BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, dan ruang di angkasa, termasuk kekayaan alam yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah diperbaharui

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif

I. PENDAHULUAN. keluar beberapa peraturan pemerintah yaitu undang undang 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah, Undang Undang 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya. Optimalisasi serta peningkatan efektivitas dan efisiensi di

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Idealnya Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) mendapatkan opini

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Bagian Pendahuluan ini akan menguraikan rencana penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak ditetapkannya Undang-Undang Republik Indonesia. ayat (6) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaporan keuangan membantu memenuhi kewajiban pemerintah

LAPORAN KEUANGAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik, yaitu hak untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh pemerintah daerah (pemda) di Indonesia serempak. mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015.

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian

BAB. I PENDAHULUAN. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa: Pengelolaan Barang Milik Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan ekonomi, sudah pasti disemua negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Untuk itu menghadapi. dibutuhkan agar berbagai urusan pemerintahan yang dilimpahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan khususnya dalam memberikan pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Rochmansjah (2010) ditandai dengan adanya penyelenggaraan manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah pemerintahan akan saling terkait fungsinya guna memperjuangkan

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dalam organisasi/instansi. Hal ini ditandai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

PENDAHULUAN. menjadi landasan dalam menyusun pertanyaan penelitian, serta tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB 1. Pendahuluan A. LATAR BELAKANG. Reformasi pada pemerintahan Indonesia mengakibatkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Namun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat umum (Ritonga, 2012:173). Aset tetap dapat diklasifikasikan

AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

TATA CARA PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA SEWA DAN PINJAM PAKAI BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 1 INTRODUKSI. Pengakuan merupakan proses pemenuhan kriteria pencatatan suatu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. penyelenggaraan pemerintahan. Aset merupakan sumber daya ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. akuntabel, dalam hal ini adalah tata kelola pemerintahan yang baik (good

PENGENDALIAN INTERNAL BARANG MILIK DAERAH (BMD) PADA DINAS PPKAD KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara

BAB I PENDAHULUAN. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap pengamanan aset daerah.

BAB I PENDAHULUAN. negara. Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 dalam Pasal 1 menyatakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi, air, dan ruang di angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan digunakan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat merupakan kutipan dari Amanat UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa kepentingan harta kekayaan negara dalam strata kenegaraan sangatlah penting dan memiliki kedudukan yang strategis dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Namun sangat ironi apabila sampai saat ini kita belum bisa menentukan berapa besarnya nilai ekonomi aset dan potensi harta kekayaan Negara yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan Pemerintah Daerah dalam penyusunan laporan keuangan yang komprehensif, penyusunan neraca menunjukkan posisi keuangan Pemerintah Daerah yang merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan merupakan hasil akhir dari proses keuangan daerah. Laporan keuangan yang disyaratkan meliputi Neraca Daerah, Laporan realisasi APBD, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai 1

kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Berdasarkan PSAK No 16 butir 6 bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk tujuan administrasi dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Nilai aset tetap pada Laporan Barang Milik Daerah (LBMD) terdiri dari nilai tanah (KIB A), peralatan dan mesin (KIB B), gedung dan bangunan (KIB C), jalan irigasi jaringan (KIB D), aset tetap lainnya (KIB E), dan konstruksi dalam pengerjaan (KIB F). Aset daerah didefinisikan dalam Permendagri Nomor 17 tahun 2007 pasal 3 sebagai barang milik daerah. Barang milik daerah adalah semua kekayaan daerah baik yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) maupun yang berasal dari perolehan lain yang sah baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali uang dan surat-surat berharga lainnya. Aset yang berada dalam pengelolaan pemerintah daerah tidak hanya yang dimiliki oleh pemerintah daerah, tetapi juga termasuk aset pihak lain yang dikuasai pemerintah daerah dalam rangka pelayanan ataupun pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah daerah. Pengelolaan aset daerah harus ditangani dengan baik agar aset tersebut dapat menjadi modal awal bagi pemerintah daerah untuk melakukan pengembangan kemampuan keuangannya. Namun jika tidak dikelola 2

