OPTIMASI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK TANAMAN HIDROPONIK

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMASI PROSES PIROLISIS ASAP CAIR DARI TEMPURUNG KELAPA DAN APLIKASINYA SEBAGAI KOAGULAN LATEKS

OPTIMASI PRODUKSI PUPUK KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN

OPTIMASI PRODUKSI BIOBRIKET DARI KULIT BUAH KARET

METODE PENELITIAN. Pengolahan Hasil Perkebunan STIPAP Medan. Waktu penelitian dilakukan pada

PERANCANGAN DAN APLIKASI ALAT PIROLISIS UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR

PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI ASAP CAIR (LIQUID SMOKE)

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DENGAN PROSES PIROLISA UNTUK MENGHASILKAN INSEKTISIDA ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

Gambar 7. Alat pirolisis dan kondensor

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani FMIPA Universitas

I. PENDAHULUAN. memiliki potensi perikanan terbesar ketiga dengan jumlah produksi ,84

BAB V METODOLOGI Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat Pembuatan Lem Tembak. No. Nama Alat Jumlah. 1. Panci Alat Pengering 1. 3.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

PENGARUH PELILINAN LILIN LEBAH TERHADAP KUALITAS BUAH TOMAT (Solanum lycopersicum)

OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

EFEKTIFITAS AIR KELAPA FERMENTASI SEBAGAI LARUTAN PENGHEMAT HERBISIDA KOMERSIL

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan bulan Juli sampai Agustus 2015 di Green House dan

Penetapan Kadar Sari

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

III. BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

Laporan Praktikum Kimia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan industri skala kecil dan menengah berkembang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Peneltian

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB V METODOLOGI. Penelitian dilakukan di laboratorium terdiri dari 3 tahap :

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

OPTIMASI PEMBUATAN KOPI BIJI PEPAYA (Carica papaya)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

BAB III METODE. 1. Waktu Penelitian : 3 bulan ( Januari-Maret) 2. Tempat Penelitian : Padukuhan Mutihan, Desa Gunungpring,

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

JURNAL ISSN TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 4 No. 1; Juni 2017

3. METODE PENELITIAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU PADA INDUSTRI KECIL DI DUSUN CURAH REJO DESA CANGKRING KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMBUATAN CUKA KAYU DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN. Oleh : Sri Komarayati

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu, dan Tempat Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Judul Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

Transkripsi:

JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 OPTIMASI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK TANAMAN HIDROPONIK *JAKA DARMA JAYA 1, AKHMAD ZULMI 2, DIKY WAHYUDI 2, KARTIKA 2, HERLINA WATI 2, NANA YULIANA 2, NOR KHOLIS 2 1 Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut, Jl. A. Yani, Km 6, Ds. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan 2 Mahasiswa Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut, Jl. A. Yani, Km 6, Ds. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan ABSTRAK Kabupaten Tanah Laut merupakan Kabupaten yang kaya akan keunggulan sektor agraris, sektor pertanian dan kehutanan. Kekayaan sektor agraris ditunjukan dengan banyaknya nilai produksi padi di Kabupaten Tanah Laut. Untuk itu, kami mengadakan sebuah penelitian mengenai pemanfaatan limbah sekam padi sebagai bahan yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman hidroponik yang diperoleh melalui metode pirolisis yang nantinya akan menghasilkan asap cair. Proses optimasi pirolisis memperlihatkan bahwa perlakuan A (Suhu 250 o C dan waktu 3 jam) menghasilkan rendemen asap lebih tinggi sebesar 2,54% dibandingkan dengan perlakuan B (Suhu 150 o C dan waktu 2 jam) menghasilkan rendemen asap cair sebesar 0,273%. Hal ini menunjukan bahwa parameter suhu dan waktu berpengaruh pada rendemen hasil akhir pirolisis. Pada pengaplikasian asap cair sebagai pupuk cair tanaman hidroponik dilakukan dengan 5 (lima) perlakuan, yatu P1, P2, P3, P4, dan P5. Pengaplikasian asap cair ke tanaman hidroponik (kangkung) sebagai pupuk cair, dapat dilihat bahwa ph asap cair yang sudah diencerkan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Pada tanaman yang diberi air dengan ph asam tidak dapat beratahan lama (cepat mati). Kata kunci: Asap cair, prirolisi, tanaman hidroponik, ph PENDAHULUAN Negara Indonesia tergolong negara agraris dimana komoditas utama rakyatnya adalah beras..padi,selain menghasilan beras juga menghasilkan produk sampingan berupa sekam.pemanfaatan sekam selama ini belumlah optimal,kebanyakan hanya digunakan sebagai campuran dalam akan ternak. Tidak jarang terlihat pada penggilingan padi tumpukan sekam menggunung dibakar begitu saja (Luditama, 2006). Kabupaten Tanah Laut merupakan Kabupaten yang kaya akan keunggulan sektor agraris, sektor pertanian dan kehutanan. Kekayaan sektor agraris ditunjukan dengan banyaknya nilai produksi padi di Kabupaten Tanah Laut. Dengan adanya fakta ini menunjukan bahwa banyak sekam padi dan kulit kayu gelam yang tidak dimanfaatkan (sebagai limbah) karena masyarakat tidak mengetahui cara untuk

