BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KEPADATAN LALAT, PERSONAL HYGIENE

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, penumonia (post

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.


BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2015 yaitu di Filipina 14,6 %, Timor Leste 15,2%, Kamboja 14,6%, Peru 16 %, dan Kolombia 14,6 % (Pinzón-Rondón, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh sub Direktorat diare, Departemen

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi dan Salmonella para thypi. Demam

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. besar di sungai, pekarangan rumah, atau tempat- tempat yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Kerugian akibat water-borne diseaseterjadi pada manusia dan juga berdampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Untuk pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi.

BAB I PENDAHULUAN. segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut. diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. segala umur. 1.5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Faktor

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya hubungan interaktif antara manusia, perilaku serta

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya. program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada dewasa, konsistensi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan diikuti korban yang tidak sedikit. Untuk mengatasi penyakit diare dalam masyarakat baik tata laksana kasus maupun untuk pencegahannya sudah cukup dikuasai. Akan tetapi permasalahan tentang penyakit diare masih merupakan masalah yang relatif besar (Suraatmadja, 2010). Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin Jendela Data Informasi Kemenkes RI tahun 2011, melaporkan bahwa penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, penumonia (post neonatal) 14%, malaria 8%, penyakit tidak menular (post neonatal) 4%, injuri (post neonatal) 3%, HIV (Human Immunodefficiency Virus) / AIDS (Acquired Immunodefficiency System) 2%, campak 1%, dan lainnya 13%. Kematian pada bayi < 1 bulan (newborns death) 41%. Kematian pada bayi umur < 1 bulan akibat diare yaitu 2%. Terlihat bahwa diare sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kematian anak di dunia (Depkes RI, 2011). Menurut hasil Riskesdas tahun 2013, insiden diare pada balita sebesar 6,7% sedangkan period prevalence diare pada seluruh kelompok

umur berdasarkan gejala sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%. Jumlah penderita pada KLB diare tahun 2013 menurun secara signifikan dibandingkan tahun 2012 dari 1.654 kasus menjadi 646 kasus pada tahun 2013. Angka kematian (CFR) akibat diare tertinggi di Sumatera Utara yaitu sebesar 11,76%. Proporsi kasus diare yang ditangani di Sumatera Utara adalah 41,34%, sedangkan sisanya 58,66% tidak mendapatkan penanganan. Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare. Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan yaitu sebesar 7,6% (Depkes RI, 2013). Penyakit diare bisa diakibatkan dari beberapa faktor. Menurut Sander (2005), penyebab terjadinya diare bisa dari kurang memadainya ketersediaan air bersih, air yang tercemar oleh tinja, kekurangan sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek, serta penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya. Dari beberapa faktor yang ada, penyakit ini berhubungan langsung dengan lingkungan dan perilaku perorangan, dimana keduanya saling berinteraksi. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Depkes RI, 2005). Berdasarkan data dari Profil Kesehatan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tahun 2014, penyakit diare menduduki

peringkat kedua dalam sepuluh penyakit terbesar setelah ISPA. Pada tahun 2014, jumlah balita yang terkena diare di Kecamatan Medan Marelan sebanyak 784 jiwa, sedangkan kasus diare pada anak-anak dan balita di Kelurahan Paya Pasir yaitu sebanyak 158 kasus. Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan merupakan lingkungan yang paling dekat jaraknya dengan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah Kota Medan yaitu TPA Terjun. Jarak antara Lingkungan I dengan TPA Terjun ± 600 m. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, jarak lokasi TPA dari pemukiman lebih dari 1 km. Sampah selalu identik dengan lalat karena lalat suka hinggap di tempat yang berbau busuk dan kotor seperti sampah. Menurut Depkes (2001), jarak terbang lalat efektif adalah 450-900 m sehingga mempermudah lalat untuk hinggap dimana saja terutama di pemukiman penduduk. Penelitian yang dilakukan oleh Manalu (2012) menunjukkan bahwa angka kepadatan lalat di rumah balita memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian diare. Berdasarkan Profil Kesehatan Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan, Lingkungan I terdiri dari 379 Kepala Keluarga. Rumah yang termasuk kategori rumah permanen sebanyak 140 rumah, rumah semi permanen sebanyak 187 rumah dan rumah non permanen sebanyak 52 rumah. Dari 379 rumah yang ada di Lingkungan I, hanya 328 rumah

