BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972).

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah (Marlinda, 2008). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bioindikator adalah kelompok atau komunitas organisme yang saling. keberadaan atau perilakunya sangat berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan medium atau substrat tempat hidup bagi komunitas

DISTRIBUSI VERTIKAL DAN KEANEKARAGAMAN MAKROFAUNA TANAH DI KAWASAN DIENG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu merupakan tanaman semusim dari Divisio Spermathophyta dengan

Mikrobia dan Tanah KULIAH 1 PENDAHULUAN 9/5/2013 BIOLOGI TANAH BIOLOGI TANAH TANAH. Tanah merupakan habitat yang sangat heterogen. Penghuninya beragam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan di dalam tanah terjadi kompetisi antara

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu ekosistem yang jumlahnya cukup luas di Indonesia,

Jenis-Jenis Hewan Tanah Pada Lubang Biopori Di Perumahan Lancang Kuning Sejahtera Umban Sari Rumbai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

BIOLOGI TANAH. Tanah sebagai tempat kehidupan berbagai jasad hidup (makro, dan mikro)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah merupakan habitat kompleks untuk organisme. Di dalam tanah hidup

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang unik antara faktor fisik, kimia, dan biologi. Komponen utama tanah terdiri dari

Komponen rantai makanan menurut nicia/jabatan meliputi produsen, konsumen, dan pengurai. Rantai makanan dimulai dari organisme autotrof dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah (ph) optimum untuk pertumbuhan

III. PERANAN ORGANISME TANAH FUNGSIONAL UNTUK KESUBURAN TANAH

I. PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan pengembangan energi alternatif bioetanol sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. banyak ditemukan pada 0 sampai 10 cm (Kuhnelt et al, 1976). Kelompok hewan

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

I. PENDAHULUAN. air, dan jasad hidup yang secara umum terdiri dari mikroorganisme. Masing masing

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan lingkungan luar (Baker,1979). Di dalam hutan terdapat flora

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

Berdasarkan kemampuan menyusun bahan organik, organisme penyusun ekosistem dibedakan menjadi organisme autotrof dan heterotrof.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki separuh keanekaragaman flora dan fauna dunia dan diduga sebagai

Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

5/4/2015. Tim Dosen Biologi FTP Universitas Brawijaya

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fauna Tanah Klasifikasi Fauna Tanah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pelestaraian mangrove dengan mengubahnya menjadi tambak-tambak. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

IDENTIFIKASI MAKROFAUNA TANAH DI ZONA PASIF TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KLOTOK KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan fungi akar yang memiliki peran dan manfaat yang penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

Organisme Tanah JASAD HIDUP TANAH DALAM STRUKTUR EKOSISTEM. Komposisi Tanah PRODUSEN (TANAMAN) KONSUMEN (HEWAN, MANUSIA) PEROMBAK (JASAD HIDUP TANAH)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dunia dan akhirat sebagai wahyu ilahi, di dalam Alqur an banyak berisi

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

RUANG LINGKUP EKOLOGI

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Syekhfani. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EKOLOGI TANAMAN. Pokok Bahasan II KONSEP EKOLOGI (1)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Pinus Hutan pinus (Pinus merkusii L.) merupakan hutan yang terdiri atas kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Kingdom Divisio Classis Ordo Familia Genus : Plantae : Pinophyta : Pinopsida : Pinales : Pinaceae : Pinus Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972). Di Indonesia penyebutan pinus biasanya ditujukan kepada pinus Sumatra (Pinus merkusii Jung. de Vries.). Pinus memiliki tinggi batang antara 20-40 m, dengan berkas daun berjumlah dua. Berkas daun ini berbentuk jarum yang pada bagian pangkal terdapat sisik berupa selaput tipis yang mengelilingi berkas tersebut. Biji pinus berbentuk bulat telur yang pipih dengan panjang 6-7 mm (van Steenis, et al., 1972). Hutan pinus dapat dijumpai hampir diseluruh wilayah bagian Indonesia khususnya wilayah dataran tinggi atau pegunungan. Hutan pinus sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumber daya alam berupa kayu dan getah, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman

pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan pinus sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil getah untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan aspal, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, sebagai penyeimbang lingkungan, serta mengurangi dampak adanya pemanasan global. Hutan pinus merupakan kumpulan dari pohon pinus yang berdiri dan tumbuh di atas permukaan tanah. Berbicara mengenai fungsi sebagai tempat hidup berbagai flora dan fauna, maka dapat dijumpai adanya flora dan fauna yang ada dalam hutan pinus wilayah Kubang Kecamatan Wanayasa kabupaten Banjarnegara. 2.2. Fauna Tanah Tanah dengan nilai produktivitas tinggi tidak hanya terdiri dari komponen abiotik saja tetapi juga komponen biotik. Komponen biotik penyusun tanah ini dikenal sebagai jasad hidup tanah, yang memegang peranan penting dalam proses perombakan di dalam tanah. Jasad hidup atau hayati yang terdapat dalam tanah dikategorikan sebagai biota atau fauna tanah. Secara umum biota atau jasad hayati tanah dikelompokkan menjadi dua meliputi fauna tanah dan mikroflora tanah (Sarief, 1989). Dalam sebuah ekosistem fauna tanah merupakan bagian yang sangat penting. Hal ini karena fauna tanah berperan dalam berbagai proses di dalam tanah, diantaranya degradasi bahan organik, mineralisasi unsur hara, pengendalian populasi organisme patogen, memperbaiki struktur tanah, dan mencampur bahan organik dengan tanah (Handayanto & Hairiah, 2007). Selain itu fauna tanah juga berperan penting dalam hal memperbaiki sifat

fisik, kimia, dan juga biologi tanah sehingga dapat bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah (Avelina, 2008). Berbicara mengenai fauna tanah, maka dapat dibagi menjadi tiga macam berdasarkan ukuran tubuh yakni makro fauna, mesofauna dan mikro fauna. Ukuran mikrofauna tanah berkisar antara 20-200 mikron, mesofauna tanah antara 200 mikron-1 sentimeter, dan makrofauna tanah berukuran > 1 sentimeter (Suin, 1989). Makrofauna tanah terdiri dari herbivora (memakan tumbuhan) dan karnivora (memakan hewan) (Susanto, 2012). Golongan herbivora diantaranya adalah cacing (Annelida), bekicot (Mollusca), Arthropoda, yaitu Crustacea seperti udang, Chilopoda seperti kelabang. Diplopoda seperti kaki seribu, Arachnoidea seperti laba-laba, dan serangga (Insecta); seperti belalang dan lebah (Jasin, 1989). Golongan karnivora misalnya sebagian serangga. Diantara berbagai macam makrofauna tanah, cacing tanah, semut, dan rayap merupakan kelompok yang berperan penting dalam ekosistem tropika. Makrofauna tanah tersebut aktif di dalam tanah sehingga mampu mengubah karakteristik tanah melalui pembentukan pori atau liangliang tanah, hal ini memungkinkan untuk kelancaran aliran air dan udara dalam tanah (Handayanto & Hairiah, 2007). Mikrofauna tanah berupa pemangsa parasit, misalnya protozoa dan rotifer (Suin, 1989). Kelompok mikrofauna tanah didominasi oleh protozoa sebagai satu-satunya mikrofauna tanah. Protozoa memiliki sifat-sifat menyerupai mikroorganisme dan berukuran sangat kecil, oleh karena itu protozoa adalah termasuk dalam kelompok mikroorganisme. Tidak ada

