BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI. 5.1 Analisis Data Anomali 4D Akibat Pengaruh Fluida

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 4.2. Lokasi titik pengukuran gayaberat.

Gambar 4.7. Diagram alir dari proses inversi.

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

TUGAS AKHIR. oleh: NIM

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

PREDIKSI DISTRBUSI INTRUSI AIR LAUT MENGGUNAKAN METODE GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU STUDI KASUS DI SEMARANG UTARA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH KOMPTENSI APLIKASI METODE GAYABERAT MIKRO ANTAR WAKTU UNTUK PEMANTAUAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN SEMARANG UTARA

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Analisis dan Pembahasan

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

Identifikasi Perubahan Muka Air Tanah Berdasarkan Data Gradien Vertikal Gaya Berat Antar Waktu

V. PEMBAHASAN. dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada

PERHITUNGAN DEFISIT AIR TANAH DAERAH SEMARANG BERDASARKAN INVERSI ANOMALI 4D MICROGRAVITY

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV MODEL GEOLOGI DAN DISTRIBUSI REKAHAN

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V ANALISA SEKATAN SESAR

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

Bab IV Analisis Data. IV.1 Data Gaya Berat

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Diagram TS

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. pegunungan dengan lintasan 1 (Line 1) terdiri dari 8 titik MT yang pengukurannya

BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

STATISTIKA. Tabel dan Grafik

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Peta Daerah Penelitian...3. Gambar 2. Peta Fisiografi Daerah Lampung...5. Gambar 3. Peta Mendala Geologi Sumatera...

BAB V ANALISA. dapat memisahkan litologi dan atau kandungan fluida pada daerah target.

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA

GEOLOGI DAERAH KLABANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA ANOMALI 4D MICROGRAVITY DAERAH PANASBUMI ULUBELU LAMPUNG PERIODE Muh Sarkowi

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC

EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp: ; Fax:

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

Bab V Metode Peramalan Produksi Usulan Dan Studi Kasus

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

BAB IV PEMODELAN RESERVOAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI JANUARI 2012

BAB III DATA dan PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

ZONASI PENURUNAN MUKA AIR TANAH DI WILAYAH PESISIR BERDASARKAN TEKNIK GEOFISIKA GAYABERAT MIKRO 4D (STUDI KASUS: DAERAH INDUSTRI KALIGAWE - SEMARANG)

Gambar 8. Pola Hubungan Curah Hujan Rata-rata Harian RegCM3(Sebelum dan Sesudah Koreksi) dengan Observasi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Magister Pengelolaan Air dan Air Limbah Universitas Gadjah Mada. 18-Aug-17. Statistika Teknik.

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

Unnes Physics Journal

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pengukuran geofisika adalah usaha untuk mendapatkan kuantitas parameterparameter

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

Berdasarkan persamaan (2-27) tersebut, pada kajian laporan akhir ini. dilakukan kontinuasi ke atas dengan beberapa ketinggian (level surface) terhadap

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

(a) Maximum Absolute Amplitude (b) Dominant Frequency

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI POLE-POLE UNTUK MENENTUKAN SEBARAN DAN KEDALAMAN BATUAN SEDIMEN DI DESA WONOSARI KECAMATAN NGALIYAN SEMARANG

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

Transkripsi:

BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI 5.1 Analisis Data Anomali 4D Akibat Pengaruh Fluida Secara umum, pada Gambar 5.1 dapat diamati 2 macam anomali gayaberat 4D, yaitu anomali rendah (mencapai -2 mgal) dan anomali tinggi (mencapai 55 mgal). Utara km 1 2 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 Juli 22 s/d September 22 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 Juli 22 s/d Desember 23 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 Juli 22 s/d Juni 23 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 Juli 22 s/d Juni 24 mikrogal 55 5 45 4 35 3 25 2 15 1 5-5 -1-15 -2 Keterangan: Jalan Raya Sungai Sumur Pantau 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 Juli 22 s/d Februari 25 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 Juli 22 s/d November 25 Titik Pengukuran Gayaberat Gambar 5.1. Peta anomali gayaberat 4D akibat perubahan massa jenis fluida. Sebelas titik pengukuran gayaberat ditunjukkan dengan simbol + berwarna ungu. 32

