PENGARUH PENGGUNAAN COPPER SLAG PADA BETON ASPAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON

PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pada campuran beton aspal dengan penambahan plastik, karakteristik

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dengan variasi sekam padi dan semen sebagai filler, dapat disimpulkan sebagai

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : meningkat dan menurun terlihat jelas.

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

PENGARUH STYROFOAM TERHADAP STABILITAS DAN NILAI MARHALL BETON ASPAL

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK PELUMAS BEKAS DAN STYROFOAM PADA BETON ASPAL

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian mengenai penggunaan Low Density Poly Ethylene

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH POLYPROPYLENE TERHADAP STABILITAS DAN NILAI MARSHALL LASTON (205)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Sifat-sifat campuran berdasarkan karakteristik Marshall :

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

BAB III LANDASAN TEORI

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR PANTAI TERHADAP SIFAT MARSHALL DALAM CAMPURAN BETON ASPAL

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

PENGARUH PENAMBAHAN KARET PADA ASPAL BETON YANG TERENDAM AIR LAUT

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

KOLABORASI LIMBAH STYROFOAM DAN MINYAK PELUMAS BEKAS SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA BETON ASPAL

Pengaruh Plastik Polyethylene Perephtalate Pada HRS-WC

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK MARSHALL DENGAN BAHAN TAMBAHAN LIMBAH PLASTIK PADA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA)

PENGARUH PENGGUNAAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

PENGARUH PENGGUNAAN STYROFOAM SEBAGAI BAHAN TAMBAH TERHADAP KARAKTERISTIK BETON ASPAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

POLYPROPYLENE SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA CAMPURAN ASPAL BETON (LASTON)

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang berkembang seperti saat ini pembangunan sarana

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

konstruksi lapisan perkerasan dimaksudkan agar tegangan yang terjadi sebagai

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

PENGARUH SAMPAH PLASTIK SEBAGAI BAHAN TAMBAH TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

ANALISIS PENGGUNAAN BATU BARA MUDA SEBAGAI BAHAN PENGGANTI BATU GRANIT UNTUK PERKERASAN JALAN PADA CAMPURAN ASPAL AC-BC

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan pada campuran HRA Hot rolled Asphalt dengan penambahan karet bandalam

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

PENGARUH PENAMBAHAN LIMBAH STEEL SLAG DALAM CAMPURAN AC-WC SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR No. ½ DAN No. 8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

Transkripsi:

