1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena transmigrasi di Indonesia telah terjadi sejak zaman kolonial, pasca orde baru hingga saat ini. Dilatarbelakangi tujuan tertentu seperti ingin memperbaiki kehidupan ke arah yang lebih baik lagi, mendapatkan pekerjaan hingga upah yang tinggi. Proses migrasi juga turut mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial, demografi dan pendidikan individu tersebut. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penduduk dalam melakukan migrasi adalah karena bencana alam, wabah penyakit, penggusuran lahan karena ada proyek dari pihak pemerintah maupun swasta dan mengikuti program transmigrasi. Tingginya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia khususnya di Pulau Jawa merupakan masalah yang harus diatasi agar tidak terjadi ledakan penduduk. Isu transmigrasi merupakan salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah ini melalui persebaran penduduk dan mengembangkan potensi di wilayah transmigrasi. Di daerah yang padat penduduknya seperti Pulau Jawa dan kota-kota besar lainnya, transmigrasi merupakan solusi untuk menyelesaikan kepadatan penduduk di kota dan mengurangi pengangguran. Walaupun demikian, program transmigrasi masih dipandang sebelah mata dan belum mengakar kuat pada masyarakat Indonesia. Program transmigrasi merupakan salah satu bagian dari migrasi yang dilakukan oleh pemerintah maupun sekelompok masyarakat untuk melakukan
2 perpindahan secara bersama-sama. Transmigrasi merupakan kegiatan yang berdimensi ganda (www.bappenas.go.id/index.php/download_file/ view/8605 /1721/, diakses 10 Maret 2014). Di satu pihak, transmigrasi ditujukan untuk mengurangi kepadatan penduduk di daerah-daerah tertentu untuk memberi keleluasan bagi usaha-usaha pembangunan dan rehabilitasi di daerah bersangkutan. Di lain pihak, transmigrasi diharapkan dapat membantu dan merangsang peningkatan pembangunan di daerah-daerah yang relatif masih terbelakang. Pengembangan Transmigrasi dan Lokasi Permukiman Transmigrasi dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan kegiatan penyiapan permukiman, pengarahan dan penempatan serta pembinaan masyarakat transmigrasi dan pembinaan lingkungan permukiman transmigrasi. Selain itu program transmigrasi juga mempunyai peran besar dalam pengembangan dan pembangunan wilayah tempat transmigran ditempatkan. Dengan adanya transmigran maka segala potensi yang ada di lokasi transmigrasi tersebut akan dimanfaatkan melalui kegiatan usaha tani yang mampu mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Hal ini sesuai berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 1997 tentang ketransmigrasian dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 2 Tahun 1999 tentang penyelenggaran Transmigrasi serta beberapa Keppres dan Inpres pendukung. Undang-undang, kepres, dan inpres tersebut menyebutkan bahwa transmigrasi tidak lagi merupakan program pemindahan penduduk, melainkan upaya untuk pengembangan wilayah dengan metode Kerjasama Antar Daerah pengirim transmigrasi dengan daerah tujuan transmigrasi. Dalam hal ini
3 penduduk setempat diberi kesempatan untuk menjadi transmigran yang proporsinya mencapai 50:50 dengan penduduk asal. Dalam pelaksanaan usaha tani di daerah transmigrasi, pemerintah memberikan lahan pertanian untuk dikelola para transmigran dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Tetapi pada kenyataannya tidak semua harapan tersebut terlaksana dengan baik pada daerah-daerah tertentu, misalnya saja Dusun Purwojoyo. Dusun Purwojoyo merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Provinsi Sumatera Utara. Permukiman penduduk Dusun Purwojoyo berdiri sejak tahun 1962 hingga sekarang yang merupakan daerah tujuan transmigrasi dari Pulau Jawa. Berdasarkan data Kecamatan Sukamaju tahun 2013, luas Dusun Purwojoyo