BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 72 jam perawatan pada pasien rawat inap. Pada suatu rumah sakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

BAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat untuk melindungi bayi sebelum, selama dan sesudah

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, rumah

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial terjadi di seluruh negara di dunia, salah satunya adalah Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. termasuk di dalamnya Co Ass ( mahasiswa program pendidikan profesi dokter

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terdapat pada pasien selama berada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

BAB I PENDAHULUAN. sakit. Infeksi nosokomial/hospital acquired infection (HAI) adalah infeksi

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB I PENDAHULUAN. kualitas mutu pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial atau yang sekarang dikenal dengan Healthcare Associated

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB I PENDAHULUAN. kadang-kadang mengakibatkan kematian pada pasien dan kerugian keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pasien lain dan dari lingkungan yang tercemar kepada pasien. Hand hygiene

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PERAWAT DENGAN KEPATUHAN PENERAPAN PROSEDUR TETAP PEMASANGAN INFUS DI RUANG RAWAT INAP RSDM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut seorang pasien bisa mendapatkan berbagai penyakit lain. infeksi nosokomial (Darmadi, 2008, hlm.2).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maka pada tahun 1976 Join Commission on Acreditation of Health Care

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

I. PENDAHULUAN. Air susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupan, hal

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah setiap tahunnya (Mores et al., 2014). Infeksi nosokomial adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya infeksi silang atau infeksi nosokomial. penting di seluruh dunia dan angka kejadiannya terus

BAB I PENDAHULUAN. kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perhatian terhadap infeksi daerah luka operasi di sejumlah rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Infeksi yang terjadi dirumah sakit salah

I. PENDAHULUAN. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri. Staphylococcus aureus yang mengalami kekebalan terhadap antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pekerjaan dalam rumah sakit di Indonesia, dikategorikan memiliki

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan semakin meningkat. Istilah infeksi nosokomial diperluas

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai. dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Morgan, 2003). Bakteriuria asimtomatik di definisikan sebagai kultur

Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, penggunaan. lensa kontak sebagai pengganti kacamata semakin meningkat.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2, Oktober 2012 ISSN

BAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (WHO, 2005). Infeksi nosokomial itu sendiri dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh seseorang selama di rumah sakit (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat di rumah sakit ketika seorang pasien di rawat inap.pada suatu rumah sakit yang memiliki ICU, angka infeksi nosokomialnya lebih tinggi dibanding yang tidak memiliki ICU.Kejadian infeksi nosokomial juga lebih tinggi di rumah sakit pendidikan oleh karena lebih banyak dilakukan tindakan pemeriksaan (diagnostik) dan pengobatan yang bersifat invasif (Zulkarnain, 2009). Penularan dapat terjadi melalui cara silang (cross infection) dari satu pasien kepada pasien lainnya atau infeksi diri sendiri dimana kuman sudah ada pada pasien, kemudian melalui suatu migrasi pindah tempat dan di tempat yang baru menyebabkan infeksi (self infection atau auto infection).tidak hanya pasien rawat inap yang dapat tertular, tetapi juga seluruh personal rumah sakit yang berhubungan dengan pasien, juga penunggu dan

2 pengunjung pasien. Infeksi ini dapat terbawa ke tengah keluarga masingmasing(zulkarnain, 2009). Infeksi rumah sakit sering terjadi pada pasien beresiko tinggi yaitu pasien dengan karakteristik usia tua, berbaring lama, penggunaaan obat immunosupressan dan steroid, daya tahan tubuh yang menurun pada pasien luka berat, pada pasien yang dilakukan prosedur diagnostik invasif, infus lama atau pemasangan kateter urin yang lama dan infeksi nosokomial pada luka operasi. Sebagai sumber penularan dan cara penularan terutama melalui tangan, jarum suntik, kateter intravena, kateter urin, kain kasa/verban, cara keliru dalam menangani luka, peralatan operasi yang terkontaminasi, dan lainlain (Zulkarnain, 2009). Tabel 1.Angka Infeksi Nosokomial Menurut Pelayanan 1986-1990 Pelayanan Infeksi per 100 orang yang dipulangkan infeksi per 1000 patient day Penyakit Dalam 3,5 5,7 Onkologi 5,1 8,1 Unit Luka Bakar 14,9 11,9 Operasi Jantung 9,8 9,8 Ortopedi 3,9 5,8 Mata 0,0 0,0 Kebidanan 0,9 5,0 Anak (umum) 0,4 0,9 Kamar bersalin risiko tinggi 14,0 9,9 Kamar bersalin bayi sehat 0,4 1,1 Kuman penyebab infeksi nosokomial yang tersering adalah proteus, E.coli,S.aureus dan pseudomonas. Selain itu terdapat juga peningkatan infeksi