PENGARUH PENGGUNAAN COPPER SLAG PADA BETON ASPAL JF Soandrijanie L *) *)Staf Pengajar Prodi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl Babarsari 44 Yogyakarta Email: jose@staff.uajy.ac.id 1. ABSTRAK Kebutuhan agregat untuk perkerasan jalan terus meningkat, maka perlu dicari bahan alternatif untuk mencegah habisnya bahan tersebut.copper slag yang merupakan sisa dari peleburan biji tembaga diharapkan dapat menjadi pengganti agregat halus pada perkerasan beton aspal. Penelitian ini menggunakan Metode Marshall berdasarkan spesifikasi Bina Marga 1987 dengan gradasi rapat tipe III dan IV dan kadar aspal 5, 5,5, 6, 6,5, 7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk memenuhi semua nilai karakteristik marshall pada beton aspal, copper slag dapat digunakan sebagai agregat halus bila menggunakan kadar aspal 7. Kata kunci: Beton aspal, karakteristik marshall, agregat halus,copper slag PENDAHULUAN Peningkatan kebutuhan akan sarana transportasi harus diimbangi dengan peningkatan prasarananya. Sebagai prasarana perhubungan yang sangat penting, jalan harus bebas dari kerusakan-kerusakan, baik bergelombang, retak, bahkan pelepasan butir. Untuk itu diperlukan konstruksi perkerasan jalan yang tidak aman dan nyaman tapi juga memenuhi standar kualitas. Peningkatan kualitas jalan raya, khususnya struktur perkerasan sangat dipengaruhi oleh material penyusunnya. Kekuatan jalan tergantung dari bahan batuan yang digunakan, baik ukuran, bentuk, maupun kekerasannya. Penggunaan bahan batuan alami dalam jumlah banyak dan berlangsung secara terus menerus dapat menghabiskan persediaan bahan batuan alami yang jumlahnya terbatas, karena bahan batuan/agregat merupakan bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui. Untuk itu perlu dicarikan pengganti agregat alami, yaitu dengan memanfaatkan agregat buatan. Beberapa agregat buatan yang biasa digunakan antara lain : expanded shale, expanded slag, dan terak dari hasil sampingan pembakaran bijih besi pada tanur tinggi. Expanded shale dan expanded slag memiliki nilai keras yang rendah, sedangkan terak nilai kerasnya cukup tinggi, tetapi memiliki kandungan belerang sehingga dapat menyebabkan korosi. PT Smelting sebagai pabrik pelebur bijih tembaga di Gresik, Jawa Timur, menghasilkan limbah berupa copper slag, yang merupakan material non logam dengan komposisi terbesar SiO 2 dan FeO, memiliki bentuk agak pipih dengan tekstur permukaan tajam/bersudut, serta berwarna kehitaman. Limbah tembaga/copper slag yang dihasilkan PT Smelting ini setiap tahunnya dapat mencapai 3-5 ton. Sangat disayangkan apabila limbah yang memiliki kelebihan ini tidak dimanfaatkan secara maksimal. Copper slag pernah digunakan sebagai pengganti pasir/agregat halus pada campuran beton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa copper slag layak digunakan ebagai pengurangan jumlah agregat halus dalam beton. Hal ini ditunjukkan dengan hasil yang diperoleh bahwa beton copper slag memenuhi kriteria beton normal, nilai kuat tekannya mengalami kenaikkan (mekipun tidak signifikan) untuk semua persentase (1, 2, 3, 4, 5) jika dibandingkan dengan beton normal (Hana 28) Pengaruh copper slag sebagai cementitious terhadap kuat tekan beton dalam penelitian Kartini (29) menggunakan variasi penambahan copper slag, 1, 2, dan 3 dari kebutuhan semen dengan menggunakan FAS,55 untuk beton normal dan FAS,35 untuk beton mutu tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa copper slag dengan cementitious dapat memberikan dampak yang positif pada beton mutu tinggi, yaitu dengan variasi 2 copper slag terjadi peningkatan kuat tekan yang optimum (1,48) dibandingkan beton tanpa menggunakan variasi coppper slag. Berdaarkan tektur permukaan yang tajam dan berat jenis yang cukup tinggi (3,5 gr/cm 3 3,7 gr/cm 3 ) tentunya copper slag juga dapat digunakan dalam campuran pada perkerasan lentur jalan raya. Dalam penelitian ini copper slag akan digunakan sebagai pengganti agregat halus pada campuran beton aspal dengan tipe gradasi III dan gradasi IV. Sebagai pembanding digunakan pasir alam, sehingga dapat diketahui karakteristik Marshall dari beton aspal yang menggunakan copper slag dan tanpa copper slag. Aspal yang digunakan adalah aspal keras penetrasi 6/7 dengan variasi kadar aspal 5, 5,5, 6, 6,5, dan 7. SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-139

2. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Perkerasan jalan (pavement) didefiniikan sebagai lapisan relatif stabil yang dibangun di atas tanah dasar yang berfungsi untuk menahan dan mendistribusikan beban kendaraan serta sebagai lapisan penutrup permukaan. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkeraan yang menggunakan aspal mebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. (Sukirman 1992).. Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) untuk Jalan Raya, SKBI-2.4.26.1987 menjelaskan bahwa Lapis Aspal Beton (Laston) adalah suatu lapisan pada kontruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar, dan dipadatkan dalam keadaan panas dan pada suhu tertentu. Agregat dalam campuran aspal sekitar 8, maka akan sangat mempengaruhi karakteristik dan hasil campuran. Ukuran agregat, gradasi, keawetan, kekokohan, dan bentuk sangat mempengaruhi stabilitas dan tekstur permukaan sangat mempengaruhi adhesi antara agregat dan aspal. Agregat kasar adalah agregat yang tertahan pada saringan no.8 (2,38 mm). Agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau krikil pecah yang bersih, kering, kuat, awet, dan bebas dari bahan lain. Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan no.8 (2,38 mm). Agregat halus harus bersih, kering, kuat, bebas dari gumpalan-gumpalan lempung dan bahan-bahan lain yang mengganggu serta terdiri dari butir-butir yang bersudut tajam dan mempunyai permukaan kasar (Kerbs and Walker 1977). Copper slag adalah hasil/ limbah industri peleburan tembaga yang berupa material padat berbentuk agak pipih tetapi runcing/tajam. Komposisi kimia terbesar pada okida bei (45-55) dan silikat (3-38), berat jeni 3,5-3,7 gr/cm 3, tidak berbau, dan tidak ditemukan efek membahayakan baik efek jangka pendek, maupun efek jangka panjang. Syarat-syarat agregat, aspal, dan campuran Lanton untuk lalu lintas berat seperti yang tercantum pada Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) untuk Jalan Raya, SKBI-2.4.26.1987. Bahan pengisi (filler) adalah bahan berbutir halus yang lolos ayakan no.3 dimana persentase berat butir yang lolos ayakan no.2 (,74 mm) minimum 65, selain itu bahan pengisi harus kering dan bebas dari bahan lain yang dapat mengganggu Bahan pengisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah abu batu. Persentase agregat grading III dan grading IV ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Batas-batas gradasi agregat grading III dan IV Ukuran Ayakan Berat Lolos Grading III Berat Lolos Grading IV Inch, # mm 1 25,4 - - ¾ 19,1 1 ½ 12,7 1 8-1 3/8 9,52 8-1 7-9 # 4 4,76 55-75 5-7 # 8 2,38 35-5 35-5 # 3,59 18-29 18-29 # 5,279 13-23 13-23 # 1,149 8-16 8-16 # 2,75 4-1 4-1 Sumber : Petunjuk pelaksanaan lapis aspal beton, SKBI-2.4.26. 1987. Untuk memperoleh nilai-nilai density, VITM, VFWA, stabilitas, flow dan Marshall Quotient (QM) diperlukan datadata lainnya yaitu sebagai berikut. Berat jenis aspal (gr/cc). BJ Aspal = Berat aspal volume aspal..(1) Berat jenis maksimum teoritis. (h) h = 1 agregat aspal BJ agregat BJ aspal......(2) Nilai-nilai density, VFWA, VITM, stabilitas, flow dan QM dapat dihitung dengan data-data seperti berikut. T-14 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5

