BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka kurang lebih 300 kendaraan per 1000 orang, suatu angka yang. dengan pangsa hampir sebesar 80 persen.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Jalan adalah sarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB I PENDAHULUAN. Mobil Penumpang (emp) adalah faktor yang menunjukkan pengaruh berbagai tipe

I. PENDAHULUAN. alat transportasi yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan, dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, Laju pertumbuhan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia 1.

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataan sekarang ini di Indonesia banyak ditemukan kasus kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. sepeda motor yang tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Kurangnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dan penyebab pertama kematian pada remaja usia tahun (WHO, 2013).

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia dalam menciptakan situasi keamanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN I-1

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utama jalan raya adalah sebagai prasarana untuk melayani pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dominan. Hal ini ditandai dengan jumlah alat transportasi darat lebih banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia.

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

PERAN IKOSA (IKATAN KLUB OTOMOTIF SURAKARTA) DALAM MENDUKUNG SATLANTAS POLTABES SURAKARTA GUNA MEWUJUDKAN KETERTIBAN LALU LINTAS

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang luas yang terdiri dari beberapa pulau. Indonesia sebagai negara kepulauan memerlukan peran transportasi yang baik, berupa transportasi darat, laut, maupun udara. Transportasi berperan sebagai penghubung antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya. Transportasi sangat penting dalam mengembangkan perekonomian nasional. Salah satu sarana transportasi yang berperan penting sebagai sarana lalu lintas adalah sarana infrastruktur jalan. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, jalan kabel. 1 Peningkatan taraf hidup rakyat mengakibatkan pembangunan yang cukup berpengaruh terhadap perubahan sosial masyarakat. Masyarakat yang dahulu pergi ke tempat kerja dengan berjalan kaki, sekarang sudah naik kendaraan, yang dahulu naik angkutan umum, sekarang sudah memiliki kendaraan sendiri, yang semula naik sepeda motor sekarang sudah berganti dengan mobil pribadi. Melajunya usaha pembangunan disegala bidang, 1 Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132 1

terutama bidang ekonomi, dan transportasi, akan memberikan dampak terhadap perkembangan sarana angkutan jalan raya atau transportasi darat dengan sangat pesat. Kemajuan transportasi darat ternyata menimbulkan masalah yang sangat rumit dalam pengaturan lalu lintas, seperti timbulnya masalah kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Kecelakaan lalu lintas menurut Pasal 1 angka 24 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UULLAJ) adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan atau pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan kerugian harta benda. 2 Korban kecelakaan lalu lintas dapat berupa korban luka ringan, luka berat dan meninggal dunia diperhitungkan paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah kecelakaan terjadi. 3 Kecelakaan biasanya terjadi berawal dari ketidak patuhan pengguna jalan terhadap peraturan lalu lintas. Kurangnya kesadaran hukum dari pengendara kendaraan bermotor atas apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan menjadi titik awal terjadinya kecelakaan. Mobilitas kendaraan bermotor yang semakin pesat sangat berpengaruh dalam hal banyaknya kecelakaan di jalan raya, yang berakibat korban luka, maupun meninggal. Jumlah kendaraan bermotor yang terlibat dalam kecelakaan lalu lintas di Indonesia dari tahun 2010 hingga tahun 2011 mengalami penurunan hingga 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96 3 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1528 2

