BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB II TINJAUAN TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan sangat berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

1. Bab II Landasan Teori

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB II TINJAUAN TEORI. Pada bab ini akan diuraikan teori tentang kecemasan, GGT, HD dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transfusi darah, prosedur invasif). (Potter & Perry, 2005). operasi dan prosedur-prosedur diagnostik yang besar, seperti

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dijelaskan, Landasan teori mengenai konsep mahasiswa,

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut, Seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut WHO (1998) dalam Nugroho (2000) lanjut usia meliputi : usia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Pertama. Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

B. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya Hiperaktivitas system syaraf

BAB III METODE PENELITIAN

2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu koping orang tua yang. anaknya dirawat di RSUD kota Semarang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. emosional yang tidak baik dan penuh kekhawatiran. Suatu rasa yang tidak

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik, keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan maupun berbagai gangguan sakit (Stuart and Sundeen, 1995). Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan kemungkinan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi kecemasan (Kaplan and Sadock, 1997). State anxiety adalah keadaan emosional yang terjadi pada waktu itu, menghadapi keadaan tertentu, yang ditandai dengan takut dan ketegangan dan diikuti dengan perasaan cemas yang mendalam. Rasa cemas juga dapat menimbulkan depresi yaitu pada orang normal, merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang (Setyobroto, 2001). Menurut Carpenito (1999), kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah atau cemas dan aktivasi sistem syaraf otonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik.

6 a. Sebab-sebab Timbulnya Kecemasan Menurut Maramis (1986), kecemasan ini dapat bersumber dari beberapa sebab, yaitu : 1) Frustrasi terjadi pada individu apabila tujuan yang ingin dicapai terhalang oleh suatu sebab. Sebab yang menghalangi seseorang mencapai tujuan yang mengakibatkan frustrasi bisa berasal dari luar dan bisa berasal dari dalam individu itu sendiri. Sebab yang berasal dari luar misalnya bencana alam, kecelakaan, norma-norma, adat istiadat dan kegoncangan ekonomi. Frustrasi yang berasal dari dalam misalnya kegagalan dalam usaha dan moral sehingga penilaian terhadap diri sendiri menjadi tidak enak dan merupakan frustrasi yang berhubungan dengan kebutuhan rasa harga diri. 2) Konflik Konflik terjadi jika kita tidak dapat memilih diantara dua atau lebih macam kebutuhan atau tujuan. 3) Tekanan Tekanan sehari-hari biarpun kecil tetapi bila bertumpuk-tumpuk dapat menjadi stress yang hebat. Tekanan dapat berasal dari dalam seperti citacita terlalu tinggi dan kita mengejarnya dengan sedemikian rupa sehingga kita terus menerus berada dalam suatu tekanan. Tekanan dari luar misalnya tuntutan untuk berprestasi secara gemilang.

7 4) Krisis Yaitu suatu keadaan yang mendadak yang menimbulkan stress pada individu maupun kelompok, misalnya : kematian, kecelakaan, masuk sekolah untuk pertama kali dan sebagainya. b. Gambaran Klinik Kecemasan Menurut Kaplan and Sadock (1997) pengalaman kecemasan memiliki dua komponen yaitu : (1) Kesadaran adanya sensasi fisiologi (seperti berdebardebar, berkeringat), (2) Kesadaran sedang, gugup dan ketakutan. Selanjutnya Kaplan and Sadock (1997) juga mengemukakan anxietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dan susunan syaraf autonom. Anxietas merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Anxietas yang patologik biasanya merupakan keadaan yang melampui batas normal terhadap suatu ancaman yang sungguhsungguh dan maladaptif. c. Teori-teori Kecemasan 1) Teori Psiko Analitik Freud memandang bahwa kecemasan timbul secara otomatis apabila kita menerima stimulus yang berlebihan yang melampaui kemampuan untuk menanganinya.

