BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBENTUKAN FASA INTERMETALIK α-al 8 Fe 2 Si DAN β-al 5 FeSi PADA PADUAN Al-7wt%Si DENGAN PENAMBAHAN UNSUR BESI DAN STRONSIUM SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

PENGARUH UNSUR Mn PADA PADUAN Al-12wt%Si TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN UNSUR MANGAN PADA PADUAN ALUMINIUM 7wt% SILIKON TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Penelitian Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir pada Gambar 3.1.

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan bahan dasar piston bekas. Proses pengecoran dengan penambahan Ti-B 0,05%

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Peleburan AC4B GBF. Holding Furnace LPDC. Inject: 0 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam. Chipping Cutting Blasting

Bab III Metodologi Penelitian

Karakterisasi Material Sprocket

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian oksidasi baja AISI 4130 pada

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Januari 2015 sampai dengan Juni

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENGECORAN SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL ALUMINIUM

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

BAB III METODE PENELITIAN. Proses pengujian dapat dilihat pada diagram alir berikut ini:

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

III. METODE PENELITIAN. waktu pada bulan September 2015 hingga bulan November Adapun material yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB IV METODE PENELITIAN. Start

Gambar 3.1 Blok Diagram Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan selama penelitian agar dapat tercapai hasil serta kesimpulan yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 3.1 DIAGRAM ALIR PENELITIAN Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1, yaitu sebagai berikut: 1. Menimbang material aluminium master alloy Al-7%Si dan Al-11%Si yang akan digunakan sesuai dengan perhitungan berat material balance sebagai material utama penelitian. 2. Melakukan uji komposisi master alloy Al-7%Si dan Al-11%Si agar diketahui komposisi kimia dari material yang digunakan pada penelitian. 3. Setelah poin 1 dan 2 selesai maka mempersiapkan semua alat dan bahan untuk melakukan pengecoran. Pada alat pengecoran dilakukan pelapisan coating sehingga alat lebih terlindungi pada saat panas pengecoran. 4. Melakukan peleburan masing-masing master alloy Al-7%Si dan Al-11%Si yang dilakukan secara terpisah. 5. Setelah master alloy Al-7%Si dan Al-11%Si masing-masing telah melebur maka dilakukan fluxing untuk mengikat kotoran yang ada pada logam cair yang selanjutnya dibuang. Sebelum flux ditaburkan, terlebih dahulu dipanaskan untuk menghilangkan uap airnya. 6. Menaikkan temperatur logam cair sampai dengan temperatur 800 o C, setelah suhu tersebut dicapai maka dilakukan plunger Al-Fe agar Fe dapat larut dalam aluminium cair. 7. Menganalisis hasil pengolahan data yaitu dengan membandingkan literatur terkait. 8. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis. 32

Diagram alir penelitian pada Gambar 3.1 dibawah ini. Mulai Preparasi penelitian: Alat & bahan Master Alloy Al-7%Si & Al-11%Si Uji Komposisi Kimia (Spectrometry) Peleburan Al-7%Si Peleburan Al-11%Si Fluxing Fluxing Penambahan Fe 1,2%; 1,4%; 1,6%; 1,8% pada T = 800 o C Penambahan Fe 0,6%; 0,8%; 1%; 1,2% pada T = 800 o C Degassing Argon Sampel Uji Fluiditas pada T = 720 o C Uji Komposisi Kimia (Spectrrometry) SEM & EDS XRD Literatur Hasil dan Pembahasan Kesimpulan Selesai Gambar 3. 1 Diagram Alir Penelitian. 33

