BPS KABUPATEN BANYUWANGI No. 09/September/3510/Th.I, 02 Oktober PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI OKTOBER INFLASI 0,51 PERSEN Pada bulan Oktober Banyuwangi mengalami Inflasi sebesar 0,51 persen lebih tinggi dari Jawa Timur dan Nasional masing-masing sebesar 0,44 persen dan 0,47 persen. Dari 8 kota di Jawa Timur semua kota mengalami inflasi, inflasi tertinggi terjadi di kota Sumenep sebesar 0,65 persen disusul Banyuwangi sebesar 0,51 persen, Surabaya sebesar 0,49 persen, Probolinggo sebesar 0,46 persen, Madiun sebesar 0,46 persen, Malang sebesar 0,40 persen, Kediri sebesar 0,32 persen dan inflasi terkecil kota Jember sebesar 0,12 persen. Dari tujuh kelompok pengeluaran di kabupaten Banyuwangi, satu kelompok pengeluaran mengalami penurunan harga (deflasi) yang ditunjukkan oleh penurunan indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau dan pendidikan, rekreasi & olah raga masing-masing sebesar -0,25 persen dan -0,49 persen. Inflasi tersebut terutama dipicu oleh kenaikan indeks pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,80 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,71 persen, kelompok transport, komunikasi dann jasa keuangan sebesar 0,44 persen, kelompok sandang dan bahan makanan masing-masing sebesar 0,40 persen. Komoditas yang memberikan andil terjadinya Inflasi adalah kenaikan harga cabe merah, bahan bakar rumah tangga, cabe rawit, pisang, angkutan udara, bawang putih, tariff listrik, tempe, jeruk, kacang panjang, kontrak rumah, beras, apel, lemari pakaian, upah pembantu ruta, emas perhiasan, minyak goring, ayam goring, bayam, sepeda motor, anggur, assbes, emping putih, sabun cair/cuci piring, tarif gunting rambut, daging ayam kampung, sabun mandi, pembersih lantai, hand body. Laju inflasi Oktober tertahan oleh turunnya harga susu kental manis, kacang hijau, kembung/banyar, kelapa, mujair, tomat sayur, pembasmi nyamuk spray, terong panjang, nangka muda, bawang merah, teri, gula pasir, telur ayam ras, tongkol, wortel, mernying, televise berwarna, kopi bubuk, daging ayam ras, kembung rebus, cumi-cumi, ikan asin belah, lemuru dan daging sapi. Laju inflasi tahun kalender (Desember 2013 - Oktober ) Banyuwangi mencapai 2,74 persen lebih rendah dari Jawa Timur sebesar 3,83 persen dan Nasional sebesar 4,19 persen, demikian halnya laju inflasi year on year (Oktober terhadap Oktober 2013) Banyuwangi sebesar 3,11 persen lebih rendah dari Jawa Timur sebesar 4,57 persen dan Nasional sebesar 4,83 persen. Dari 8 kota di Jawa Timur, laju Inflasi Kalender bulan Oktober tertinggi berasal dari kota Surabaya sebesar 4,23 persen, disusul Sumenep 3,98 persen, Malang 3,71 persen, Madiun 3,53 persen, Probolinggo 3,19 persen, Kediri 3,14 persen, Jember 2,78 persen, dan terendah Banyuwangi 2,74 persen Dari 8 kota di Jawa Timur, laju Inflasi Year on Year bulan Oktober tertinggi berasal dari kota Surabaya 5,05 persen, disusul Malang 4,49 persen, Probolinggo 4,24 persen, Sumenep 4,07 persen, Madiun 4,06 persen, Kediri 3,83 persen, Jember 3,32 persen, dan terendah Banyuwangi 3,11 persen. Dari 82 kota Nasional ada 74 kota mengalami inflasi dan 8 kota mengalami deflasi, inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 2,18 persen. Dari 74 kota di Indonesiayang mengalami inflasi, 5 kota inflasi terendah yaitu Mamuju sebesar 0,06 persen, Jember sebesar 0,12 persen, Watampone sebesar 0,13 persen, Bandung sebesar 0,14 persen, dan Ambon sebesar 0,15 persen. Sedangkan dari 8 kota yang mengalami deflasi, deflasi tertinggi di Sorong sebesar 1,08 persen dan deflasi terendah di Tanjung Pandan sebesar 0,12 persen. Berita Resmi Statistik Kabupaten Banyuwangi, No. 10/Oktober/3510/Th.I, 3 Nopember 1
