BAB I PENDAHULUAN. Menurut Abdul Aziz dalam (Muzakki, 2006:32) sastra dalam bahasa Arab. adalah:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam istilah bahasa Arab disebut dengan./ al-adabu /الادب Al-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

الادب هو آلام الانسان البليغ الذى يقصد به الى التا ثير في عواطف القر اء والسامعين, سواء أآان شعرا أم نثر ا.

الا دب كل شعر ا و نثر يو ثر في النفس و يهذب الخلق و يدعو الى الفضيلة و يبعد عن الرذيلة با سلوب جميل

/al-nasru/ النثر /al-syi ru/ (Al-Bisri, 1999: 378) dan prosa disebut dengan الشعر BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ULANGAN HARIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS XI

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan

BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Minggu 1 DPQS TAFSIR AL-QURAN 1

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C

Faedah Kisah-kisah Qur ani FAEDAH KISAH-KISAH QUR ANI

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2013/2014

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

1. Mata Kuliah. 2. Kode Mata Kuliah. 3. Komponen. 4. Jurusan. 5. Program Studi. 6. Program. 7. Bobot. : Tafsir II. Tafsir II. Written by Administrator

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

Sumber: Gambar 2.1 Salah satu kitab Allah yang diturunkan ke bumi adalah Al-Qur an

الا دب هو ا نعكاس الحياة في نفس الاديب بالتعبير الجميل من خلال صياغة فنية جمالية تو ثر في الوجدان و تثير المشا عر الا نسنية المختلفة

A. JUDUL : ANALISIS NILAI SASTRA DALAM CERITA ANAK

BAB 2 ISLAM DAN SYARIAH ISLAM OLEH : SUNARYO,SE, C.MM. Islam dan Syariah Islam - Sunaryo, SE, C.MM

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGGUNAAN KATA TANYA/ ISTIFHANIAH DALAM ALQUR AN (SUATU KAJIAN TAFSIR TEMATIK DALAM TAFSIR AL MISHBAH PADA SURAT AL BAQARAH, ALI IMRAN, AN NISA )

Otentisitas Alkitab vs Quran

BAB V PENUTUP. menyelasaikan seluruh masalah yang ada dalam penelitian: 1. Apakah dalam teks lagu Iwan Fals mengandung nilai dakwah?

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TERMINOLOGIS KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN

MODUL 02 MEMAHAMI KEAGUNGAN AL-QUR AN DAN HIDUP BAHAGIA DENGAN AL-QUR AN

PROGRAM PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM KELAS V - SEMESTER 1

ASAS HIDUP TAKWA Oleh Nurcholish Madjid

Prestasi, bukan Prestise

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

PELAJARAN DARI Q.S 9 AT TAUBAH AYAT 2

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB V IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

Tasyakuran 4 Bulan Kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1

(Lembaran Kisah) 29 Apl 8 May 2010

Bab 2 Iman Kepada Kitab-kitab Allah

Al-Qur an: Sumber Ajaran Islam Pertama

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

TAKFIR DAN HAK BERBEDA PENDAPAT

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAHUN PELAJARAN 2010/2011

KISI-KISI SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAHUN PELAJARAN 2010/2011

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR ( USB PAI SD ) TAHUN PELAJARAN 2014/2015

تماسك : درجة التجاذب بين عنصرين لغويين في جملة واحدة

BAB I PENDAHULUAN. bahkan kata hikmah ini menjadi sebuah judul salah satu tabloid terbitan ibukota

Pelajaran Dari Doa Nabi Musa 'Alaihissalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Al-Matiin, Yang Maha Kokoh

RASULULLAH SAW DALAM MEMBINA UMMAT PERIODE MADINAH

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN 2013/2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diterima Nabi Muhammad dengan perantaraan malaikat Jibril, sebagai petunjuk