tanah budidaya yang tidak mengandung protozoa, hanya saja untuk jumlah dan diversitasnya sangat bervariasi (Handayanto & Hairiah, 2007). 2.3. Mesofauna Tanah Fauna tanah dengan ukuran panjang 200 µm 1 sentimeter merupakan kelompok mesofauna tanah yang banyak terdapat di dalam tanah. Mesofauna tanah sebagai bagian dari keanekaragaman hayati yang berperan penting, terutama sebagai dekomposer dalam proses dekomposisi. Jenis mesofauna yang mempunyai peranan dalam proses biologi tanah banyak dijumpai di dalam tanah, diantaranya adalah nematoda dan mikroarthropoda. Dalam hal ini yang termasuk dalam mikroarthropoda tanah adalah Acari, Collembola, Rotifera, dan Echytraeida (Handayanto & Hairiah, 2007). Collembola (springtail) merupakan salah satu anggota dari kelompok mesofauna tanah yang mudah ditemukan (Subagja, 2009). Collembola termasuk dalam Ordo Collemboliformes sebagai kelompok insekta yang berukuran kecil dan merupakan mikroarthropoda tanah. Pada umumnya, Collembola sebagai penghuni tanah dan sampah yang mendominasi, tetapi mereka juga dapat hidup pada habitat lain seperti vegetasi termasuk kanopi pohon, di gua-gua, di zona pesisir laut dan perairan dalam sistem air tawar. Rata-rata kepadatan di tanah biasanya antara 10,000-30,000 per m². Sebagai detritrivores, Collembola adalah kelompok penting dalam siklus nutrisi tanah dengan demikian merupakan organisme yang menguntungkan (Ellis, 2000).

Collembola umumnya hanya dapat hidup pada kondisi tanah yang lembab dan berada di permukaan tanah, namun ada juga yang hidup pada lapisan tanah yang lebih dalam. Di dalam tanah sumber makanan bagi beberapa mesofauna kelompok Collembola adalah bakteri, hifa, dan spora jamur. Dalam siklus hara tanah, Collembola tidak berperan secara langsung akan tetapi berperan aktif dalam fragmentasi seresah tanaman (Handayanto & Hairiah, 2007). Selain sebagai decomposer yang mampu mengubah bahan organik menjadi bahan anorganik, mesofauna tanah yang merupakan hewan tanah juga memiliki arti penting karena berperan sebagai penyedia bahan makanan bagi hewan lain. Hal ini dilakukan dengan cara memakan bahan organik dan kemudian mencernanya, sehingga dapat mengurangi penumpukan bahan organik sebagai sampah (Foth, 1998). Keberadaan mesofauna tanah dalam sebuah habitat sangat dipengaruhi oleh adanya kondisi lingkungan dalam habitat tersebut, dalam hal ini kaitannya dengan ketersediaan bahan makanan. Keanekaragaman vegetasi sebagai penyedia sumber makanan utama merupakan faktor lingkungan dominan yang menentukan struktur dan komposisi mesofauna tanah. Di samping itu faktor lingkungan abiotik misalnya ph tanah, kadar air tanah, dan iklim di atas permukaan tanah juga sangat berpengaruh terhadap kehidupan mesofauna tanah (Suin, 1989).

2.4. Faktor Lingkungan yang Berpengaruh terhadap Keberadaan Mesofauna Tanah Faktor lingkungan seperti suhu, ph tanah, dan kelembaban tanah merupakan faktor penting dalam mengetahui keberadaan serta kepadatan fauna tanah termasuk dalam hal ini mesofauna tanah. Suhu dalam tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang berpengaruh dalam kepadatan fauna tanah kaitannya dengan aktivitas yang ada di dalam tanah yang dilakukan oleh fauna tanah. Pengaruh suhu yang berbeda-beda dapat membuat fauna tanah menyesuaikan diri sehingga menghasilkan aktivitas yang berbeda. Hal ini terlihat pada kelompok cacing tanah yang melakukan aktivitas, metabolisme, reproduksi, dan respirasi pada suhu yang tidak konstan. Suhu optimum bagi cacing tanah untuk bereproduksi adalah 16 C, sedangkan suhu optimum untuk pertumbuhan cacing tanah adalah 10-20 C. Pada suhu di atas 25 C masih cocok untuk cacing tanah hidup, namun hal tersebut harus diimbangi dengan kelembaban yang cukup (Handayanto & Hairiah, 2007). Selain suhu faktor lain adalah ph tanah, pengukuran ph tanah adalah bagian penting untuk mengetahui tingkat asam atau basa suatu tanah. Hal ini karena kaitannya dengan kemampuan fauna tanah yang berbeda-beda dalam toleransinya terhadap ph tanah. Beberapa fauna tanah mampu hidup pada ph yang berbeda-beda, misalnya dari golongan Collembola yang mampu hidup pada ph rendah dan disebut dengan asidofil. Sedangkan yang hidup