3.2 PERALATAN DAN BAHAN 3.2.1. Peralatan Peralatan yang digunakan pada peleburan paduan Al-Si antara lain: 1. Dapur peleburan tipe krusibel dan blower. 2. Kowi (kapasitas 1400 gr) 3. Thermocouple (alat pengukur temperatur) 4. Alat uji fluiditas vakum 5. Kompresor 6. Cetakan ingot 7. Timbangan digital dengan ketelitian 0,01 gram 8. Penggaris 100 cm dan spidol permanen 9. Gergaji besi dan gerinda Peralatan yang dipergunakan saat melakukan pengujian mikrostruktur dan karakterisasi paduan aluminium silikon yaitu sebagai berikut: 1. Mesin amplas dan mesin poles 2. Mesin Spectrometer 3. SEM LEO 420 dilengkapi personal computer, printer dan software 4. Mesin X-RD dilengkapi dengan personal computer. 3.2.2 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain : 1. Ingot paduan Al-7wt%Si dan Al-11wt%Si (master alloy) 2. Paduan Al-80%Fe (dengan efektivitas 95%) 3. Tube tembaga 4. Thermal coating dan Flux 5. Degasser (gas Argon) 6. Briket batubara 7. Resin dan hardener 8. Kertas amplas 120#, 240#, 400#, 600#, 800#, 1000#, dan 1500#. 9. Kain poles beludru dan zat poles Alumina 10. Zat etsa HF (Hidrogen Fluorida) 0,5 % dan Alkohol 34

11. Silica gel untuk menjaga kelembaban sampel ketika disimpan di dalam plastik.al-7%si (1.2%Fe; 1.4%Fe; 1.6%Fe; 1.8%Fe) 3.3 PROSEDUR PENELITIAN 3.3.1 Pembuatan Master alloy Al-Si Master alloy Al-7%Si dan Al-11%Si yang digunakan pada penelitian ini dibuat melalui proses pengecoran aluminium yang dipadukan dengan silikon. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat Spectrometer umtuk mengetahui komposisi awalnya. Sampel yang diuji berupa master alloy dengan komposisi tertentu sesuai dengan tabel 3.1 da 3.2 dibawah ini. Tabel 3.1 Komposisi Kimia Paduan Al-7%Si Sampel Komposisi Kimia (%) Al Si Fe Cu Mg Cr N 1 92.777 7.0059 0.1309 0.0501 0.0011 0.0015 N 2 92.828 6.9611 0.1297 0.0501 0.0011 0.0015 N 3 92.656 7.1232 0.1336 0.0501 0.0011 0.0015 Rata-rata 92.754 7.0301 0.1314 0.0501 0.0011 0.0015 Sampel Komposisi Kimia (%) Ti Sn Pb Ca P Mn N 1 0.0100 0.0087 0.0129 0.0012 0.0003 0 N 2 0.0094 0.0077 0.0103 0.0012 0.0000 0 N 3 0.0099 0.0095 0.0136 0.0012 0.0002 0 Rata-rata 0.0098 0.0086 0.0123 0.0012 0.0002 0 Tabel 3. 2 Komposisi Master Alloy Al-11%Si Sampel Komposisi Kimia (%) Al Si Fe Cu Mn Mg Cr Zn N 1 88,55 11,164 0,1682 0,0500 0,0000 0,0070 0,0015 0,0040 N 2 88,41 11,300 0,1691 0,0500 0,0000 0,0058 0,0015 0,0057 N 3 88,65 11,085 0,1639 0,0501 0,0000 0,0014 0,0015 0,0000 Rata-Rata 88,54 11,183 0,1671 0,0500 0,0000 0,0047 0,0015 0,0032 Sampel Komposisi Kimia (%) Ti Ni Sn Pb Na Ca Sr P N 1 0,0169 0,0000 0,0158 0,0177 0,0002 0,0013 0,0001 0,0000 N 2 0,0169 0,0000 0,0153 0,0180 0,0002 0,0013 0,0001 0,0000 N 3 0,0165 0,0000 0,0127 0,0150 0,0001 0,0012 0,0001 0,0000 Rata-Rata 0,0168 0,0000 0,0146 0,0169 0,0002 0,0013 0,0001 0,0000 35

