PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DI JAWA TENGAH BULAN MEI 2009

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2009

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

Grafik 1 Perkembangan NTP dan Indeks Harga yang Diterima/Dibayar Petani Oktober 2015 Oktober 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

No. 02/09/81/Th.VIII,1 September 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Perkembangan. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalimantan Tengah

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DI JAWA TENGAH BULAN NOPEMBER 2008

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016 SEBESAR ATAU MENURUN SEBESAR 0.36 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA AGUSTUS 2016 SEBESAR ATAU MENURUN SEBESAR 0.78 PERSEN

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

No. 02/08/81/Th.VIII,1 Agustus 2016

No. 02/03/81/Th.IX, 1 Maret 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

No. 02/12/81/Th.VIII, 1 Desember 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)


BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

No. 02/01/81/Th.IX, 3 Januari 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2016 TURUN -0,90 PERSEN

Perkembangan Nilai Tukar Petani September 2017 Provinsi Jambi

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI



PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA DESEMBER 2016 SEBESAR 93,94 ATAU MENURUN SEBESAR 0.53 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI SUKOHARJO BULAN MEI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI BENGKULU OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015 SEBESAR 95,89 ATAU NAIK SEBESAR 0,82 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA JUNI 2016 SEBESAR 97,00 ATAU MENINGKAT SEBESAR 0,38 PERSEN

Perkembangan Nilai Tukar Petani Kalimantan Barat Oktober 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI KALIMANTAN BARAT

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2014

BERITA RESMI STATISTIK

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016 SEBESAR 94,44 ATAU MENURUN SEBESAR 0.11 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DI JAWA TENGAH BULAN NOVEMBER 2009

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH



2. Indeks Harga Dibayar Petani (Ib)

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA MEI 2016 SEBESAR 96,63 ATAU MENURUN SEBESAR 0,52 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BERITA RESMI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI OKTOBER 2017 STATISTIK

Transkripsi:

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI No. 58/10/72/Th.XVIII, 01 Oktober 2015 Selama September 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Sebesar 98,50 Persen Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Sulawesi Tengah selama September 2015 sebesar 98,50 persen, naik 0,81 persen dibandingkan NTP bulan lalu. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan NTP subsektor tanaman pangan (1,28 persen), NTP subsektor peternakan (0,99 persen), NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,91 persen), dan NTP subsektor hortikultura (0,64 persen). Indeks harga yang diterima petani (I t) dan indeks harga yang dibayar petani (I b) masing-masing naik 1,14 persen dan 0,33 persen. NTP tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura sebesar 108,89 persen, sedangkan NTP terendah terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 91,93 persen. Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) sebesar 105,29 persen, naik 0,97 persen dibandingkan Agustus 2015 yang sebesar 104,28 persen. Di tingkat nasional, NTP dan NTUP masing-masing sebesar 102,33 persen dan 108,66 persen. 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan persentase yang diperoleh dari perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP berperan sebagai indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan, yang menunjukkan daya tukar ( term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa baik yang dikonsumsi oleh rumahtangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Sehingga, semakin tinggi NTP secara relatif semakin kuat tingkat kemampuan atau daya beli petani. Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), tanpa memperhitungkan pengeluaran untuk konsumsi rumahtangga. Dengan demikian, NTUP diharapkan lebih mencerminkan kemampuan daya tukar hasil produksi rumahtangga petani terhadap pengeluaran biaya selama proses produksi. Berita Resmi Statistik No. 58/10/72/Th. XVIII, 1 Oktober 2015 1

