BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional tersebut agar terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB VI PENUTUP. hasil analisis yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal tahun 1990 terdapat fenomena di negara negara pengutang yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

BAB I PENDAHULUAN. haruslah ditekankan pada pembangunan produksi dan infrastruktur untuk memacu

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

Perekonomian Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB 1 PENDAHULUAN. menyambut baik kehadiran penanaman modal atau investasi di Indonesia, baik

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

BAB I PENDAHULUAN. peranan daripada modal atau investasi. Modal merupakan faktor yang sangat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK,

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian di suatu wilayah dapat diketahui dari perkembangan

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

Universitas Sumatera Utara

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) tahun ke tahun mengalami pertumbuhan yang sangat fluktuatif (Gambar 4.1).

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

DAFTAR ISI. Sampul Depan. 1. Daftar Isi Bab I : Pendahuluan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Pengertian...

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menganut sistem. perekonomian terbuka di mana dalam menjalankan roda perekonomiannya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

Analisis Perkembangan Industri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

Katalog BPS :

BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN. Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU)

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengaruh yang cukup besar. Di dalam aspek ekonomi, ada banyak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

I. PENDAHULUAN. provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Pemerintah berusaha agar semua wilayah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran demi terselengaranya suatu kegiatan, yang pada akhirnya menghasilkan barang atau jasa. Bentuk dari pengeluaran tersebut dapat berupa pengeluaran dalam berbagai macam hal, seperti pengeluaran untuk pembangunan pabrik, pembelian tanah, pembelian alat-alat produksi, dan dan lain sebagainya (Suparmono, 2004). setiap negara biasanya menciptakan iklim yang mampu menumbuhkan atau menggairahkan investasi, hal ini dilakukan demi upaya menumbuhkan perekonomian yang ada di negara atau wilayah tersebut. Investor yang menjadi sasaran bukan hanya berasal dari kalangan swasta saja, namun juga para investor asing (Dumairy, 1997). Penanaman modal asing (PMA) merupakan pemindahan modal dari suatu negara ke negara lain. Tujuan pemindahan modal ini digunakan agar dapat menghasilkan keuntungan, dan tetap berada dibawah pengawasan dari para investor asing, baik total maupun sebagian (Salim dan Budi, 2008: 149). Modal yang dialirkan dari negara satu ke negara lainnya dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi, dan juga 1

2 lebih produktif, yang hasilnya nanti diharapkan dari aliran modal internasional atau modal asing ini adalah untuk meningkatkan output dan kesejahteraan di suatu negara. Selain peningkatan input dan output, manfaat dari aliran modal asing bagi negara tujuan adalah sebagai berikut : 1. Penanaman Modal Asing (PMA) membawa teknologi yang lebih mutakhir. Investasi asing yang masuk akan diikuti dengan pengadaan teknologi yang terbaharui atau lebih mutakhir, yang nantinya akan berdampak atau mempengaruhi besar kecilnya keuntungan bagi negara tujuan. 2. Penanaman Modal Asing (PMA) meningkatkan daya saing di negara tujuan. adanya perusahaan baru yang masuk, terutama pada sektor yang tidak diperdagangkan (nontradable sector), dapat meningkatkan output industri sehingga berdampak pada harga domestikyang menurun, yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya beli masyarkat sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat. 3. Penanaman Modal Asing (PMA) dapat mengatasi masalah investment gap atau biasa dikenal dengan kesenjangan nilai tukar, dengan negara tujuan. Adanya investasi asing atau penanaman modal asing (PMA) dapat mengatasi masalah ini dengan tercukupinya valuta asing dalam pembiayaan impor faktor produksi. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang besar, sehingga membutuhkan dana yang tidak sedikitdemi terlaksananya pembangunan. Seperti yang diketahui Indonesia adalah negara

3 berkembang yang memiliki kapasitas sumber daya yang melimpah, baik itu sumber daya alamnya maupun sumber daya manusianya. Oleh sebab itu, dengan melimpahnya sumber daya yang tersedia ini dibutuhkan modal atau dana sebagai salah satu faktor untuk mengelola sumber daya tersebut, yang tujuan akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia itu sendiri. Kebutuhan dana atau modal yang besar ini juga terjadi dalam upaya Indonesia untuk mengejar negara-negara yang berada di kawasan global, khususnya yang berada di kawasan regional dari ketertinggalannya dalam berbagai aspek. Dalam mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia, dibutuhkan dana atau modal untuk meningkatkan potensi sumber daya pada masing-masing daerah, selain mencari sumber pembiayaan yang berasal dari dalam negeri, pemerintah juga mengundang para investor asing yang memiliki sumber pembiayaan tambahanyang berasal dari luar negeri. Adanya krisis tahun 1997 menyebabkan kemampuan keuangan pemerintah pusat dalam upaya pembiayaan pembangunan terganggu dan bahkan terus menurun. Turunnya kemampuan keuangan pemerintah pusat ini diperparah mengingat keadaan perekonomian Indonesia pada saat itu sangat membutuhkan biaya atau dana investasi yang besar untuk melakukan pembangunan ekonomi baik itu dalam pemulihan krisis maupun pembangunan dan perbaikan infrastruktur yang ada.

