Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional, Ruang untuk Masyarakat yang semakin Terpinggirkan.

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis eceran (retailer business) yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ritel modern seperti minimarket daripada pasar tradisional. strategis serta promosi yang menarik minat beli.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peraturan Daerah No 2 tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Arus Globalisasi yang multidimensional telah meliputi hampir seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya berdirinya ritel-ritel diberbagai wilayah Indonesia. Ritel adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. pasar-pasar modern yang berkembang pesat di tiap-tiap kota. Pada prinsipnya, kegiatan operasi perusahaan, yang terdiri atas laba.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin bervariasi. Adanya tuntutan konsumen terhadap pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat kota-kota besar. Untuk memenuhi keinginan dan

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I. PENDAHULUAN. banyak sumber daya dengan meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. berupa pusat-pusat pertokoan, plaza, minimarket baru bermunculan di berbagai

BAB II. Teori dan Kajian Pustaka. terpillih dapat dilihat sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. dahulu keinginan dan kebutuhan, konsumen pada saat ini dan yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin meningkat dan beragam seiring dengan perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. eceran di tengah-tengah masyarakat menjadi semakin penting. Peranan industri

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi Indonesia. Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo)

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Cilandak, merupakan salah satu dari 10 Kecamatan yang

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan pasar. Sejak zaman prasejarah pasar diawali dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dipungkiri. Selama ini masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat

BAB I PENDAHUALAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG. baik minimarket, supermarket, departmen store, hypermarket, dan mall. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

BAB I PENDAHULUAN. ini biasanya didapatkan dari berhutang kepada pihak luar seperti bank.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri

Revitalisasi Pasar Tradisional, Jumlah Kunjungan, Pendapatan Pedagang, dan Pendapatan Pasar

BAB I PENDAHULUAN. tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. pasar tradisional menjadi salah satu wadah atau sarana untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pada era milenium harus

IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I. Pendahuluan. Asia, khususnya di antara negara berkembang. Kondisi perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel Indonesia, merupakan industri yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini persaingan bisnis antar industri ritel sangat ketat, baik di pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat banyak, pembayaran yang praktis dengan sistem kasir, ruangan ber-

BAB I PENDAHULUAN. melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya, dan bentuk-bentuk interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang signifikan serta memberikan konstribusi positif dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan sarana dan prasarana berfasilitas teknologi tinggi maupun

PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RAMAI SWALAYAN PETERONGAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Untuk hal itu, orang mencari tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari

Transkripsi:

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM : 1215151034 ABSTRAK Akibat dari munculnya minimarket yang kian lama kian banyak berakibat pada pedagang tradisional (pedagang kelontong) yang menjual produk makanan dan minuman yang sejenis dengaan minimarket semakin resah karena usaha yang mereka rintis selama ini terancam gulung tikar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara serempak dan parsial omzet penjulan (X1), jarak usaha (X2), dan jam operasional (X3) terhadap perubahan pendapatan pedagang kelontong di Kota Denpasar setelah munculnya minimarket. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu dengan menyebarkan kuisioner kepada pedagang kelontong di Kota Denpasar. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang kelontong di Kota Denpasar. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 94 pedagang kelontong dengan menggunakan metode penentuan sampel yaitu Non Probability Sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi binary logistik. Hasil analisis menunjukkan variabel omzet penjualan, jarak usaha, dan jam operasional secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang kelontong di Kota Denpasar. Nilai Negelkerke s R 2 = 0,534 diartikan variabilitas variabel pendapatan yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel omzet penjulan, jarak usaha dan jam operasional sebesar 53,4 persen. Variabel omzet penjualan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kelontong di Kota Denpasar. Variabel jarak usaha secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kelontong di Kota Denpasar. Variabel jam operasional secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kelontong di Kota Denpasar. Kata Kunci: omzet penjulan, jarak usaha, jam operasional, pendapatan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar merupakan tempat berlangsungnya transaksi barang antara pembeli dan penjual. Pasar terdiri dari dua yaitu pasar tradisional dan pasar modern (Wijayanti, 2011). Pasar tradisional adalah tempat berjual beli dimana konsumen masih bisa melakukan tawar menawar. Salah satu contoh dari pasar tradisional yang sering terlihat di pinggir jalan atau di pemukiman penduduk yang biasa disebut pedagang kelontong. Pasar modern merupakan tempat dimana konsumen dapat membeli barang-barang yang diinginkan tapi di tempat ini tidak dapat lagi melakukan tawar-menawar seperti pasar tradisional karena harganya sudah terpatok. Salah satu contoh dari pasar modern ini adalah minimarket seperti alfamart, alfamidi, indomart dan lain sebagainya. Industri ritel modern telah berkembang pada tahun 1960-an tepatnya pada tahun 1964 yang ditandai dengan berdirinya Sarinah Building (Nasrudin, 2012). Industri ini mulai menampakkan pertumbuhannya dari tahun 1970-1977 dengan adanya perubahan jenis gerai misalnya supermarket, department store dan lain sebagainya. Pada awalnya bisnis ritel modern ini didominasi oleh peritel dalam negeri seperti Matahari, Ramayana, Hero, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, pada tahun 1998 terjadi kesepakatan antara IMF dengan pemerintah Indonesia mengenai perjanjian peritel asing untuk dapat berinvestasi atau membuka gerai tanpa harus bekerjasama dengan peritel lokal. Pertumbuhan pasar-pasar modern itu sendiri disebut kawasan yang mencerminkan suatu bentuk aktifitas perdagangan retail, pusat perbelanjaan serta daerah hiburan yang terletak di tengah kota yang memiliki pengaruh besar terhadap kegiatan ekonomi (Fadhilah, 2011).