Anomali rendah yang berhubungan dengan pengurangan massa jenis fluida tersebar mengikuti trend baratlaut - tenggara. Data sumur pantau yang menunjukkan penurunan muka air tanah dari tahun ke tahun (Gambar 5.2). Demikian juga untuk data sumur pantau yang lainnya (selain di lokasi yang dianalisis) menunjukkan penurunan ketinggian permukaan air tanah. Pada selang waktu yang semakin lebar, harga anomali rendah cenderung semakin negatif dan semakin meluas ke selatan. Anomali negatif 4D pada selang waktu awal berada pada kisaran -5 μgal berubah mencapai kisaran -2 μgal. Terdapat dua lokasi yang relatif lebih negatif dibanding sekitarnya, yaitu: sebelah selatan Mugasari, dan selatan Wonodri. Kedalaman (meter) -1.5-11 -11.5-12 Ketinggian Muka Air Tanahdi Sumur Pantau Citra Land (436271, 9227453) 22 23 24 25 Tahun -12.5 Gambar 5.2. Data ketinggian muka air tanah sumur pantau di Citra Land. Daerah pengurangan air yang signifikan awalnya pada pusat kota, kemudian meluas sampai di daerah perbukitan. Semula hanya meliputi Randusari, Mugasari, Pleburan, Lempongsari, Wonodri dan Tegalsari. Perluasan sebaran anomali negatif pada selang waktu yang lebih lebar mencapai Jomblang dan Tanah putih, dimana topografinya memiliki elevasi yang lebih tinggi (perbukitan). Anomali tinggi yang berhubungan dengan penambahan massa jenis fluida terbagi menjadi dua bagian, di baratlaut dan timurlaut lokasi yang dianalisis. Pada selang waktu yang semakin lebar, harga anomali tinggi cenderung semakin positif. Anomali positif 4D pada selang waktu awal berada pada kisaran 5 sampai 1 μgal bertambah mencapai kisaran 55 μgal. Lokasi anomali positif yang relatif tinggi berada di sebelah utara Peterongan (di sebelah baratnya terdapat sungai). 33

Pada Gambar 5.3, ditunjukkan posisi dari titik pengukuran serta pengelompokkan daerah berdasarkan pola perubahan anomali yang sama. Pola kurva-kurva dapat dilihat pada Gambar 5.4 sampai 5.7. TuguMuda PEUGEOT T.PANDAN SimpangLima GKI TMP MARHAENS BTPN BASE TanahPutih AKPOL 434 435 436 437 438 439 Gambar 5.3. Sebaran posisi dan nama titik pengukuran di lokasi yang dianalisis. Lingkupan dengan warna berbeda menunjukkan kelompok titik pengukuran dengan kecenderungan pola kurva yang sama. Pada Gambar 5.4 (bagian A), untuk titik pengukuran BASE yang relatif stabil, perubahan anomali 4D pada orde μgal terdapat kenaikan mencapai 2 μgal. Untuk titik pengukuran AKPOL, perubahan anomali 4D minimum dan maksimum mencapai 8 μgal. Penambahan massa jenis fluida dimungkinkan berasal dari selatan yang merupakan daerah recharge. Pada Gambar 5.4 (bagian B), perubahan anomali positif yang relatif tinggi (mencapai 6 μgal) dimungkinkan akibat penambahan massa jenis fluida (pemanfaatan air tanah di daerah tersebut tidak terlalu banyak) dan dominannya amblesan belum terkoreksi sempurna (karena terbatasnya titik pengukuran). Pada Gambar 5.5, untuk titik pengukuran BTPN, TMP, dan Tanah Putih secara umum mengalami perubahan anomali 4D yang semakin negatif. Perubahan anomali 4D minimum dan maksimum masing-masing mencapai: 2, 1, dan 7 μgal. Anomali negatif berhubungan dengan pemanfaatan air tanah yang sangat dominan di daerah ini. 34