dengan semestinya, aset tersebut justru menjadi beban karena sebagian dari aset tersebut membutuhkan biaya perawatan atau pemeliharaan dan juga dapat mengalami penurunan nilai (depresiasi) seiring berjalannya waktu. Pengelolaan Barang Milik Negara diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Pasal 1 PP 27/2014 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan berdasarkan asas fungsional, kepastian hukum, transparansi, efisiensi, akuntanbilitas, dan kepastian nilai. PP 27/2014 pasal 3 mengatur tentang pengelolaan BMN yang meliputi: (a). perencanaan kebutuhan dan penganggaran; (b). pengadaan; (c). penggunaan; (d). pemanfaatan; (e). pengamanan dan pemeliharaan; (f). penilaian; (g). pemindahtanganan; (h). pemusnahan; (i). penghapusan; (j) penatausahaan; dan (k). pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Salah satu tahapan yang penting dalam pengelolaan BMD, yaitu penilaian. Penilaian dalam menentukan estimasi nilai aset yang berada pada laporan keuangan memiliki peran penting sebagai penentu atas aset-aset yang dikuasainya. Penilaian Barang Milik Negara/Daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca pemerintah, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara/Daerah. Penilaian aset sektor publik untuk tujuan laporan keuangan dilaksanakan dalam rangka mendapatkan Nilai Wajar. Berdasarkan PSAK 16 butir 9 dijelakan bahwa Nilai Wajar merupakan harga yang akan diterima untuk 3

menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. Pemberian opini merupakan bentuk apresiasi dari BPK atas hasil pemeriksaan laporan keuangan, disamping pemberian rekomendasi lainnya. Laporan keuangan yang disusun oleh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah merupakan media akuntabilitas keuangan yang disajikan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Status opini BPK meliputi WTP, WTP-DPP, WDP, dan TW. Tabel 1.1 Perkembangan Opini BPK atas LKPD di Wilayah DIY Tahun 2009 2015 No Pemerintah Opini LKPD Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Kota Yogyakarta WTP WTP WTP WTP WTP WTP WTP 2 Kabupaten Bantul WDP WDP WDP WTP WTP WTP WTP 3 Kabupaten Sleman WDP WDP WTP WTP WTP WTP WTP 4 Kabupaten Kulon Progo WDP WDP WDP WDP WTP WTP WTP 5 Kabupaten Gunungkidul WDP WDP WDP WDP WDP WDP WDP Sumber: BPKP DIY Tahun 2015. Keberhasilan Pemerintah Kota Yogyakarta mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) ke-7 dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) telah diraih dari tahun 2009-2015. Hal tersebut merupakan pencapaian terbaik bila dibandingkan dengan opini yang ditetapkan BPK terhadap Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul. Pada tahun 2014, Pemerintah Kota Yogyakarta mendapatkan penghargaan dari Menteri Keuangan RI. Penghargaan ini diberikan atas keberhasilan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan tahun 2014 dengan capaian standar tertinggi dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah. Selain itu, keberhasilan Pemerintah Kota Yogyakarta juga dalam pengelolaan keuangan pada tahun 2015, di antaranya penetapan anggaran sebelum akhir tahun dan laporan keuangan dengan opini 4

wajar tanpa pengecualian (WTP) membuahkan penghargaan berupa perolehan dana insentif. Balai RW Gambiran merupakan salah satu aset pemerintah Kota Yogyakarta. Dalam penyusunan laporan keuangan, nilai yang tercatat bersumber pada KIB. Namun, konsistensi perolehan opini BPK tidak diimbangi dengan pencatatan pada KIB. Salah satunya yaitu aset Balai RW Gambiran, di mana pada KIB A dan C untuk tanah dan bangunan tercatat bahwa luas dan harga tanah masih terdapat beberapa kekurangan. Hal tersebut terlihat bahwa masih terdapat kolom dokumen yang belum terisi seperti luas, lokasi, serta pencantuman nilai aset yang tidak mencerminkan nilai sebenarnya. Lokasi Balai RW Gambiran berada di Kelurahan Pandeyan yang merupakan salah satu dari empat kelurahan terbaik se-indonesia. Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta pernah meraih predikat kelurahan terbaik di Indonesia dalam lomba Desa dan Kelurahan Tingkat Nasional 2013. Selain itu, kelurahan ini juga dianugerahi penghargaan Adikarya Bhakti Praja Utama. Pada 1 April 2007 dideklarasikan sebagai Kampung Hijau Gambiran RW 08. Penamaan tersebut timbul karena bencana yang terjadi yaitu luapan banjir yang terjadi tahun 2005 dan pada tahun 13 Desember 2006. Hal tersebut berdampak kepada masyarakat untuk berkomitmen mengelola atau melestarikan lingkungan hidup diantaranya Sungai Gajahwong, Pengelolaan Sampah Mandiri, Energi Alternatif, Sanitasi ipal, Tamanisasi dan Penghijauan, Kembali ke Pangan Lokal sesuai Ekologi Lingkungan, kebutuhan sarana dan ruang Publik, dan 5