Density. g = c / f... (3) f = d e..(4) dengan c = berat kering sebelum direndam air (gram), d = berat dalam kondisi jenuh (gram), e = berat dalam air (gram), f = volume benda uji (cc), g = berat volume benda uji (gram/cc) VFWA (Void Filled With Asphalt) m = 1 x (i / l ) (5) a b = * 1...(6) ( 1 a) i = b * g BJ aspal......(7) j = ( 1 b ) * g BJ agregat.....(8) l = 1 j......(9) dengan a = persentase aspal terhadap agregat, b = persentase aspal dalam campuran, g = berat volume benda uji (gram/cc), l = VMA = persen rongga terhadap agregat, m = VFWA = volume rongga terisi aspal () VITM (Void In The Mix) n = 1 ( 1g/h )........(1) dengan h = berat jenis maksimum teoritis, g = berat volume benda uji (gram/cc). Stabilitas q = p x koreksi tebal benda uji..(11) dengan p = o x kalibrasi proving ring, o = nilai pembacaan arloji stabilitas. Flow Nilai flow langsung terbaca pada arloji flow pada saat Marshall Test, namun masih dalam satuan inch sehingga harus dikonversi dalam satuan millimeter. Marshall Quotient (QM) QM = r q...(12) dengan q = nilai stabilitas (kg), r = nilai flow (mm) 3. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Marshall dengan melakukan percobaan di laboratorium yang bertujuan untuk menyelidiki apakah copper slag dapat digunakan sebagai agregat halus pada beton aspal. Berat total agregat yang diperlukan untuk membuat satu benda uji/briket adalah 12 gram, yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, dan filler. Agregat kasar dan agregat halus untuk pembanding berasal dari PT. Perwita Karya, sedangkan aspal yang digunakan adalah penetrasi 6/7 produksi PT. Pertamina. Benda uji untuk masng-masing campuran dibuat duplo dengan 5 variasi kadar aspal, yaitu 5. 5,5, 6, 6,5, dan 7, sehingga tiap tipe gradasi memerlukan 1 benda uji. Jumlahn total benda uji untuk 2 macam tipe gradasi dan 2 macam agregat adalah 4 buah. Penelitian dilakukan di Laboratorium Transportasi, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Campuran lapis aspal beton yang dibuat dalam penelitian ini dikondisikan untuk lalu lintas berat. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-141

Mulai Persiapan Bahan Pemeriksaan Bahan Aspal 1. Penetrasi 2. Titik nyala dan bakar 3. Daktilitas 4. Kelarutan dalam CCl 4 5. Kehilangan berat 6. Berat jenis 7. Penetrasi setelah Kehilangan berat 8. Titik lembek Agregat kasar dan halus 1. Keausan dengan mesin Los Angeles 2. Kelekatan terhadap aspal 3. Penyerapan terhadap air 4. Berat jenis 5. Sand Equivalent 6. Gradasi 7. Soundness Test Filler. Lolos ayakan No.2 Memenuhi spesifikasi tidak Pembuatan benda uji untuk masing-masing penetrasi dengan kadar aspal 5,5; 6; 6,5; 7; 7,5 Pengujian Marshall Analisis dan pembahasan Selesai 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Bagan alir penelitian Untuk membuat suatu campuran beton aspal, bahan-bahan susun yang akan digunakan harus diperiksa terlebih dahulu apabila hasil uji tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus diganti. Hasil pemerikaan bahan susun yang berupa agregat kasar, agregat halus, dan aspal dapat dilihat pada tabel 2 dan hasil pengujian Marshall Dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 2. Persyaratan dan hasil pemeriksaan bahan No Jenis Pengujian Syarat Hasil Satuan Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. Agregat Kasar Abrasi dengan mesin Los Angeles Soundness terhadap larutan Na 2 SO 4 Berat jenis bulk Kelekatan terhadap aspal Penyerapan terhadap air Maks 4 Maks 7 Min 2,5 Min 95 Maks 3 36,38,99 2,8 95,273 gr/cc 1. 2. 3. 1. 2. Agregat Halus Nilai Sand Equivalent Berat jenis bulk Penyerapan terhadap air Aspal Penetrasi aspal (25 C,5 detik) Titik lembek (ring ball) Min 5 Min 2,5 Maks 3 Min 6, Maks 79 Min 48, Maks 58 Alami CS 82,222 1 2,819 3,88,28,8 7,11 49,5 gr/cc,1 mm C T-142 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5