3.3.2 Persiapan Penelitian 3.3.2.1 Perhitungan Material Balance Pada penelitian ini pertama adalah melakukan perhitungan bahan baku paduan Al- 7wt%Si dan Al-11wt%Si yang akan digunakan yaitu masing-masing sebesar 1400 gram (disesuaikan dengan kapasitas kowi yang akan digunakan). Elemen besi yang ditambahkan berupa paduan Al-80%Fe dengan efektivitas 95% Fe sehingga diperlukan penambahan berat paduan Al-80%Fe sebesar 5% pada setiap variabel komposisi. Perhitungan penambahan besi yang dilakukan ke dalam paduan Al-Si dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Tabel 3.4. Tabel 3. 3 Perhitungan Material Ballance untuk Al-7%Si. %Fe Berat Fe (gr) Berat Al (g) Berat eff Fe (+5% gr) 1,2% 1,2% x 1400 = 16,8 gr Al Fe Al = 1400 gr 21 gr Fe 22,1 gr Fe = 16,8 x 100/80 = 21 gr Fe = 1379 gr Fe 1,4% 1,4% x 1400 = 19,6 gr Al Fe Al = 1400 gr 24,5grFe 25,78 gr Fe =19,6 x 100/80 = 24,5 gr Fe = 1375,5 gr Fe 1,6% 1,6% x 1400 = 22,4 gr Al Fe Al = 1400 gr 28 gr Fe 29,47 gr Fe = 22,4 x 100/80 = 28 gr Fe 1,8% 1,8% x 1400 = 25,2 gr Al Fe Fe = 25,2 x 100/80 = 31,5gr Fe = 1372 gr Fe Al = 1400 gr 31,5grFe = 1368,5 gr Fe 33,15 gr Tabel 3. 4 Perhitungan Material Ballance untuk Al-11%Si %Fe Berat Fe (gr) Berat Al (g) Berat eff Fe (+5% gr) 0,6% 0,6% x1400 = 8,4gr Al Fe Al = 1400gr 10,5grFe 11,05 gr Fe = 8, 4x100 = 10,5 gr 80 Fe = 1389,5gr Al 0,8% 0,8% x1400 = 11,2 gr Al Fe Al = 1400gr 14grFe 14,74 gr Fe = 11, 2x100 = 14 gr 80 Fe = 1386gr Al 1% 1% x1400 = 14gr Al Fe Al = 1400gr 17,5grFe 18,42 gr Fe = 14x100 = 17,5 gr 80 Fe = 1382,5gr Al 1,2% 1, 2% x1400 = 16,8gr Al Fe Al = 1400gr 21grFe 22,1 gr Fe = 16,8x100 = 21gr 80 Fe = 1379gr Al 36

3.3.2.2 Persiapan Alat dan Bahan Tekanan alat uji fluiditas vakum harus diatur terlebih dahulu yaitu sebesar 8 kg/inch 2 (konstan untuk semua sampel pengujian). Pipa tembaga merupakan bagian dari alat uji fluiditas vakum yang bersifat consumable. Pemilihan material ini sebagai pipa alat uji fluiditas vakum dikarenakan tembaga memiliki nilai daya hantar panas yang paling baik dibandingkan dengan jenis material lain, seperti stainless steel dan baja. Pipa tembaga tersebut disesuaikan dengan spesifikasi standar ASTM B-88 NS yaitu berukuran 1/4 OD, tebal 0,89 mm dan panjang 80 mm. Penimbangan kebutuhan master alloy dilakukan dengan timbangan digital. Tube tembaga Katup otomatis Vacuum chamber Vacuum pump A R G O N Dapur krusibel Al Cair Kowi Briket batubara Saluran Blower Gambar 3. 2 Skema alat uji fluiditas vakum. Gambar 3. 3 Timbangan Digital. 37

