BAB I PENDAHULUAN. sarana hiburan,dan merupakan salah satu yang sangat populer di hampir semua

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Projek Observatorium Astronomi. masyarakat umum. Hal ini tidak lepas dari keterbatasan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. maupun sekelompok bangunan yang memfasilitasi kegiatan penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. ke jaman, seirama dengan perkembangan mode. Sekitar abad. berubah menjadi barang yang memiliki fungsi ekonomis di

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kehidupan manusia. Alangkah lebih baiknya. Terlebih lagi jika ingin mendalami segala sesuatu yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek)

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi

Fasilitas Sinema Terpadu di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta adalah kota yang relatif aman, stabil dan mempunyai

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Soraya Desiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PROYEK Gagasan Awal. Dalam judul ini strategi perancangan yang di pilih adalah

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bebas tanpa hambatan tarif maupun non-tarif. Dari total. penduduk Indonesia. Indonesia dengan SDM dan SDA nya

BAB III METODE PERANCANGAN

PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Bagas Laksawicaka Gedung Bioskop di Kota Semarang 1

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, yang disebabkan oleh semakin beranekaragamnya produk

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. terlihat di kota Yogyakarta. Ini terlihat dari banyaknya komunitaskomunitas

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

SHOPPING MALL BERKONSEP CITYWALK DI SEMARANG. Nama : SEPTIADI ARI NUGROHO NIM : L2B308026

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

Women and Child Center di Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. Pendahuluan Latar Belakang Proyek. Batik sudah berabad abad tumbuh dan berkembang dari jaman ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK dan TARI KONTEMPORER di. SURAKARTA dengan PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian

BAB I PENDAHULUAN. No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pada pasal 1 ayat (1) disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

SINEPLEX DAN SINEMATEX DI YOGYAKARTA Dengan pendekatan desain arsitektur post modern

BAB I PENDAHULUAN. Kemunculan berbagai komunitas otomotif khususnya komunitas mobil

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB I PENDAHULUAN. a. Strategi/ Pendekatan Perancangan. Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi

GEDUNG BIOSKOP DI KOTA SEMARANG (PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST MODERN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Seminar Tugas Akhir 1

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PERANCANGAN. dapat digunakan ialah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif merupakan

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ada di Yogyakarta, baik secara fisik maupun secara psikis 1.

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelatihan kebugaran merupakan suatu program yang bertujuan untuk

TERMINAL BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI YOGYAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Marina Central Place di Jakarta Utara (Sebagai Lokasi Sentral Bisnis dan Wisata Berbasis Mixed Use Area)

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WEDDING CENTER DI SEMARANG

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini banyak penelitian yang dilakukan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Tengah. 3 Neo Vernakular : suatu bentuk yang mengacu pada bahasa setempat dengan

Institut Seni Musik Semarang

BAB III METODE PERANCANGAN. Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang

BAB I PENDAHULUAN. Bambu merupakan salah satu material lokal Indonesia yang sering. kita jumpai di lingkungan masyarakat. Namun dalam pemanfaatannya

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SEMARANG LP3A TUGAS AKHIR 138

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia. dan lagu tersebut. Perpaduan antara olah gerak tubuh dan musik inilah yang

I.PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Seminar Tugas Akhir

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Projek Film merupakan suatu media komunikasi massa dan digunakan sebagai sarana hiburan,dan merupakan salah satu yang sangat populer di hampir semua kalangan masyarakat. Sebagai karya seni budaya yang terwujud berdasarkan kaidah sinematografi, film merupakan fenomena kebudayaan. Hal ini bermakna bahwa film merupakan hasil proses kreatif warga Negara yang dilakukan dengan memadukan keindahan, kecanggihan teknologi, serta sistem nilai, gagasan, norma, dan tindakan manusia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sinematografi merupakan bidang ilmu terapan,yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabungkannya, sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengembang cerita). Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun genre seni.pada zaman awal pertumbuhan sinematografi film sebagai media penyimpan adalah pias (lemabran kecil) selluloid yakni sejenis plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi. Dunia perfileman saat ini berkembang dengan cepat, tak terkecuali di Indonesia dengan banyak munculnya film-film dengan kualitas dan kuantitas yang tak kalah menariknya dengan film internasional (Hollywood). Para sineas atau pelaku dalam perfilman dan pelaku bisnis perfilman di Indonesia telah mengalami banyak perkembangan dengan banyaknya pemutaran film-film Indonesia yang juga di tayangkan di bioskop-bioskop Indonesia selain film 1