NilaiDensity(gr/c) NilaiVFWA() Transport 3. 4. 5. 6. 7. 8. Titik nyala dan titik bakar Kehilangan berat (163 C, 5 jam) Kelarutan dalam CCl 4 Daktilitas (25 C, 5 cm/menit) Berat jenis aspal (25 C) Penetrasi setelah kehilangan berat Min 2 Maks.8 Min 99 Min 1 Min 1 Min 54 323,185 99 1 1.926 77,21 C berat berat cm - berat Tabel 3. Hasil pengujian Marshall Karakteristik Kadar Variasi Gradasi Marshall Aspal III CP Density 5 2.28 2.24 2.55 2.54 () 5.5 2.29 2.29 2.55 2.55 6 2.3 2.23 2.55 2.54 6.5 2.3 2.31 2.55 2.57 7 2.28 2.24 2.55 2.54 VFWA 5 58.96 53,59 49,14 48,4 () 5.5 65,35 67,97 52,5 52,43 ( 65) 6 7,87 64,29 56,64 55,94 6.5 74,94 76,67 6,16 62,41 7 79,76 77,38 67,84 68,71 VITM 5 6,62 8,18 11,15 11,61 () 5.5 5,2 4,39 1,17 1,18 (3, 5,) 6 3,62 6,43 8,79 9,6 6.5 2,49 2,11 7,62 6,82 7 1,17 1,71 5, 4,72 Karakteristik Kadar Variasi Gradasi Marshall Aspal III CP Stabilitas 5 196,41 177,12 151,33 84,67 (kg) 5.5 116,73 1194,7 832,1 788,26 ( 55) 6 111,2 1114,7 892,26 96,45 6.5 957,59 1192,34 795,26 892,52 7 13,29 968,28 713,31 825,34 Flow 5 3.31 3,44 2,85 2.38 (mm) 5.5 3.3 2,65 3,35 3,5 (2, 4,) 6 3.19 3,46 3.1 3,39 6.5 2,66 3.29 2,95 3, 7 3.27 3.72 3,2 2.8 QM 5 331,24 313,57 368,89 354,36 (kg/mm) 5.5 335,55 451,44 248,39 258,45 (2-35) 6 316,93 322,63 287,83 267,39 6.5 36,67 362,97 269,58 297,51 7 315,7 26,64 222,91 294,76 *yang diarsir memenuhi persyaratn DPU 1987 dan Binamarga 1983 GRAFIK DENSITY GRAFIK VFWA 2.6 2.55 2.5 2.45 2.4 2.35 2.3 2.25 2.2 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Kadar Aspal () Kadar Aspal () Gambar 2. Hubungan kadar aspal dengan nilai density Gambar 3. Hubungan kadar aspal dengan nilai VFWA SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-143