4% (dari 210.701 kecelakaan pada 2010 menjadi 203.334 kecelakaan pada 2011). 4 Sedangkan Kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian dari tahun 2010 hingga tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 4% sebagai mana yang diungkapkan oleh Kementrian Perhubungan yang berasal dari laporan kepolisian menyebutkan bahwa pada tahun 2010 jumlah kematian akibat kecelakaan secara nasional mencapai 31.234 jiwa dan pada tahun 2011 jumlah kematian akibat kecelakaan mencapai 32.657 jiwa. Dari jumlah tersebut 67% korban kecelakaan berada pada usia produktif, yakni usia 22 sampai 50 tahun. Kondisi ini membuat jalan raya menjadi tempat paling maut dan mematikan. 5 Direktur Lalu Lintas Polda DIY Kombes Pol. Bambang Pristiwanto mengungkapkan bahwa dibandingkan kejadian tahun 2010, jumlah kecelakaan lalu lintas di Yogyakarta tahun 2011 menurun. Data Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda DIY menyebutkan angka kecelakaan lalu lintas di wilayah Polda DIY pada 2010 mencapai 4.704 kejadian sedangkan tahun 2011 mencapai 4.411 kejadian. Jumlah korban meninggal dunia sebanyak 518 orang, paling banyak berstatus pelajar. 6 Tingginya angka kecelakaan ini tentu sangat memprihatinkan, sehingga perlu adanya perhatian lebih terhadap kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Banyaknya kasus kecelakaan lalu lintas ini diselesaikan secara damai, sebagai mana yang dinyatakan oleh Kepala 4 http://kemenhub.malaka9.com/read/berita/direktorat-jenderal-perhubungan-darat/13119 diakses 10 Maret 2013 5 http://www.dephub.go.id/read/berita/direktorat-jenderal-perhubungan-darat/15286 diakses 10 Maret 2013 6 http://jogja.tribunnews.com/2012/01/28/laka-lantas-di-yogya-capai-4.411-kejadian diakses 18 Januari 2013 3

Satuan Lalu Lintas (kasatlantas) Kepolisian Resort Kota Yogyakarta AKP Ris Supriyanto kepada wartawan Pihak kepolisian tidak bisa menindak lanjuti lebih jauh, kalau masyarakat lebih memilih berdamai. 7 Terjadinya kecelakaan lalu lintas dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor-faktor tersebut seolah-olah bekerja sama sebagai penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas akan semakin beresiko ketika manusianya sendiri terlihat tidak begitu mematuhi prosedur standar keselamatan. Faktor manusia merupakan faktor yang paling menentukan diantara faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas. Hal tersebut terjadi karena adanya kecerobohan atau kealpaan pengemudi dalam mengemudikan kendaraannya, kecerobohan pengemudi tersebut tidak jarang menimbulkan kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian. Kesalahan pengemudi kendaraan yang melakukan kealpaan yang mengakibatkan kematian tersebut dapat dikategorikan bahwa orang tersebut telah melakukan kecelakaan lalu lintas berat (mengakibatkan luka berat atau meninggal dunia). Menurut AKP Ris Supriyanto, menuturkan bahwa pada peristiwa kecelakaan lalu lintas berat, sering kali masyarakat memandang bahwa letak kesalahan selalu pada Pelaku, padahal tidak sedikit penyebab kecelakaan lalu lintas berat ini disebabkan oleh kesalahan korban. 8 Menurut teori hukum yang berlaku bahwa kesalahan seseorang dilihat dari faktor kejadian yang sebenarnya, faktor apa yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas 7 Hasil wawancara dengan AKP Ris Supriyanto, pada tanggal 15 oktober 2013 pukul 10.00 8 Hasil wawancara dengan AKP Ris Supriyanto, pada tanggal 21 Agustus 2014 pukul 13.30 4