8 Freud menggambarkan dua tujuan kecemasan yaitu : (1) Keadaan yang menegangkan dari luar contoh : trauma, (2) Konflik emosi diantara elemen kepribadian yaitu id dan super ego (Maramis, 1986). 2) Teori Behavioral Kecemasan distimulus oleh pengalaman-pengalaman eksternal dari konflik internal dan merupakan perilaku yang dipelajari. Suatu saat individu berkembang untuk mempelajari kondisi, kemudian merespon suatu konsep bahwa kecemasan dapat dipelajari dan tidak, tergantung dari pengalamannya (Stuart and Sundeen, 1995). 3) Teori Biological Meningkatnya pengetahuan akan kondisi tubuh, bisa menguatkan hipotesis bahwa manifestasi dari kecemasan mungkin karena abnormalitas fisik. Proses kognitif antara pengaruh kejadian lingkungan dengan perkembangan kecemasan, kecemasan disebabkan karena ketidak normalan fisik bukan psikis. d. Penyebab Kecemasan 1) Hal-hal khusus yang mempengaruhi kecemasan adalah : a) Psikoanalitik Mengatakan bahwa cemas atau anxietas merupakan konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-

9 norma budaya seseorang seperti konflik tidak sadar, keinginan yang tertekan, rasa penolakan. b) Biologis Predisposisi genetik, perasaan bawaan, letak anatomi syaraf, potensial untuk sakit (kortek serebri system). c) Neurofisiologis Respon autonom dari sistem kecemasan yang berlebihan, pemisahan neurotransmitter. d) Interpersonal interaksi awal dengan orang tua disimpulkan dalam rendahnya harga diri dan konsep diri. e) Pengalaman Kecemasan adalah respon terhadap keadaan yang mungkin pernah dialaminya. f) Lingkungan Bencana, perkosaan trauma yang terus menerus atau stressor. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan menurut Stuart and Sundeen (1998) a) Potensi Stressor Stressor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi.

10 b) Maturitas Individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan akibat stress karena individu yang majur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap stress. c) Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan mengakibatkan orang itu mudah mengalami stress. d) Keadaan Fisik Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cedera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami stress. e) Tipe Kepribadian Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat stress daripada orang yang berkepribadian B. f) Sosial Budaya Seseorang yang mempunyai falsafah hidup yang jelas dan keyakinan agama yang kuat umumnya lebih sukar mengalami stress. g) Umur Seseorang yang berumur lebih mudah ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat stress dari pada seseorang yang lebih tua.

11 h) Lingkungan atau Sanitasi Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami stress. i) Jenis Kelamin Stress sering dialami pada wanita dari pria Kaplan and Sadock (1997), mengemukakan bahwa kurang lebih 5 % dari populasi, kecemasan pada wanita dua kali lebih banyak dari pada pria. Lebih tingginya frekuensi kecemasan yang dialami wanita kemungkinan disebabkan wanita mempunyai kepribadian yang lebih labil dan bersifat immatur. Juga adanya peran hormon yang mempengaruhi kondisi emosi sehingga mudah meledak, mudah cemas dan curiga. e. Respon Individu Terhadap Anxietas Menurut Stuart and Sundeen (1997), Anxietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologi, perilaku, kognitif dan afektif secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya mempertahankan diri dari anxietas. 1) Respon fisiologi terhadap anxietas a) Pada sistem kardiovaskuler terjadi : palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa mau pingsan, denyut nadi dan tekanan darah turun.

12 b) Pada sistem saluran pernafasan terjadi : nafas cepat, pernafasan dangkal, rasa tertekan pada dada, pembengkakan pada tenggorokan, rasa tercekik dan terengah-engah. c) Pada sistem neuromuskuler terjadi : insomnia, ketakutan, gelisah, wajah tegang, dan kelemahan secara umum. d) Pada sistem gastrointestinal terjadi kehilangan nafsu makan, menolak makan, nausea dan diare sistem kulit terjadi : berkeringat, perasaan panas atau dingin pada kulit dan muka pucat. 2) Respon pada perilaku Perubahan pada perilaku karena anxietas dapat terjadi : gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, menarik diri dan menghindar. 3) Respon pada kognitif Dapat terjadi tidak sabar, tegang, nervous, takut yang berlebihan, gugup yang luas biasa dan sangat gelisah. f. Tingkatan-tingkatan Cemas Menurut Stuart and Sundeen (1995), anxietas dapat dibagi dalam empat tingkatan yaitu : 1) Anxietas Ringan Pada tingkat ini anxietas berhubungan dengan kehidupan sehari-hari menyebabkan individu waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

