MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial"

Transkripsi

1 MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial Dosen Pengampu: Drs. Mudji Hartono, M.Hum. (REVISI) Disusun oleh: Arief Wibowo PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015

2 Kata Pengantar Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan ridho-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian sejarah dalam tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial dengan judul Migrasi dari Jawa Tengah ke Jawa Timur Masa Kolonial. Penulis sadar sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penelitian sejarah ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Mudji Hartono, M.Hum. selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial. 2. Kepala Perpustakaan Kependudukan dan Kebijakan UGM Yogyakarta. 3. Teman-teman Ilmu Sejarah kelas B angkatan Semua pihak yang tidak dapat penulis satu-persatu yang telah membantu dalam penelitian ini. Semoga bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu dalam penelitian ini mendapat balasan dari Allah S.W.T., dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang berkepentingan. Yogyakarta, 14 April 2015 Penulis 1

3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak awal abad ke-20 daerah-daerah Kedu, Yogyakarta, Madura, Kediri, dan Madiun di Jawa merupakan daerah yang melepaskan migranmigran ke daerah lain. Hubungan migran dengan desa atau daerah asal di negara-negara sedang berkembang dikenal sangat erat, sehingga menjadi salah satu ciri fenomena migrasi di negara sedang berkembang. Hubungan tersebut antara lain diwujudkan dengan pengiriman uang, barang-barang, bahkan ide-ide pembangunan ke daerah asal, secara langsung atau tidak langsung. Intensitas hubungannya ditentukan antara lain oleh jarak, fasilitas transportasi, lama merantau, status perkawinan atau jarak hubungan kekeluargaan. Ketika depresi awal pada tahun tiga puluhan mengharuskan adanya pembatasan yang ketat pada industri perkebunan dan ketika tampak jelas dari semua gelagat bahwa beberapa di antaranya tidak akan mempekerjakan buruh lagi sebanyak yang dipekerjakan oleh masa lalu. 1 Kondisi sosial ekonomi di daerah asal yang tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, mendorong mobilisasi penduduk dengan tujuan mempunyai nilai dengan kefaedahan yang lebih tinggi di daerah tujuan. Salah satu cara yang baik dilakukan untuk mengatasi kesenjangan kesempatan ekonomi adalah dengan migrasi dari desa ke kota. Pertumbuhan penduduk 1 Joan Hardjono, Transmigrasi: Dari Kolonisasi sampai Swakarsa, (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 5. 2

4 besar diikuti persebaran yang tidak merata antar daerah dan perekonomian yang cenderung terkonsentrasi di perkotaan mendorong masyarakat untuk bermigrasi. Pertumbuhan ekonomi di daerah perkotaan menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Sedangkan perkembangan ekonomi di daerah perdesaan adalah cukup lambat. Sehingga terjadi ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar perkotaan dan pedesaan. Proses migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh semakin kurang menariknya kehidupan di pedesaan, kawasan pedesaan yang kegiatan ekonomi utamanya adalah pertanian sudah kehilangan daya saing secara drastis. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Migrasi? 2. Bagaimana dengan perkembangan Migrasi masa Kolonialisme dari Jawa Tengah ke Jawa Timur? 3. Apa saja faktor-faktor yang melatar belakangi? C. Tujuan dan Manfaat 1. Mengetahui tentang perkembangan migrasi pada masa kolonialisme. 2. Menambah pengetahuan tentang Migrasi. 3. Menyelesaikan tugas UTS matta kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial. 3

5 BAB III MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR A. Latar Belakang adanya Migrasi pada masa Kolonial Faktor alamiah seperti keterpencilan dan adanya hutan-hutan tropis yang sulit ditembus, pertumbuhan penduduk pada suatu daerah juga ditentukan olehperkembangan teknologi pertanian, kesehatan, dan keamanan. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian serta adanya proses imigrasi, baik intern maupun ekstern. Para kolonis sudah mulai meninggalkan desanya berpindah ke daerah lain diluar daerah kolonisasi. 2 Salah satu akibat dari penetrasi bangsa Barat yang makin mendalam di Jawa adalah pertumbuhan penduduk yang makin cepat. Hal itu disebabkan menurunnya angka kematian, sedangkan angka kelahiran tetap tinggi. Menurunnya angka kematian disebabkan usaha kesehatan rakyat oleh Pemerintah Hindia-Belanda. Perbaikan distribusi makanan melalui perbaikan jalan raya. Pertumbuhan penduduk antara tahun 1905 sampai 1920 agak tersendat-sendat. Hal itu akibat tingginya angka kematian, yaitu sekitar 32,5 sampai 35 per seribu jiwa. Angka kematian tertinggi terjadi pada tahun 1918 ketika wabah penyakit membunuh puluhan ribu jiwa sehingga pertumbuhan 2 Amral Sjamsu, Dari Kolonisasi ke Transmigrasi , (Jakarta: Djambatan, 1956), hlm