UJIAN PRAKTIK. UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL Pendidikan Agama Islam SEKOLAH DASAR (SD) KEMENTERIAN AGAMA RI. Tahun Pelajaran 2011/2012

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SIRAH AL-ANBIYA

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

M A K A L A H PENDIDIKAN AGAMA

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMA, MA, SMALB, SMK DAN MAK

BAB I PENDAHULUAN. dipahami, sehingga terjadi integrasi antarsesama. manusia, bahasa juga digunakan oleh Allah Swt. untuk menyampaikan ajaran-

MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM ( SKI ) KELAS V SEMESTER II

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

Menguak Kemu jizatan Al Qur an, Kadar dan Aspeknya. Jamaluddin *

KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET)

Kejayaan Umat Dalam Berhijrah. Dr. Tajuddin Pogo, Lc.MH

3 Wasiat Agung Rasulullah

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR (USB) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JENJANG SEKOLAH DASAR (SD) TAHUN PELAJARAN 2016/

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan Allah swt. Semata. Al-Qur an juga mengandung nilai-nilai dan. ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BANJIR NABI NUH (Bagian-1) Ust. Drs. M. Soleh, M.Pd

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

Pendidikan Agama Islam

BAB II PENGERTIAN ALQURAN

BAB I PENDAHULUAN. orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan. Dalam hal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang dan juga mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap

OLEH. MUHAMMAD AJI NUGROHO

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SD, MI, DAN SDLB

Kuliah Minggu Keempat 1.3 Sejarah Sains dan Teknologi Islam

UJIAN PRAKTIK. UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL Pendidikan Agama Islam. Tahun Pelajaran 2011/2012

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

AL QURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM

Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNARUNGU

ISRA MI RAJ NABI SAW. DAN PEMBANGUNAN MORALITAS BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai salah satu rahmat yang tidak

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) TAHUN PELAJARAN 2012/2013

UNIT 5. Kelas Bimbingan Dewasa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra berasal dari bahasa Sansekerta yaitu sas yang berarti mengarahkan, mengajar dan memberi petunjuk. Akhiran tra berarti alat, dan sarana. Secara leksikal sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk, atau buku pengajaran yang baik. Kata sastra sering dikombinasikan dengan awalan su sehingga menjadi susastra, yang diartikan sebagai hasil ciptaan yang baik dan indah. (Ratna, 2005:5) Sastra dalam bahasa Arab disebut dengan adab yang memiliki arti umum dan khusus. Secara umum, adab berarti akhlak yang baik, sedangkan secara khusus adab berarti kata-kata yang indah dan baik yang memberi pengaruh pada jiwa manusia. (Al-Hamid, 1994:15) adalah: Menurut Abdul Aziz dalam (Muzakki, 2006:32) sastra dalam bahasa Arab الا دب آل شعرأو نثر يو ثر في النفس ويهذب الخلق ويدعو الى الفضيلة ويبعد عن الرذيلة باسلوب جميل /Al-adabu kullu syi rin aw naśrin yua`śśiru fī al-nafsi wa yuhażżibu alkhuluqa wa yad'ū ilā al-faḍīlati wa yub idu an al-rażīlati bi uslūbin jamīlin/. Sastra adalah setiap puisi atau prosa yang memberi pengaruh kepada kejiwaan, mendidik budi pekerti dan mengajak kepada akhlak yang mulia serta menjauhkan perbuatan yang tercela dengan menggunakan gaya bahasa yang indah. Secara umum, sastra dalam bahasa Arab diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu: الشعر /al-syi ru/ puisi dan النثر /al-naśru/ prosa. (Al-Hamid, 1994:16) Husein dalam (Muzakki, 2006:45) memberi pengertian tentang syair sebagai berikut: الشعرهو الكلام الذي يعتمد لفظه على الموسيقي والوزن فيتالف من اجزاء يشبه بعضها بعضا في الطول والقصر والحرآة /Al-syi ru huwa al-kalāmu al-lażī ya tamidu lafzuhu ala al-mūsīqī wa alwazni fayata allafu min ajzā i yusybihu ba ḍuhā ba ḍan fī aţ-ţūli wa alqaṣri wa al-harakati/ Syair adalah susunan beberapa kata-kata yang pengucapannya terikat dengan irama dan pola, karena itu syair tersusun dari beberapa bagian bunyi harkat yang satu sama lain mempunyai kesamaan bunyi, baik bunyi harkat panjang maupun pendek.