NilaiVITM() NilaiFlow(m) NilaiStabilitas(kg) NilaiQM(kg/m) Transport GRAFIK VITM GRAFIK STABILITAS 14 14 12 12 1 1 8 6 8 6 4 4 2 2 Kadar Aspal () Kadar Aspal () Gambar 4. Hubungan kadar aspal dengan nilai VITM Gambar 5. Hubungan kadar apal dengan nilai stabilitas GRAFIK FLOW GRAFIK QM 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1.5 5 45 4 35 3 25 2 15 1 5 Kadar Aspal () Kadar Aspal () Gambar 6. Hubungan kadar aspal dengan nilai flow Gambar 7. Hubungan kadar aspal dengan nilai Marshall Berat jenis copper slag yang jauh lebih tinggi dari agregat alami membuat massa campuran meningkat, sehingga derajat kepadatannya menjadi lebih tinggi. Sesuai dengan hasil penelitian, nilai density beton aspal normal lebih kecil dari nilai density beton aspal dengan copper slag. Bentuk copper slag yang pipih dengan diameter yang lebih kecil dari agregat alami menyebabkan aspal sulit mengii rongga-rongga antar agregat, akibatnya nilai VFWA beton aspal dengan copper slag jauh lebih kecil dari beton aspal normal dan nilai VITMnya sangat besar. Nilai VITM yang tinggi mengakibatkan perkerasan kurang kedap air. Penambahan kadar aspal pada campuran memberikan respon yang baik pada peningkatan nilai VFWA dan penurunan nilai VITM. Pada campuran dengan kadar aspal 7, nilai VFWA dan VITM dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan. Sifat copper slag yang hidrophilic menyebabkan aspal kurang dapat melekat dengan baik, sehingga ikatan aspal dengan agregat menjadi kurang kuat,akibatnya kemampuan perkerasan lentur yang menggunakan copper slag kurang mampu menahan deformasi akibat beban lalu lintas yang bekerja. Hasil penelitian menunjukkan semua nilai stabilitas memenuhi persyaratan yang ditentukan. Kurang baiknya lekatan aspal pada copper slag menyebabkan tebal film aspal pada beton aspal dengan copper slag lebih kecil., sehingga viscositas campuran menjadi tinggi. Dengan bertambahnya kadar aspal dalam campuran dapat menurunkan vicositas campuran, sehingga dapat meningkatkat nilai flow. Bentuk dan sifat copper slag memberikan pengaruh positif terhadap nilai flow, sehingga semua nilai flow pada penelitian ini memenuhi syarat, demikian juga untuk beton aspal normal. Tingginya nilai stabilitas dan rendahnya nilai flow akan mengurangi fleksibilitas suatu perkerasan. Fleksibilitas beton aspal dengan copper slag lebih baik daripada beton aspal normal, karena hasilnya mendekati nilai rata-rata syarat yang ditentukan, sedangkan beton aspal dengan agregat alami cenderung mendekati batas maksimumnya.hampir semua nilai Marhall beton aspal dengan copper slag memenuhi syarat, kecuali pada campuran dengan kadar aspal 5, sedangkan pada beton aspal dengan agregat alami grading III yang tidak memenuhi syarat adalah campuran dengan kadar aspal 6,5 dan grading IV pada kadar aspal 5,5 dan 6,5. 5. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pada semua variasi campuran nilai stabilitas dan flow memenuhi persyaratan. Bila dibandingkan dengan beton normal, nilai stabilitas dan flownya memang lebih kecil, tetapi nilainilai ini menghasilkan nilai Marshall yang jauh lebih baik daripada beton aspal yang menggunakan agregat alami baik grading III maupun IV. Hal ini menunjukkan beton aspal dengan agregat halus copper slag memiliki kekuatan dan kemampuan resistansi terhadap deformai dan defleksi yang lebih baik daripada beton aspal dengan agregat T-144 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5

alami. Tapi karena kerapatan campurannya kurang baik, maka beton aspal yang menggunakan agregat halus copper slag membutuhkan kadar aspal yang lebih banyak daripada beton aspal dengan agregat alami. Copper slag dapat digunakan sebagai agregat halus pada perkerasan beton aspal grading III dan Grading IV pada campuran dengan kadar aspal 7. DAFTAR PUSTAKA Anonim (21), Petunjuk Praktikum Rekayasa Jalan Raya, Laboratorium Rekayasa Jalan Raya, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga (1983), Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya, Yayasan badan penerbit PU, Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga (1987), Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya, SKBI-2.4.26, Yayasan badan penerbit PU, Jakarta. Hana, Maria Asunta dan Siswadi (28) Studi Kuat Tekan Dan Modulu Elastisitas Beton Dengan Agregat Halus Copper Slag, Konferensi Nasional Teknik Sipil 2,55-515 Kreb, R.D. and Walker, R.D (1971) Highway Material, Mc Graw Hill, Book Company Virginia, Polytecnic Intitute and State University, USA. Roberts, FL, et al, 1991, Hot Mix Asphalt Materials, Mixtures Design and Construction, Napa Education Foundation, Lanham, Maryland. Sukirman, S., 1992, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung. Sukirman, S., 23, Beton Aspal Campuran Panas, Penerbit Granit, Bandung. Sulaksono, S., 21, Rekayasa Jalan Raya, Penerbit Institut Teknologi Bandung. The Asphalt Institute. (1993). Asphalt Technology and Construction Practices, Maryland, USA SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-145

T-146 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5