PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI AGUSTUS 2014 DEFLASI 0,12 PERSEN

Transkripsi

1 BPS KABUPATEN BANYUWANGI No. 08/Agustus/3510/Th.I, 02 September 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BANYUWANGI AGUSTUS 2014 DEFLASI 0,12 PERSEN Pada bulan Agustus 2014 Banyuwangi mengalami deflasi sebesar 0,12 persen. Sementara di Jawa Timur terjadi inflasi sebesar 0,37 persen dan Nasional sebesar 0,47 persen. Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, 6 kota mengalami inflasi, 2 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Surabaya sebesar 0,50 persen disusul Malang sebesar 0,47 persen, Madiun sebesar 0,35 persen, Sumenep sebesar 0,31 persen, Probolinggo sebesar 0,07 persen dan inflasi terkecil kota Kediri sebesar 0,06 persen. Dua kota lain terjadi deflasi, yaitu kota Jember sebesar 0,06 persen dan kota Banyuwangi sebesar 0,12 persen. Dari tujuh kelompok pengeluaran di kabupaten Banyuwangi, dua kelompok pengeluaran mengalami penurunan harga yang ditunjukkan oleh penurunan indeks pada kelompok bahan makanan dan sandang masing-masing sebesar 0,84 persen. Deflasi tersebut ditahan oleh kenaikan indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau sebesar 0,04 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,50 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,39 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan Olah Raga sebesar 1,53 persen, kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen. Komoditas yang memberikan andil terjadinya deflasi adalah turunnya harga bawang merah, emas perhiasan, cabe rawit, lemuru, mernying, tongkol segar, tongkol pindang, lamuru, telur ayam ras, kacang panjang, apel, beras, sabun deterjen bubuk/cair, cumi-cumi, lele, angkutan antar kota, kangkung, kembung rebus, ikan asin belah, wortel, ketimun, teri, tomat sayur, kacang hijau. Laju deflasi Agustus 2014 tertahan oleh kenaikan harga daging ayam ras, tarip listrik, sekolah dasar, bimbingan belajar, daging sapi, taman kanak-kanak, lemari pakaian, mie kering instan, daging ayam kampong, sabun cair, kelapa, bawang putih, minyak goreng. Laju inflasi tahun kalender (Desember Agustus 2014) Banyuwangi mencapai 2,11 persen lebih rendah dari Jawa Timur sebesar 3,04 persen dan Nasional sebesar 3,42 persen, demikian halnya laju inflasi year on year (Agustus 2014 terhadap Agustus 2013) Banyuwangi sebesar 1,51 persen lebih rendah dari Jawa Timur sebesar 3,53 persen dan Nasional sebesar 3,99 persen. Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, laju inflasi kalender bulan Agustus 2014 tertinggi berasal dari kota Surabaya 3,31 persen, disusul Sumenep 3,05 persen, Malang 3,04 persen, Madiun 2,98 persen, Probolinggo 2,67 persen, Kediri 2,47 persen, Jember 2,32 persen, Banyuwangi 2,11 persen. Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, laju inflasi year on year bulan Agustus 2014 tertinggi berasal dari kota Surabaya sebesar 3,94 persen, disusul Malang 3,87 persen, Madiun 3,04 persen, Probolinggo 2,95 persen, Kediri 2,89 persen, Sumenep 2,66 persen, Jember 2,32 persen, Banyuwangi 1,51 persen Berita Resmi Statistik Kabupaten Banyuwangi, No. 08/Agustus/3510/Th.I, 2 September