Pasar tradisional atau pedagang kelontong kian semakin terjepit akibat kehadiran usaha ritel pasar modern yang dalam rentang waktu 2003 sampai 2008 pertumbuhan gerai ritel mencapai 162 persen. Pada tahun 2003 pertumbuhan gerai mini market mencapai 254,8 persen, dari 2.058 gerai menjadi 7.301 pada tahun 2008, sementara jumlah pasar tradisional dalam kurun waktu yang singkat cenderung menurun. Pesatnya pertumbuhan pasar modern itu seiring gencarnya penetrasi ritel asing ke Indonesia. Data BisInfocus 2008 menyebutkan, jika pada tahun 1970-1990 pemegang merek ritel asing yang masuk ke Indonesia hanya lima, dengan jumlah 275 gerai, tahun 2004 sudah 14 merek ritel asing yang masuk, dengan 500 gerai. Tahun 2008, merek ritel asing yang masuk sudah 18, dengan 532 gerai (Rudianto, 2009). Akibat dari munculnya minimarket yang kian lama kian banyak berakibat pada pedagang tradisional (pedagang kelontong) yang menjual produk makanan dan minuman yang sejenis dengaan minimarket semakin resah karena usaha yang mereka rintis selama ini terancam gulung tikar. Itu karena para konsumen lebih memilih berbelanja di minimarket, di samping tempatnya bersih dan pelayanannya memuaskan, juga harga-harga yang terjangkau. Bagi pedagang kelontong, hadirnya minimarket dengan segala kelebihannya telah menjadi satu kekuatan pasar yang dahsyat. Dominasinya telah menggeser dan mampu menggusur keberadaan pedagang kelontong sebagai kekuatan ekonomi informal warga Kota Denpasar. Berdasarkan survei yang diadakan oleh Active Society Institute (2011) menunjukkan bahwa dampak ekspansi minimarket baik Alfamart, Indomaret, maupun AlfaMidi berpengaruh terhadap eksistensi pedagang kelontong adalah sebesar 70 persen sebagai mayoritas buruk. Dampak yang dimaksud meliputi berkurangnya omzet penjualan khususnya produk tertentu yang sebelumnya diminati seperti minuman segar, minyak goreng, susu formula dan berkurangnya pelanggan