13 2) Anxietas Sedang Pada tingkat ini individu lebih memfokuskan pada hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit yang lain sehingga mempersempit lahan persepsi. 3) Anxietas Berat Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal yang lain, semua perilaku ditujukan untuk mengurangi anxietas. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada hal lain, memerlukan banyak pengarahan. 4) Anxietas Panic Pada tingkat ini individu tidak lagi mampu untuk melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian yang ditandai dengan meningkatnya kegiatan motorik, menurunnya respon untuk berhubungan dengan orang lain, distorsi persepsi, dan kehilangan pikiran rasional. Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang menurut (Hawari, 2002) apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali orang menggunakan alat ukur (intrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4 yang artinya adalah :

14 Nilai 0 : Tidak ada gejala (keluhan) 1 : Gejala ringan 2 : Gejala sedang 3 : Gejala berat 4 : Gejala berat sekali Penilaian alat ukur ini dilakukan oleh peneliti menggunakan teknik wawancara secara langsung. Masing-masing angka atau (score) dari ke 14 gejala kelompok tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu score < 14 : Tidak ada kecemasan 14-20 : Kecemasan ringan 21-27 : Kecemasan sedang 28-41 : Kecemasan berat 42-56 : Kecemasan berat sekali B. Pre Operatif Adalah salah satu tahapan operasi, mulai ketika keputusan untuk pembedahan dibuat dan berakhir ketika klien dirujuk ke meja operasi. Persiapan pra operasi umum pada klien (Long B C, 1996): 1. Jelaskan prosedur operasi dan apa saja yang terjadi 2. Ajarkan dan usahakan klien untuk relaksasi 3. Biarkan klien mengungkapkan perasaannya 4. Tegaskan penjelasan-penjelasan dari dokter 5. Dorong keterlibatan pasien dalam perawatan diri

15 Setiap klien mempunyai respon yang berbeda terhadap pembedahan, berbagai variabel mempengaruhi respon tingkatan pembedahan berupa respon fisiologik dan psikologi terhadap pengalaman pembedahan. Variabel ini mencakup : (1) Status fisik dan mental, (2) Luasnya penyakit, (3) Besarnya pembedahan, (4) Sumber sosial dan finansial, (5) Dukungan keluarga, (6) Persiapan fisik dan psikologis klien menghadapi pembedahan. Bila diperhatikan secara umum, variabel ini mengungkapkan tingkat resiko bagi klien yang menjalani pembedahan karenanya pengkajian perawatan mencakup semua faktor ini. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada pasien pre operasi menurut Sharon, et. all (2000) adalah : 1. Nyeri dan ketidaknyamanan (pain and discomfort) Suatu yang umum dan biasa terjadi pada pasien pre operasi akibat pembedahan. Perawat bertugas memberikan informasi dan meyakinkan kepada pasien bahwa pembedahan tidak akan dilakukan tanpa diberikan anastesi terlebih dahulu. Menurut Long B C (1996) pada pembedahan akan timbul reaksi nyeri pada daerah luka dan pasien merasa takut untuk melakukan gerakan tubuh atau latihan ringan akibat nyeri pada daerah perlukaan. Faktor tersebut akan menimbulkan cemas pada pasien pre operasi. 2. Ketidaktahuan (unknow) Cemas pada hal-hal yang belum diketahui sebelumnya adalah suatu hal yang umum terjadi. Ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang pembedahan hasil yang diharapkan dengan resiko-resiko pada kondisi seperti ini