2 1. Inflasi Banyuwangi Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang sering digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Dari hasil pemantauan harga pada bulan Agustus 2014 Banyuwangi mengalami deflasi sebesar minus 0,12 persen atau terjadi penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 112,86 0,2 0,1 0-0,1-0,2-0,3-0,2636 0,15 0,1 0,05 0-0,05-0,1-0,15-0,1585 Buah - buahan Berita Resmi Statistik Kabupaten Banyuwangi, No. 08/Agustus/3510/Th.I, 2 September ,2 Gambar 2. Andil Inflasi Kelompok Bahan Makanan bulan Agustus 2014 Kabupaten Banyuwangi. 0,0002 0,1061-0,1367-0,0152-0,0265-0,041 pada bulan Juli 2014 menjadi 112,72 pada bulan Agustus Deflasi bulan Agustus 2014 dipicu oleh kelompok makanan 0,0002-0,0156 0,0195 0,0039 Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang - kacangan Bumbu - bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya bahan (andil/sumbangan terhadap inflasi sebesar minus 0,2636 persen), disusul kelompok sandang (andil minus 0,0683 persen). Deflasi Agustus 2014 tertahan oleh kelompok makanan jadi (andil 0,0056 persen), kelompok perumahan (andil 0,0844 persen), kelompok kesehatan (andil 0,0149 persen), kelompok pendidikan (andil 0,1027 persen) dan kelompok transport (andil 0,0023 persen) sebagaimana gambar 1. Kontribusi ANDIL INFLASI (%) terbesar deflasi Agustus 2014 berasal dari kelompok bahan makanan yang memberikan andil sebesar minus 0,2636 persen. Dari 11 subkelompok (subkel) dari kelompok (kel) bahan Gambar 1. Andil Inflasi Kelompok Pengeluaran Bulan Agustus ,0056 0,0844-0,0683 0,0149 0,1027 0,0023 Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor makanan sebagian besar (6 subkel) terjadi deflasi, yaitu

3 subkel ikan segar (andil inflasi minus 0,1367 persen), subkel ikan diawetkan (andil inflasi minus 0,041 persen), subkel telur, susu dan hasilnya (andil inflasi minus 0,0152 persen), subkel sayur-sayuran (andil inflasi minus 0,0265 persen), subkel buahbuahan (andil inflasi minus 0,0156 persen), dan subkel bumbu-bumbuan (andil inflasi minus 0,1585 persen). Laju deflasi bulan Agustus 2014 tertahan oleh kenaikan harga subkel daging dan hasil-hasilnya (andil inflasi 0,1061 persen) sebagaimana gambar 2. Penurunan harga sebagian subkelompok bahan makanan di bulan Agustus 2014 diduga akibat pulihnya harga ke kondisi normal pasca ramadhan dan lebaran awal Agustus Hal ini berbeda dengan subkelompok daging dan hasilnya, khususnya komoditas daging sapi dan daging ayam kampung, dalam 3 (tiga) bulan terakhir (Juni- Agustus) 2014 selalu terjadi kenaikan harga, yang ditunjukkan oleh kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) Gambar 3. Perkembangan IHK komoditas Daging Sapi dan Ayam Kampung Bulan Juni-Agustus ,00 300,00 250,00 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 126,81 133,12 136,08 159,32 164,31 167,81 Juni Juli Agustus Daging Ayam Kampung Daging Sapi lihat gambar 3. Beberapa komoditas terjadi penurunan harga antara meliputi bawang merah, cabe rawit, lemuru, mernying, tongkol, tongkol pindang, telur ayam ras, kacang panjang, apel,, beras sebagaimana gambar 4. Gambar 4. Komoditas dari kelompok Bahan Makanan yang mengalami penurunan harga bulan Agustus 2014 di Kabupaten Banyuwangi. 0-0,02-0,04-0,06-0,08-0,1-0,12-0,1174-0,0599-0,045-0,0373-0,0262-0,0309-0,0203-0,0187-0,0177-0,0169 Bawang Merah Cabai Rawit Lemuru Mernying Tongkol Tongkol Pindang Telur Ayam Ras Kacang Panjang Apel Beras Berita Resmi Statistik Kabupaten Banyuwangi, No. 08/Agustus/3510/Th.I, 2 September