6 penduduk terendah terjadi antara tahun 1917 sampai 1920, bahkan di beberapa daerah terjadi pengurangan. Sesudah tahun 1920 pertumbuhan penduduk berlangsung dengan cepat. Antara tahun 1920 dan 1930 pertumbuhan penduduk pulau Jawa sekitar 17,6 per seribu jiwa. Ketika sensus tahun 1930 diadakan, penduduk Indonesia telah berjumlah 60,7 juta jiwa. Dari jumlah itu 41,7 juta jiwa berdiam di Pulau Jawa. Berdasarkan perhitungan pertumbuhan penduduk di Indonesia sekitar 79,4 juta jiwa. Di Jawa jumlah penduduknya sekitar 48,4 juta jiwa, sedangkan di daerah luar Jawa jumlah penduduknya sekitar 22 juta Jiwa. B. Migrasi dari Jawa Tengah ke Jawa Timur Jawa Timur dijadikan daerah tujuan migrasi karena di daerah tersebut sedang dibuka perkebunan -perkebunan baru yang menguntungkan rakyat setempat maupun para migran. Di Jawa Timur bagian timur para migran memperoleh beberapa fasilitas fasilitas antara lain: tanah, hewan ternak untuk mengerjakan tanah, dan pembebasan pajak selama beberapa tahun. 3 Penduduk yang mengalami kemiskinan biasanya melakukan migrasi untuk tujuan memperbaiki taraf hidupnya, di samping itu migrasi juga terjadi dari daerah padat penduduk ke daerah yang jarang penduduknya. 3 Mudji Hartono, Migrasi orang-orang Madura ke Ujung Jawa Timur: Suatu Kajian Sosial Ekonomi, Istoria, Vol. VIII, No. 1, September 2010, hlm

7 Antara kemiskinan dan migrasi saling berhubungan. Kemiskinan terjadi di Kedu, Rembang, Surakarta yang menjadi wilayah dari Jawa Tengah. Jawa Tengah dan Jawa Timur selalu memperlihatkan pola yang konsisten, yaitu sebagai daerah pengirim migran yang penting di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan persentase migran risen keluar yang paling tinggi dengan presentase Jawa Tengah sebanyak 25,5% dan Jawa Timur sebanyak 16%. 4 Migran permanen baru terlihat pada tahun 1930, pada tahun 1928 pemerintah Hindia-belanda membuka perkebunan tebu di Pasuruhan, yaitu di Kedawung, Pengkol, dan Pleret. Pembukaan perkebunan di ujung timur Jawa Timur ini menjadi daya tarik para migran. Dibukanya perusahaan perkebunan di berbagai daerah di ujung Jawa Timur menarik orang-orang untuk bermigrasi dan menjadi buruh perkebunan dengan tujuan mencari penghasilan. Migrasi intern berarti perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya satu pulau, baik secara individu maupun kelompok. Tidak meratanya persebaran penduduk di beberapa wilayah di Nusantara mendorong terjadinya perpindahan penduduk (migrasi). Tekanan sosial ekonomi dari daerah yang padat penduduknya mendorong perpindahan ke wilayah yang masih jarang penduduknya dan punya kemungkinan untuk dikembangkan. 4 Chotib, Migrasi, Makalah, (Universitas Indonesia: Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan, 2010) 6