Tabel 1 Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Subsektor dan Perkembangannya, Agustus September 2015 Subsektor Agustus September Perubahan (%) (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan a. Nilai Tukar Petani (NTPP) 90,77 91,93 1,28 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 109,01 110,80 1,64 - Padi 106,33 107,84 1,42 - Palawija 117,33 119,99 2,27 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 120,10 120,52 0,35 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 121,66 122,08 0,35 - Indeks BPPBM 114,64 115,06 0,37 2. Hortikultura a. Nilai Tukar Petani (NTPH) 108,20 108,89 0,64 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 129,13 130,40 0,98 - Sayur-sayuran 130,90 132,51 1,23 - Buah-buahan 127,89 128,88 0,77 - Tanaman Obat 108,71 111,08 2,18 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 119,34 119,75 0,34 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 121,65 122,13 0,39 - Indeks BPPBM 112,18 112,37 0,17 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Nilai Tukar Petani (NTPR) 91,02 91,85 0,91 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 107,65 108,96 1,22 - Tanaman Perkebunan Rakyat 107,65 108,96 1,22 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 118,27 118,63 0,30 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 108,62 108,71 0,08 - Indeks BPPBM 123,96 124,88 0,74 4. Peternakan a. Nilai Tukar Petani (NTPT) 107,43 108,49 0,99 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 122,82 124,34 1,24 - Ternak Besar 118,85 120,63 1,50 - Ternak Kecil 122,43 124,54 1,72 - Unggas 127,67 128,36 0,54 - Hasil Ternak 139,91 140,09 0,13 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 114,33 114,61 0,24 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 121,05 121,61 0,46 - Indeks BPPBM 108,21 108,25 0,04 5. Perikanan a. Nilai Tukar Petani (NTNP) 106,31 105,03-1,20 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 125,89 124,97-0,73 - Penangkapan 132,18 130,75-1,08 - Budidaya 109,05 109,49 0,40 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 118,42 118,98 0,47 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 122,00 122,76 0,62 - Indeks BPPBM 112,41 112,63 0,20 5. 1. Perikanan Tangkap a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 111,66 109,92-1,56 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 132,18 130,75-1,08 - Penangkapan 132,18 130,75-1,08 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 118,38 118,95 0,48 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 122,07 122,84 0,63 - Indeks BPPBM 112,47 112,74 0,24 Berita Resmi Statistik No. 58/10/72/Th. XVIII, 1 Oktober 2015 2

Subsektor Agustus September Perubahan (%) 5. 2. Perikanan Budidaya a, Nilai Tukar Petani Budidaya Ikan (NTPi) 91,98 91,95-0,03 b, Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 109,05 109,49 0,40 - Budidaya Air Tawar 105,15 108,62 3,30 - Budidaya Air Laut 106,39 106,38-0,01 - Budidaya Air Payau 128,62 127,59-0,80 c, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 118,56 119,07 0,43 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 121,82 122,57 0,62 - Indeks BPPBM 112,26 112,32 0,05 NTP Gabungan a, Nilai Tukar Petani (NTP) 97,71 98,50 0,81 b, Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 115,41 116,72 1,14 c, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 118,11 118,50 0,33 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 121,29 121,77 0,40 - Indeks BPPBM 110,67 110,86 0,17 NTP Gabungan tanpa Perikanan a, Nilai Tukar Petani (NTP) 97,13 98,06 0,96 b, Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 114,70 116,16 1,27 c, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 118,09 118,46 0,31 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 121,24 121,70 0,38 - Indeks BPPBM 110,55 110,73 0,16 BPPBM = Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal Dari hasil pemantauan harga penjualan komoditas hasil pertanian di tingkat produsen, biaya produksi, dan konsumsi rumahtangga terhadap barang/jasa di wilayah perdesaan selama September 2015 menunjukkan bahwa NTP Provinsi Sulawesi Tengah meningkat sebesar 0,81 persen, yakni dari 97,71 pada Agustus 2015 menjadi 98,50 pada September 2015. Hal ini disebabkan oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,14 persen, lebih tinggi dibandingkan peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,33 persen. 2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Selama September 2015, indeks harga yang diterima petani tercatat 116,72 atau meningkat 1,14 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 115,41. Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan It pada subsektor tanaman pangan sebesar 1,64 persen, peternakan sebesar 1,24 persen, tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,22 persen, dan hortikultura sebesar 0,98 persen. 3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Indeks harga yang dibayar petani dipengaruhi oleh komponen pengeluaran baik untuk konsumsi rumahtangga maupun fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Indeks harga yang dibayar petani selama September 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,33 persen dibandingkan bulan lalu, yaitu dari 118,11 pada Agustus 2015 menjadi 118,50 pada September 2015. Seluruh subsektor mengalami peningkatan Ib meliputi perikanan sebesar 0,47 persen, tanaman pangan sebesar 0,35 persen, Berita Resmi Statistik No. 58/10/72/Th. XVIII, 1 Oktober 2015 3