4 Bawang merah memberikan andil paling besar terjadinya deflasi di bulan Agustus 2014 sebesar minus 0,1174 persen, disusul emas perhiasan (andil minus 0,0827 persen) dan cabe rawit (andil minus 0,0599 persen). Deflasi bawang merah diduga akibat over stok komoditas tersebut di pasar dibanding permintaan, sehingga harga cenderung turun. Demikian halnya komoditas cabe rawit, meski ada kecenderungan harga naik tapi rata-rata bulan Agustus 2014 harga cabe rawit masih lebih murah dibanding rata-rata harga bulan Juli Produksi bawang merah dan cabe rawit sangat didukung oleh cuaca yang baik, curah hujan rendah, pengairan cukup. Selain kelompok bahan makanan, pemicu deflasi bulan Agustus 2014 akibat merosotnya harga emas perhiasan sebesar 3,06 persen dan memberi andil negatip sebesar 0,0827 persen yang disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Laju deflasi bulan Agustus 2014 ditahan oleh komoditas daging ayam ras, tarif listrik, biaya sekolah baik TK, SD, SMP, SMA di tahun ajaran baru, termasuk juga biaya bimbingan belajar. Hasil pengamatan lapangan, komoditas tersebut diatas terjadi kenaikan harga atau inflasi masingmasing 3,43 persen (daging ayam ras), 1,74 persen (tarif listrik), 9,05 persen (biaya TK), 4,56 persen (biaya SD), 0,98 persen (biaya SMP), 1,46 persen (biaya SMA) dan 8,30 persen (bimbingan belajar). Potensi kenaikan harga daging ayam ras maupun komoditas bahan makanan lain dibulan ini dimungkinkan akan terus merambat saat bulan haji depan yang cenderung konsumsi meningkat. Kenaikan tarif listrik secara bertahap memang sudah direncanakan sebagaimana Permen ESDM No. 9 tahun Kenaikan biaya pendidikan terjadi baik pada pendidikan formal maupun non formal seperti pada kegiatan bimbingan belajar. Komoditas lain penghambat laju deflasi adalah bawang putih, minyak goreng, cabe merah, terong panjang, kelapa, ban dalam motor, kemeja panjang batik, sabung cuci, parfum, susu untuk bayi, sandal, kentang. Merangkaknya harga-harga kebutuhan pokok tersebut diduga sangat dipengaruhi kepanikan pelaku bisnis dalam menyikapi isu kenaikan harga BBM dan iklim politik Berita Resmi Statistik Kabupaten Banyuwangi, No. 08/Agustus/3510/Th.I, 2 September

5 Indonesia yang masih belum menentu. Tabel 1. Andil dan Tingkat Inflasi Agustus 2014, Inflasi Tahun Kalender 2014 dan Inflasi Year on Year menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) Kelompok Pengeluaran IHK Agustus 2013 IHK Desember 2013 IHK Juli 2014 IHK Agustus 2014 Andil Inflasi Agustus 2014 Tingkat % Inflasi Tahun Perubahan Kalender thd Juli ) Tingkat Inflasi Year on Year ) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) UMUM 111,04 110,39 112,86 112,72 0,2345-0,12 2,11 1,51 1 Bahan Makanan 127,42 125,48 128,30 127,22-0,2636-0,84 1,39-0, Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 105,71 105,71 106,15 106,19 0,0056 0,04 0,45 0,45 103,17 103,88 106,98 107,51 0,0844 0,50 3,49 4,21 4 Sandang 102,95 103,02 110,31 109,38-0,0683-0,84 6,17 6,25 5 Kesehatan 101,39 101,39 103,22 103,62 0,0149 0,39 2,20 2, Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 100,20 100,20 101,07 102,62 0,1027 1,53 2,42 2,42 108,91 107,62 109,30 109,31 0,0023 0,01 1,57 0,37 1) Persentase perubahan IHK bulan Agustus 2014 terhadap IHK bulan Desember ) Persentase perubahan IHK bulan Agustus 2014 terhadap IHK bulan Agustus Inflasi 8 Kota di Jawa Timur Dari 8 kota IHK di Jawa Timur, enam kota mengalami inflasi dan dua kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Surabaya sebesar 0,50 persen, diikuti Malang sebesar 0,47 persen, Madiun sebesar 0,35 persen, Sumenep sebesar 0,31 persen, Probolinggo sebesar 0,07 persen, dan inflasi terendah terjadi di Kediri sebesar 0,06 persen. Sedangkan deflasi terjadi di Banyuwangi sebesar 0,12 persen dan di Jember sebesar 0,06 persen, sebagaimana terlihat pada Gambar 5. Gambar 5. Inflasi 8 Kota dan Jawa Timur Bulan Agustus 2014 Gambar 6. Inflasi Kumulatif 8 Kota dan Jawa Timur ( Bulan Agustus Agustus 2014) Jember Banyuwangi Sumenep Kediri Malang Probolinggo Madiun -0,06-0,12 0,31 0,06 0,47 Inflasi 0,07 0,35 0,50 0,37 Jember Banyuwangi Sumenep Kediri Malang Probolinggo Madiun 2,23 2,11 3,31 3,05 3,04 2,47 2,67 2,98 3,04 Inflasi Kumulatif Berita Resmi Statistik Kabupaten Banyuwangi, No. 08/Agustus/3510/Th.I, 2 September