1. Inflasi Banyuwangi Indeks Harga Konsumen () merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan dan diumumkan ke publik setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Dari hasil pemantauan harga pada bulan Oktober Banyuwangi mengalami inflasi sebesar 0,51 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen () dari 112,84 pada bulan 0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05 0,00-0,05 0,13 Gambar 2. Andil Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0,2 0,18 0,16 0,14 0,12 0,1 0,08 0,06 0,04 0,02 0 0,0601 0,1808 September menjadi 113,42 pada bulan Oktober. Inflasi bulan Oktober terutama dipicu oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, memberi 0,0335 0,0372 andil/sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,31 persen, disusul kelompok bahan makanan dengan andil sebesar 0,13 persen, kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan (andil 0,08 persen). Inflasi Oktober tertahan oleh kelompok makanan jadi (andil minus 0,04 persen) dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (andil minus 0,03 persen) sebagaimana gambar1 diatas. Kontribusi Gambar 1. Andil Inflasi Kelompok Pengeluaran 0,31 0,03 0,03 ANDIL INFLASI (%) -0,04-0,03 kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar terutama berasal dari subkelompok (subkel) bahan bakar, penerangan dan air (andil 0,1808 persen) disusul subkel biaya tempat tinggal (andil 0,0601 persen), subkel penyelenggaraan rumah tangga (andil 0,0335 persen) dan subkel perlengkapan rumah tangga (andil 0,0335 persen) sebagaimana gambar 2. 0,08 Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar Perlengkapan Ruta Penyelenggaraan Ruta Berita Resmi Statistik Kabupaten Banyuwangi, No. 10/Nopember/3510/Th.I, 3 Nopember 2
Andil subkelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 0,1808 persen berasal dari komoditas gas elpiji ukuran 12 kg dan kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Dampak lanjutan kenaikan gas elpiji 12 kg bulan September kemarin masih berpengaruh dalam penghitungan inflasi Oktober dengan andil 0,1230 persen. Komoditas cabe merah dan cabe rawit mengalami lonjakan harga pada bulan oktober sehingga menyumbang inflasi cukup signifikan yakni 0,16 persen dan 0,10 persen. Lonjakan harga cabe sangat dimungkinkan akibat musim kemarau yang berkepanjangan di semua wilayah sehingga kesulitan dalam pengairan dan berdampak buruk pada pertumbuhan tanaman cabe. Subkelompok bumbu-bumbuan lain yang memberikan dorongan inflasi adalah komoditas bawang putih dengan andil inflasi sebesar 0,0612 persen atau terjadi kenaikan 17,66 persen. Panasnya cuaca Oktober diduga meningkatkan permintaan konsumen terhadap buah-buahan yang tidak diimbangi oleh persediaan komoditas tersebut, yaitu pada buah pisang, jeruk, apel dan anggur sehingga memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,0753 persen, 0,0549 persen, 0,0336 persen dan 0,0105 persen. Beras sebagai kebutuhan pokok makanan masyarakat Banyuwangi sejak bulan kemarin sudah mulai merangkak naik dan pada bulan oktober mendongkrak inflasi sebesar 0,6392 persen (andil 0,0432 persen). Inflasi komoditas beras diduga berkaitan dengan penurunan produksi akibat kemarau panjang sementara permintaan cenderung meningkat. Inflasi Oktober masih