4 Pasca krisis yang melanda pada tahun 1998, Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk terus menggiatkan atau menggairahkan investasi yang ada di Indonesia terutama dalam penanaman modal asing (PMA), melalui kebijakan makro ekonomi secara hati-hati untuk memelihara momentum stabilitas ekonomi, meningkatkan kinerja ekspor dan investasi. Hal ini dapat dilihat dengan terbentuknya tim nasional peningkatan ekspor dan peningkatan investasi pada Keputusan Presiden No.87 tahun 2003. Selain itu, pemerintah juga sudah melakukan upaya untuk menggairahkan investasi di Indonesia dengan kembali mengeluarkan berbagai kebijakan struktural yang diarahkan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif, membentuk infrastruktur yang kuat, dan meningkatkan daya dukung pada sektor keuangan bagi perekonomian nasional. Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan untuk dapat menggairahkan investasi asing di Indonesia dari tahun 2011-2015, keadaan investasi asing di Indonesia terus berfluktuasi, walaupun cenderung meningkat namun pada tahun tertentu, PMA di Indonesia mengalami sedikit kelesuan atau penurunan.

Gambar 1.1 Nilai (PMA) Penanaman modal Asing (Juta US $), Tahun 2011-2015 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 2011 2012 2013 2014 2015 Investasi (Juta US $) 19474,5 24564,5 28617,5 28529,6 29275,9 Sumber: Badan Pusat Statistika Provinsi DIY, 2016 Grafik 1.1 menunjukkan keadaan penanaman modal asing (PMA) di indonesia dalam kurun waktu 2011-2015. Selama periode tersebut, penanaman modal asing di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 2012, PMA mengalami kenaikan sebesar 5.090,2 juta US$ dari tahun sebelumnya dan kembali mengalami kenaikan sebesar 4.052,8 juta US$ pada tahun berikutnya, meskipun pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 87,8 juta US$, namun pada tahun 2015 PMA di Indonesia kembali mengalami kenaikan sebesar 746,2 juta US $. Indonesia memliki potensi yang sangat besar sehingga dapat menarik investor asing untuk berinvestasi di Indonesia, baik dari sudut pandang permintaan maupun dari sudut pandang penawaran. Dari sudut pandang permintaan, ada beberapa faktor yang mampu mempengaruhi 5

6 investor asing untuk berinvestasi di Indonesia, yakni jumlah penduduk, di mana menurut Adam smith jumlah penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu wilayah. Meningkatnya jumlah penduduk akan memperluas pangsal pasar dan dengan luasnya pangsal pasar yang tersediaakan berdampak pada tingginya tingkat spesialisasi dalam perekonomian (Irawan, 2002:23). Dengan terciptanya pertumbuhan ekonomi, akumulasi modal nantinya dibutuhkan dalam menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi. Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi PMA adalah pendapatan riil per kapita. Kedua faktor ini dianggap dapat mempengaruhi besar-kecilnya potensi pasar yang dimiliki Indonesia dari sisi permintaan, yang berarti juga mempengaruhi besar-kecilnya keuntungan yang didapatkan oleh para investor nantinya. Dilihat dari banyaknya jumlah penduduk, Indonesia dapat dibandingkan dengan negara-negara maju seperti China, yang mana memiliki potensi pasar yang sangat besar. Di mata para investor hal ini menjadi salah satu faktor yang dapat menarik minatnya untuk menanamkan modal nya di negara terbeut. Namun memiliki jumlah penduduk yang banyak saja tidaklah cukup apabila pendapatan rata-rata yang dimiliki orang Indonesia masih kecil, hal ini dapat dilihat dari kemampuan daya beli masyarkat Indonesia itu sendiri. Dari sudut pandang penawaran pun, harus dibedakan potensi yang dimiliki Indonesia, antara potensi jangka pendek dan potensi jangka panjang. Seperti yang diketahui potensi jangka pendek yang dimiliki