Menurut Al-Iskandari dan Inani dalam (Muzakki, 2006:53) prosa adalah: النثرهو ماليس مرتبطا بوزن ولا قافية /Al-naśru huwa mā laysa murtabiţan bi waznin wa lā qāfiyatin/. Prosa adalah kata yang tidak terikat dengan wazan/pola irama, maupun dengan qafiyah/sajak. Menurut Al-Hamid (1994:16) yang termasuk dalam / al-naśru /النثر prosa diantaranya adalah: الخطبة /al-khuţbatu/ pidato surat / al-risālatu /الرسالة wasiat, /al-waṣiyyatu/ الوصية hikmah / al-hikmatu /الحكمة perumpamaan /al-maśalu/ المثل القصة /al-qiṣṣatu/ kisah. Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis tentang kisah yang ada dalam Al-Qur an. Kisah menururut bahasa adalah التتبع /al-tatabbu u/ penelusuran. Sedangkan menurut istilah yaitu: مجموعة من الاحداث يحكيها الكاتب وتتعلق تلك الاحداث بشخصيات انسانية مختلفة متباينة في تصرفاتها واساليب حياتها على نحو ما تتباين حياة الناس على وجه الارض /Majmū atun min al-ahdāśi yuhkihā al-kātibu wa tata allaqu tilka alahdāsu bi syakhṣiyyatin insāniyyatin mukhtalifatin mutabāyinatin fī tasarrufātihā wa asālībi hayātiha ala nahwi ma tatabāyanu hayātu alnāsi alā wajhi al-ardi/ Kisah adalah kumpulan beberapa peristiwa yang diceritakan oleh seorang penulis, dimana peristiwa-peristiwa tersebut berkaitan erat dengan tokoh-tokoh yang bersifat manusiawi, berbeda-beda dan beragam dalam sikap maupun gaya hidupnya sebagaimana beragamnya gaya hidup manusia di atas permukaan bumi. (Jaudah, 1991:41) Sebuah kisah harus merupakan bagian dari realitas kehidupan manusia secara umum, yang diperankan oleh para tokoh yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi, serta berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kisah tersebut. (Jaudah, 1991:41)