Pada Gambar 5.6, perubahan anomali 4D minimum dan maksimum mencapai 2 μgal (PEUGEOT) dan 3 μgal (GKI). Anomali 4D pada kedua titik pengukuran ini adalah positif, berhubungan dengan penambahan massa jenis fluida. Pada tahap akhir dari pola kurva, nilainya menunjukkan penurunan. Hal ini dapat dimungkinkan adanya pemanfaatan air tanah yang mulai bertambah dari pada sebelumya. 7 6 5 MARHAENS (A) mikrogal 4 3 2 1 May-2 Dec-2 Jun-3 Jan-4 Aug-4 Feb-5 Sep-5 Mar-6 Selang waktu (Juli 22 sebagai acuan) mikrogal 7. 6. BASE 5. 4. 3. 2. 1. AKPOL (B). -1. May-2 Dec-2 Jun-3 Jan-4 Aug-4 Feb- 5 Sep-5 Mar-6-2. Selang waktu (Juli 22 sebagai acuan) Gambar 5.4. Kurva perubahan anomali 4D (dalam μgal), pada titik pengukuran (lingkupan berwarna oranye pada gambar 5.2) yang memiliki kecenderungan semakin positif. (A) menunjukkan perubahan anomali yang relatif lebih signifikan dibanding (B). Pada Gambar 5.7, perubahan anomali 4D minimum dan maksimum mencapai 16 μgal (T PANDAN), 12 μgal (SimpangLima), 5 μgal (TuguMuda). Anomali 4D memiliki kecenderungan negatif pada tahap awal dan menjadi positif pada akhirnya. Anomali negatif (awal), dimungkinkan karena pemanfaatan air 35

tanah oleh warga sekitar. Anomali positif (akhir), berhubungan dengan penambahan massa jenis fluida. Sangat dimungkinkan terpengaruh juga dengan amblesan, intrusi air laut, rob yang mulai terjadi seperti daerah di utaranya Gambar 5.5. Kurva perubahan anomali 4D (dalam μgal), pada titik pengukuran (lingkupan berwarna biru pada gambar 5.3) yang memiliki kecenderungan semakin negatif. Gambar 5.6. Kurva perubahan anomali 4D (dalam μgal), pada titik pengukuran (lingkupan berwarna kuning pada gambar 5.3) yang memiliki anomali positif namun semakin berkurang nilainya. 36

Gambar 5.7. Kurva perubahan anomali 4D (dalam μgal), pada titik pengukuran (lingkupan berwarna hijau pada gambar 5.3) yang memiliki kecenderungan negatif pada tahap awal dan menjadi positif. 5.2 Analisis dan Interpretasi Hasil Pemodelan Pada Gambar 5.8 penampang U-S hasil pemodelan inversi, secara umum menunjukkan bahwa daerah yang dilintasi penampang mengalami pengurangan massa jenis fluida (skala warna ungu). Pada selang waktu yang semakin lebar, pengurangan massa jenis fluida semakin banyak. Hal ini diamati dari harga perubahan kontras densitas yang semula berkisar pada -.5 g/cc menjadi kisaran -.15 g/cc. Pada tiga selang waktu awal, pengurangan massa jenis fluida hampir merata di setiap lapisan. Setelah selang waktu Juli 22 s/d Juni 24, pengurangan air yang lebih dominan terdapat pada kedalaman lapisan 5 dan 1 meter. Daerahnya meliputi Simpang Lima, Pleburan, Wonodri, dan Tegalsari (UTM X 4361, UTM Y s/d 9227). Kontras densitas positif sekitar.2 g/cc yang berhubungan dengan penambahan massa jenis fluida muncul di bagian utara (selang waktu Juli 22 s/d November 25). Hal ini bisa mengindikasikan adanya rob dan atau intrusi air laut sudah mencapai daerah di sekitar Miroto. 37

9233 9232 9231 923 9229 Utara 9223 431 432 433 434 435 436 437 438 439 44 441 km 1 2 Periode Juli 22 s/d September 22-2 -4-6 -8-1 -12 UTM Y Periode Juli 22 s/d Desember 23-2 -4-6 -8-1 -12 UTM Y Periode Juli 22 s/d Februari 25-2 -4-6 -8-1 -12 UTM Y Periode Juli 22 s/d Juni 23-2 -4-6 -8-1 -12 UTM Y Periode Juli 22 s/d Juni 24-2 -4-6 -8-1 -12 UTM Y Periode Juli 22 s/d November 25-2 -4-6 -8-1 -12 UTM Y gr/cc.7.6.5.4.3.2.1 -.1 -.2 -.3 U S Gambar 5.8. Sebaran kontras densitas penampang U-S hasil pemodelan data gayaberat mikro 4D dengan teknik inversi, pada irisan UTM X=4361. 38