yang memiliki jamban. Keluarga yang menggunakan air sumur untuk kebutuhan sehari-hari sebanyak 211 dan 168 keluarga menggunakan pam tirtanadi. Hal ini menggambarkan bahwa masih banyak masyarakat di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir yang tidak memiliki jamban dan masih banyak yang belum menggunakan air bersih yang memenuhi syarat serta masih ada pula masyarakat yang memiliki rumah dengan kategori rumah semi permanen dan non permanen. Buang air besar (BAB) sembarangan seperti BAB di laut, sungai, atau daratan merupakan masalah kesehatan dan sosial yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Kebiasaan buruk yang masih dilakukan oleh sekitar 63 juta penduduk di Indonesia ini sangat berdampak pada sanitasi dan kesehatan lingkungan. Menurut pendapat Dr. Aidan Cronin, Ketua Program Water, Sanitation dan Hygiene (WASH) dari Unicef Indonesia oleh Family (2015), menyatakan bahwa sebanyak 88% angka kematian anak akibat diare disebabkan oleh kesulitan mengakses air bersih dan keterbatasan sistem sanitasi. Pembuangan tinja yang tidak pada tempatnya dapat menyebabkan macam-macam penyakit, hal ini mulai dari tinja yang terinfeksi mencemari tanah atau air permukaan yang terkontaminasi bibit penyakit yang berasal dari tinja diminum oleh manusia, bisa juga tinja yang terinfeksi dihinggapi kecoa atau lalat kemudian hinggap pada makanan atau alat-alat makan (piring, sendok dan gelas) dan masih banyak orang yang mengambil air di kali yang biasa digunakan untuk membuang

kotoran termasuk tinja untuk keperluan rumah tangga, padahal sejumlah penyakit menyebar melalui tinja (Depkes RI, 2006). Perilaku ibu juga berkontribusi meningkatkan kasus diare pada balita. Ibu merupakan orang terdekat dengan balita yang mengurus segala keperluan balita seperti mandi, menyiapkan dan memberi makanan/minuman. Perilaku ibu yang tidak higienis antara lain seperti tidak mencuci tangan sebelum memberi makan anak, tidak mencuci bersih peralatan masak dan makan, tidak mencuci tangan setelah buang air besar (BAB) dan sebelum memasak. Hal tersebut dapat menyebabkan balita terkena diare. Wardhani (2010) menyebutkan dalam hasil penelitiannya bahwa erat kaitannya personal hygiene dengan diare sebagai agen pembawa penyakit. Wijaya (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan ibu mencuci tangan, jenis jamban keluarga dan kepadatan lalat dengan kejadian diare pada balita. Hasil penelitian Sudasman (2014), ada hubungan antara jamban rumah tangga, saluran pembuangan air limbah rumah tangga, pengelolaan sampah, kebiasaan cuci tangan sebelum makan ibu balita dan kebiasaan jajan dengan riwayat penyakit diare pada balita. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui hubungan kepadatan lalat, personal hygiene dan sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota

1.2 Permasalahan Penelitian Diare menduduki peringkat kedua dalam sepuluh penyakit terbesar setelah ISPA di Puskesmas Terjun pada tahun 2014. Jumlah balita yang terkena diare di Kecamatan Medan Marelan sebanyak 784 jiwa, sedangkan kasus diare pada anak-anak dan balita di Kelurahan Paya Pasir yaitu sebanyak 158 kasus. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan dan erat kaitannya dengan keadaan sanitasi lingkungan bahkan sanitasi dasar serta personal hygiene. Oleh karena itu peneliti ingin melihat apakah ada hubungan kepadatan lalat, personal hygiene dan sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui dan menganalisa hubungan kepadatan lalat, personal hygiene dan sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui kejadian diare pada balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota 2. Mengetahui personal hygiene (kebiasaan ibu cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, kebiasaan ibu cuci tangan dengan sabun

sebelum makan dan kebiasaan balita buang air besar sembarangan) di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota 3. Mengetahui sanitasi dasar (penyediaan air bersih, penyediaan jamban, sarana pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah) di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan tahun 2015. 4. Mengetahui dan menganalisa hubungan angka kepadatan lalat dengan kejadian diare pada balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota 5. Mengetahui dan menganalisa hubungan antara personal hygiene (kebiasaan ibu cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, kebiasaan ibu cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan kebiasaan balita buang air besar) dengan kejadian diare pada balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan tahun 2015. 6. Mengetahui dan menganalisa hubungan antara sanitasi dasar (penyediaan air bersih, penyediaan jamban, sarana pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah) dengan kejadian diare pada balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota

1.4 Hipotesis Ada hubungan antara kepadatan lalat, personal hygiene dan sanitasi dasar dengan terjadinya diare pada balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan tahun 2015. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Terkait Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan penanganan terhadap penyakit diare pada balita, khususnya mengenai hubungan antara kepadatan lalat, personal hygiene dan sanitasi dasar terhadap kejadian diare pada balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. 2. Bagi Masyarakat Sebagai informasi tambahan bagi masyarakat agar dapat berperan aktif dalam mengantisipasi atau menanggulangi penyakit diare serta masyarakat dapat berperilaku hidup sehat sehingga penyakit diare dapat dicegah. 3. Bagi Peneliti Sebagai pengalaman dalam melaksanakan penelitian serta menambah pengetahuan mengenai penyakit diare, terutama pada balita mengenai hubungan antara kepadatan lalat, personal hygiene dan sanitasi dasar terhadap kejadian diare pada balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan.

4. Bagi Peneliti Lain Sebagai informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti pada bidang kajian sejenis sehingga hasilnya nanti diharapkan dapat memperbaharui dan menyempurnakan penelitian ini.