Al-Qur an menurut bahasa, ialah bacaan atau yang dibaca. Al-Qur`an adalah mashdar yang diartikan isim maf ul. Menurut istilah ahli agama ( uruf Syara ), Al-Qur`an ialah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang ditulis ke dalam mushhaf (lembaran-lembaran yang dijadikan seperti buku). (Ash-Shiddieqy, 1999:4) Al-Qur an bagi kaum muslimin adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril selama lebih kurang dua puluh tiga tahun. Kitab suci ini memiliki kekuatan yang luar biasa yang berada di luar kemampuan akal manusia. Seandainya kami turunkan Al-Qur an ini kepada sebuah gunung, maka kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah karena takut kepada Allah (Al-Hasyru:21). Kandungan pesan Ilahi yang disampaikan Nabi Muhammad telah meletakkan basis untuk kehidupan individual dan sosial kaum muslimin dalam segala aspek kehidupannya. Al-Qur an berada tepat di jantung kepercayaan kaum muslimin. (Amal, 2005:1) Al-Qur an tidak hanya berisikan tentang tauhid, ibadah dan hukum-hukum yang mengatur tata cara kehidupan manusia agar selamat dunia dan akhirat, akan tetapi Al-Qur an juga berisikan tentang kisah-kisah para nabi, orang bijak dan sholeh yang penuh dengan nilai-nilai sejarah dan pesan moral yang sangat penting bagi manusia. Salah satu kisah yang masyhur (terkenal) dan berulang kali dijelaskan dalam Al-Qur an adalah kisah Nabi Musa as. Nabi Musa as bin Imran bin Qahits bin Azir bin Lawi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim (Al-Marghubi, 2009:380) merupakan salah satu nabi ūlu alazmi (memiliki ketetapan hati) yang kisahnya banyak disebutkan di dalam Al- Qur an. Kisah-kisah Nabi Musa as diceritakan secara berulang-ulang di berbagai surat dan tidak dikhususkan dalam satu surat saja sebagaimana kisah nabi Yusuf as. Kisah-kisah Nabi Musa as dalam Al-Qur an sering dihubungkan dengan Fir aun. Fir aun adalah sebutan bagi para raja-raja Mesir ketika itu. Fir aun yang berkuasa pada masa Nabi Musa as bernama Ramses II (Menephtah) yang hidup sekitar tahun (1232-1224 SM) seorang raja yang zalim lagi diktator dan berlaku sewenang-wenang kepada kaum bani Israil, bahkan ia juga mengaku dirinya sebagai tuhan (Depag, 2004:164). Maka terjadilah pertentangan antara Nabi Musa as dengan Fir aun, hingga akhirnya ia dan pengikutnya ditenggelamkan oleh Allah swt ke dalam laut, melalui mu jizat yang diberikannya kepada Nabi Musa as karena keangkuhan dan kesombongan Fir aun yang tidak mau mengakui Allah

swt sebagai Tuhan dan tidak mengimani ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa as (Depag, 2004:10). Kisah-kisah tersebut diceritakan dalam Al-Qur an secara berulang-ulang, sehingga menarik perhatian penulis untuk menganalisis keistimewaan dari kisahkisah tersebut, mengapa Allah menceritakannya berulang kali di dalam Al-Qur an yang ditujukan kepada Nabi Muhammad saw dan umatnya? ditambah lagi dengan adanya bukti nyata peninggalan dari kisah sejarah tersebut berupa mumi (jasad) Fir aun yang masih terjaga sampai saat ini. (Khalil, 2005:91) Hamka (1982:3-5) menyebutkan bahwa salah satu faktor dari pengulangan kisah Nabi Musa as dalam Al-Qur an adalah untuk menguatkan hati Nabi Muhammad saw dalam berjuang menghadapi permusuhan, kecurangan dan penghianatan bangsa Yahudi di Madinah, yaitu Bani Qoinuqo, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah, sehingga Allah swt mengingatkan kembali kisah Nabi Musa as saat menghadapi kesombongan Fir aun yang juga ingkar dan tidak mau beriman terhadap ajaran yang dibawa oleh Nabi Musa as, agar menumbuhkan rasa percaya diri dan menguatkan hati sekaligus membangkitkan semangat Nabi Muhammad saw dan orang beriman dalam menghadapi cobaan yang mereka hadapi. Kemudian faktor yang lain dari pengulangan kisah Nabi Musa as dalam Al-Qur an adalah karena perjuangan yang dihadapi Nabi Musa as hampir sama beratnya dengan pejuangan yang dihadapi Nabi Muhammad saw, sehingga dapat menjadi perbandingan bagi Nabi Muhammad saw dan orang beriman bahwa para nabi terdahulu juga menghadapi cobaan yang berat dalam menegakkan agama Allah swt. (Hamka, 1982:24) Salah satu bukti kisah tentang keberadaan Nabi Musa as dan Fir aun dalam Al-Qur an terdapat pada surat Yunus ayat 75: /śumma ba aśnā min ba dihim musā wa hārūna ilā Fir auna wa malā`īhi bi āyātinā fa astakbirū wa kānū qauman mujrimīna/ Kemudian sesudah rasul-rasul itu, Kami utus Musa dan Harun kepada Fir aun dan pemukapemuka kaumnya, dengan (membawa) tanda-tanda (mu jizat-mu jizat) Kami, maka mereka menyombongkan diri dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.