adalah 105 ha dengan jumlah penduduk 1.091 jiwa. Mata pencaharian penduduknya sebagian besar adalah buruh tani. Dilihat dari infrastrukturnya sejak berdiri hingga sekarang tidak ada peningkatan yang signifikan. Hanya ada satu Sekolah Dasar inpres dan satu Sekolah Dasar swasta yang berdiri di dusun tersebut. Begitu juga dengan matapencaharian penduduknya. Kendatipun demikian hingga saat ini masih menjadi daerah tujuan migrasi dari Pulau Jawa. Menurut sejarahnya penduduk dusun tersebut merupakan transmigran yang berasal dari Pulau Jawa yang ditempatkan oleh pemerintah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deliserdang. Adanya konflik sengketa lahan transmigran antara pemerintah dengan penduduk setempat menyebabkan transmigran harus bermigrasi Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal. Dengan
4 harapan adanya ganti rugi pemerintah kepada transmigran. Tetapi hal tersebut sama sekali tidak pernah terjadi sehingga mereka membuka lahan perkebunan tembakau menjadi permukiman yang sekarang mereka huni. Kondisi ini menunjukkan fenomena daerah transmigrasi yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan transmigran kendatipun demikian tetap masih ada yang bermigrasi menuju Dusun Purwojoyo. 1.2. Perumusan Masalah Fenomena migrasi yang terjadi di Dusun Purwojoyo merupakan suatu fenomena unik. Ada dua fenomena yang terjadi dalam proses perkembangan wilayahnya yaitu migrasi dan transmigrasi serta perkembangan wilayah transmigrasi. Wujud dari keberlangsungan perkembangan wilayah perdesaan terdiri dari aset, akses, dan aktivitas yang merupakan komponen penting. Di Dusun Purwojoyo sendiri komponen tersebut belum terpenuhi. Selain itu, tidak adanya peningkatan infrastruktur sebagai salah satu kunci pengembangan wilayah dan mata pencaharian yang tetap sebagai buruh tani tidak menjadi alasan masyarakat untuk keluar dari Dusun tersebut untuk membangun kehidupan yang lebih baik lagi malah sebaliknya tetap bertahan dan setiap tahunnya ada saja yang melakukan migrasi ke dusun tersebut. Dari fenomena tersebut yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan wilayah lokasi transmigrasi dan faktor apa saja yang menyebabkan transmigran bertahan di lokasi tersebut.
5 1.3. Tujuan Penelitiaan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisa perkembangan daerah lokasi transmigrasi Dusun Purwojoyo Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara a. Perkembangan fisik lokasi transmigrasi Dusun Purwojoyo Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara b. Perkembangan sosial lokasi transmigrasi Dusun Purwojoyo Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara c. Perkembangan ekonomi lokasi transmigrasi Dusun Purwojoyo Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara 2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan transmigran bertahan di Dusun Purwojoyo. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini memberikan manfaat: 1. Manfaat akademis Secara akademis penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui perkembangan migrasi yang terjadi dan faktor-faktor yang menyebabkan transmigran bertahan di Dusun Purwojoyo Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara.
6 2. Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah daerah dalam rangka perumusan kebijakan pembangunan untuk peningkatan taraf hidup penduduk yang tinggal di Dusun Purwojoyo Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Provinsi Sumatera Utara. 1.5. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Perkembangan Migrasi Di Dusun Purwojoyo Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang Sumatera Utara belum pernah dilakukan oleh peneliti lain. Tabel 1.1 berikut menjelaskan keaslian penelitian yang dilihat dengan persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang terdahulu.