pada ph tinggi atau basa disebut dengan kalsinofil dan golongan Collembola yang hidup pada ph netral disebut indifferen (Suin, 1989). Tingkat keasaman (ph) dapat dijadikan sebagai penentu besarnya populasi fauna tanah. Cacing tanah sebagai fauna tanah dapat berkembang dengan baik pada ph netral atau agak sedikit basa, dan perlu diketahui ph yang ideal adalah antara 6-7,2. Pada tanah hutan yang asam keberadaan cacing tanah digantikan oleh kelompok Enchytraeid yakni cacing berukuran kecil yang memiliki peranan dalam menghancurkan seresah (Handayanto & Hairiah, 2007). Kelembaban merupakan faktor lingkungan lain selain suhu dan ph yang berpengaruh terhadap keberadaan fauna tanah dalam hal ini mesofauna tanah. Kelembaban tanah dapat terjadi akibat kandungan air di dalam tanah yang sangat tinggi. Air di dalam tanah tergantung pada keadaan tekstur dan struktur tanah. Keadaan lembab biasanya terjadi setelah hujan 2-5 hari. Kelembaban adalah faktor penting bagi beberapa fauna tanah, misalnya pada cacing tanah. Kelembaban berperan penting dalam menjaga aktivitas cacing tanah, karena tubuh pada cacing tanah sebagian besar tersusun atas air sekitar 75-90% dari berat tubuhnya (Kartasapoetra, et al., 2000). 2.5. Penelitian Sebelumnya Penelitian yang terkait dengan fauna tanah pernah dilakukan oleh Subagja (2009) mengenai peranan Arthropoda tanah dalam pemecahan seresah, pada penelitian ini lebih membahas mengenai Arthropoda yang dalam hal ini sebagai kelompok terbesar dari fauna tanah. Penelitian

mengenai fauna tanah berikutnya dilakukan oleh Susiyanti (2003) penelitian tersebut dengan tujuan untuk mengetahui dominansi jenis-jenis fauna tanah diperkebunan kubis desa Pandansari Kecamatan Paguyangan kebupaten Brebes. Pada penelitian tersebut menghasilkan bahwa dominansi tertinggi fauna tanah berupa golongan Acarina sedangkan dominansi terendah dari golongan Oligochaeta. Penelitian lain mengenai fauna tanah juga pernah dilakukan oleh Hidayati (2002), penelitian ini untuk mengetahui jenis dan kemelimpahan fauna tanah di persawahan desa Pasarbatang Brebes. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa spesies yang teridentifikasi adalah golongan Collembola, Coleoptera, Hymenoptera, Dermoptera, dan Diplopoda. Penelitian mengenai keanekaragaman mesofauna tanah di Indonesi sangat terbatas, selain itu juga belum tersedianya data mesofauna tanah di kawasan hutan pinus wilayah Kubang Kecamatan Wanayasa Kabupaten Banjarnegara. Oleh karena itu akan dilakukan penelitian dengan judul Mesofauna Tanah di Lantai Hutan Pinus Wilayah Kubang Kecamatan Wanayasa Kabupaten Benjarnegara.