3.3.3 Proses Peleburan Proses peleburan dilakukan dengan menggunakan dapur krusibel berbahan bakar briket batubara yang dilakukan untuk peleburan Al-7%Si dengan komposisi besi sebesar 1,2%; 1,4%; 1,6%; dan 1,8% serta Al-11%Si dengan komposisi besi 0,6%; 0,8%; 1% dan 1,2%. Bejana (kowi) yang digunakan terbuat dari bahan refraktori dengan kapasitas ± 1400 gram. Pertama peralatan peleburan yang akan digunakan di-coating untuk menghindari masuknya pengotor ke dalam paduan aluminium dan menjaga umur peralatan tersebut. Kemudian kowi dimasukan ke dalam dapur krusibel dan dilakukan pembakaran dengan briket batubara sambil dilakukan penghembusan udara dengan menggunakan blower untuk mempercepat proses pemanasan. Setelah dapur cukup panas, master alloy Al-Si hipoeutektik yang telah ditimbang sebelumnya, sedikit demi sedikit dimasukkan dalam bejana (kowi) hingga mencair. Demikian pula untuk master alloy Al-Si eutektik. Gambar 3. 4 Blower. Gambar 3. 5 Proses peleburan. 3.3.4 Proses Fluxing Proses penaburan cover flux keatas permukaan aluminium cair bertujuan untuk mengikat kotoran-kotoran, berupa oksida maupun pengotor lainnya, yang terdapat di dalam aluminium cair. Sebelum ditaburkan, flux dipanaskan terlebih 38

dahulu untuk mengurangi kandungan air sehingga tidak terjadi percikan logam aluminium ketika ditaburkan. Kotoran yang telah berikatan dengan fluxing agent dibuang (drossing) dengan menggunakan sendok plat besi yang telah di-coating. 3.3.5 Penambahan Elemen Besi Elemen besi ditambahkan dalam bentuk bongkahan kecil paduan Al-80Fe pada temperatur di atas 800 o C. Proses pelarutan besi dengan cara dibungkus dengan aluminium foil lalu dilakukan plunger selama ± 5 menit. Setelah itu dilakukan pengadukan agar besi lebih merata ke seluruh aluminium cair. Paduan Al-80Fe memiliki efektivitas 95% karena mengandung flux sehingga ketika dimasukkan ke dalam aluminium cair akan menghasilkan abu (flux yang terbakar). Gambar 3. 6 Proses penambahan (Plunger) Fe. 3.3.6 Proses Degassing Proses degassing dilakukan setelah seluruh bongkahan paduan Al-80Fe larut dalam aluminium cair. Pada penelitian ini proses degassing dilakukan pada temperatur ± 740 o C untuk membersihkan gas-gas yang larut akibat temperatur tinggi. Degassing dilakukan dengan pemberian gas argon melalui lance selama ± 1 menit yang akan menghasilkan gelembung inert di dalam leburan aluminium sehingga gas-gas asing dan pengotor di dalam aluminium cair dapat terangkat ke permukaan. 39

