BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi, air, dan ruang di angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan digunakan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat merupakan kutipan dari Amanat UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa kepentingan harta kekayaan negara dalam strata kenegaraan sangatlah penting dan memiliki kedudukan yang strategis dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Namun sangat ironi apabila sampai saat ini kita belum bisa menentukan berapa besarnya nilai ekonomi aset dan potensi harta kekayaan Negara yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan Pemerintah Daerah dalam penyusunan laporan keuangan yang komprehensif, penyusunan neraca menunjukkan posisi keuangan Pemerintah Daerah yang merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan merupakan hasil akhir dari proses keuangan daerah. Laporan keuangan yang disyaratkan meliputi Neraca Daerah, Laporan realisasi APBD, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai 1
kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Berdasarkan PSAK No 16 butir 6 bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk tujuan administrasi dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Nilai aset tetap pada Laporan Barang Milik Daerah (LBMD) terdiri dari nilai tanah (KIB A), peralatan dan mesin (KIB B), gedung dan bangunan (KIB C), jalan irigasi jaringan (KIB D), aset tetap lainnya (KIB E), dan konstruksi dalam pengerjaan (KIB F). Aset daerah didefinisikan dalam Permendagri Nomor 17 tahun 2007 pasal 3 sebagai barang milik daerah. Barang milik daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) maupun yang berasal dari perolehan lain yang sah baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga lainnya. Aset yang berada dalam pengelolaan pemerintah daerah tidak hanya yang dimiliki oleh pemerintah daerah, tetapi juga termasuk aset pihak lain yang dikuasai pemerintah daerah dalam rangka pelayanan ataupun pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah daerah. Pengelolaan aset daerah harus ditangani dengan baik agar aset tersebut dapat menjadi modal awal bagi pemerintah daerah untuk melakukan pengembangan kemampuan keuangannya. Namun jika tidak dikelola 2
dengan semestinya, aset tersebut justru menjadi beban karena sebagian dari aset tersebut membutuhkan biaya perawatan atau pemeliharaan dan juga dapat mengalami penurunan nilai (depresiasi) seiring berjalannya waktu. Pengelolaan Barang Milik Negara diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Pasal 1 PP 27/2014 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi, akuntanbilitas, dan kepastian nilai. PP 27/2014 pasal 3 mengatur tentang pengelolaan BMN yang meliputi: (a). perencanaan kebutuhan dan penganggaran; (b). pengadaan; (c). penggunaan; (d). pemanfaatan; (e). pengamanan dan pemeliharaan; (f). penilaian; (g). pemindahtanganan; (h). pemusnahan; (i). penghapusan; (j) penatausahaan; dan (k). pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Salah satu tahapan yang penting dalam pengelolaan BMD, yaitu penilaian. Penilaian dalam menentukan estimasi nilai aset yang berada pada laporan keuangan memiliki peran penting sebagai penentu atas aset-aset yang dikuasainya. Penilaian Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca pemerintah, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah. Penilaian aset sektor publik untuk tujuan laporan keuangan dilaksanakan dalam rangka mendapatkan Nilai Wajar. Berdasarkan PSAK 16 butir 9 dijelakan bahwa Nilai Wajar merupakan harga yang akan diterima untuk 3
menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. Pemberian opini merupakan bentuk apresiasi dari BPK atas hasil pemeriksaan laporan keuangan, disamping pemberian rekomendasi lainnya. Laporan keuangan yang disusun oleh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah merupakan media akuntabilitas keuangan yang disajikan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Status opini BPK meliputi WTP, WTP-DPP, WDP, dan TW. Tabel 1.1 Perkembangan Opini BPK atas LKPD di Wilayah DIY Tahun 2009 2015 No Pemerintah Opini LKPD Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Kota Yogyakarta WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP 2 Kabupaten Bantul WDP WDP WDP WTP WTP WTP WTP 3 Kabupaten Sleman WDP WDP WTP WTP WTP WTP WTP 4 Kabupaten Kulon Progo WDP WDP WDP WDP WTP WTP WTP 5 Kabupaten Gunungkidul WDP WDP WDP WDP WDP WDP WDP Sumber: BPKP DIY Tahun 2015. Keberhasilan Pemerintah Kota Yogyakarta mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) ke-7 dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) telah diraih dari tahun 2009-2015. Hal tersebut merupakan pencapaian terbaik bila dibandingkan dengan opini yang ditetapkan BPK terhadap Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul. Pada tahun 2014, Pemerintah Kota Yogyakarta mendapatkan penghargaan dari Menteri Keuangan RI. Penghargaan ini diberikan atas keberhasilan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan tahun 2014 dengan capaian standar tertinggi dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah. Selain itu, keberhasilan Pemerintah Kota Yogyakarta juga dalam pengelolaan keuangan pada tahun 2015, di antaranya penetapan anggaran sebelum akhir tahun dan laporan keuangan dengan opini 4