7 Indonesia dari segi sumber daya alamnya yang melimpah, dalam hal ini komoditas pertanian, jumlah tenaga kerja yang besar, dan komoditas pertambangan termasuk didalamnya. Gambar 1.2 Realisasi (PMA) Penanaman Modal Asing di Indonesia Menurut Sektor (Proyek ), Tahun 2015 3% 5% 10% 5% 6% pertanian,perburuan,kehu tanan, dan perikanan pertambangan dan penggalian perindustrian 27% 40% listrik, gas, dan air konstruksi 2% 2% Sumber: Badan Pusat Statistika Provinsi DIY, 2016 perdagangan besar dan eceran, resoran dan hotel transportasi,perdagangan, dan komunikasi real estate dan jasa perusahaan jasa masyarakat,sosial, dan perorangan Diagram 1.2 menunjukkan persentase realisasi dari beberapa sektor yang menjadi sasaran para investor asing dalam berinvestasi, sehingga nantinya dapat menggambarkan seberapa besar peranan dari sektor tersebut dalam mendukung atau menunjang perekonomian yang ada di Indonesia. Pada tahun 2015, bentuk investasi yang dilakukan para investor asing di Indonesia didominasi oleh tiga sektor, yaitu sektor perindustrian,

8 perdagangan besar dan eceran, hotel, restoran, serta jasa masyarakat, sosial dan perorangan. Sektor industri di Indonesia sangat dilirik oleh para investor asing di Indonesia. Terbukti besarnya investasi asing dalam bentuk atau sektor industri dari Diagram 1.2 di atas sebesar 40% atau sebanyak 7.184 proyek dari total 17.738 proyek yang ada pada tahun 2015, diikuti dengan sektor perdagangan besar dan eceran, restoran dan hotel sebesar 27% atau sebanyak 4.757 proyek, serta sektor jasa masyarakat, sosial dan perorangan dengan persentase sebesar 10% atau sebanyak 1.804 proyek. Selain potensi jangka pendek yang dimiliki, Indonesia juga memiliki potensi jangka panjang, yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusianya (SDM) dan teknologi yang terus dikembangkan. Pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia ini terlihat dari banyaknya sarana pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia dan berbagai peratuaran yang mengarah pada perbaikan dan peningkatan kualitas SDM atau sumber daya manusia yang ada di Indonesia. Apabila potensi jangka panjang yang dimiliki Indonesia ini tidak dapat laksanakan, sertaberbagai persoalan yang tidak segera diatasi, seperti buruknya daya saing Indonesia, stabilitas politik, ekonomi dan sosial yang selalu goyah, permasalahan kondisi infrastruktur dasar (prasarana jalan, telekomunikasi, dan listrik) yang dapat mempengaruhi dalam hal efisiensi transportasi dan distribusi, regulasi yang tidak jelas, permasalahn perpajakan, birokrasi (dalam waktu dan biaya yang diciptakan),

9 konsistensi dan kepastian dalam kebijakan pemerintah tidak tuntas, maka akan berdampak pada menghilangnya potensi jangka pendek yang dimiliki Indonesia. Sebagai contoh, salah satu permasalahan dalam hal tenaga kerja di Indonesia adalah kualitas tenaga kerja yang rendah dilihat dari etos kerjanya. Keunggulan yang dimiliki Indonesia salah satunya adalah upah pekerjanya murah. Namun potensi atau keunggulan ini tidak bisa terus diandalkan apabila tidak diikuti dengan kualitas pekerja yang baik. Dengan terus berkembangnya zaman, persaingan yang ada akan semakin ketat. Hal ini akibat dari banyaknya pemain baru yang bermunculan di pasar ditambah lagi dengansemakin agresifnya produksi global, selain itu dengan penerapan berbagai macam standarisasi yang semakin ketat pada hal yang berkaitan dengan keselamatan konsumen dan lingkungan. Seharusnya, upah buruh yang murah di Indonesia masih bisa diandalkan apabila tingginya kualitas tenaga kerja yang dimiliki. Karena upah pekerja yang murah dianggap tidak menarik dan tidak berarti, apabila kualitas yang dihasilkan buruk dan produktivitanya rendah. Selain itu faktor kualitas infrastruktur juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan daya tarik Indonesia di mata para investor terutama para investor asing. Sejak tahun 2000 kebijakan otonomi daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah diarahkan untuk mendorong percepatan pembangunan daerah dan terus melakukan pembangunan secara merata dan adil dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan agar sesuai

