menyatakan tidak ada hubungan antara asupan vitamin E dengan kadar HDL pada pasien PJK di RSUD Dr. Moewardi. Pada hasil ini responden dengan mengkonsumsi vitamin E kurang sebagian besar memiliki kadar LDL normal, hal ini dikarenakan adanya pengaruh obat penurun kadar LDL yang dikonsumsi responden dan responden cenderung mengkonsumsi sayuran dan buahbuahan yang tinggi vitamin C daripada mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung vitamin E. KESIMPULAN 1. Tidak ada hubungan asupan vitamin C dengan kadar LDL pada penderita penyakit jantung koroner (p = 0.110). 2. Tidak ada hubungan asupan vitamin E dengan kadar LDL pada penderita penyakit jantung koroner (p = 0.506). SARAN Perlu adanya penelitian lebih lanjut pada responden yang tidak menggunakan obat penurun kadar kolesterol jenis statin yang berdampak menurunkan kadar LDL. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar llmu Gizi. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama Anwar, Bahri T. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. USU, Medan Bustan, N.M., 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. PT. Rineka Cipta, Jakarta Collins R, Jane A, Sarah P,Peter S, Richard P, Heart Protection Study Collaborative Group MRC/BHF, Heart Protection study of antioxidant vitamin suplementation in 20,536 high-risk individuals, A Randomised Placebocontrolled Trial, Lancet 2002, 360: 23-33 Dinkes Jateng. 2012. Profil Kesehatan Jawa Tengah.Semarang : Depkes Jateng Frank M. Sacks, M.D; Marc A Pfeffer, M.D,PhD, Lemuel A Moye, M.D, PhD, Group, The effect of pravastatin on coronary events after myocardinal infarction in 8

patiens with average choleterol levels, The New England-Journal of Medicine, Massachuetts Medical Society, Oktober 3, 1996, 1001-1009 Galgali G., Norton R., Campbell A.J. 2008. Physical inacivity in new zealanders aged 60 years and older. N. Z. Med. J Gröber, U., 2012, Mikro-nutrien Penyelarasan Metabolik, Pencegahan dan Terapi, diterjemahkan oleh Hadinata, A.H. dan Aini, N., Penerbit bukukedokteran EGC, Jakarta Garnadi, Y. 2012. Hidup Nyaman dengan Hiperkolesterol. Jakarta: PT Agro Media Pustaka Karyadi, E. 2006. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner. Jakarta: PT.Intisari Mediatama. Kurniasari. Lutfiana Dewi. 2015. Hubungan Asupan Vitamin E dan Kadar Koletserol dengan Kadar High Density Lipprotein (HDL) Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi. Skripsi. Faklutas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Krisnansari, D., Kaartasurya, M., Rahfiludin M. 2011. Suplementasi Vitamin E dan Profil Lipid Penderita Dislipidemia: Studi pada Pegawai Rumah Sakit Profesor Dokter Margono Soekarjo Purwokerto. Artikel: Media Medika Indonesiana. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah Majid, Abdul. 2007. Penyakit jantung koroner: patofisiologi, pencegahan, dan pengobatan terkini. e-usu repository Universitas Sumatera Utara, Hal 1-54 Maulana, M. 2008. Penyakit Jantung : Pengertian, Penanganan,dan Pengobatan.Yogyakarta : Penerbit KataHati Muzakar, 2008. Hubungan Asupan Vitamin B3 (Niasin), C, E Dan Serat Terhadap Dislipidemia Pada Penyakit Jantung Koroner Di Rs Dr. Mohammad Hoesin Palembang, tesis Program pasca sarjana Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada) Okada, T., Hara, M., E. Saitou, F. Iwata, dan K. Harada. 2007. Waist-to-height ratio is the best predictor of cardiovaskular disease risk factor on Japanese children. J. Atheroscler. Thromb. 9 (3):127-132. Rahmawati, Ayu Candra., Zulaekah, Siti., dan Rahmawaty, Setyaningrum. (2009).Aktivitas Fisik dan Rasio Kolesterol (HDL) pada Penderita Penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung RSUD Dr Moewardi Surakarta. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol 2.1. No.1 Juni 2009 Hal 11-18. [RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2012. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia Silalahi J. 2006. Antioksidan dalam Diet dan Karsinogenesis. Cermin Dunia Kedokteran. 153: 42-47. Soeharto, I 2004. Serangan Jantung dan Stoke Hubungan dengan Lemak dan Kolesterol. Gramedia Utama Pustaka Edisi ke II, Jakarta Soeharto, I. 2001. Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta : PTGramedia Pustaka Utama; 9

Sulistyowati, Y., (2006), Pengaruh Pemberian Likopen Terhadap Status Antioksidan (Vitamin C, Vitamin E dan Gluthathion Peroksidase)Tikus (Rattus norvegicus galur Sprague Dawley) Hiperkolesterolemik, Tesis, Program Studi Magister Ilmu Biomedik Universitas Diponegoro Supriyono, Mamat 2008, Faktor-faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia 45 Tahun (Studi Kasus di RSUP Dr. Kariadi dan RS Telogorejo Semarang 10