3.3.7 Sampel Fluiditas Sampel fluiditas ini didapatkan dari pengujian fluiditas pada temperatur 720 o C. Hasilnya berupa lubang pada silender tembaga terisi aluminium. Aluminium yang masuk inilah yang akan diteliti dengan SEM, EDX dan XRD. Alat uji fluiditas vakum terdiri atas dua sistem, yaitu: 1. Sistem vakum, Sistem vakum berfungsi untuk memberikan tekanan vakum tertentu (8 kg/inch 2 ) ke dalam pipa tembaga yang dibangkitkan melalui generator vakum. Tekanan yang dihasilkan oleh generator dijaga oleh vacuum chamber yang telah dikalibrasi melalui pressure calibration method, sebelum dialirkan ke suatu batang yang memiliki katup otomatis, dimana pada ketinggian tertentu katup akan membuka sehingga terjadi tarikan aluminium cair. 2. Sistem kontrol pergerakan. Sistem kontrol pergerakan dibangkitkan oleh kompresor yang akan menggerakkan piston sehingga membantu naik-turun pipa tembaga agar stabil. Pengambilan sampel dilakukan secara semi-otomatis dimana piston akan menurunkan pipa tembaga ke dalam kowi. Dengan menekan tuas pada alat uji fluiditas vakum, pipa tembaga yang telah dipasang akan bergerak turun dengan bantuan hidrolik. Saat pipa mencapai bawah dan masuk ke dalam aluminium cair, sensor pada alat tersebut tertekan dan vakum akan menghisap logam cair dengan tekanan yang telah diatur. Proses penghisapan ini dibuat konstan hanya dalam waktu 3 detik untuk setiap sampel untuk menghindari pipa tembaga ikut melebur. Gambar 3. 7 Hasil pengujian fluiditas. 3.3.8 Pengujian Komposisi Kimia dengan Spectrometer Aluminium cair yang telah dilakukan pengujian fluiditas dituang ke dalam cetakan ingot. Setelah membeku ingot dipotong dan dibubut bagian permukaannya untuk sampel pengujian komposisi kimia. Pengujian komposisi 40

kimia ini dilakukan dengan menggunakan alat optical emission spectrometer yang menghasilkan data berupa prosentase unsur yang terkandung di dalam paduan aluminium tersebut. Pengujian ini dimaksudkan untuk memastikan kadar besi yang terkandung di dalam paduan Al-Si hipoeutektik sesuai dengan hasil perhitungan. 3.3.9 Pengamatan Mikrostruktur dengan SEM dan EDS Pengamatan mikrostuktur ini dilakukan dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) LEO 420 dilengkapi dengan Energy-Dispersive Spectroscopy (EDS). Gambar 3. 8 Alat Scanning Electron Microscope (SEM) yang dilengkapi EDX. Pengamatan mikrostruktur dengan menggunakan SEM dilakukan untuk mengetahui morfologi, ukuran, dan jumlah fasa intermetalik yang terbentuk. Preparasi sampel dengan menggunakan larutan etsa HF 0,5% serta pengambilan gambar SEM dengan perbesaran 1000 kali. Sementara pengujian komposisi dilakukan dengan EDX untuk memastikan bahwa terdapat unsur-unsur pembentuk fasa intermetalik AlFeSi. Dengan menggunakan SEM diharapkan dapat mengidentifikasi fasa intermetalik dan morfologinya dimana fasa α-alfesi mempunyai bentuk chinesse script dan fasa β-alfesi mempunyai morfologi seperti pelat dan jarum-jarum. Proses perhitungan jumlah fraksi intermetalik menggunakan piranti lunak PICSARA [25]. Sampel uji untuk pengamatan mikrostruktur ini diambil dari bagian atas tube hasil uji fluiditas. Seluruh sampel uji yang akan diamati mikrostrukturnya 41

harus melalui tahapan-tahapan persiapan sampel metalografi berdasarkan standar pengujian ASTM E 3-80 (1980). Adapun tahap-tahap yang dilakukan adalah : 1. Mounting Proses mounting bertujuan menempatkan sampel pada suatu media, untuk memudahkan penanganan sampel yang berukuran kecil dan tidak beraturan tanpa merusak sampel. Media mounting yang digunakan berupa resin dan hardener yang dituangkan ke cetakan setelah diletakkan sampel terlebih dahulu. Mounting Lokasi pengambilan sampel Gambar 3. 9 Sampel uji fluiditas setelah dilakukan mounting. 2. Pengamplasan (Grinding) Pengamplasan dilakukan dengan menggunakan kertas amplas dengan amplas nomor grid #120, #240, #360, #400, #600, #800, #1000, dan #1500, yang dilakukan secara bertahap dimulai dari amplas dengan nomor grid paling kecil (kasar) ke nomor grid yang besar (halus). Proses pengamplasan dilakukan dengan dialiri air yang bertujuan untuk menghindari panas akibat gesekan permukaan sampel dengan amplas dan untuk membuang geram hasil pengamplasan agar tidak menggores permukaan sampel. Proses pengamplasan ini bertujuan untuk mendapatkan kehalusan permukaan dan menghilangkan goresan-goresan kasar pada permukaan sampel. Gambar 3. 10 Mesin Amplas dan mesin Poles. 42