Perpustakaan Jendela Dunia. Dengan perubahan tersebut, Kampung Hijau Gambiran menjadi contoh bagi kampung-kampung di Indonesia. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, penilaian mengenai Balai RW Gambiran penting untuk diangkat menjadi Tugas Akhir. Laporan Keuangan sangat penting untuk suatu pemerintahan karena melalui laporan keuangan dapat mengetahui kekayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut. Di dalam laporan keuangan, salah satu yang yang menjadi hal penting yaitu tentang pengelolaan BMD. Penilaian BMD merupakan bagian dari pengeloaan BMD yang bertujuan untuk mengestimasikan nilai aset yang berada di laporan keuangan sebagai penentu atas aset-aset yang dikuasainya. Laporan keuangan Kota Yogyakarta secara berturut-turut memperoleh opini wajar tanpa pengecualian (WTP) oleh BPK, namun tidak disertai dengan penyajian yang wajar pada KIB. Selain pencapaian tersebut, Kelurahan Pandeyan yang merupakan kelurahan di Kota Yogyakarta patut berbangga terhadap prestasi yang diraih yaitu predikat kelurahan terbaik pada tahun 2013 dan menjadikan Kampung Hijau Gambiran sebagai golongan panutan kampung terbaik di Indonesia. Balai RW Gambiran merupakan salah satu aset Kota Yogyakarta yang baru dibangun Pemerintah Kota atas dasar permohonan warga sebagai sarana untuk segala kegiatan yang dilakukan warga Gambiran. Oleh karena itu, penelitian tersebut dirumuskan dengan judul Indikasi Nilai Wajar Tanah dan Bangunan Balai Rukun Warga Gambiran, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Untuk Pelaporan Keuangan Kota Yogyakarta Tahun 2015. 6

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan dalam Tugas Akhir ini adalah Berapa Nilai Wajar berdasarkan PSAK No 16 dan 68 terhadap Tanah dan Bangunan Balai RW Gambiran, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta untuk pelaporan keuangan pada tahun 2015?. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang akan penulis capai adalah sebagai berikut: 1. Menentukan Nilai Wajar berdasarkan PSAK No 16 dan 68 terhadap Tanah Bangunan Balai RW Gambiran, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta milik Pemerintah Kota Yogyakarta untuk tujuan pelaporan keuangan pada tahun 2015. 2. Mengetahui selisih nilai aset tanah dan bangunan Balai RW Gambiran yang dihasilkan oleh pemerintah dengan penilai. 3. Mengetahui perbedaan cara penilaian yang dilakukan pemerintah dan penilai. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, penelitian sebagai sarana belajar dan menambah pengalaman penulis tentang penilaian aset pemerintah. 7

2. Bagi instansi pemerintahan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah kota Yogyakarta dalam melakukan pelaporan keuangan dalam hal penilaian aset. 3. Bagi ilmu pengetahuan, dapat menjadi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai penilaian, khususnya di bidang penilaian aset pemerintah. 1.5 Kerangka Penulisan Kerangka penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: Latar Belakang 1. Kewajiban setiap Kabupaten atau Kota untuk menyusun laporan keuangan terhadap kekayaan daerahnya masing-masing. 2. Kewajiban pemerintah dalam mencantumkan jumlah aset yang dimiliki pada laporan keuangan. 3. Pemerintah Kota Yogyakarta meraih opini BPK yaitu WTP pada tahun 2009-2015. 4. Ketidakwajaran nilai yang dihasilkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menyusun laporan keuangan tahun 2015. Identifikasi Masalah Salah satu aset yang memiliki ketidakwajaran nilai yaitu Balai RW Gambiran, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Pengumpulan Data 1. Inspeksi Lapangan 2. Interview atau Wawancara 3. Studi Kepustakaan Data Umum Lokasional Ekonomi Data Khusus Data Subjek Properti Data Pembanding Data Permintaan dan Penawaran Data Perbandingan (Transaksi, Penawaran) Alat Analisis Pendekatan Biaya dengan Metode DRC Kesimpulan Nilai Wajar 8