hortikultura sebesar 0,34 persen, tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,30 persen, dan peternakan sebesar 0,24 persen. Grafik 1 Perkembangan NTP dan Indeks Harga yang Diterima/Dibayar Petani Januari September 2015 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 NTP It Ib 4. NTP Menurut Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) NTP subsektor tanaman pangan meningkat sebesar 1,28 persen yakni dari 90,77 pada Agustus 2015 menjadi 91,93 pada September 2015. Peningkatan NTPP disebabkan oleh meningkatnya It tanaman pangan sebesar 1,64 persen, lebih tinggi dibandingkan peningkatan Ib yang sebesar 0,35 persen. Peningkatan It dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga pada subkelompok padi dan palawija masing-masing sebesar 1,42 persen dan 2,27 persen. Peningkatan Ib sebesar 0,35 persen yakni dari 121,10 pada Agustus 2015 menjadi 120,52 pada September 2015, disebabkan oleh meningkatnya indeks harga yang dibayar petani untuk konsumsi rumahtangga dan biaya produksi masing-masing sebesar 0,35 persen dan 0,37 persen. b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Subsektor hortikultura mengalami peningkatan NTP dari 108,20 pada Agustus 2015 menjadi 108,89 pada September 2015 atau meningkat 0,64 persen. Hal ini disebabkan oleh peningkatan It sebesar 0,98 persen, lebih tinggi dari peningkatan Ib sebesar yang 0,34 persen. Seluruh subkelompok mengalami peningkatan It meliputi subkelompok sayur-sayuran sebesar 1,23 persen, buah-buahan sebesar 0,77 persen, dan tanaman obat sebesar 2,18 persen. Peningkatan Ib sebesar 0,34 persen disebabkan oleh kenaikan indeks harga konsumsi rumahtangga dan biaya produksi masing-masing sebesar 0,39 persen dan 0,17 persen. Berita Resmi Statistik No. 58/10/72/Th. XVIII, 1 Oktober 2015 4

c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Selama September 2015, NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat mengalami peningkatan sebesar 0,91 persen yakni dari 91,02 pada Agustus 2015 menjadi 91,85 pada September 2015. Hal ini disebabkan tingkat harga komoditas tanaman perkebunan rakyat yang cenderung mengalami kenaikan sehingga It pada subsektor ini meningkat 1,22 persen, yakni dari 107,65 pada Agustus 2015 menjadi 108,96 pada September 2015. Pada bulan yang sama, Ib tercatat 118,27 pada Agustus 2015 menjadi 118,63 pada September 2015 atau meningkat 0,30 persen. Peningkatan ini terutama berasal dari kenaikan indeks harga konsumsi rumahtangga dan biaya produksi masing-masing sebesar 0,08 persen dan 0,74 persen. d. Subsektor Peternakan (NTPT) Subsektor peternakan mengalami peningkatan NTP sebesar 0,99 persen yakni dari 107,43 pada Agustus 2015 menjadi 107,49 pada September 2015. Hal ini disebabkan oleh kenaikan It sebesar 1,24 persen, lebih tinggi dari kenaikan Ib yang sebesar 0,24 persen. Peningkatan It terjadi pada subkelompok ternak kecil sebesar 1,72 persen, ternak besar sebesar 1,50 persen, unggas sebesar 0,54 persen, dan hasil ternak sebesar 0,13 persen. Sementara itu, peningkatan Ib sebesar 0,24 persen berasal dari kenaikan indeks harga konsumsi rumahtangga dan biaya produksi masing-masing sebesar 0,46 persen dan 0,04 persen. e. Subsektor Perikanan (NTNP) Subsektor perikanan merupakan satu-satunya subsektor yang mengalami penurunan NTP, yakni dari 106,31 pada Agustus 2015 menjadi 105,03 pada September 2015 atau sebesar 1,20 persen. Kondisi ini dipengaruhi oleh penurunan It sebesar 0,73 persen, berbanding terbalik dengan Ib yang meningkat 0,47 persen. Penurunan It lebih disebabkan oleh merosotnya indeks harga subkelompok perikanan tangkap sebesar 1,08 persen meskipun indeks harga subkelompok budidaya meningkat 0,40 persen. Pada kelompok perikanan tangkap (NTN), terjadi penurunan nilai tukar sebesar 1,56 persen yakni dari 111,66 pada Agustus 2015 menjadi 109,92 pada September 2015. Pada bulan yang sama, It merosot 1,08 persen sedangkan Ib meningkat 0,48 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Pada kelompok perikanan budidaya (NTPi), juga terjadi penurunan nilai tukar sebesar 0,03 persen yakni dari 91,98 pada Agustus 2015 menjadi 91,95 pada September 2015. Peningkatan It sebesar 0,40 persen yang lebih rendah dari peningkatan Ib yang sebesar 0,43 persen menyebabkan penurunan NTPi, Peningkatan It terutama dipengaruhi oleh kenaikan indeks harga perikanan budidaya air tawar sebesar 3,30 persen. Sedangkan pada perikanan budidaya air laut dan perikanan budidaya air payau mengalami penurunan indeks harga masing-masing sebesar 0,01 persen dan 0,80 persen. Berita Resmi Statistik No. 58/10/72/Th. XVIII, 1 Oktober 2015 5