7 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian 1 Rizqika Tri Utami Pengambilan Keputusan 1. Mengkaji proses pengambilan keputusan Terdapat perbedaan proses Bermigrasi Pekerja Migran migrasi dalam keluarga migran pengambilan keputusan untuk Perempuan (Kasus di Desa perempuan bermigrasi. Jangkaran, Kecamatan Temon 2. Mengetahui peran migran perempuan Kabupaten Kulon Progo) dalam pengambilan keputusan untuk 2 Siti Khotijah Analisis Faktor Pendorong Migrasi Warga Klaten Ke Jakarta 3 Bintang Yulisetyaningtyas 4 Widaryono Budi Riyanto Evaluasi Pelaksanaan Program Transmigrasi Melalui Model Kerjasama Antar Daerah Perkembangan Permukiman Transmigrasi Pola Nelayan Lokasi Jaboi Kota Sabang Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam bermigrasi. Mengetahui faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap jumlah migrasi warga Klaten ke Jakarta periode tahun 1998-2006 Mengevaluasi Pelaksanaan Model Kerja Sama Antar Daerah dalam program transmigrasi dapat mencapai sasaran secara efektif, yang pada gilirannya dapat meningkatkan citra baik program transmigrasi di mata masyarakat umum. Mengetahui bagaimana pencapaian tingkat perkembangan permukiman transmigrasi pola nelayan lokasi Jaboi di Kota Sabang dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian tingkat perkembangan permukiman transmigrasi pola nelayan lokasi Jaboi Variable luas lahan sawah, pertumbuhan ekonomi, dan tingkat pengangguran di daerah migrant berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah migrasi warga klaten ke Jakarta Diperlukannya skema dan prosedur pembebasan penyediaan lahan untuk pembangunan transmigrasi yang secara legal bebas gugatan masyarakat lokal. Tingkat perkembangan berdasarkan criteria dalam negeri, permukiman transmigrasi Jaboi baru mencapai tingkat desa swadaya mula dan lebih lama dibandingkan target waktu yang telah ditentukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian tingkat perkembangan adalah kondisi fisik alam, sumberdaya manusia transmigran, dan pola pembinaan.
8 Lanjutan tabel 5 Paryanto Perkembangan Desa Transmigrasi dan Desa Sekitarnya Di Kecamatan Sitiung Kabupaten Sawahlunto Sijunjung Menunjukkan tingkat perkembangan desa transmigrasi dan desa non transmigrasi yang berada di sekitarnya di Kecamatan Sitiung di tinjau dari sosial ekonomi dan fisik serta ingin mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangannya. 1. Terjadi perkembangan desa transmigrasi di desa koto agung, desa sungai duo dan desa pulai dilihat dari penggunaan lahan, kependudukan, interaksi dan perkembangan tingkat pendapatan penduduk 2. Perkembangan desa transmigrasi tergolong relatif lebih cepat 3. Perkembangan desa non transmigrasi relatif lebih lambat 4. Faktor perkembangan desa transmigrasi berupa tersedianya sarana dan prasarana 5. Faktor perkembangan desa non transmigrasi berupa masih tersedianya lahan kosong. 6. Persamaan perkembangan desa terletak pada penggunaan lahan dan kebijakan pemerintah 7. Perbedaan perkembangan desa terdapat pada perkembangan permukiman, tingkat pendidikan penduduk, rata-rata tingkat pendapatan penduduk, aksesibilitas lokasi desa, interaksi antar desa.
9 Penelitian yang dilakukan Rizqika Tri Utami pada tahun 2011 mengkaji proses pengambilan keputusan terhadap tenaga kerja perempuan di Kabupaten Kulon Progo. Pengambilan keputusan untuk bermigrasi dipengaruhi oleh berbagai alasan seperti keadaan ekonomi dan tingkat pendidikan. Keadaan ekonomi yang rendah memaksa para migran perempuan untuk melakukan migrasi sebagai tenaga kerja di luar daerah tetapi untuk studi kasus di daerah ini rata-rata tingkat kemiskinan nya berada di atas garis kemiskinan. Hal lain yang mempengaruhi tenaga kerja perempuan untuk melakukan migrasi khususnya keluar negeri karena mengetahui banyaknya tenaga kerja perempuan yang berhasil. Selain itu upah yang tinggi menjadi alasan yang kuat selain faktor pendorong di daerah asal. Pengambilan keputusan bagi tenaga kerja perempuan yang belum menikah melibatkan orang tua dalam pengambilan keputusan. Hal ini menjelaskan bahwa adanya inisiatif dari diri tenaga kerja perempuan tersebut dan upah yang tinggi merupakan faktor utama untuk melakukan migrasi. Penelitian kedua yang dilakukan oleh Siti Khotijah pada tahun 2008 mengkaji tentang Analisis Faktor Pendorong Migrasi Warga Klaten Ke Jakarta. Dalam penelitian ini menggunakan analisis model regresi linier untuk mengetahui faktor pendorong warga Klaten melakukan migrasi ke Jakarta. Faktor pendorong yang mendorong warga Klaten untuk bermigrasi ke Jakarta adalah luas lahan yang semakin sempit, pertumbuhan ekonomi yang lamban dan tingkat pengangguran yang tinggi. Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa seseorang melakukan migrasi bukan hanya karena upah yang tinggi tetapi mencari penghidupan yang lebih baik.