tersebut. Hal ini dapat diungkapkan dari kronologis kejadian maupun keterangan para saksi yang melihat peristiwa terjadinya kecelakaan. Penegakan hukum dalam perkara kecelakaan lalu lintas akan dapat dijalankan dengan baik melalui tindakan aparat penegak hukum yang tegas dan tidak memihak. Tindakan yang dilakukan penegak hukum dalam menangani kasus kecelakaan lalu lintas diantaranya adalah tindakan represif (penindakan) dan kewenangan diskresi. Tindakan represif dilakukan terhadap kecelakaan lalu lintas melalui penegakan hukum yang dilakukan secara efektif dan efisien. Pada dasarnya tindakan represif ini bukan semata-mata ditujukan untuk memberikan pelajaran secara paksa atau untuk menghukum kepada setiap pelaku, namun dimaksudkan untuk menimbulkan kejeraan bagi yang bersangkutan agar tidak mengulangi perbuatannya lagi. 9 Tindakan lain yang dilakukan penegak hukum dalam menangani kasus kecelakaan adalah kewenangan diskresi. Diskresi sebagai kebebasan bertindak atau mengambil keputusan dari para pejabat administrasi negara yang berwenang dan berwajib menurut pendapat sendiri. 10 Kewenangan diskresi Kepolisian dilakukan langsung pada saat itu juga dan tanpa meminta petunjuk atau keputusan dari atasannya, sebagai contoh untuk menghindari terjadinya penumpukan arus lalu lintas di suatu ruas jalan, petugas kepolisian memberi isyarat untuk terus berjalan kepada pengemudi kendaaraan meskipun saat itu lampu pengatur lalu lintas berwarna merah dan sebagainya. 9 Laksamana, https://library.pancabudi.ac.id/jurnal_files/ Kesadaran Berlalu Lintas untuk Mencegah Angka Kecelakaan, JurnalIlmiah AbdiIlmu, Vol. 3 No.1 April. 2010, diakses tanggal 12 agustus 2013 10 S. Prajudi Atmosudirjo, 1994, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 82 5

Kewenangan diskresi kepolisian sebagaimana diatur di dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pada Pasal 18 ayat (1) disebutkan bahwa Untuk kepentingan umum pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri. 11 Pengertian diskresi menurut Indarti Erlyn mendefinisikan diskresi sebagai kemerdekaan dan atau otoritas atau kewenangan untuk membuat keputusan serta mengambil tindakan yang dianggap tepat atau sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, yang dilakukan secara bijaksana dan dengan memperhatikan segala pertimbangan maupun pilihan yang memungkinkan 12. Sedangkan menurut Gayus Lumbuun, Diskresi adalah kebijakan dari pejabat Negara dari pusat hingga daerah yang intinya membolehkan pejabat publik melanggar Undang Undang Kebijakan ini dapat dilakukan dengan tiga syarat yaitu, demi kepentingan umum, masih dalam batas wilayah kewenangannya, dan tidak melanggar Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB). 13 Manfaat diskresi dalam penanganan masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat antara lain adalah sebagai salah satu cara pembangunan moral petugas kepolisian dan meningkatkan cakrawala intelektual petugas dalam menyiapkan dirinya untuk mengatur orang lain dengan rasa keadilan bukannya dengan kesewenang - wenangan. 11 Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2 12 Indarti Erlyn, 2002, Diskresi Polisi, Badan penerbit Undip, Semarang, hlm. 120 13 http://www.kantorhukum-lhs.com/1?id=fenomena-diskresi-vs-korupsi diakses tanggal 16 oktober 2013 6

Pada bulan Desember 2013, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia bersama dengan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia telah menandatangani dan mengesahkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas. Bagi masyarakat yang terlibat dalam suatu perkara pidana kecelakaan lalu lintas, terdapat 2 (dua) cara untuk dapat menyelesaikan perkara tersebut. Cara pertama, dapat ditempuh melalui jalur hukum, dimana suatu Perkara pidana kecelakaan lalu lintas ringan dan sedang diperiksa dan diadili melalui Acara Pemeriksaan Singkat, sedangkan perkara pidana kecelakaan lalu lintas berat (menimbulkan luka berat atau meninggal dunia) diperiksa dan diadili melalui Acara Pemeriksaan Biasa oleh Pengadilan. Cara kedua melalui penyelesaian di luar Pengadilan. Cara yang ditempuh ialah melalui jalur perdamaian antara pihak pelaku kepada korban. Pertanggungjawaban pidana pada kecelakaan lalu lintas berat seharusnya diselesaikan melalui Pengadilan. Akan tetapi dalam tataran implementasinya dengan kewenangan diskresi penegak hukum dalam hal ini kepolisian, kasus kecelakaan lalu lintas berat dapat diselesaikan diluar pengadilan. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk membuat penulisan hukum dengan judul PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN. 7