8 Peperangan dan ancaman keamanan juga merupakan faktor penting bagi terjadinya perpindahan pendduk sejak zaman VOC. Dibukanya jalan kereta api yang menghubungkan Kalisat-Banyuwangi pada tahun 1901 merupakan salah satu pendorong bagi migrasi dari Jawa Tengah ke ujung Jawa Timur yang masih kosong. 5 Sebaliknya, Besuki adalah daerah penerima transmigran yang terpenting. Antara tahun 1920 dan 1930 penduduk Kediri naik rata-rata 32,9 persen seribu jiwa. Pada tahun 1930 diperkirakan sepertiga dari penduduk dilahirkan di luar daerah. Mereka kebanyakan kelahiran Kediri, Yogyakarta, Kedu, dan terutama Madura. Di daerah perkebunan kopi di Besuki banyak orang dari Madura yang mendapat tempat baru. 6 5 Nugroho Notosusanto dan Marwati Djoened Pusponagoro, Sejarah Nasional Indonesia Jilid V: Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm Ibid., 7

9 BAB III FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR A. Faktor Pendorong Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung lingkungan bisa mengakibatkan menurunnya permintaan atas barang barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu atau bahan dari pertanian. Kemudian menyempitnya lapangan pekerjaan ditempat asal (misalnya tanah untuk pertanian diperdesaan yang makin menyempit). Adanya tekanan-tekanan politik, agama, suku sehingga mengganggu hak azasi penduduk di daerah asal. Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan. Kemudian Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit. Selain itu migrasi juga bisa disebakna karen konflik. Terjadinya migrasi (perpindahan) penduduk dari sebuah tempat atau negara ke tempat lain dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Perubahan migrasi tidak hanya dipengaruhi demograsi saja, namun cukup kompleks mulai dari ekonomi, politik, konflik sampai perubahan iklim. 7 B. Faktor-faktor Penarik 7 Anonim, Konflik Penyebab Terjadinya Migrasi, Kedaulatan Rakyat. 16 April 2011, hlm 12. 8

10 Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidup di tempat baru. Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya iklim, perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar tersebut. C. Kemiskinan Kemiskinan terjadi karena adanya berbagai akibat. Salah satunya adalah keadaan alam yang tidak memungkinkan untuk bercocok tanam. Sehingga tidak bisa menambah kekuatan ekonomi keluarga. Apalagi ditambah pajak dari pemerintah Hindia-Belanda yang tidak sesuai dengan penghasilan mereka. Sehingga orang-orang di Jawa Tengah merasa kekurangan penghasilan dan ekonomi mereka sangat rendah. Akibatnya orang-orang di Jawa Tengah rela bermigrasi ke daerah Jawa Timur yang membuka perkebunan-perkebunan baru untuk menambah penghasilan mereka. D. Faktor Ekonomi Banyak studi mengenai migrasi menunjukkan bahwa alasan migrasi terutama karena alasan ekonomi, yaitu adanya kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan atau pendapatan yang lebih besar. Tingkat gaji atau upah yang diperoleh di desa belum dapat menjamin kesejahteraan 9

11 migran dan keluarganya. Perbedaan tingkat upah antara desa dengan kota tersebut mendorong penduduk bermigrasi ke kota untuk mencukupi kebutuhan yang semakin beraneka ragam. Penduduk baru akan memutuskan untuk melakukan migrasi jika penghasilan bersih di kota melebihi penghasilan bersih yang tersedia di desa 10

12 BAB IV PENUTUP Kesimpulan Pelaksanaan emigrasi yang dilakukan oleh pemerintah terjadi setelah pemerintah menerima laporan tentang kemiskinan dari keresidenan Kedu. Sampai pada tahap ini kelihatan kegagalan yang mencolok yang disebabkan sebagai berikut: 1. Pemerintah kolonial kurang mengadakan survey yang mendalam tentang daerah yang akan didatangi para transmigran. 2. Para transmigran kurang terseleksi. Banyak di antara mereka yang sudah tidak produktif karena sudah tua. 3. Pemberian bantuan kredit untuk para transmigran berjalan kurang baik. 4. Kesehatan kurang terjamin sehingga angka kematian lebih tinggi dari angka kelahiran. Baru pada sepuluh tahun ketiga abad ke-20 transmigrasi besar-besaran diadakan. Pada masa ini transmigrasi didasarkan pada 10 pantangan, di antaranya tidak memilih yang bukan petani, orang tua, dan orang bujangan. 11