memanfaatkan limbah sekam padi tersebut. Inilahnya yang menjadi masalahnya, seperti yang kita ketahui bahwa limbah sekam padi akan memberikan bau tidak sedap (polusi udara) apalagi jika dibakar pada area pembuangan di lingkungan. Jika hal ini dibiarkan secara terus menurus maka akan menimbulkan suatu ketidaknyamanan. Padahal sebenarnya, limbah sekam dapat dimanfaatkan. Di Tanah Laut, untuk sekam padi masih belum dimanfaatkan secara optimal (Anshari, 2009). Untuk itu, kami mengadakan sebuah penelitian mengenai pemanfaatan limbah sekam padi sebagai bahan yang dapat digunakan sebagai pupuk tanaman hidroponik yang diperoleh melalui metode pirolisis yang nantinya akan menghasilkan asap cair. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan potensi sektor agraris yang dimilki Kabupaten Tanah Laut. Pada penelitian ini akan diaplikasikan pada tanaman kangkung. Pemanfaatan asap cair dari sekam padi sebagai pupuk cair tanaman hidroponik diharapkan bisa meningkatkan nilai ekonomis limbah sekam padi yang belum dimanfaatkan secara optimal serta dapat menggantikan pupuk cair sintetis yang tidak ramah lingkungan. METODE PENELITIAN Sampel Sampel yang digunakan adalah sekam padi yang diperoleh dari tanaman padi rakyat di wilayah kabupaten Tanah Laut. Sampel yang digunakan adalah sekam padi yang sudah dibersihkan dan kering. Sedangkan sampel tanaman hidroponik yang digunakan adalah tanaman kangkung. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pirolisis, gelas beker, cawan petri, neraca analitik, ph meter/ kertas ph, gelas ukur, batang pengaduk, corong kaca, botol air mineral, penggaris, botol kaca, dan baskom. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air dan pupuk cair. Pembuatan Asap Cair Dirakit alat pirolisis yang akan digunakan. Disiapkan 2 kg sekam padi untuk 2 perlakuan pirolisis. Sekam padi dimasukan ke dalam alat pirolisis pada suhu >200 C dan didiamkan hingga menghasilkan asap cair yang kemudian ditampung pada wadah penampungan (botol kaca). Pada penilitian ini dilakukan variasi perlakuan pada parameter temperature dan waktu pirolisis sebagai berikut: Perlakuan A = suhu 250 C waktu 3 jam Perlakuna B = suhu 300 C waktu 2 jam Dibandingkan perlakuan pada parameter temperature dan waktu pirolisis yang menghasilkan rendemen paling tinggi. Aplikasi Asap Cair sebagai Pupuk Tanaman Hidroponik Diukur ph asap cair yang dihasilkan sebelum diencerkan. Asap cair diencerkan dengan 1000 air dan diukur ph asap cair sesudah diencerkan diukur ph nya. Pengenceran dibuat dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu 2 ml dalam 1000 ml air. 10 ml dalam 1000 ml air, dan 15 ml dalam 1000 ml air. Setelah diencerkan, dipindahkan kedalam botol air mineral. Dilakukan pengaplikasian asap cair pada tanaman hidroponik (kangkung) yang sudah tumbuh dan mempunyai akar. Dibandingkan dengan tanaman