Tokoh Nabi Musa as dalam Al-Qur an disebutkan sebanyak 136 kali dan terdapat dalam 34 surat (Khalil, 2005:83). Diantaranya pada surat Al A raaf, Al- Kahfi, Thaha, Asy-Syu araa, Al-Qashash, Al-Mu min, Az-Zhukhruf, Adz- Dzaariyaat dan An-Naazi aat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori Abdullah bin Hamid Al- Hamid untuk mendeskripsikan defenisi prosa dan bagian-bagiannya, teori Surayya Abdul Mun im Jaudah untuk mendeskripsikan kisah dan tokoh dalam kisah, serta teori Muhammad A. Khalafullah untuk menjelaskan tentang model-model kisah, unsur-unsur kisah dan tujuan kisah, sehingga ketiganya saling melengkapi untuk menganalisis kisah Nabi Musa as versus Fir aun dalam Al-Qur an. 1.2 Perumusan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, maka perlu adanya perumusan masalah sehingga tidak keluar dari topik permasalahan yang ingin dibahas. Adapun perumusan masalah tersebut adalah: 1. Bagaimanakah sosok tokoh Nabi Musa as pada kisah Nabi Musa as versus Fir aun dalam Al-Qur an? 2. Bagaimanakah model kisah yang terdapat pada kisah Nabi Musa as versus Fir aun dalam Al-Qur an? 3. Apa sajakah tujuan kisah yang terdapat pada kisah Nabi Musa as versus Fir aun dalam Al-Qur an? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendiskripsikan sosok tokoh Nabi Musa as pada kisah Nabi Musa as versus Fir aun dalam Al-Qur an. 2. Untuk mendiskripsikan model kisah yang terdapat pada kisah Nabi Musa as versus Fir aun dalam Al-Qur an. 3. Untuk mendiskripsikan tujuan yang terdapat pada kisah Nabi Musa as versus Fir aun dalam Al-Qur an.

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Untuk menambah dan memperluas wawasan penulis dan pembaca mengenai kisah Nabi Musa as versus Fir aun yang meliputi model-model kisah, unsur-unsur kisah, dan tujuan kisah dalam Al-Qur an. 2. Untuk menambah referensi bagi para mahasiswa di Program Studi Bahasa Arab dalam menganalisis kisah-kisah para nabi yang terdapat dalam Al- Qur an. 3. Memberikan sumbangsih bagi Program Studi Bahasa Arab khususya di bidang sastra. 1.5 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan mengambil data dari ayat-ayat Al-Qur an yang berkaitan dengan Nabi Musa as versus Fir aun dengan cara menggunakan software Al-Qur an dan kata musa sebagai unsur pilah penentu. Penelitian ini berawal dari penelitian Induktif, yaitu dengan cara mengumpulkan sumber data terlebih dahulu kemudian mencari teorinya atau disebut dengan pengumpulan data dari khusus ke umum. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode dengan cara mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasi, menganalisis dan menginterpretasikannya. Dalam memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan Latin, peneliti memakai sistem transliterasi Arab-Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/u/1987 tanggal 22 Januari 1988. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Mengumpulkan dan membaca ayat-ayat dalam Al-Qur an yang berhubungan dengan judul penelitian dengan menggunakan software Al- Qur an.

2. Mengumpulkan dan membaca referensi atau buku yang berkaitan dengan judul penelitian. 3. Mengklasifikasikan dan menganalisis data-data yang diperoleh. 4. Menyusun hasil penelitian secara sistematis dalam bentuk laporan ilmiah yang kemudian disajikan dalam bentuk skripsi.