BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumput laut (sea weed) pada waktu ini menjadi salah satu komoditas pertanian penting yang makin banyak dibudidayakan karena permintaan terhadapnya makin meningkat. Rumput laut (sea weed) merupakan ganggang laut yang berukuran besar yang merupakan tanaman tingkat rendah yang memiliki banyak fungsi dalam kehidupan sehari-hari (http://rumputlaut.org). Pengembangan produksi rumput laut didorong oleh adanya kebutuhan masyarakat, seperti kebutuhan dalam industry makanan, dalam bidang farmasi,dan dalam bidang kedokteran. Rumput laut ini banyak diekspor ke berbagai negara industri secara langsung tanpa diolah terlebih dahulu agar bisa diperoleh sari-sari langsung dari rumput laut itu sendiri. Rumput laut yang telah dikeringkan dan diolah menjadi bentuk tepung yang akan diekspor ke berbagai Negara dan juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kebutuhan akan rumput laut setiap tahunnya selalu meningkat pesat dan perkembangan ekspor ke berbagai negara terjadi pada hampir seluruh negara tujuan Indonesia seperti China, Jepang, Hongkong, USA, Argentina, dan lainnya. Maafaat dari tanaman ini adalah sebagai bahan baku industri seperti bahan baku es krim, pengolahan tekstil, pabrik farmasi,dan lainnya. Selain itu rumput laut juga dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bir, pembuatan agar, bahan baku kosmetika, untuk campuran makanan ternak dan 1
2 lainnya. Di China tanaman rumput laut dimanfaatkan untuk pengobatan kanker dan untuk melancarkan pencernaan. Karena manfaat tanaman ini sangat banyak maka banyak negara yang mengimpor rumput laut dari Indonesia. Gambar 1.1 Perkembangan Volume Ekspor Rumput Laut Sumber : Statistik Ekspor Hasil Perikanan, DKP Dari gambar 1.1 terlihat bahwa dari Tahun 2001 sampai 2010 volume ekspor rumput laut Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hanya pada Tahun 2007 terjadi sedikit penurun ekspor rumput laut, tetapi pada Tahun 2008 volume ekspor rumput laut kembali mengalami peningkatan. Begitupun tahun berikutnya volume ekspor rumput laut semakin meningkat (www.kkp.go.id ). Bali merupakan produsen rumput laut terbesar di Indonesia sejak Tahun 1999-2005 tetapi pada Tahun 2006 digeser oleh Nusa Tenggara Timur sebagai produsen rumput laut terbesar di Indonesia. Rumput laut yang dibudidayakan di Bali adalah jenis Cottoni dan Spinosumn karena jenis rumput laut ini yang paling cocok di budidayakan di pesisir laut Bali. Produksi rumput laut terbesar di Bali diperoleh dari kabupaten Klungkung yang mewilayahi Nusa Lembongan, Nusa Penida, Jungut Batu dan Nusa Ceningan. Nusa Lembongan merupakan wilayah
3 yang produksi rumput lautnya terbesar diantara wilayah di kabupaten Klungkung ( http://jurnal.pdii.go.id ). Usaha budidaya rumput laut di Kepulauan Nusa Penida (Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan Nusa Penida) sudah dirintis sejak Tahun 1980-an sebagai upaya mengubah kebiasaan penduduk mengambil dan menjual karang-karang laut ( http://manikaya.terranet.or.id). Usaha budidaya rumput laut ini menjadi mata pencaharian utama bagi penduduk karena mereka tidak lagi merusak lingkungan laut dan terumbu karang. Budidaya rumput laut tidaklah sulit dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang besar seperti usaha budidaya yang lainnya. Salah satu pulau yang penduduknya menjadikan usaha budidaya rumput laut sebagai mata pencaharian utama adalah Nusa lembongan. Hampir 90% dari penduduk Nusa Lembongan memilih membudidayakan rumput laut, karena pendapatan yang diperoleh dari hasil budidaya ini cukup besar pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat. Dengan besarnya kebutuhan akan rumput laut maka peramalan produksi rumput laut sangat diperlukan. Peramalan produksi rumput laut dilakukan untuk mengetahui gambaran produksi rumput laut pada tahun berikutnya. Disini yang ingin diramalkan adalah produksi rumput laut Tahun 2011 di wilayah Nusa Lembongan. Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam peramalan diantaranya metode ARMA, ARIMA, MARIMA, Holt-Winter, Jaringan Syaraf Tiruan, dan masih banyak yang lainnya. Metode yang ingin digunakan peneliti dalam
4 meramalkan produksi rumput laut adalah model ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) dan model Holt-Winter. Model ARIMA merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk data deret waktu yang tidak stasioner namun dapat distasionerkan melalui suatu proses differencing. Model ini tidak mengasumsikan pola tertentu pada data yang diramalkan. Proses differencing menstasionerkan data yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain dan akhirnya menghilangkan informasi tentang adanya tren yang sebenarnya dapat dijelaskan dengan suatu model (Makridakis dkk, 1999). Sedangkan untuk kondisi dimana data mengandung pola tertentu seperti unsur tren dan musiman akan dianalisis dengan menggunakan model Holt-Winter. Menurut Makridakis dkk. (1999), model Holt-Winter merupakan suatu pendekatan yang cocok digunakan untuk data yang menunjukan adanya unsur tren dan unsur musiman. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah : 1. Bagaimana model terbaik dari model Holt-Winter untuk produksi rumput laut di Nusa Lembongan? 2. Bagaimana model terbaik dari model ARIMA untuk produksi rumput laut di Nusa Lembongan? 3. Bagaimana model yang cocok digunakan antara model Holt-Winter dan model ARIMA untuk produksi rumput laut di Nusa Lembongan?
5 4. Bagaimana hasil peramalan produksi rumput laut di Nusa Lembongan Tahun 2011 dengan menggunakan model yang cocok untuk produksi rumput laut di Nusa Lembongan? 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dari penelitian ini hanya mencakup jumlah produksi rumput laut per bulan selama Tahun 2004-2010 di Nusa Lembongan. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui model terbaik dari model Holt-Winter untuk produksi rumput laut di Nusa Lembongan. 2. Untuk mengetahui model terbaik dari model ARIMA untuk produksi rumput laut di Nusa Lembongan. 3. Untuk mengetahui model yang paling cocok digunakan antara model Holt-Winter dan model ARIMA untuk produksi rumput laut di Nusa Lembongan. 4. Untuk mengetahui hasil peramalan produksi rumput laut di Nusa Lembongan Tahun 2011 dengan menggunakan model yang cocok untuk produksi rumput laut di Nusa Lembongan.
6 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini antara lain : 1. Untuk meningkatkan wawasan analisis statistika dalam memilih model terbaik untuk analisis deret waktu dan menerapkan model tersebut untuk meramalkan data deret waktu. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran produksi rumput laut Nusa Lembongan setahun kedepan dan dapat dijadikan perbandingan antara data sebenarnya dengan data ramalan yang diperoleh.