karena rayuan harga barang yang lebih murah dan kenyamanan berbelanja yang ditawarkan manajemen minimarket. Kota Denpasar adalah kota yang banyak diminati kaum urban. Mengingat hal tersebut mendorong terjadinya kepadatan penduduk di Kota Denpasar yang terus meningkat tersebut maka kebutuhan sehari-hari pun menjadi faktor penting. Hal tersebut membuat para investor terus mengembangkan usahanya khususnya dalam bidang penyedia kebutuhan sehari-hari dengan membukai gerai minimarket. Sebagian besar masyarakat kaum elit lebih berminat untuk berbelanja ke minimarket daripada berbelanja di warung kelontong. Melihat hal tersebut, eksistensi warung tradisional maupun pedagang kelontong yang berdiri sendiri dan berbasis ekonomi kerakyatan akan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan munculnya minimarket yang di nilai cukup potensial oleh para pebisnis ritel (Wijayanti, 2011). Toko-toko modern hampir dapat ditemui di setiap sudut Kota Denpasar bahkan saling berhampitan antar perusahaan. Berikut ini adalah perkembangan jumlah toko modern atau minimarket di Kota Denpasar selama tahun 2013-2015. Tabel 1.1 Penyebaran Toko Modern di Kota Denpasar Tahun 2015 No. Kecamatan Minimarket Supermarket Hypermarket Total 1 Denpasar 121 10 2 133 Selatan 2 Denpasar Barat 64 16-80 3 Denpasar Timur 38 1-39 4 Denpasar Utara 48 12-60 Jumlah 271 39 2 312 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, 2016 Berdasarkan Tabel 1.1 penyebaran toko modern di Kota Denpasar tahun 2015 didominasi oleh minimarket. Jumlah minimarket yang tersebar di empat kecamatan di Kota Denpasar adalah

sebanyak 271 unit. Daerah dengan jumlah minimarket terbanyak adalah wilayah Denpasar Selatan, yaitu sebanyak 121. Daerah dengan sebaran minimarket terendah adalah 38 unit. Pertumbuhan minimarket yang berkembang dengan pesat jelas menimbulkan efek atau dampak bagi pengusaha-pengusaha lokal di daerah yang dijamuri oleh minimarket tersebut dalam hal ini yang akan terkena dampak langsung dari pertumbuhan gerai minimarket tersebut adalah pengusaha pedagang kelontong. Setiawan, dkk (2013:3) menyatakan dampak dari adanya Minimarket terhadap warung tradisional akan berpengaruh terhadap perubahan pendapatan akibat berubahnya omset penjualan, jarak usaha dan jam operasional dari warung tradisional atau pedagang kelontong. Pedagang kelontong adalah orang yang melakukan kegiatan berdagang atau menjual barang dagangannya (baik barang buatannya sendiri maupun barang yang sudah jadi) sebagai mata pencaharian sehari hari dan penjual umumnya langsung kepada konsumen akhir (Ealyanti, 2010). Pedagang kelonong merupakan pedagang yang berkecimpung di sektor informal dimana pedagang memiliki sifat kerja yang fleksibel, waktu kerjanya tidak terstrukur serta modal yang digunakan relatif kecil. Rata rata pedagang informal adalah pedagang pengecer. Pedagang kelontong yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pedagang kelontong yang berjualan produk makanan dan minuman sejenis yang dijual oleh minimarket. Kehadiran minimarket ditengahtengah perkembangan pedagang kelontong memberikan dampak yang cukup besar terutama terhadap pendapatan yang diterima oleh pedagang kelontong. Keberadaan minimarket menyebabkan berkurangnya kuantitas dari jumlah pedagang kelontong yang ada di Kota Denpasar, karena terjadinya penurunan pendapatan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian oleh Dewi (2013) yang menyatakan bahwa adanya minimarket akan berdampak terhadap eksistensi pedagang warung tradisional yaitu dilihat dari