internasional (Hollywood). Juga banyaknya komunitas dibidang sinematografi atau perfilman ini mulai dari membuat film dokumenter maupun film-film Indie.Tak kalah menariknya pula telah banyak diadakannya festival atau event-event baik tingkat nasional maupun internasional untuk mengapresiasi dan menampilkan karya-karya anak bangsa dalam bidang seni film. Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki basis kebudayaan yang sangat kental disertai dengan kondisi alam yang sangat indah, sehingga menjadikannya sebagai tempat wisata.bali juga memiliki kekhasan dalam dunia arsitekturnya, yaitu masih kentalnya kebudayaan yang melekat hingga sekarang.seiring denganperkembangan zaman dan kemajuan teknologi banyak juga bangunan bangunan baru yang lebih modern dan hampir meninggalkan kebudayaan arsitekturnya. Bali telah sering digunakan sebagai lokasi pengambilan adegan dalam film-film nasional maupun internasional.banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Bali ditambah masyarakat Indonesia, khususnya Bali yang tertarik dengan bidang perfilman yang semakin bertambah serta perkembangan dunia perfilman sendiri yang saat ini telah mengalami kemajuan pesat tidak sebanding dengan adanya wadah atau tempat untuk menyalurkan bakat dan kemampuan masyarakat yang ingin mendalami tentang sinematografi atau perfilman. Oleh karena itu, perancangan Pelatihan Sinematografi di Kuta, Bali ini diharapkan akan menjadi tempat untuk menambah dan mempermudah masyarakat yang ingin belajar maupun mengetahui lebih dalam tentang perfilman. Perencanaan dan perancangan Pelatihan Sinematografi ini merupakan perancangan baru.projek ini merupakan projek kompleks banguan yang 2

diharapkan dapat menampung berbagai fasilitas dan fungsi lain dan menjadikannya sebagai landmark dan salah satu destinasi wisata di Bali. 1.2. Tujuan dan Sasaran Pembahasan 1.2.1. Tujuan Pelatihan Sinematografi ini dibangun sebagai sarana masyarakat khususnya di Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Dengan tujuan sebagai berikut : Merencanakan dan merancang Pelatihan Sinematografi sebagai sarana edukasi, dan pelatihan untuk masyarakat luas tentang sinema atau perfilman. Sebagai tempat hiburan kepada masyarakat tentang perfilman. Mampu menjadi tempat untuk menampung animo masyarakat khususnya komunitas-komunitas Indie Movie yang ada Kuta dan sekitar Bali yang ingin mengetahui dan belajar lebih dalam. Mampu mendukung kawasan perkotaaan di Kabupaten Badung yang berkembang dalam sektor kepariwisataan. Mampu menjadikan Pelatihan Sinematografi sebagai destinasi wisata di Pulau Bali khususnya Kuta serta menjadi salah satu landmark. 1.2.2. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dengan perencanaan dan perancangan Pelatihan Sinematografi ini adalah : Bagi masyarakat, sebagai sarana yang tepat untuk memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat yang ingin mempelajari dan mengetahui tentang sinematografi atau perfilman. Perancangan Pelatihan Sinematografi yang berfungsi sebagai 3

sarana pelatihan, edukasi dan rekreasi (hiburan) dimana masyarakat dapat mengunjungi dan menikmati fasilitas-fasilitas yang tersedia. Bersifat terbuka untuk semua orang yang tertarik dan ingin tahu tentang perfilman. Bagi perancang atau Arsitek, dapat mengetahui dasar dasar dan informasi mengenai perencanaan dan perancangan bangunan Pelatihan Sinematografi sebagai tempat yang menampung minat dan bakat masyarakat akan perfilman. Arsitek juga dapat merancang bentukan massa bangunan yang disesuaikan dengan peraturan peraturan yang berlaku serta teknologi dan perkembangan jaman sekarang ini serta lokalitas Bali yang sangat kental dengan unsur budayanya, dalam hal ini Arsitektur Bali. Sehingga dapat diaplikasikan ke dalam projek. 1.3. Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan dalam ProjekPelatihan Sinematografi di Kuta, Bali ini meliputi : Merancang bangunan Pelatihan Sinematografi yang menjadikan sebagai salah satu ikon dan destinasi wisata di Kuta, Bali. Mendesain pola ruangan yang memiliki standar semua aspek yang baik, terutama akustik dan pencahayaan serta penghawaan. Mendesain Pelatihan Sinematografi dengan memperhatikan kebudayaan dan kearifan lokal nusantara serta perkembangan teknologi saat ini. 4