13 DAFTAR PUSTAKA Amral Sjamsu, Dari Kolonisasi ke Transmigrasi , Jakarta: Djambatan, Anonim, Konflik Penyebab Terjadinya Migrasi, Kedaulatan Rakyat. 16 April Chotib, Migrasi, Makalah, Universitas Indonesia: Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan, Joan Hardjono, Transmigrasi: Dari Kolonisasi sampai Swakarsa, Jakarta: Gramedia, Mudji Hartono, Migrasi orang-orang Madura ke Ujung Jawa Timur: Suatu Kajian Sosial Ekonomi, Istoria, Vol. VIII, No. 1, September Nugroho Notosusanto dan Marwati Djoened Pusponagoro, Sejarah Nasional Indonesia Jilid V: Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia Belanda, Jakarta: Balai Pustaka,

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Indonesia Mulai Tahun 1961 sampai Tahun 2010

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Indonesia Mulai Tahun 1961 sampai Tahun 2010 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Indonesia Mulai Tahun 1961 sampai Tahun 2010 Kondis i penduduk di suatu negara sangat besar pengaruhnya terhadap pembangunan nasional. Jumlah penduduk di suatu negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diakibatkan karena kepadatan penduduk yang semakin tinggi. mulai memperkenalkan kebijakan baru yang disebut dengan Politik Etis..

I. PENDAHULUAN. diakibatkan karena kepadatan penduduk yang semakin tinggi. mulai memperkenalkan kebijakan baru yang disebut dengan Politik Etis.. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada permulaan abad ke XX pemerintah Kolonial Belanda mulai menyadari bahwa kemiskinan sedang meningkat di pulau Jawa, kemiskinan ini salah satunya diakibatkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduknya untuk mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian di daerah yang

I. PENDAHULUAN. penduduknya untuk mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian di daerah yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transmigrasi di Indonesia dikenal sebagai upaya untuk memindahkan penduduk dari daerah asal yang padat penduduknya ke daerah baru yang jarang penduduknya untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Kolonial Belanda. Kolonisasi yang dijalankan di Indonesia pada awal

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Kolonial Belanda. Kolonisasi yang dijalankan di Indonesia pada awal 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolonisasi adalah bagian migrasi dari program politik etis yang dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Kolonisasi yang dijalankan di Indonesia pada awal abad 20

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN IV

ASPEK KEPENDUDUKAN IV KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami usia kerja, tenaga kerja, angkatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian

Lebih terperinci

MIGRASI POPULATION MOBILITY

MIGRASI POPULATION MOBILITY MIGRASI POPULATION MOBILITY PENGERTIAN MIGRASI MIGRASI: pindah tempat tinggal secara permanen atau relatif permanen (jangka waktu minimal tertentu) dengan menempuh jarak minimal tertentu, atau pindah dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Transportasi Kereta Api Transportasi merupakan dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat, serta pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang dibahas dalam penelitian antara lain mencakup (1) pengertian migrasi;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat tercermin melalui jumlah penduduk dan pendapatan perkapita di suatu negara. Penduduk merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

MIGRASI. Oleh : CHOTIB Donovan Bustami

MIGRASI. Oleh : CHOTIB Donovan Bustami MIGRASI Oleh : CHOTIB Donovan Bustami 1. Konsep dan Definisi Migrasi Migrasi merupakan salah satu dari tiga komponen dasar dalam demografi. Komponen ini bersama dengan dua komponen lainnya, kelahiran dan

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN II. Tujuan Pembelajaran

ASPEK KEPENDUDUKAN II. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami persebaran penduduk. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun (Nehen, 2010:96).

Lebih terperinci

SEJARAH SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRASI RANTAU RASAU TAHUN SKRIPSI

SEJARAH SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRASI RANTAU RASAU TAHUN SKRIPSI SEJARAH SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRASI RANTAU RASAU TAHUN 1967-1999 SKRIPSI OLEH : SUMARNI I1A113018 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JAMBI 2017 ABSTRAK Sumarni, 2017.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Migrasi adalah salah satu fenomena penduduk yang dipelajari dalam studi geografi. Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mepengaruhi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang dapat memperlambat lajunya pembangunan, walaupun

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang dapat memperlambat lajunya pembangunan, walaupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara yang sedang melaksanakan pembangunan selalu dihadapkan pada masalah penduduk dan peningkatan pendapatan penduduk. Kedua permasalahan di atas merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga upah yang tinggi. Proses migrasi juga turut mempengaruhi kondisi