hidroponik (kangkung) tanpa pemberian asap cair dan pupuk cair biasa 10 ml diencerkan dalam 1000 ml air. Masing-masing percobaan menggunakan 3 (tiga) tanaman hidroponik (kangkung) untuk mencegah kehilangan data ketika salh satu tanaman mati atau rusak. Dicatat hasil pengamatan setiap harinya. Parameter pengukuran yang digunakan adalah tinggi batang, jumlah daun, warna daun, berat tanaman yang ditimbang apada akhir pengamatan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Asap Cair Sekam Padi dan Rendemen yang Dihasilkan Optimasi proses pirolisis asap cair dengan memvariasikan parameter suhu dan waktu pirolisis menghasilkan jumlah rendemen yang berbeda seperti dilihat pada Tabel 4.1. dibawah ini: Tabel 4.1. Kondisi pirolisis dan rendemen asap cair yang dihasilkan Perlakuan Waktu Pembakaran Suhu ( C) Pembakaran Hasil Asap cair (ml) Rendemen (%) Sisa pembakaran (gram) A 3 jam 250 27 2,54 475 B 2 jam 300 3 0,273 550 Rumus yang digunakan untuk menghitung rendemen dapat dilihat pada rumus dibawah ini: Rendemen = Bobot asap cair Bobot bahan baku x 100% Proses optimasi pirolisis memperlihatkan bahwa perlakuan A (Suhu 250 o C dan waktu 3 jam) menghasilkan rendemen asap lebih tinggi sebesar 2,54% dibandingkan dengan perlakuan B (Suhu 150 o C dan waktu 2 jam) menghasilkan rendemen asap cair sebesar 0,273%. Hal ini menunjukan bahwa parameter suhu dan waktu berpengaruh pada rendemen hasil akhir pirolisis. Rendemen yang diperoleh juga ditentukan oleh sistem kondensasi yang berjalan. Menurut (Tranggono dkk, 1996) bahwa pirolisis pada suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan pembentukan asap cair berkurang karena suhu dalam air pendingin semakin meningkat sehingga asap cair yang dihasilkan tidak terkondensasi secara optimal, proses kondensasi akan berlangsung secara optimal apabila air dalam sistem pendingin tidak meningkat. Asap cair hasil pirolisis bahan kayu dapat dihasilkan secara maksimum jika proses kondensasinya berlangsung secara sempurna. Selain dipengaruhi oleh waktu dan suhu, proses pirolisis juga sangat dipengaruhi oleh kadar air dan ukuran bahan. Kadar air yang tinggi menyebabkan waktu pirolisis menjadi lama dan hasil cairan akan rendah konsentrasinya (Azi, 2013). Ukuran bahan terkait jenis bahan dan alat yang digunakan, Semakin kecil ukuran bahan sehingga luas permukaan satuan massa semakin besar, sehingga dapat mempercepat perambatan panas keseluruh umpan (Abdul dkk, 2012). Aplikasi Asap Cair sebagai Pupuk Cair Tanaman Hidroponik Asap cair yang diperoleh pada proses pirolisis selanjutnya diaplikasikan sebagai bahan pupuk cair tanaman hidroponik. Tabel 4.2 memperlihatkan hubungan data karakteristik asap cair (ph) dengan hasil aplikasinya sebagai pupuk cair tanaman hidroponik.