Menata ruang ruang yang berada di dalam bangunan dengan memperhatikan kebutuhan dan aktivitas yang terjadi di Pelatihan Sinematografi. 1.4. Metode Pembahasan 1.4.1. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah melalui data primer dan sekunder. a. Pengambilan Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan meninjau lokasi secara langsung untuk melakukan studi lapangan yaitu pengambilan gambar, pengukuran serta memalui wawancara. Studi Lapangan (Observasi). Studi lapangan dilakukan pada seting terpilih dan projek yang memiliki fungsi sejenis baik untuk fungsi utama maupun fungsi penunjang.lokasi yang akan dituju untuk observasi lapangan yaitu di Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.Dengan melakukan penentuan lokasi, penentuan site, pengambilan foto dan pengumpulan data mengenai semua aspek yang berkaitan dengan lokasi perencanaan dan perancangan Pelatihan Sinematografi. Serta melakukan tinjauan pada bangunan sejenis yaitu PelatihanKesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta.Dengan melakukan observasi lapangan, data yang diperoleh akan digunakan sebagai acuan dalam proses perencanaan dan perancangan bangunan. Wawancara, dilakukan terhadap orang atau pihak yang berkaitan dengan semua aspek dalam perencanaan dan perancangan 5

Pelatihan Sinematografi seperti Bappeda Kabupaten Kuta, Dinas Pariwisata Kabupaten Badung serta dinas - dinas terkait untuk mengetahui peraturan regulasi dan tata ruang di Kabupaten Badung serta jumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Serta melakukan wawancara kepada pihak pengelola PelatihanKesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta mengenai data dan standar yang digunakan dalam bangunan b. Pengambilan Data Sekunder Pengumpulan data sekunder ini dilakukan dengan melakukan studi literatur berupa buku referensi, jurnal, koran maupun majalah. Selain itu dapat juga dilakukan dengan cara melalui internet dengan sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Buku buku referensi dalam studi literatur antara lain : Data Arstek (Gedung Bioskop), karya Ernst Neufert, terjemahan Sjamsu Amrii mengetahui dan memperlajari perencanaan program ruang, teknik dan peraturan dalam gedung. Time Saver Standards for Building Types (Movie Theaters), karya Joseph De Chiara and John Hancock Callender mengetahui dan mempelajari tentang standar dan ukuran ruang dalam gedung pertunjukan. The Language of Post-Modern Architecture, karya Charles Jencks untuk memperlajari tentang tema desain pada projek mengenai langgam arsitektur. 6

Akustik Lingkungan (Terjemahan), Leslie L. Doelle untuk mempelajari tentang akustik lingkungan, yang berhubungan dengan kenyamanan visual, termal, teori akusti dan sebagainya. Pengetahuan Arsitektur Tradisional Indonesia, karya Gusti Made Putra mempelajari tentang arsitektur tradisional Indonesia, khususnya arsitektur tradisional Bali karena kaitannya dengan perencanaan dan perancangan projek. Sistem Banguan Tinggi, karya Jimmy S. Juwana mengetahui standar sistem yang digunakan pada bangunan, dari sistem keamanan, utilitas dan lainnya. Dimensi Manusia dan Ruang Interior: Buku Panduan untuk Standar-standar Pedoman, karya Julius Panero dan Martin Zelnik mempelajari tentang dimensi manusia, standar dimensi melihat dan visualisasi manusia dalam penentuan kenyamanan visual. Keyframes: Popular Cinema and Culturall Studies, karya Matthew Tinkcom and Amy Villarejo mengetahui dan mempelajari perkembanganteknologi perfilman dan kaitannya dengan budaya masyarakat. Videografi - Sinematografi; Suatu Pengantar, karya Bambang Semedhi mengetahui dan mempelajari tentang tata cara dan pengantar proses pembuatan video atau film secara urut dan utuh serta mengetahui segala peralatan yang digunakan dalam sinematografi. Pengantar Ilmu Broadcasting dan Cinematography, karya Franciscus Theojunior Lamintang, S.I.Kom mengetahu tentang 7