9233 9232 9231 923 9229 Utara 9223 431 432 433 434 435 436 437 438 439 44 441 km 1 2 Periode Juli 22 s/d September 22-2 -4-6 -8-1 -12 434 435 436 437 438 439 UTM X Periode Juli 22 s/d Desember 23 Periode Juli 22 s/d Juni 24-2 -2-4 -4-6 -6-8 -8-1 -1-12 -12 434 435 436 437 438 439 434 435 436 437 438 439 UTM X UTM X Periode Juli 22 s/d Juni 23-2 -4-6 -8-1 -12 434 435 436 437 438 439 UTM X gr/cc.7.6.5.4.3.2.1 -.1 -.2 -.3 Periode Juli 22 s/d Februari 25 Periode Juli 22 s/d November 25-2 -4-6 -8-1 -12 434 435 436 437 438 439 UTM X -2-4 -6-8 -1-12 434 435 436 437 438 439 UTM X B T Gambar 5.9. Sebaran kontras densitas penampang B-T hasil pemodelan data gayaberat mikro 4D dengan teknik inversi, pada irisan UTM Y=92267. 39

9233 9232 9231 923 9229 Utara km 1 2 9223 431 432 433 434 435 436 437 438 439 44 441 gr/cc.7.6.5.4.3.2.1 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 Selang Waktu Juli 22 s/d September 22 Selang Waktu Juli 22 s/d Juni 23 Selang Waktu Juli 22 s/d Desember 23 -.1 -.2 -.3 Keterangan: Jalan Raya Sungai 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 Selang Waktu Juli 22 s/d Juni 24 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 Selang Waktu Juli 22 s/d Februari 25 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 Selang Waktu Juli 22 s/d November 25 Gambar 5.1. Sebaran kontras densitas hasil pemodelan data gayaberat mikro 4D dengan teknik inversi, pada irisan horisontal kedalaman 99 meter. 4

Pada Gambar 5.9 penampang B-T hasil pemodelan inversi, secara umum menunjukkan terdapat daerah yang mengalami penambahan dan pengurangan massa jenis fluida. Pada selang waktu yang semakin lebar, pengurangan dan penambahan massa jenis fluida semakin banyak. Hal ini diamati dari harga perubahan kontras densitas yang semula berkisar pada rentang -.5 s/d. g/cc menjadi kisaran dengan rentang -.3 s/d.7 g/cc. Pada tiga selang waktu awal, pengurangan massa jenis fluida terjadi pada daerah sekitar Mugasari dan Peleburan (UTM X 4348-4368, UTM Y 92267). Setelah selang waktu Juli 22 s/d Juni 24, zona pengurangan air melebar ke sebelah barat (mencapai daerah Barusari). Di Mugasari merupakan yang paling dominan terjadi pengurangan air, terutama pada kedalaman lapisan 1 meter. Kontras densitas positif yang berhubungan dengan penambahan massa jenis fluida muncul di bagian timur. Semakin lebar selang waktu, semakin banyak juga massa jenis fluida yang bertambah. Hal ini akibat adanya sumber air yang berada di sebelah timur dan selatan, dimana pada daerah tersebut dekat dengan sungai yang secara umum berarah utara-selatan. Pada Gambar 5.1 penampang horizontal (kedalaman 99 meter) hasil pemodelan inversi, secara umum pola penyebaran kontras densitas positif dan negatif mirip dengan pola pada peta anomali 4D akibat perubahan massa jenis fluida (Gambar 5.1). Kontras densitas negatif mengikuti trend baratlaut-tenggara. Harga perubahan kontras densitas yang semula berkisar pada rentang -.5 s/d.1 g/cc menjadi kisaran dengan rentang -.3 s/d.4 g/cc. Daerah pengurangan air yang signifikan, awalnya pada pusat kota, kemudian meluas ke selatan dan ke barat. Semula meliputi daerah: Randusari, Mugasari, Pleburan, Lempongsari, Wonodri dan Tegalsari, kemudian zona pengurangan air tanah meluas sampai daerah: Barusari, Simpang Lima, Jomblang dan Tanah putih. Kontras densitas positif sangat dominan terdapat di sebelah timurlaut lokasi yang dianalisis. Pada selang waktu yang semakin lebar, harga kontras 41