3 nosokomial oleh kuman enterocococus faecalis (Streptococcus faecalis) (Zulkarnain, 2009). Presentase infeksi nosokomial di rumah sakit dunia mencapai 9% (variasi 3 21%) atau lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia mendapatkan infeksi nosokomial. Suatu penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan Pasifik menunjukkan adanya infeksi nosokomial dan untuk Asia Tenggara sebanyak 10,0% (WHO dalam Nih, 2011). Infeksi ini menempati posisi keempat penyebab kematian di Amerika Serikat dan terdapat 20.000 kematian tiap tahunnya akibat infeksi nosokomial ini. Kejadian infeksi nosokomial di Malaysia sebesar 12,7 % (Marwoto dalam Nih, 2011). RS. Rasul Akram di Iran melaporkan sebesar 14, 2 % pasiennya menderita infeksi nosokomial di bagian pediatrik dengan usia di bawah 2 tahun berisiko mengalami infeksi nosokomial (Masoumi, 2009). Penelitian yang dilakukan di 18 rumah sakit di Swiss menyebutkan bahwa prevalensi infeksi nosokomial sebesar 10, 1 % dengan kejadian terbanyak pada ruang ICU sebesar 29, 7 % (Hugo dalam Nih, 2011). Data infeksi nosokomial di Indonesia sendiri dapat dilihat dari data surveilans yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1987 di10 RSU Pendidikan, diperoleh angka infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu

4 sebesar 6-16 %dengan rata-rata 9,8 %. Penelitian yang pernah dilakukan di 11 rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 % pasien rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat (Balaguris dalam Nih, 2011). Dilaporkan dari salah satu rumah sakit di Yogyakarta yakni RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, angka kejadian infeksi nosokomial tahun 2005 di rumah sakit ini sebesar 7,95 % (Agus dalam Nih, 2011). Data dari RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar menyebutkan bahwa kejadian infeksi nosokomial pada trimester III tahun 2009 sebesar 4,4 %. Untuk jenis infeksi nosokomial yang terbanyak diderita adalah jenis Plebitis sebesar 5,20 % pada bulan Januari-Juni di tahun 2009. Dari hasil studi deskriptif Suwarni, A. di semua rumah sakit di Yogyakarta tahun 1999 menunjukkan bahwa proporsi kejadian infeksi nosokomial berkisar antara 0,0% hingga 12,06%, dengan rata-rata keseluruhan 4,26%. Untuk rerata lama perawatan berkisar antara 4,3 11,2 hari, dengan rata-rata keseluruhan 6,7 hari. Kebersihan tanganmengurangiinfeksi nosokomial yanglebih efektif biayadibandingkan dengan intervensilain. Hubungan antarakebersihan tangandan penguranganinfeksi nosokomialterbukti baik,oleh karena ituharus menjadi prioritasuntuk meningkatkankepatuhankebersihan tangan (Parry, et al., 2013).

5 Mencuci tangan merupakan hal yang penting pada setiap lingkungan tempat klien dirawat, termasuk rumah sakit. Mencuci tangan adalah tindakan yang paling efektif untuk mengontrol infeksi nosokomial ( infeksi yang berasal dari rumah sakit) dan didefinisikan sebagai menggosok seluruh permukaan kedua tangan yang bersabun/berbusa dengan kuat secara bersamaan. (Garner&Favero 1998).Kebersihan tanganumumnyadianggapukuran paling pentingyang dapat diterapkanuntuk mencegah penyebaran infeksi(beggs, Shepherd & Kerr,2008). Perawat di rumah sakit memegang peranan penting dalam hal melayani dan merawat orang yang sakit secara langsung.schaufeli dan Jauczur (dalam Tawale dkk, 2012) menyatakan bahwa dalam menjalankan peran dan fungsinya, seorang perawat dituntut untuk memiliki keahlian, pengetahuan dan konsentrasi yang tinggi. Pengendalian Infeksi Departemen Rumah Sakit menggunakan pengingat berupa poster cuci tangan di dekat wastafel. Namun demikian, mereka tidak memiliki pemahaman yang baik dalam konsep mencuci tangan dan dengan demikian gagal untuk menerapkanpengetahuan kebersihan tangan yang tepat. Hampirsemua siswa kedokteran(99,6%) mengetahuiprosedurcuci tanganyang benar, namun mereka meremehkannya, karena hanya52,9% dari merekamenganggap itu