3. Pemolesan (Polishing) Sampel yang permukannya telah halus dan rata kemudian akan dipoles dengan menggunakan mesin pemoles dan zat poles alumina. Proses ini dilakukan setelah pengamplasan dengan tujuan untuk menghilangkan goresan-goresan akibat pengamplasan, sehingga didapatkan permukaan yang lebih halus dan mengkilap. 4. Etsa (Etching) Untuk mengamati mikrostruktur perlu dilakukan etsa, yaitu proses korosi terkontrol yang bertujuan untuk mengikis batas butir. Untuk pengamatan struktur aluminium zat etsa yang diberikan adalah HF 0,5% pada bagian permukaan sampel (±15 detik). Setelah dilakukan etsa kemudian sampel akan dibersihkan dengan air dan alkohol 70% dan dikeringkan. 3.3.10 Karakterisasi dengan XRD Sampel yang digunakan adalah potongan aluminium yang berbentuk silinder yang dibelah menjadi dua. Kemudian potongan-potongan tersebut disusun sehingga menjadi suatu bidang yang nantinya dapat diuji pada mesin XRD. Tujuan dilakukan karakterisasi dengan menggunakan XRD (X-Ray Diffraction) adalah untuk mengetahui senyawa yang terkandung didalamnya.xrd dilakukan dengan menembakkan sinar X-Ray pada material kemudian pantulannya akan ditangkap oleh detektor (gambar 2.27). Prinsip dari XRD dimana elektron yang berada pada bidang elektromagnetik akan bertolak dengan frekuensi yang sama (gambar 2.26). Ketika berkas x-ray menumbuk atom, elektron disekitar atom akan mulai terpantul kesegala arah (gambar 2.28) dengan frekuensi yang sama sebagai berkas sinar datang. Hampir di semua arah mempunyai interferensi yang saling melemahkan, yaitu gelombang gabungan keluar dari fasa dan tidak ada resultan energi meninggalkan sampel padat. Walaupun atom pada kristal tergabung pada pola umum dan pada beberapa arah akan menghasilkan inteferensi yang saling menguatkan. Oleh sebab itu berkas sinar diffraksi akan digambarkan sebagai berkas sinar dari sejumlah sinar tersebar yang saling menguatkan satu sama lain. 43

Gambar 3. 11 Geometri pemantulan X-Ray. Hasil dari XRD dapat digunakan untuk mendeteksi secara kualitatif senyawa yang terkandung dalam suatu material. Setiap senyawa pasti memiliki posisi 2θ yang berbeda. XRD juga dapat digunakan untuk menganalisa secara kuantitatif, berdasarkan pernyataan dari B.D.Culity dalam buku Element of X-Ray Diffraction menyatakan bahwa analisa kuantitafif dengan XRD dapat dilakukan dengan memanfaatkan intensitas hasil pengukuran. Faktanya intensitas tergantung dari konsentrasi pada campuran sampel. Gambar 3. 12 Contoh hasil XRD Hubungan antara intensitas dengan konsentrasi tidak selalu linear, karena intensitas difraksi tergantung dari koefisien absorbsi pada setiap campuran yang bervariasi berdasarkan konsentrasi. Aplikasi XRD biasanya digunakan adalah untuk analisa kimia, meliputi identifikasi fasa, investivigasi fasa temperatur tinggi ataupun rendah, solid solution dan menentukan parameter sel dari material baru. 44