dipicu oleh kenaikan tarif angkutan udara yang ada di bandara Blimbingsari Rogojampi yang memberi andil inflasi sebesar 0,0694 persen. Demikian halnya untuk sarana transportasi Sepeda Motor ikut memperkuat terjadinya inflasi dan menyumbang inflasi sebesar 0,0114 persen. Mudahnya proses pembelian sepeda motor melalui kredit diduga meningkatkan minat masyarakat untuk membeli barang tersebut. Seiring kenaikan harga barang dan jasa ternyata menggelitik kenaikan tarif kontrak rumah dengan andil inflasi sebesar 0,0464 persen. Hal ini berkaitan dengan biaya perawatan dan perbaikan rumah yang berhubungan dengan barang-barang konstruksi. Tidak ketinggalan tarif pembantu rumah tangga turut juga mendorong inflasi dengan andil sebesar 0,0262 persen. Kenaikan harga-harga kebutuhan hidup mendorong para pembantu untuk menuntut kenaikan gaji bulanan. Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No. 70/11/35/Th.XII, 3 November 3
Laju inflasi Oktober tertahan oleh turunnya kelompok bahan makanan subkel ikan segar sebesar -4,68 persen seperti ikan lemuru, cumi-cumi, mernying, tongkol, teri, mujair, ikan kembung. Disusul subkel sayur-sayuran seperti wortel, terong panjang, tomat sayur turut juga menahan laju inflasi dengan andil masing-masing sebesar minus 0,0187 persen, minus 0,0035 persen dan minus 0,0023 persen. Daging ayam ras tidak ketinggalan dalam menghambat laju inflasi sebesar minus 0,0479 persen. Turunnya harga daging ayam ras diduga akibat turunnya minat masyarakat terhadap komoditas tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan kebutuhan daging ayam kampung yang ditandai dengan inflasi komoditas tersebut sebesar 0,84 persen. Tabel 1. Andil dan Tingkat Inflasi Oktober, Inflasi Tahun Kalender dan Inflasi Year on Year menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) Kelompok Pengeluaran (1) Oktober 2013 Desember 2013 September Oktober Andil Inflasi Oktober % Perubahan thd September Tingkat Inflasi Tahun Kalender 1) Tingkat Inflasi Year on Year (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 2) UMUM 110,00 110,39 112,84 113,42 0,51 0,51 2,74 3,11 1 Bahan Makanan 124,73 125,48 126,81 127,32 0,1252 0,40 1,47 2,08 2 3 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 105,71 105,71 106,38 106,11-0,0361-0,25 0,38 0,38 103,51 103,88 108,08 110,03 0,3116 1,80 5,92 6,30 4 Sandang 103,02 103,02 108,84 109,28 0,0323 0,40 6,08 6,08 5 Kesehatan 101,39 101,39 103,95 104,69 0,0271 0,71 3,25 3,25 6 7 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 100,20 100,20 103,16 102,65-0,0334-0,49 2,45 2,45 107,04 107,62 109,79 110,27 0,0827 0,44 2,46 3,02 1) Persentase perubahan bulan Oktober terhadap bulan Desember 2013 2) Persentase perubahan bulan Oktober terhadap bulan Oktober 2013 Dari tabel 1 menunjukkan bahwa persentase perubahan terhadap September (inflasi) tertinggi terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,80 persen. Inflasi tersebut akibat kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) 1 September dan kenaikaan Gas Elpiji tanggal 10 September. Kenaikan tarif listrik golongan R-3/TR 2200 VA-3000VA yang diberlakukan pada bulan September, baru dirasakan dampak kenaikkannya oleh pelanggan yang menggunakan sistem pembayaran pasca bayar pada bulan Oktober, sedangkan pelanggan dengan sistem pembayaran pra bayar langsung merasakan dampaknya pada bulan September yang lalu. Kenaikan tarif listrik memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,0578 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No. 70/11/35/Th.XII, 3 November 4