wajar tanpa pengecualian (WTP) membuahkan penghargaan berupa perolehan dana insentif. Balai RW Gambiran merupakan salah satu aset pemerintah Kota Yogyakarta. Dalam penyusunan laporan keuangan, nilai yang tercatat bersumber pada KIB. Namun, konsistensi perolehan opini BPK tidak diimbangi dengan pencatatan pada KIB. Salah satunya yaitu aset Balai RW Gambiran, di mana pada KIB A dan C untuk tanah dan bangunan tercatat bahwa luas dan harga tanah masih terdapat beberapa kekurangan. Hal tersebut terlihat bahwa masih terdapat kolom dokumen yang belum terisi seperti luas, lokasi, serta pencantuman nilai aset yang tidak mencerminkan nilai sebenarnya. Lokasi Balai RW Gambiran berada di Kelurahan Pandeyan yang merupakan salah satu dari empat kelurahan terbaik se-indonesia. Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta pernah meraih predikat kelurahan terbaik di Indonesia dalam lomba Desa dan Kelurahan Tingkat Nasional 2013. Selain itu, kelurahan ini juga dianugerahi penghargaan Adikarya Bhakti Praja Utama. Pada 1 April 2007 dideklarasikan sebagai Kampung Hijau Gambiran RW 08. Penamaan tersebut timbul karena bencana yang terjadi yaitu luapan banjir yang terjadi tahun 2005 dan pada tahun 13 Desember 2006. Hal tersebut berdampak kepada masyarakat untuk berkomitmen mengelola atau melestarikan lingkungan hidup diantaranya Sungai Gajahwong, Pengelolaan Sampah Mandiri, Energi Alternatif, Sanitasi ipal, Tamanisasi dan Penghijauan, Kembali ke Pangan Lokal sesuai Ekologi Lingkungan, kebutuhan sarana dan ruang Publik, dan 5
Perpustakaan Jendela Dunia. Dengan perubahan tersebut, Kampung Hijau Gambiran menjadi contoh bagi kampung-kampung di Indonesia. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, penilaian mengenai Balai RW Gambiran penting untuk diangkat menjadi Tugas Akhir. Laporan Keuangan sangat penting untuk suatu pemerintahan karena melalui laporan keuangan dapat mengetahui kekayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut. Di dalam laporan keuangan, salah satu yang yang menjadi hal penting yaitu tentang pengelolaan BMD. Penilaian BMD merupakan bagian dari pengeloaan BMD yang bertujuan untuk mengestimasikan nilai aset yang berada di laporan keuangan sebagai penentu atas aset-aset yang dikuasainya. Laporan keuangan Kota Yogyakarta secara berturut-turut memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (WTP) oleh BPK, namun tidak disertai dengan penyajian yang wajar pada KIB. Selain pencapaian tersebut, Kelurahan Pandeyan yang merupakan kelurahan di Kota Yogyakarta patut berbangga terhadap prestasi yang diraih yaitu predikat kelurahan terbaik pada tahun 2013 dan menjadikan Kampung Hijau Gambiran sebagai golongan panutan kampung terbaik di Indonesia. Balai RW Gambiran merupakan salah satu aset Kota Yogyakarta yang baru dibangun Pemerintah Kota atas dasar permohonan warga sebagai sarana untuk segala kegiatan yang dilakukan warga Gambiran. Oleh karena itu, penelitian tersebut dirumuskan dengan judul Indikasi Nilai Wajar Tanah dan Bangunan Balai Rukun Warga Gambiran, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Untuk Pelaporan Keuangan Kota Yogyakarta Tahun 2015. 6
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan dalam Tugas Akhir ini adalah Berapa Nilai Wajar berdasarkan PSAK No 16 dan 68 terhadap Tanah dan Bangunan Balai RW Gambiran, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta untuk pelaporan keuangan pada tahun 2015?. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang akan penulis capai adalah sebagai berikut: 1. Menentukan Nilai Wajar berdasarkan PSAK No 16 dan 68 terhadap Tanah Bangunan Balai RW Gambiran, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta milik Pemerintah Kota Yogyakarta untuk tujuan pelaporan keuangan pada tahun 2015. 2. Mengetahui selisih nilai aset tanah dan bangunan Balai RW Gambiran yang dihasilkan oleh pemerintah dengan penilai. 3. Mengetahui perbedaan cara penilaian yang dilakukan pemerintah dan penilai. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, penelitian sebagai sarana belajar dan menambah pengalaman penulis tentang penilaian aset pemerintah. 7
2. Bagi instansi pemerintahan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah kota Yogyakarta dalam melakukan pelaporan keuangan dalam hal penilaian aset. 3. Bagi ilmu pengetahuan, dapat menjadi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai penilaian, khususnya di bidang penilaian aset pemerintah. 1.5 Kerangka Penulisan Kerangka penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: Latar Belakang 1. Kewajiban setiap Kabupaten atau Kota untuk menyusun laporan keuangan terhadap kekayaan daerahnya masing-masing. 2. Kewajiban pemerintah dalam mencantumkan jumlah aset yang dimiliki pada laporan keuangan. 3. Pemerintah Kota Yogyakarta meraih opini BPK yaitu WTP pada tahun 2009-2015. 4. Ketidakwajaran nilai yang dihasilkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menyusun laporan keuangan tahun 2015. Identifikasi Masalah Salah satu aset yang memiliki ketidakwajaran nilai yaitu Balai RW Gambiran, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Pengumpulan Data 1. Inspeksi Lapangan 2. Interview atau Wawancara 3. Studi Kepustakaan Data Umum Lokasional Ekonomi Data Khusus Data Subjek Properti Data Pembanding Data Permintaan dan Penawaran Data Perbandingan (Transaksi, Penawaran) Alat Analisis Pendekatan Biaya dengan Metode DRC Kesimpulan Nilai Wajar 8