tata cara, peraturan, dan etika profesionalisme dalam penyiaran (dalam hal ini penyiaran videografi atau sinematografi) Dan beberapa referensi yang didapat dari pengumpulan data primer yang berupa petadan peraturan peraturan di Kabupaten Badung, Provinsi Bali yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Pelatihan Sinematografi,serta dengan studi literatur dari internet yang dapat dipertanggung jawabkan sumbernya. 1.4.2. Metoda Penyusunan dan Analisa a. Induktif Dengan melakukan studi banding dan komparasi dengan projek yang memiliki fungsi sejenis, seperti PelatihanKesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta. b. Deduktif Dengan mencari standar standar serta regulasi yang berlaku dan menjadikannya sebagai acuan dalam proses perencanaan dan perancanganpelatihan Sinematografi berdasarkan data studi literatur dan referensi. 1.4.3. Metoda Pemrograman Metode yang digunakan dalam menyusun tahap pemrograman adalah dilakukannya analisa yang lebih detail terhadap studi yang telah dilakukan untuk menghasilakn permasalahan dominan, penekanan desain, dan persyaratan desain padapelatihan Sinematografi. Kemudian dari hasil analisa tersebut dilakukan tahap sintesa dengan menarik kesimpulan dan memisahkan data yang dapat digunakan untuk proses desain. Proses 8

selanjutnya mengolah data yang didapatkan untuk dijadikan acuan dalam pemrograman. 1.4.4. Metode Perancangan Arsitektur Metode perancangan arsitektur dilakukan melalui beberapa tahap : a. Konsep Konsep desain diuraikan dalam bentuk deskripsi berupa gagasan dan tema desain serta parti (sketsa sketsa) bangunan Pelatihan Sinematografi. b. Rancangan Skematik Pengembangan transformasi tema perancangan (gagasan konsep) ke dalam perancangan desain. Hal ini berupa konsep ruang (tapak & bangunan) dan konsep tata bentuk (konfigurasi massa& pengolahannya). Dituangkan dalam gambar sketsa (hand drawing). c. Pengembangan Rancangan Merupakan pengembangan dari rancangan skematik.pengembangan rancangan ini dibuat dalam bentuk gambar kerja menggunakan software Autocad. Pembuatan Detail Pembuatan detail menggambarkan secara detail perancangan arsitektur yang dibuat menggunakan software Autocad (2D) dan Google Sketchup / 3Ds Max (3D). d. Presentasi Merupakan tahap akhir dalam metode perancangan arsitektur. Hal ini dilakukan dengan slide Power Point mengenai 9

ProjekPelatihanSinematografi di Kuta, Bali ini dan pembuatan maket projek yang kemudian dipresentasikan. 1.5. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penyusunan Landasan Teori Pemograman ini adalah : BAB I PENDAHULUAN Merupakan pembahasan mengenai uraian pengantar yang mengenalkan awal materi materi dalam Landasan Teori & Program.Berisi latar belakang projek, tujuan dan sasaran pembahasan, lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistemaikta pembahasan Pelatihan Sinematografi di Kuta, Bali. BAB II TINJAUAN PROJEK Merupakan pemabahasan mengenai uraian gambaran umum tentang ProjekPelatihan Sinematografi di Kuta, Bali ini.berisi tinjauan umum mengenai gambaran umum pengantar permasalahan dan wawasan tentang kasus projek.tinjauan khusus yaitu mengenai pengantar kasus projek secara mikro atau lebih dalam, baik secara deduktif (berdasarkan peraturanperaturan) maupun secara induktif (berdasarkan tinjauan projek sejenis), serta kesimpulan, batasan dan anggapan mengenai projek. BAB III ANALISA PENDEKATAN PROGRAM ARSITEKTUR Merupakan pembahasan uraian secara kualitatif dan kuantitatif analisa pendekatan arsitektur. Berisi studi aktifitas, studi ruang khusus, studi fasilitas, studi luas bangunan, studi lahan, studi citra arsitektural, serta analisa pendekatan konteks lingkungan (pemilihan lokasi dan tapak). BAB IV PROGRAM ARSITEKTUR 10

Merupakan pembahasan tentang uraian yang berdasarkan analisis serta kesimpulan secara menyeluruh dari uraian terdahulu.berisi konsep program, tujuan, faktor penentu, persyaratan perancangan, dan program arsitektur sebagai acuan dalam perancangan desain. BAB V KAJIAN TEORI Merupakan kajian teori penekanan tema desain dan kajian teori permasalahan dominan. Hal hal yang dijelaskan berupa uraian interprestasi dan elaborasi dari teori penekanan desain dan teori permasalahan dominan, studi preseden, serta kemungkinan penerapan teori ke dalam projek. 11