10 dengan tujuan pembangunan nasional itu sendiri. Indeks Kemalahan Konstruksi (IKK) merupakan salah satu komponen dalam realisasi kebijakan otonomi daerah tersebut, karena IKK dapat digunakan untuk mengukur keadaan geografis yang ada di suatu wilayah, tingginya harga di suatu daerah sulitnya letak geografis daerah tersebut. tinggnya tingkat harga di daerah tersebut termasuk tingkat harga konstruksi, dan kenaikan hargga konstruksi ini akan berdampak pada menurunnya jumlah investasi asing (PMA), karena dengan meningkatnya harga konstruksi maka biaya produksi akan ikut meningkat dan hal ini sangat di hindari oleh para investor terutama investor asing. Pembangunan ekonomi yang ada di Indonesia dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan terus memperbaiki dan meningkatkan berbagai kualitas infrastruktur yang ada, sehingga kualitas infrastruktur ini ditempatkan pada sektor vital dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan infrastruktur sempat mengalami penurunan yang cukup signifikan akibat depresiasi rupiah saat terjadi krisis ekonomi 1997/1998. Seperti yang diketahui bahwa ketika suatu negara terkena krisis ekonomi yang dalam hal ini adalah Indonesia, maka alokasi Infrastruktur adalah salah satu hal yang harus di korbankan, karena perhatian utama pemerintah pada waktu itu hanya fokus pada pembenahan kebijakan moneter sehingga pembangunan infrastruktur menjadi terhambat bahkan justru stagnan.

11 Pembangunan infrastruktur sendiri diharapkan mampu memberikan manfaat bagi perekonomian yang ada di suatu wilayah, seperti perbaikan kinerja transportasi, pemerataan infrastruktur dalam hal energi, dimana hal ini merupakan salah satu cara agar dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. Pemerataan dengan pengadaan infrastruktur energi dalam hal ini infrastrukur listrik dapat meningkatkan produktifitas. Penggunaan teknologi di zaman sekarang dilakukan agar dapat melakukan segala kegiatan termasuk kegiatan produksi dan distribusi agar lebih cepat dan efisien. Dengan digunakannya teknologi maka di butuhkanlah energi yang cukup untuk dapat menjalankannya. Namun apabila ketersediaan infrastruktur listrik terbatas atau bahkan tidak ada, maka untuk dapat menjalankan atau menggunakan teknologi dalam hal produksi atau distribusi tadi memerlukan biaya tambahan sehingga nantinya akan berdampak pada pendapatan yang di hasilkan, dan ketersediaan infrastruktur listrik ini akan berpengaruh pada minat investor yang dalam hal ini investor asing untuk menanamkan modalnya distribusi barang dan tentunya akan berdampak pada daya saing. Tabel 1.1 Peringkat Daya Saing Negara ASEAN Tahun 2016 Negara Peringkat (2016) Skor (1-7) Singapore 2 5,81 Malaysia 25 5,16 Thailand 34 4,64 Indonesia 41 4,52 Philippines 57 4,36

12 Brunei Darussalam 58 4,35 Vietnam 60 4,31 Camboja 89 3,98 Laos 93 3,93 Myanmar 131 - Sumber : WEF (2016) Oleh sebab itu, saat ini pemerintah Indonesia terus berupaya membenahi dan terus meningkatkan pembangunan infrastruktur. Hal ini dapat terlihat dengan memberikannya kompensasi dalam bentuk kerja sama investasi, subsidi, garansi, dan penghapusan pajak sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 Tahun 2005 pada proyek-proyek infrastruktur yang sudah melewati proses seleksi yang dilakukan oleh KKPPI (Komite & Kebijakan Percepatan Penyediaan Infrastruktur) serta Komite Pengelolaan Resiko Departemen Keuangan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia B. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini dinilai sangat penting agar permasalahan yang dibahas tidak mengalami perluasan pembahasan. Ada pun batasan tersebut adalah : 1. Topik yang diteliti adalah Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia pada tahun 2011-2015, untuk 33 Provinsi di Indonesia.

13 2. Pemilihan tahun 2011 sebagai tahun awal penelitian, karena adanya Peraturan Presiden No 36 tahun 2010 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal. 3. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah penanaman modal asing (PMA) sebagai variabel dependen, sedangkan Upah Minimum Regional (UMR), infrastruktur listrik, jumlah penduduk, dan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) sebagai variabel independen. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh Upah Minimum Regional (UMR) terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia pada periode 2011-2015? 2. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia pada periode 2011-2015? 3. Bagaimana pengaruh Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia pada periode 2011-2015? 4. Bagaimana pengaruh Infrastruktur listrik terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia pada periode 2011-2015?

14 D. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh Upah Minimum Regional (UMR) terhadap penanaman modal asing (PMA) di Indonesia. 2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia. 3. Untuk mengetahui pengaruh Indeks Kemahalan Konstruksi terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia. 4. Untuk mengetahui pengaruh infrastruktur listrik terhadap Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi penulis penelitian ini digunakan sebagai sarana implementasi dari ilmu pengetahuan yang telah didapat selama berada di bangku perkuliahan. 2. Sebagai bahan informasi dan bahan studi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan investasi atau penanaman modal. 3. Bagi pemerintah terutama Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM), penelitian ini memberikan gambaran mengenai faktorfaktor yang dapat mempengaruhi penanaman modal asing di Indonesia

15 sehingga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan, terutama terkait dengan PMA.