BAB I PENDAHULUAN. hingga upah yang tinggi. Proses migrasi juga turut mempengaruhi kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena transmigrasi di Indonesia telah terjadi sejak zaman kolonial, pasca orde baru hingga saat ini. Dilatarbelakangi tujuan tertentu seperti ingin memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketiga masalah itu dapat menimbulkan ketidak sesuaian antara jumlah penduduk dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ketiga masalah itu dapat menimbulkan ketidak sesuaian antara jumlah penduduk dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia pada umumnya mencakup jumlah penduduk yang besar, penyebaran penduduk yang tidak merata dan pertumbuhan penduduk yang tinggi.

Lebih terperinci

1. Masalah Jumlah Penduduk

1. Masalah Jumlah Penduduk Pengertian Penduduk Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus / kontinu. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada 20 tahun terakhir ini fenomena perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain atau bisa disebut juga urbanisasi menjadi salah satu fenomena sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empat dunia setelah China, India dan Amerika Serikat, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. empat dunia setelah China, India dan Amerika Serikat, jumlah penduduk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk terbesar ke empat dunia setelah China, India dan Amerika Serikat, jumlah penduduk Indonesia di tahun 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain

BAB I PENDAHULUAN. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lain dalam satu negara. Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk secara permanen dari pulau

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL

TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN SESUAI AMANAT SILA KEDUA PANCASILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB Oleh : Nama : Aula Datun Nafi ah NIM : 11.02.8064 Kelompok : A Program Studi :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan istilah Kolonisasi. Pelaksanaan kolonisasi pada waktu itu adalah dengan tujuan untuk

I. PENDAHULUAN. dengan istilah Kolonisasi. Pelaksanaan kolonisasi pada waktu itu adalah dengan tujuan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pemindahan penduduk telah dilaksanakan sejak zaman penjajahan, dan dikenal dengan istilah Kolonisasi. Pelaksanaan kolonisasi pada waktu itu adalah dengan tujuan

Lebih terperinci

[Type the document title] ANALISIS (TEORITIS DAN EMPIRIS) PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN LAHAN DAN TERHADAP MIGRASI PENDUDUK

[Type the document title] ANALISIS (TEORITIS DAN EMPIRIS) PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN LAHAN DAN TERHADAP MIGRASI PENDUDUK ANALISIS (TEORITIS DAN EMPIRIS) PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN LAHAN DAN TERHADAP MIGRASI PENDUDUK I. PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN Pertambahan penduduk kota di Indonesia mendorong meningkatnya

Lebih terperinci

b. Kematian (mortalitas) Faktor pendorong kematian al:

b. Kematian (mortalitas) Faktor pendorong kematian al: b. Kematian (mortalitas) Faktor pendorong kematian al: Adanya wabah penyakit, seperti demam berdarah, flu burung dsb Adanya bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, banjir dsb. Kesehatan serta pemenuhan

Lebih terperinci

FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK TRANSMIGRAN DI DESA KOTARAYA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG

FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK TRANSMIGRAN DI DESA KOTARAYA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG FAKTOR PENDORONG DAN PENARIK TRANSMIGRAN DI DESA KOTARAYA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG ARIF MASHURI HIDAYAT & IKA LISTIQOWATI Alumni dan Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

URBANISASI DAN TRANSMIGRASI

URBANISASI DAN TRANSMIGRASI 1 URBANISASI DAN TRANSMIGRASI Disampaikan dalam Siaran Langsung Interaktif TV Edukasi 24 APRIL 2010 oleh : Dr. Siti Nurjanah, SE, M.Si DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut.