6 Inflasi kumulatif sampai dengan bulan Agustus 2014, Kota Surabaya menduduki peringkat pertama dengan kumulatif inflasi sebesar 3,31 persen, diikuti Sumenep sebesar 3,05 persen, Malang sebesar 3,04 persen, Madiun sebesar 2,98 persen, Probolinggo sebesar 2,67 persen, Kediri sebesar 2,47 persen, Jember sebesar 2,23 persen, dan kumulatif inflasi terendah terjadi di Banyuwangi sebesar 2,11 persen, sebagaimana terlihat pada Gambar 6. Gambar 7. Inflasi Year On Year 8 Kota dan Jawa Timur ( Bulan Agustus Agustus 2014) Jember Banyuwangi Sumenep Kediri 2,32 3,87 2,66 2,89 1,51 2,95 3,04 3,94 3,53 Malang Probolinggo Madiun Year On Year Dilihat dari inflasi year-on-year (Agustus 2014 terhadap Agustus 2013), Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 3,53 persen, angka inflasi ini lebih rendah dibanding dengan inflasi bulan Juli 2014 sebesar 4,01 persen. Dari 8 kota, inflasi y-o-y tertinggi terjadi di Surabaya sebesar 3,94 persen, diikuti Malang sebesar 3,87 persen, Madiun sebesar 3,04 persen, Probolinggo sebesar 2,95 persen, Kediri sebesar 2,89 persen, Sumenep sebesar 2,66 persen, Jember sebesar 2,32 persen, dan inflasi year-on-year terendah terjadi di Banyuwangi sebesar 1,51 persen sebagaimana terlihat pada Gambar Inflasi 6 Ibukota Provinsi di Pulau Jawa Dari 6 ibukota provinsi di Pulau Jawa, semua kota mengalami inflasi dan inflasi terendah terjadi di kota Yogyakarta sebesar 0,09 persen. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 1,16 persen, diikuti Kota Surabaya sebesar 0,50 persen, Kota DKI Jakarta sebesar 0,49 persen, Kota Bandung dan Kota Semarang masing-masing sebesar 0,41 persen, sebagaimana terlihat pada Gambar 8. Sedangkan inflasi kumulatif terendah terjadi di kota Yogyakarta sebesar 2,78 persen. Inflasi tertinggi terjadi di kota Serang sebesar 5,33 persen, diikuti kota DKI Jakarta sebesar 3,96 persen, kota Semarang sebesar 3,57 persen, kota Surabaya sebesar 3,31 persen, Bandung sebesar 3,23 persen, dan terendah di Yogyakarta sebesar 2,78 persen, sebagaimana Gambar 9. Berita Resmi Statistik Kabupaten Banyuwangi, No. 08/Agustus/3510/Th.I, 2 September

7 Gambar 8. Inflasi Ibukota Provinsi di Pulau Jawa dan Jawa Timur Bulan Agustus 2014 Gambar 9. Inflasi Kumulatif Ibukota Provinsi di Pulau Jawa dan Jawa Timur (Agustus 2013 Agustus 2014) Jakarta Serang Bandung Semarang 0,49 1,16 0,41 0,41 0,50 0,37 Jakarta Serang Bandung Semarang 3,96 5,33 3,23 3,57 2,78 3,31 3,04 Yogyakarta 0,09 Yogyakarta Surabaya Jatim Inflasi Surabaya Jatim Inflasi Kumulatif Gambar 10. Inflasi Year On Year Ibukota Provinsi di Pulau Jawa dan Jawa Timur (Agustus 2013 Agustus 2014) Jakarta Serang Bandung Semarang 4,76 5,48 2,67 3,78 3,72 3,94 3,53 Yogyakarta Surabaya Jatim Year On Year Inflasi year-on-year bulan Agustus 2014 dari 6 ibukota provinsi di pulau Jawa, inflasi tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 5,48 persen, diikuti oleh Kota DKI Jakarta sebesar 4,76 persen, Kota Surabaya sebesar 3,94 persen, Kota Semarang sebesar 3,78 persen, Kota Yogyakarta sebesar 3,72 persen, dan inflasi terendah terjadi di Bandung sebesar 2,67 persen sebagaimana terlihat pada Gambar 10. Banyuwangi, 2 September 2014 Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi Kepala, Ir. Mohammad Amin, MM NIP Berita Resmi Statistik Kabupaten Banyuwangi, No. 08/Agustus/3510/Th.I, 2 September