16 perawat bertugas memberikan penjelasan dan pendidikan yang bertujuan agar pasien memahami tentang informasi mengenai pemeriksaan, persiapan sebelum operasi, alasan, resiko, perawatan, pengobatan dan sebagainya sehingga diharapkan pasien siap untuk dilakukan operasi, apabila pasien belum jelas pasien dapat mengajukan beberapa pertanyaan tentang informasi yang disampaikan. 3. Kerusakan atau kecacatan (mutilation) Cemas akan terjadi kerusakan atau perubahan bentuk tubuh merupakan salah satu faktor bukan hanya ketika dilakukan amputasi tetapi juga pada operasi kecil seperti pengangkatan kista dari wajah dapat pula mengakibatkan kecemasan. Hal ini sangat dirasakan oleh pasien sebagai suatu yang sangat menganggu body image. 4. Kematian (death) Cemas akan kematian disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : ketika pasien mengetahui bahwa operasi yang akan dilakukan akan mempunyai resiko yang cukup besar terhadap tubuh sehingga akan menyebabkan kematian. Pasien juga menganggap bahwa Rumah Sakit adalah tempat untuk mati dan pasien merasa sebagai benda hidup yang hanya mendapatkan perawatan saja. 5. Anestesi (anasthesia) Pasien akan mempersepsikan bahwa setelah dibius pasien tidak akan sadar, tidur terlalu lama dan tidak akan bangun kembali (Long B C, 1996). Pasien mengkhawatirkan efek samping dari pembiusan seperti kerusakan pada

17 otak, paralisis atau akan kehilangan kontrol ketika dalam keadaan tidak sadar (Sharon, 2001). 6. Perubahan pola hidup (disruption of life pattern) Menurut Smeltzer Bare (2001) setelah dilakukan operasi akan terjadi perubahan atau mungkin kehilangan anggota tubuh yang diakibatkan oleh amputasi, perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi kehidupan pasien baik secara sosial, psikologis maupun secara finansial, pasien akan kehilangan waktu kerja, pekerjaan tanggung jawab pendukung dan sebagainya. Operasi akan mengakibatkan perubahan dalam pola hidup seseorang, cemas apabila tidak bisa beraktifitas seperti biasanya, kehilangan tanggung jawab terhadap keluarga, bahkan pasien akan kehilangan pendapatan dan menanggung biaya operasi yang cukup besar. C. Keluarga Keluarga adalah dua atau lebih individu dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Baylon and Maglaya, 1978). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes, cit Nasrul Effendy, 1998). Sedangkan menurut Salvicion G Bailon dalam Nasrul Effendy, (1998) menyatakan bahwa keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena

18 hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masingmasing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Dari uraian di atas dapat menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem. Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota yaitu : ayah, ibu dan anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, inteleransi dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya, yaiu lingkungannya (masyarakat), keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra sistem). Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat biopsiko-sosial-spiritual. Jadi sangatlah tepat bila keluarga sebagai titik sentral pelayanan keperawatan. Diyakini bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan masyarakat yang sehat. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dapat meningkatkan derajat kesehatan maka perlu mengetahui berbagai tipe keluarga, menurut Baylon and Maglaya (1978) : a. Tipe Keluarga Tradisional 1) Keluarga inti : Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung atau angkat).

19 2) Keluarga Besar : Keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi. 3) Keluarga Dyad : Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami-istri tanpa anak. 4) Single Parent : Rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian. 5) Single Adult : Rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa yang hidup sendirian. 6) Keluarga usila : Suatu rumah tangga yang terdiri dari sumai-istri yang berusia lanjut. b. Tipe Keluarga Non Tradisional 1) Commune Family : Lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah. 2) Orang tua (ayah-ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga. 3) Homoseksual : Dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga. Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga menurutt Nasrul Effendy (1998) :

20 a. Fungsi Biologis 1) Untuk meneruskan keturunan 2) Memelihara dan membesarkan anak 3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga 4) Memelihara dan merawat anggota keluarga b. Fungsi Psikologis 1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman 2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga 3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga 4) Memberikan identitas keluarga c. Fungsi Sosialisasi 1) Membina sosialisasi pada anak 2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak. 3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. d. Fungsi Ekonomi 1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga 2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

21 e. Fungsi Pendidikan 1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya. 2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa. 3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya. Pada dasarnya tugas keluarga adalah sebagai berikut : a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Menurut Friedman (1998) keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi seluruh sistem. Keluarga juga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya. Tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu : a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya Keluarga mengetahui mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.