Tabel 4.2 Hubungan antara ph, tinggi batang, jumlah daun, dan warna daun Perlakuan ph sebelum diencerkan ph sesudah diencerkan Variabel Pengamatan Tinggi (cm) hari ke- Jumlah daun h ari ke- Warna daun hari ke- 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 P1 2 5 8,3 8,3 8,8 8,9 -- 0 0 2 2 -- H H P2 2 4 8,7 -- -- -- -- 0 -- -- -- -- P3 2 4 8,7 -- -- -- -- 0 -- -- -- -- P4 6 8,4 8,4 -- -- -- 0 -- -- -- -- P5 6 8,4 8,4 8,7 9 -- 0 0 2 2 -- H H Keterangan Perlakuan: Variabel Pengamatan P1: Asap Cair 2 ml dalam 1000 ml air --: Tanaman mati P2: Asap Cair 10 ml dalam 1000 ml air H: Hijau P3: Asap Cair 15 ml dalam 1000 ml air P4: Pupuk Cair biasa 10 ml dalam 1000 ml air P5: Air Biasa Umumnya, Skala ph berkisar dari 0 hingga 14. ph berangka 7 merupakan ph bersifat netral, yang ideal untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan angka di bawah 7 menunjukkan senyawa asam, dan di atas 7 menunjukkan senyawa basa. Mempertahankan ph yang tepat dalam sistem hidroponik (hydroponic system) akan mencegah reaksi kimia negatif pada larutan nutrisi hidroponik karena tingkat ph tinggi dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran sistem hidroponik sehingga dapat mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik (Yuki, 2013). Komposisi kimia asap cair sekam padi adalah fenol 5,13%, karbonil 13,28%,dan asam 11,39% (Luditama, 2006). Setelah dilakukan pengaplikasian asap cair ke tanaman hidroponik (kangkung) sebagai pupuk cair, dapat dilihat bahwa ph asap cair yang sudah diencerkan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Pada tanaman yang diberi air dengan ph asam tidak dapat beratahan lama (cepat mati). Rentang ph yang diijinkan untuk larutan nutrisi hidroponik adalah antara 5,5 7,5. Di bawah atau diatas range ph ini biasanya dapat mengakibatkan masalah pada larutan nutrisi hidroponik (Yuki, 2013). Hal tersebut sesuai dengan hasil praktikum yang dilakukan. Tanaman hodroponik yang ph-nya terlalu asam atau terlalu basa tidak dapat tumbuh (mati). Faktor lain yang yang menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh lama dikarenakan tanaman masih terlalu muda pada saat dipindahkan dan terjadi pelukaan pada akar yang mengakibatkan pembusukan pada tanaman. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa asap cair tidak dapat digunakan sebagai pupuk cair untuk tanaman hidroponik jika ph-nya terlalu asam. Di karenakan Rentang ph yang diijinkan untuk larutan nutrisi hidroponik adalah antara 5,5 7,5.

UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Jaka Darma Jaya, MP., M.Sc selaku pengampu mata kuliah Teknologi Pengolahan Limbah yang telah membimbing dalam pengerjaan penelitian ini dan pada Bapak Rachmat Ramadhani yang telah membantu kami dalam pengerjaan penelitian ini di laboratorium. DAFTAR PUSTAKA Abdul Gani, H, Zainal Alim, M, Bibiana W. Lay, Surjono, H. Sutjahjo, dan Gustan, Pari. 2012. Identifikasi Senyawa Bioaktif Antifeedant Dari Asap Cair Hasil Pirolisis Sampah Organik Perkotaan. Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No. 1, hlm. 1. Bogor. Anshari, D. 2009. Impregnasi Asap Cair Sekam padi Poliester Tak jenuh. Jurnal Kimia Pangan. (Diakses pada Sabtu, 12 September 2015). Azi, A. 2013. Pemanfaatan Limbah Sekam Padi. http://aziamanda00.blogspot.co.id/2013/12/ pemanfaatan-limbah-sekam-padi- sebagai.html. (Diakses pada Sabtu, 12 September 2015). Luditama, C. 2006. Isolasi dan Pemurnian Asap Cair Berbahan Dasar Tempurung dan Sekam padi Secara Pirolisis dan Distilasi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tranggono, Suhardi, Bambang Setiadji, P. Darmadji, Supranto, Sudarmanto. 1996. Identifikasi Asap Acair Dari Berbagai Jenis Kayu Dan Tempurung Kelapa. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. Yuki. 2013. Tanaman Hidroponik. http:// yukiberbagisehat. blogspot.co.id/2013_05_01_archive.html. (Diakses pada Sabtu, 12 September 2015).