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut. PERKEMBANGAN PENDUDUK DAN DAMPAKNYA BAGI LINGKUNGAN A. PENYEBAB PERKEMBANGAN PENDUDUK Pernahkah kamu menghitung jumlah orang-orang yang ada di lingkunganmu? Populasi manusia yang menempati areal atau wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transmigrasi penduduk sudah dikenal sejak tahun 1905, yaitu pada masa

I. PENDAHULUAN. Transmigrasi penduduk sudah dikenal sejak tahun 1905, yaitu pada masa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transmigrasi penduduk sudah dikenal sejak tahun 1905, yaitu pada masa pendudukan Belanda. Desa Gedong Tataan di Provinsi Lampung merupakan basis pertama kolonialisasi petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembahasan mengenai transmigrasi merupakan pembahasan yang dirasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembahasan mengenai transmigrasi merupakan pembahasan yang dirasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembahasan mengenai transmigrasi merupakan pembahasan yang dirasa perlu untuk diperbincangkan. Karena transmigrasi merupakan salah satu program pemerintah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beraneka ragam Suku. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beraneka ragam Suku. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beraneka ragam Suku. Salah satunya adalah Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara merupakan Provinsi yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 13. PendudukLatihan Soal 13.1

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 13. PendudukLatihan Soal 13.1 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 13. PendudukLatihan Soal 13.1 1. Dinamika penduduk dipengaruhi oleh faktor berikut, kecuali... Natalitas Mortalitas Migrasi Moralitas Dinamika kependudukan adalah perubahan jumlah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensifikasi pertanian di lahan yang selama ini digunakan untuk pertanian tradisional, ladang berpindah atau bentuk pertanian extensif lainnya membutuhkan pengetahuan

Lebih terperinci

WAWASAN SOSIAL BUDAYA. Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan

WAWASAN SOSIAL BUDAYA. Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan WAWASAN SOSIAL BUDAYA Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan Disusun Oleh : Nur Fazheera Al Gadri (D0217023) Hendra Lesmana (D0217515) Asmirah (D0217024) Abdillah Resky Amiruddin (D0217514) FAKULTAS TEKNIK PRODI

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat penting guna untuk merancang penelitian yang akan dilakukan peneliti. Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR No. 16/02/35/Th. XIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Jawa Timur Hasil Pendataan Potensi Desa 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

ANTROPOSFER GEO 2 A. PENDAHULUAN B. DINAMIKA ANTROPOSFER (KEPENDUDUKAN) C. KOMPOSISI PENDUDUK

ANTROPOSFER GEO 2 A. PENDAHULUAN B. DINAMIKA ANTROPOSFER (KEPENDUDUKAN) C. KOMPOSISI PENDUDUK A. PENDAHULUAN Antroposfer berasal dari kata antropos yang berarti manusia dan spaira yang berarti lingkungan. Antroposfer adalah salah satu objek material dari geografi yang membahas mengenai persoalan

Lebih terperinci

PROSPEK MOBILITAS PENDUDUK DI ERA OTONOMI DAERAH* Oleh : Junaidi**

PROSPEK MOBILITAS PENDUDUK DI ERA OTONOMI DAERAH* Oleh : Junaidi** PROSPEK MOBILITAS PENDUDUK DI ERA OTONOMI DAERAH* Oleh : Junaidi** ABSTRAK. Fenomena mobilitas penduduk yang diperkirakan akan meningkat dalam era otonomi daerah ini dan diperkirakan akan menuju pada daerah-daerah

Lebih terperinci

peran menghabiskan sumber daya ekonomi yang tersedia.

peran menghabiskan sumber daya ekonomi yang tersedia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penduduk merupakan sumber daya utama yang berpengaruh besar terhadap pembangunan ekonomi di suatu daerah. Secara umum penduduk berperan sebagai input produksi dalam

Lebih terperinci

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh K. Yunitha Aprillia Ida Bagus Made Astawa, I Gede Astra Wesnawa *) Jurusan Pendidikan Geografi,Undiksha Singaraja

Lebih terperinci

Antroposfer GEO 2 A. PENDAHULUAN B. DINAMIKA ANTROPOSFER (KEPENDUDUKAN) C. KOMPOSISI PENDUDUK D. RUMUS-RUMUS KUANTITAS PENDUDUK ANTROPOSFER

Antroposfer GEO 2 A. PENDAHULUAN B. DINAMIKA ANTROPOSFER (KEPENDUDUKAN) C. KOMPOSISI PENDUDUK D. RUMUS-RUMUS KUANTITAS PENDUDUK ANTROPOSFER Antroposfer A. PENDAHULUAN Antroposfer berasal dari kata antropos yang berarti manusia dan spaira yang berarti lingkungan. Antroposfer adalah salah satu objek material dari geografi yang membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator pekerjaan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. indikator pekerjaan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada Era globalisasi yang semakin berkembang maka pertumbuhan ekonomi semakin meningkat, hal ini menyebabkan taraf memenuhi kebutuhan hidup dan angka pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dalam konteks demografi cukup memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN 7 Latar Belakang Tekanan terhadap sumberdaya hutan menyebabkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan, sehingga sumberdaya hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang optimal. Tekanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI. Drs. CHOTIB, M.Si

MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI. Drs. CHOTIB, M.Si MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI Drs. CHOTIB, M.Si chotib@ldfeui.org Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan Program Pascasarjana Universitas Indonesia . Konsep dan Definisi Migrasi (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ITB Central Library, penduduk (population) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ITB Central Library, penduduk (population) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk dapat diartikan sebagai suatu kesatuan organisme yang terdiri dari individu, individu yang sejenis yang mendiami suatu daerah dengan batasbatas tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Penduduk Menurut Nursid Sumaatmaja, (1988:52) secara garis besar, Geografi dapat diklasifikasikan menjadi tiga cabang, yaitu Geografi Fisik

Lebih terperinci

PEDESAAN DAN KEPENDUDUKAN. Oleh Agustina Bidarti, S.P, M.Si. dan M. Arby, S.P., M.Sc

PEDESAAN DAN KEPENDUDUKAN. Oleh Agustina Bidarti, S.P, M.Si. dan M. Arby, S.P., M.Sc PEDESAAN DAN KEPENDUDUKAN Oleh Agustina Bidarti, S.P, M.Si. dan M. Arby, S.P., M.Sc PENDAHULUAN Dalam konteks pembangunan modern, terutama di negara2 berkembang, pedesaan dan kependudukan merupkan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan luas daratan sebesar km 2, memiliki potensi sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. dan luas daratan sebesar km 2, memiliki potensi sumberdaya alam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia, merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau ± 17.869 dan luas daratan sebesar 1.919.443 km 2, memiliki potensi sumberdaya alam yang berbeda-beda

Lebih terperinci

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA 1 K 29 - Kerja Paksa atau Wajib Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan bagi laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan kependudukan mendasar yang terjadi di Indonesia selain pertumbuhan penduduk yang masih tinggi adalah persebaran penduduk yang tidak merata. Hasil sensus

Lebih terperinci

PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DAN PENANGGULANGANNYA

PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DAN PENANGGULANGANNYA PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DAN PENANGGULANGANNYA Petrus Haryo Sabtono Materi disampaikan dalam Proses Belajar Mengajar Kelas 8 SMPK Santo Yoseph Denpasar Ingatkah kamu filosofi yang berkembang di sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. senantiasa mengalami perubahan melalui pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. senantiasa mengalami perubahan melalui pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan sumberdaya yang selalu berubah dari waktu ke waktu, yaitu secara kuantitas dan kualitasnya. Secara kuantitas, sumberdaya manusia senantiasa

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN I. Tujuan Pembelajaran

ASPEK KEPENDUDUKAN I. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian antroposfer. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara agraris. Sebagai negara agraris, salah satu peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 5. PENGARUH KEPADATAN POPULASI MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN HIDUPLatihan Soal 5.1

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 5. PENGARUH KEPADATAN POPULASI MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN HIDUPLatihan Soal 5.1 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 5. PENGARUH KEPADATAN POPULASI MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN HIDUPLatihan Soal 5.1 1. Perhitungan Kepadatan penduduk dapat diketahui dari... Perbandingan antara kematian, kelahiran

Lebih terperinci

TEORI DAN KONSEP MIGRASI

TEORI DAN KONSEP MIGRASI TEORI DAN KONSEP MIGRASI TEORI DAN KONSEP MIGRASI Oleh : 1. Agung Stiyawan ( K 5410005 ) 2. Adi Dwi Susanto ( K 5410004 ) 3. Bhian Rangga JR ( K 5410012 ) 4. M.Khanif Mahmudin ( K 5410040 ) 5. Ricky Fitriyana

Lebih terperinci

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA) UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA) Tentang: KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN

Lebih terperinci

INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA. Skripsi

INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA. Skripsi INTERAKSI antar etnis di DESA ARGAKENCANA (Suatu penelitian di Desa Argakencana Kecamatan Toili Kabupaten Banggai) Skripsi Diajukan sebagai Persyaratan Ujian Sarjana Jurusan Sejarah Prodi Pendidikan S1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan distribusi penduduk karena perubahan beberapa komponen demografi seperti Kelahiran (Fertilitas),