22 b. Mengambil keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat. Keluarga mengetahui mengenai sifat dan luasnya masalah sehingga keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang sedang dialami keluarganya. c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan tidak membantu dirinya sendiri karena cacat. Keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit, manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi dan sikap keluarga terhadap hygiene sanitas. d. Mempertahankan suasana yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. Keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit, manfaat pemeliharaan lingkungan, pentingnya hygiene sanitasi dan sikap keluarga terhadap hygiene sanitasi. e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara anggota keluarga dan lembagalembaga kesehatan. D. Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah pertolongan dan semangat yang diberikan oleh keluarga terhadap anggotanya dimana dukungan tersebut sebagai variabel mediator yang menunjukkan fasilitas koping selama waktu krisis (Smith, 1994). Dukungan keluarga merupakan salah satu perubahan stress yang telah banyak mendapat perhatian pada akhir-akhir ini. Dukungan keluarga juga merupakan

23 hubungan antara seseorang dengan orang lain memberikan rasa aman, tentram, merasa optimis dan berharga sebagai manusia. Dukungan keluarga juga dapat memberi pengaruh yang positif terhadap kesehatan anggotanya melalui dua cara yaitu langsung dan tidak langsung. Secara langsung dukungan memberikan dorongan kepada anggotanya untuk berperilaku sehat, sedang cara tidak langsung dukungan yang diterima dari orang lain akan mengurangi ketegangan atau depresi sehingga tidak menimbulkan gangguan (Kaplan, 1995). Menurut Smith (1994) dukungan keluarga adalah suatu fungsi yang berisi tentang hubungan yang dapat dikategorikan menjadi empat tipe, yaitu : a. Dukungan emosional Merupakan pemberian empati, cinta, kejujuran dan perawatan serta memiliki kekuatan yang hubungannya konsisten sekali dengan status kesehatan. Manfaat dari dukungan ini adalah secara emosional menjamin nilai-nilai individu-individu baik pria atau wanita agar selalu terjaga kerahasiaannya dari keingintahuan orang lain. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diberikan dalam bentuk adanya kepercayaan, perhatian dan mendengarkan. b. Dukungan fisik Menjelaskan tentang pemberian perhatian dan pelayanan dari orang lain. Manfaat dari dukungan ini adalah mendukung pulihnya energi atau stamina dan semangat yang menurun. Selain itu individu merasa bahwa masih ada perhatian

24 atau keperdulian dari lingkungan terhadap seseorang yang mengalami kesusahan atau penderitaan. c. Dukungan informasional Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti dan informasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menahan munculnya suatu stressor yang khusus pada individu. Seseorang yang dilanda stres atau ketegangan baik pria atau wanita dapat mencoba untuk menghadapi suatu masalah dan mencari solusi yang berbobot. Misalnya dukungan yang diberikan keluarga, teman dapat membantu memberikan support. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah dapat berupa nasihat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. d. Dukungan penghargaan dan komunikasi Berisi tentang hal-hal yang digunakan untuk mengevaluasi diri dan perbandingan sosial. Aspek-aspek di dalamnya diwujudkan dengan adanya ungkapan hormat, penghargaan, dan dorongan untuk maju. Sedangkan peranan yang terdapat di dalam keluarga menurut Effendy (1998) adalah sebagai berikut : a. Peranan Ayah Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

25 b. Peran Ibu Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. E. Kerangka Teori 1. Nyeri dan ketidaknyaman 2. Ketidaktahuan 3. Kerusakan atau kecacatan 4. Kematian 5. Anestesi Pembedahan Kecemasan 1. Stress fisik dan mental 2. Luasnya penyakit 3. Besarnya pembedahan 4. Sumber sosial dan finansial 5. Dukungan keluarga 1. Potensi stressor 2. Maturitas 3. Tingkat pendidikan dan status ekonomi 4. Sosial budaya 5. Umur 6. Lingkungan atau sanitasi 7. Jenis kelamin 6. Persiapan fisik dan psikologis F. Kerangka Konsep Gambar 1 : Kerangka Teori (Long, 1996 ; Sharon, 2000 ; Stuart and Sundeen, 1998) Dukungan Keluarga Tingkat Kecemasan Klien Pre Operasi Gambar 2 : Kerangka Konsep

26 G. Variabel Penelitian Variabel 1. Variabel Bebas (Independent) : Dukungan Keluarga 2. Varibel Terikat (Dependent) : Tingkat Kecemasan Klien Pre Operasi H. Hipotesis Rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah : Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan klien pre operasi