Secara keseluruhan, Ib subsektor perikanan meningkat 0,47 persen yang berasal dari peningkatan indeks harga kebutuhan konsumsi rumahtangga dan biaya produksi masingmasing sebesar 0,62 persen dan 0,20 persen. Pada kelompok perikanan tangkap (NTN), terjadi peningkatan Ib sebesar 0,48 persen yang berasal dari meningkatnya indeks harga untuk konsumsi rumahtangga dan biaya produksi masing-masing sebesar 0,63 persen dan 0,24 persen. Pada kelompok perikanan budidaya (NTPi), peningkatan Ib sebesar 0,43 persen terutama berasal dari kenaikan indeks harga kebutuhan konsumsi rumahtangga dan biaya produksi masing-masing sebesar 0,62 persen dan 0,05 persen. 5. Indeks Harga yang Dibayar Petani Menurut Kelompok Pengeluaran Berdasarkan hasil pemantauan terhadap pengeluaran petani selama September 2015, dapat dirinci menurut indeks harga yang dibayar petani baik untuk keperluan rumahtangga maupun keperluan proses produksi pada sektor pertanian. Tabel 2 Indeks Harga yang Dibayar Petani Menurut Kelompok Pengeluaran Agustus September 2015 Kelompok pengeluaran Agustus September Perubahan (%) (1) (2) (3) (4) Konsumsi rumahtangga 121,29 121,77 0,40 1.Bahan makanan 124,31 125,29 0,79 2. Makanan jadi 119,23 119,27 0,03 3. Perumahan 119,60 119,57-0,03 4. Sandang 116,69 116,80 0,09 5. Kesehatan 116,53 116,58 0,04 6. Pendidikan, rekreasi, dan olahraga 110,26 110,26 0,00 7. Transportasi dan komunikasi 123,63 124,14 0,41 Biaya Produksi dan Penanaman Barang Modal (BPPBM) 110,67 110,86 0,17 1. Bibit 111,01 110,94-0,06 2. Obat-obatan dan pupuk 107,55 107,81 0,24 3. Sewa lahan, pajak, dan lainnya 109,00 109,04 0,04 4. Transportasi 128,52 128,29-0,18 5. Penambahan barang modal 109,45 109,35-0,09 6. Upah buruh tani 107,30 107,67 0,34 Indeks yang Dibayar Petani (Ib) 118,11 118,50 0,33 Peningkatan indeks harga yang dibayar petani untuk konsumsi rumahtangga sebesar 0,40 persen terutama disebabkan oleh kenaikan pada subkelompok bahan makanan sebesar 0,79 persen serta transportasi dan komunikasi sebesar 0,41 persen. Sedangkan kenaikan indeks harga pada subkelompok lainnya relatif tidak signifikan. Berita Resmi Statistik No. 58/10/72/Th. XVIII, 1 Oktober 2015 6

Pada bulan yang sama, peningkatan indeks harga biaya produksi sebesar 0,17 persen didominasi oleh kenaikan indeks harga pada subkelompok upah buruh tani sebesar 0,34 persen serta obat-obatan dan pupuk sebesar 0,24 persen. 6. Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) sebesar 105,29 relatif lebih tinggi dibandingkan Nilai Tukar Petani (NTP) yang hanya sebesar 98,50. Kondisi ini merefleksikan tingkat pengeluaran untuk kebutuhan rumahtangga petani, termasuk peternak dan nelayan, berperan cukup signifikan dalam menurunkan besaran nilai tukar. Peningkatan NTUP sebesar 0,97 persen terutama dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga pada empat subsektor meliputi tanaman pangan sebesar 1,27 persen, peternakan sebesar 1,20 persen, tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,13 persen, dan hortikultura sebesar 0,81 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Usaha Rumahtangga Pertanian (NTUP) Menurut Subsektor dan Perkembangannya Agustus September 2015 Kelompok pengeluaran Agustus September Perubahan (%) (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan 95,09 96,30 1,27 2. Hortikultura 115,11 116,04 0,81 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 99,11 100,23 1,13 4. Peternakan 113,50 114,86 1,20 5. Perikanan 111,99 110,96-0,92 a. Tangkap 117,52 115,97-1,32 b. Budidaya 97,14 97,48 0,35 NTUP 104,28 105,29 0,97 NTUP Tanpa Perikanan 103,75 104,90 1,11 Disisi lain, NTUP tanpa perikanan sebesar 104,90 atau lebih rendah dibandingkan NTUP seluruh subsektor yang sebesar 105,29, mengindikasikan subsektor perikanan memiliki potensi cukup penting dalam mendongkrak nilai tukar usaha rumahtangga di sektor pertanian. Berita Resmi Statistik No. 58/10/72/Th. XVIII, 1 Oktober 2015 7