lama jam buka sebelum ada minimarket jam buka warung tradisional yang paling dominan adalah jam buka selama 15-17 jam/hari namun setelah adanya minimarket jam buka yang paling dominan adalah jam buka selama 12-14 jam/hari. Menurut Wicaksono (2011), jam operasional memiliki hubungan langsung dengan pendapatan pedagang, dimana setiap penambahan waktu operasional yang dipengaruhi jumlah hasil produksi, akan semakin membuka peluang bagi bertambahnya pendapatan dari hasil penjualan. Hasil penelitian Jafar dan Tjiptoroso dalam Firdausa (2012), telah membuktikan adanya hubungan langsung antara jam operasional pedagang dengan tingkat pendapatan. Setiap penambahan waktu operasi akan makin membuka peluang bagi bertambahnya omzet penjualan sehingga akan berpengaruh langsung terhadap pendapatan. Omset penjualan yang didapatkan oleh pedagang kelontong juga akan mengalami perubahan akibat munculnya minimarket sebagai pesaingnya. Omzet penjualan adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi pendapatan. Kehadiran minimarket diindiksikan menyebabkan penurunan omzet penjulan pedagang kelontong sehingga pendapatannya ikut mengalami penurunan. Omset penjualan yang diperoleh pemilik warung dapat meningkatkan pendapatan karena omzet penjualan diperkirakan mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pendapatan sehingga pemilik warung dapat memaksimumkan keuntungannya (Wijayanti, 2011). Pada penelitian yang dilakukan oleh Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, Kementrian Koperasi dan UKM dengan PT Solusi Dinamika Manajemen (2005), semakin tinggi omzet penjualan yang diperoleh maka semakin tinggi pendapatan yang diperoleh. Variabel perubahan omzet penjualan pada penelitian tersebut menunjukkan perbedaan signifikan yang didapat dari sebelum adanya minimarket dan setelah adanya minimarket di sekitar warung.

Jarak antara warung tradisional dengan minimarket juga akan berpengaruh terhadap perubahan pendapatan pedagang tradisional atau pedagang kelontong. Jarak kedekatan berdirinya minimarket dengan warung tradisional berpengaruh positif terhadap keuntungan yang diperoleh pemilik warung tradisional, sehingga pendapatan yang didapat mengalami perubahan. Karena semakin dekat jarak berdirinya minimarket dengan warung tradisional, pendapatan yang diperoleh akan semakin berkurang karena adanya persaingan antara keduanya. Hal tersebut memicu beberapa pemilik warung memiliki usaha lain selain warung kelontong (Nuritha dkk, 2013). 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka dapat dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut : 1) Bagaimana pengaruh perubahan omset penjualan terhadap pendapatan pedagang warung tradisional akibat munculnya minimarket? 2) Bagaimana pengaruh jarak minimarket terhadap pendapatan pedagang warung tradisional akibat munculnya minimarket? 3) Bagaimana pengaruh jam operasional usaha terhadap pendapatan pedagang warung tradisional akibat munculnya minimarket? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk menganalisis pengaruh perubahan omset penjualan terhadap pendapatan pedagang warung tradisional akibat munculnya minimarket. 2) Untuk menganalisis pengaruh jarak minimarket terhadap pendapatan pedagang warung tradisional akibat munculnya minimarket.

3) Untuk menganalisis pengaruh jam operasional usaha terhadap pendapatan pedagang warung tradisional akibat munculnya minimarket. 1.4 Manfaat Penelitian. Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melaui hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini merupakan wadah bagi penulis untuk meningkatkan pemahaman dan mampu mengaplikasikan teori-teori ekonomi pembangunan diperoleh selama masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah refrensi tentang perubahan pendapatan akibat munculnya usaha ritel modern di lingkungan akademis sehingga dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. 2) Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pedagang tradisional dalam upaya perolehan pendapatan operasional pedagang tradisional akibat munculnya minimarket. Selain itu diharapkan dapat memberi masukan kepada pemerintah Provinsi Bali mengenai kebijakan-kebijakan yang terkait dengan sektor informal. 3.1 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I Pendahuluan Bab ini akan menguraikan hal hal yang menyangkut pendahuluan, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini membahas teori, konsep, dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan teori pendapatan, omzet penjualan, jarak dan jam operasional. Pada bab ini juga dibahas mengenai hubungan antara variabel bebas dan terikat. Pada bab ini juga dibahas rumusan hipotesis yang merupakan dugaan sementara dari rumusan masalah yang sesuai dengan landasan teori. Bab III Metode Penelitian Bab ini memuat cara pemecahan masalah yang diajukan dalam penelitian baik dalam mencari data maupun menganalisa data. Bab ini terdiri dari uraian tentang desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV Pembahasan Bab ini menguraikan tentang gambaran umum masing masing variabel, deskripsi hasil analisis uji asumsi klasik dan analisis regresi linear berganda. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini memuat simpulan yang mencakup seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran saran yang dipandang perlu dan relevan atas simpulan yang dikemukakan.