densitas positif cenderung semakin bertambah. Daerahnya meliputi: Karang Turi, Sambirejo, Pandean Lamper, Gayamsari, dan Peterongan. 5.3 Interpretasi Arah Pergerakkan Fluida Secara umum, pada lokasi yang dianalisis pergerakkan air tanah dominan menuju ke barat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kontras densitas positif berada di timur, sedangkan kontras densitas negatif berada di tengah dan barat lokasi yang dianalisis. Hasil ini berkorelasi dengan pergerakkan air tanah regional (Marsudi, 2) seperti pada Gambar 3.3. Gambar 5.11. Skematik penentuan arah pergerakkan fluida berdasar kontras densitas. Definisi penentuan arah pergerakkan fluida berdasar data anomali gayaberat 4D, diilustrasikan pada Gambar 5.11. Pergerakkan fluida yang dimaksud di sini adalah aliran berdasar pada sebaran kontras densitas yang dimodelkan dari anomali gayaberat 4D. Daerah yang terdapat kontras densitas negatif, berkaitan dengan daerah yang mengalami pengambilan air ke permukaan untuk keperluan konsumsi warga sekitar. Sedangkan daerah yang terdapat kontras densitas positif, berkaitan dengan daerah yang mengalami penambahan air tanah. Gambar 5.12 menunjukkan skematik arah vektor dari pergerakkan fluida berdasar contoh nilai sebaran densitas. Pada lokasi yang dianalisis ini, 42

pergerakkan fluida secara umum menuju daerah yang kontras densitasnya relatif lebih positif atau lebih negatif. Formulasi pendekatan persamaan diferensial, dirrectional derivative, digunakan untuk membantu interpretasi pola arah aliran. Nilai kontras densitas tersebar dalam bentuk grid, sehingga bisa diturunkan dalam arah x dan y: Resultannya diberikan oleh persamaan berikut: Pada Gambar 5.13, resultan ditunjukkan dengan panjang anak panah. Semakin panjang anak panah, nilanya semakin besar. Sedangkan arahnya dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut: ρ NW ρ N ρ NE ρ W ρ ρ E ρ SW ρ S ρ SE (.9) (.) (-.214) (-.239) (-.361) (.75) (.832) (.524) (.767) (.761) (.461) (.45) (.5) (-.4) (-.432) (-.561) (-.524) (-.57) (-.667) (-.661) (-.6) (.214) (.239) (.361) untuk kontras densitas positif (.) untuk kontras densitas negatif (-.9) Gambar 5.12. Formulasi pendekatan persamaan diferensial, dirrectional derrivative, untuk membantu interpretasi pola arah aliran fluida untuk kontras densitas positif dan negatif. Hasil interpretasi pergerakkan fluida pada Gambar 5.14 menunjukkan ada dua daerah (Mugasari dan selatan Wonodri) yang menjadi pusat pengambilan air 43

9233 9232 9231 923 9229 Utara 1 2 9223 431 432 433 434 435 436 437 438 439 44 441 km tanah relatif dominan, sehingga aliran cenderung menuju daerah tersebut (daerah dengan lingkaran biru). Sedangkan daerah dengan lingkaran kuning (utara Peterongan) merupakan daerah penambahan air yang dimungkinkan berhubungan dengan sumber air, mengingat lokasinya yang dekat dengan Daerah Aliran Sungai. Pemanfaatan lahan di daerah ini berupa pasar, yang relatif lebih sedikit pemanfaatan air tanahnya dibanding dengan di daerah Mugasari yang banyak pemukiman penduduknya. 434 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 Selang Waktu Juli 22 s/d September 22 Selang Waktu Juli 22 s/d Juni 23 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 Selang Waktu Juli 22 s/d Desember 23 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 Selang Waktu Juli 22 s/d Juni 24 Selang Waktu Juli 22 s/d Februari 25 434 4345 435 4355 436 4365 437 4375 438 4385 439 Selang Waktu Juli 22 s/d November 25 -.3 -.2 -.1.1.2.3.4.5.6.7 g/cc Keterangan: Arah Aliran Fluida (pada kontras densitas negatif) Arah Aliran Fluida (pada kontras densitas positif) Garis Kontur densitas Gambar 5.13. Tampilan arah pergerakkan fluida berdasar sebaran kontras densitas pada irisan horisontal kedalaman 99 meter. 44

Gambar 5.14. Interpretasi pergerakkan fluida (berdasar gambar 5.13). Untuk pengambilan air tanah yang lebih seimbang, kita bisa tentukan daerah eksploitasi yang baik. Nilai kontras densitas yang didapatkan dari pemodelan inversi berbanding langsung dengan saturasi air di dalam tanah. Dengan demikian, mulai penambahan saturasi >4% (.4 g/cc) dianggap merupakan lokasi yang baik untuk eksploitasi. Daerah dengan kriteria tersebut terdapat pada Pandean Lamper, Gayamsari, dan di sebelah utara Peterongan. 45