6 sebagaitindakan preventif yang palingpentinguntuk mengontrol infeksi (Huang, et al., 2013). "Kebersihan (suci) sebagian dari iman", diriwayatkan oleh Imam Muslim. Berdasarkan hadits di atas, jelas dalam islam diperintahkan untuk menjaga kebersihan. Kebersihan dapat menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin mengetahui perbedaan mikroorganisme yang bisa menyebabkan infeksi nosokomial setelah melakukan hand hygiene pada perawat dan koas. Peneliti memilih perawat dan koas sebagai subyek penelitian karena sejauh ini yang sering menjadi subyek penelitian adalah perawat. Sedangkan koas juga merupakan klinisi di rumah sakit yang perlu diketahui kepatuhannya terhadap cuci tangan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan di atas, yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1) Apakah terdapat perbedaan jenis mikroorganisme pada koas dan perawat di berbagai bangsal yang berbeda setelah melakukan tindakan hand hygiene?

7 2) Apa saja jenis mikroorganisme yang terdapat pada koasdan perawatdi berbagai bangsal yang berbeda setelah melakukan tindakan hand hygiene? C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran kejadian infeksi nosokomial pada koas maupun perawat sebagai tenaga medis di rumah sakit. b. Tujuan Khusus 1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan jenis mikroorganisme pada koas dan perawat di berbagai bangsal yang berbeda setelah melakukan tindakan hand hygiene 2. Mengetahui apa saja jenis mikroorganisme pada koasdan perawatdi berbagai bangsal yang berbeda setelah melakukan tindakan hand hygiene. D. Manfaat Penelitian a. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi instansi kesehatan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan keselamatan pasien.

8 b. Manfaat keilmuan Hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan bacaan dan sumber informasi bagi peneliti selanjutnya. c. Manfaat bagi peneliti Merupakan suatu pengalaman berharga bagi peneliti dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai infeksi nosokomial. d. Manfaat bagi rumah sakit Memberikan informasi data kejadian infeksi nosokomial pada koas dan perawat di bangsal yang berbeda. E. Keaslian Penelitian 1. Prabowo, F.I. (2012). Identifikasi bakteri dan pola kepekaannya pada pasien infeksi saluran kemih di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta..Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian observasional laboratorium dengan analisa deskriptif dan pendekatan cross sectional. Penelitian tersebut memperoleh hasil bakteri yang ditemukan adalah bakteri gram negatif sebanyak 80% dan bakteri gram positif sebanyak 20%. Bakteri yang palingbanyak ditemukan adalah E.coli. 2. Pratami, H.E. (2012) Identifikasi Mikroorganisme Pada Tangan Tenaga Medis dan Paramedis di Unit Perinatologi Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung. Jenis bakteri yang didapatkan dari penelitian ini adalah

9 Staphylococcus saprophyticus, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Serratia liquefacients, Serratia marcesens, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter aerogenes, Citrobacter freundii, Salminella sp, Basillus cereus, Neisserria mucosa, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat bakteri patogen dan nonpatogen pada tangan tenaga medis dan paramedis di Unit Perinatologi RSUAM. 3. Zuhriyah, L. (2004). Gambaran Bakteriologis Tangan Perawat. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa di ruang CVC didapatkan Staphylococcus epidermidis pada 2 perawat dan Enterobacter aerogenes pada 1 perawat. Dari ruang ICU didapatkan Staphylococcus epidermidis pada 1 perawat. Perbedaaannya dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sampel yang akan digunakan. Pada penelitian ini menggunakan sampel koas dan perawat kemudian akan membandingkan hasilnya apakah terdapat perbedaan atau tidak.