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Deskripsi Singkat Topik :

Deskripsi Singkat Topik : 1 WILAYAH DAN RUANG LINGKUPNYA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : WILAYAH DAN RUANG LINGKUPNYA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Tidak terkecuali di Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan Pertambahan Perkembangan Penduduk

Pertumbuhan dan Pertambahan Perkembangan Penduduk Pertumbuhan dan Pertambahan Perkembangan Penduduk A. Pengertian Fenomena bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk dari waktu ke waktu dalam suatu wilayah tertentu dinamakan dinamika penduduk. Gejala

Lebih terperinci

Angka kelahiran dikatakan tinggi jika angka kelahiran berkisar > 30 per tahun.

Angka kelahiran dikatakan tinggi jika angka kelahiran berkisar > 30 per tahun. Pengertian Dinamika Penduduk Dinamika penduduk ialah suatu perubahan keadaan penduduk. Perubahan-perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal. Dinamika atau perubahan lebih cenderung pada suatu perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

TEORI DAN KONSEP MIGRASI

TEORI DAN KONSEP MIGRASI TEORI DAN KONSEP MIGRASI Oleh : 1. Agung Stiyawan ( K 5410005 ) 2. Adi Dwi Susanto ( K 5410004 ) 3. Bhian Rangga JR ( K 5410012 ) 4. M.Khanif Mahmudin ( K 5410040 ) 5. Ricky Fitriyana ( K 5410050 ) 6.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke yang dilalui garis khatulistiwa, sehingga memiliki iklim tropis. Kondisi ini menyebabkan iklim

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebuah masyarakat dibidang ekonomi. Oleh sebab itu untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebuah masyarakat dibidang ekonomi. Oleh sebab itu untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan secara umum diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Seringkali kemajuan yang dimaksud adalah kemajuan material. Maka,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

PENYEBARAN PENDUDUK: MIGRASI, TRANSMIGRASI, URBANISASI

PENYEBARAN PENDUDUK: MIGRASI, TRANSMIGRASI, URBANISASI PENYEBARAN PENDUDUK: MIGRASI, TRANSMIGRASI, URBANISASI PENYEBARAN PENDUDUK: MIGRASI, TRANSMIGRASI, URBANISASI Yunindyawati/SPD/I363100011/S3 A. PENDAHULUAN Diskursus kependudukan menyangkut tiga persoalan

Lebih terperinci

Katalog BPS: TREN/ REN/POLA MIGRASI DARI BERBAGAI SENSUS DAN SURVEI. BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA - INDONESIA

Katalog BPS: TREN/ REN/POLA MIGRASI DARI BERBAGAI SENSUS DAN SURVEI.  BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA - INDONESIA Katalog BPS: 2204008. TREN/ REN/POLA MIGRASI DARI BERBAGAI SENSUS DAN SURVEI BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA - INDONESIA TREN/POLA MIGRASI DARI BERBAGAI SENSUS DAN SURVEI BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman perkebunan merupakan salah satu tanaman yang prospektif untuk dikembangkan di Indonesia. Letak geografis dengan iklim tropis dan memiliki luas wilayah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa suku bangsa yang berasal dari propinsi, yaitu Fukien dan Kwantung BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangPenelitian Orang Tionghoa yang ada di Indonesia, sebenarnya tidak merupakan satu kelompok yang asalnya dari satu daerah di negara Cina/Tiongkok, tetapi terdiri dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi. 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Penduduk Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi. Menurut Bintarto (1977: 10) geografi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN. Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam potensi, peluang dan keuntungan dalam segala hal. Kota juga menyediakan lebih banyak ide dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep pembangunan yang berkembang disekitar kita antara lain konsep

BAB I PENDAHULUAN. Konsep pembangunan yang berkembang disekitar kita antara lain konsep BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep pembangunan yang berkembang disekitar kita antara lain konsep pembangunan yang bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi dan konsep pembangunan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang selalu dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang selalu dihadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan salah satu masalah utama yang selalu dihadapi setiap negara. Jika berbicara tentang masalah pengangguran, berarti tidak hanya berbicara

Lebih terperinci