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana pelaku kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian melalui Pengadilan? 2. Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana pelaku kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian diluar pengadilan? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana pelaku kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian melalui Pengadilan. b. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana pelaku kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian diluar Pengadilan. 2. Tujuan Subyektif Untuk memperoleh data dalam rangka penulisan hukum sebagai syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Universitas Gadjah Mada. 8

D. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana lalu lintas yang menyebabkan kematian belum pernah ditulis oleh penulis sebelumnya. Beberapa penulisan hukum yang mirip dengan yang dilakukan oleh penulis. Adapun penulisan hukum yang ada sebelumnya itu dan perbedaannya dengan penulisan hukum yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut: 1. Dedy Kusmono NIM: 03/168975/HK/16459 melakukan penelitian dengan judul Penerapan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 Dalam Rangka Menanggulangi Pelanggaran Lalu Lintas di Wilayah Sleman. Pada penulisan tersebut penulis lebih memfokuskan pada pelanggaran lalu lintas. 2. Andris Budianto NIM: 07/257520/HK/17641 melakukan penelitian dengan judul Penanganan Kecelakaan Lalu Lintas yang Menyebabkan Kematian oleh Kepolisian Resort Kota Yogyakarta. Pada penulisan tersebut penulis lebih memfokuskan penanganan dari pihak kepolisian. 3. Retno Wahyu Ningsih NIM: 91/80577/HK/13696 melakukan penelitian dengan judul Pidana Bagi Pelaku yang Mengakibatkan Kematian Dalam Kecelakaan Lalu Lintas di Yogyakarta penulis tidak menjelaskan penyeselasaian di luar pengadilan, msih menggunakan Undang Undang No 14 Tahun 1992. 9

4. Vicky Yoppi Harriadi NIM: 89/70749/HK/13209 Melakukan penelitian dengan judul Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pengemudi Kendaraan yang Karena Kealpaannya Mengakibatkan Luka atau Matinya Orang Lain penulis tidak membahas penyelesaian di luar Pengadilan dan masih menggunakan Undang Undang No. 14 Tahun 1992. Dalam penulisan ini yang membedakan dengan penulis penulis sebelumnya ialah penulis sendiri lebih menekankan pada pertanggungjawaban pidana pelaku, kemampuan bertanggung jawab, proses dan bentuk pertanggungjawaban pidana tentang kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian, serta Penyelesaian Diluar Pengadilan. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik untuk kepentingan akademis maupun kepentingan praktis: 1. Manfaat Akademis Secara Akademis, hasil penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pidana, khususnya tentang perkara lalu lintas. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penulisan hukum ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan mahasiswa fakultas 10

hukum lainnya tentang Pertanggungjawaban Pidana terhadap Pelaku Kecelakaan Lalu Lintas yang Mengakibatkan Kematian, serta menambah wawasan pengalaman, pengetahuan penulis di bidang penelitian tentang pertanggungjawaban pidana. F. Sistematika penulisan Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bab yang diuraikan sebagai berikut yaitu: 1. Bab pertama berupa pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah yang berisi kerangka masalah obyek material penelitian, dan dirumuskan dalam perumusan masalah. Parameter penting bagi peneliti juga dipaparkan, yaitu keaslian penelitan, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. 2. Bab kedua merupakan penjelasan tentang tinjauan pustaka yang berisi tinjauan umum tentang pertanggungjawaban pidana, tinjauan umum tentang kecelakaan lalu lintas, peran aparat penegak hukum dalam perkara pidana kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian, serta penyelesaian perkara diluar pengadilan. 3. Bab ketiga merupakan penjelasan tentang metode penelitan yang berisi tentang bahan atau materi penelitian, alat penelitian, jalannya penelitian, serta analisis hasil penelitian. 11

4. Bab keempat merupakan penjelasan tentang hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian melalui jalur pengadilan, serta penyelesaian perkara kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian diluar pengadilan. 5. Bab kelima berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian. 12