2. Inflasi 8 Kota di Jawa Timur Dari 8 kota di Jawa Timur, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sumenep sebesar 0,65 persen, diikuti Banyuwangi sebesar 0,51 persen, Surabaya sebesar 0,49 persen, Probolinggo dan Madiun masing-masing sebesar 0,46 persen, Malang sebesar 0,40 persen, Kediri sebesar 0,32 persen, dan inflasi terendah terjadi di Jember sebesar 0,12 persen, sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Gambar 3. Inflasi 8 Kota dan Jawa Timur Gambar 4. Inflasi Kumulatif 8 Kota dan Jawa Timur Inflasi kumulatif sampai dengan bulan Oktober, Kota Surabaya menduduki peringkat pertama dengan kumulatif inflasi sebesar 4,23 persen, diikuti Sumenep sebesar 3,98 persen, Malang sebesar 3,71 persen, Madiun sebesar 3,53 persen, Probolinggo sebesar 3,19 persen, Kediri sebesar 3,14 persen, Jember sebesar 2,78 persen, dan kumulatif inflasi terendah terjadi di Banyuwangi sebesar 2,74 persen, sebagaimana terlihat pada Gambar 4. Gambar 5. Inflasi Year On Year 8 Kota dan Jawa Timur ( Bulan Oktober 2013 - Oktober ) Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No. 70/11/35/Th.XII, 3 November 5
Dilihat dari inflasi year-on-year (Oktober terhadap Oktober 2013), Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 4,57 persen, angka inflasi ini lebih rendah dibanding dengan inflasi bulan Oktober 2013 sebesar 7,55 persen. Dari 8 kota, inflasi y-o-y tertinggi terjadi di Surabaya sebesar 5,05 persen, diikuti Malang sebesar 4,49 persen, Probolinggo sebesar 4,24 persen, Sumenep sebesar 4,07 persen, Madiun sebesar 4,06 persen, Kediri sebesar 3,83 persen, Jember sebesar 3,32 persen, dan inflasi year-on-year terendah terjadi di Banyuwangi sebesar 3,11 persen sebagaimana terlihat pada Gambar 5. 3. Inflasi 6 Ibukota Provinsi di Pulau Jawa Dari 6 ibukota provinsi di Pulau Jawa, semua kota mengalami inflasi dan inflasi terendah terjadi di kota Bandung sebesar 0,14 persen. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Semarang sebesar 0,55 persen, diikuti Kota Surabaya sebesar 0,49 persen, Kota DKI Jakarta sebesar 0,40 persen, Kota Serang sebesar 0,37 persen, dan Kota Yogyakarta sebesar 0,28 persen, sebagaimana terlihat pada Gambar 6. Sedangkan inflasi kumulatif terendah terjadi di kota Yogyakarta sebesar 3,58 persen. Inflasi tertinggi terjadi di kota Serang sebesar 6,18 persen, diikuti kota Semarang sebesar 4,57 persen, kota DKI Jakarta sebesar 4,54 persen, kota Surabaya sebesar 4,23 persen dan kota Bandung sebesar 3,97 persen, sebagaimana Gambar 7. Gambar 6. Inflasi Ibukota Provinsi di Pulau Jawa dan Jawa Timur Gambar 7. Inflasi Kumulatif Ibukota Provinsi di Pulau Jawa dan Jawa Timur Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No. 70/11/35/Th.XII, 3 November 6
Gambar 8. Inflasi Year On Year Ibukota Provinsi di Pulau Jawa dan Jawa Timur (Oktober 2013 Oktober ) Inflasi year-on-year bulan Oktober dari 6 ibukota provinsi di pulau Jawa, inflasi tertinggi terjadi di kota Serang sebesar 6,21 persen, diikuti oleh kota DKI Jakarta sebesar 5,17 persen, kota Semarang sebesar 5,11 persen, kota Surabaya sebesar 5,05 persen, Yogyakarta sebesar 4,40 persen, dan inflasi terendah terjadi di Bandung sebesar 4,04 persen, sebagaimana terlihat pada Gambar 8. Banyuwangi, 3 Nopember BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Banyuwangi Kepala, ttd, Ir. Mohammad Amin, MM NIP. 19661109 199212 1 001 Berita Resmi Statistik Kabupaten Banyuwangi Bulan Juli 7