10 Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Bintang Yulisetianingtyas pada tahun 2008 membahas tentang Evaluasi Pelaksanaan Program Transmigrasi Melalui Model Kerjasama Antar Daerah. Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif yang diarahkan pada evaluasi hasil penyelenggaraan program agar dapat menyusun masukan-masukan sebagai feedback bagi peningkatan efektivitas penerapan prinsip-prinsip Kerja Sama Antar Daerah sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan program transmigrasi. Hasil penelitian ini menunjukkan perlunya pembebasan lahan masyarakat lokal untuk para transmigran oleh pemerintah. Kendala pembebasan lahan merupakan kendala yang dihadapi oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi hingga saat ini. Bahkan dalam prakteknya seringkali transmigran yang menjadi korbannya. Perlunya kerja sama antar daerah pengirim dan penerima transmigran dapat memberikan solusi bagi transmigran sehingga dapat bertahan dan melangsungkan hidupnya di daerah transmigran. Pada penelitian ke empat yang dilakukan oleh Widaryono Budi Riyanto pada tahun 2005 membahas Perkembangan Permukiman Transmigrasi Pola Nelayan Lokasi Jaboi Kota Sabang Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Penelitian ini bertujuan menunjukkan tingkat perkembangan desa transmigrasi dan desa non transmigrasi yang berada di sekitarnya di Kecamatan Sitiung di tinjau dari sosial ekonomi dan fisik serta ingin mengetahui faktor yang mempengaruhi perkembangannya. Dari penelitian ini diketahui bahwa kondisi fisik wilayah transmigrasi turut mempengaruhi perkembangan wilayahnya. Tidak hanya itu sumberdaya manusia dan pola pembinaan yang dilakukan pemerintah
11 turut mempengaruhi perkembangan wilayahnya. Dengan kondisi tersebut menyebabkan perkembangan wilayah Jaboi Kota Sabang tergolong lambat. Peneliti kelima Paryanto membahas Perkembangan Desa Transmigrasi dan Desa Sekitarnya Di Kecamatan Sitiung Kabupaten Sawahlunto Sijunjung pada tahun 2004. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perkembangan desa transmigrasi dan non transmigrasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari hasil penelitian mengungkapkan bahwa desa transmigrasi lebih cepat berkembang dibandingkan dengan desa non transmigrasi. Hal ini disebabkan tersedianya sarana prasarana di desa transmigrasi sedangkan di desa non transmigrasi tidak tersedia. Hasil penelitian ini sangat jauh berbeda dibandingkan desa transmigrasi yang berada di Jaboi Kota Sabang yang perkembangannya lebih lambat. Perbedaan geografis merupakan salah satu kendala dalam perkembangan lokasi transmigrasi. Pada penelitian ini peneliti membahas tentang perkembangan lokasi transmigrasi di Purwojoyo Desa Sukamaju Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Kelebihan dalam penelitian ini adalah menganalisis perkembangan lokasi transmigrasi dari aspek fisik, sosial, dan ekonomi serta mengkaji faktor-faktor apa saja yang menyebabkan transmigran bertahan di lokasi padahal kehidupan yang mereka jalani sekarang tidak sesuai dengan yang dijanjikan pemerintah awalnya. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan pendekatan proses untuk mengumpulkan dan menemukan fenomena-fenomena yang terjadi pada masa lampau dan perkembangannya
12 hingga kini dan faktor-faktor apa saja yang membuat masyarakat tetap bertahan di Dusun Purwojoyo.