PENDAHULUAN Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L) merupakan salah satu sumber pangan yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati. Berdasarkan luas pertanaman, kacang tanah menempati urutan ke-4 setelah padi, jagung, dan kedelai. Di kawasan Asia, Indonesia menempati urutan ketiga terbesar menurut luas arealnya (650.000 ha) setelah India (9,0 juta ha) dan China (2,2 juta ha) (Adisarwanto, 2007). Produktivitas kacang tanah di negara-negara tropis seperti Indonesia, India dan negara-negara di Afrika pada umumnya hampir sama, antara 0,7 ton/ha hingga 1,3 ton/ha. Produksi kacang tanah rata-rata di Indonesia hanya sekitar 1,1 ton/ha. Tingkat produksi yang dicapai ini baru setengah dari hasil riil apabila dibandingkan dengan negara USA, China dan Argentina, yang sudah mencapai lebih dari 2,0 ton/ha (Bertham, 2004). Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011, menyatakan terjadi penurunan jumlah produksi kacang tanah selama periode lima tahun terakhir, yaitu 838.096 ton pada tahun 2006 menjadi 779.228 ton pada tahun 2010. Luas lahan pertanaman kacang tanah juga mengalami penurunan dari 706.753 hektar pada tahun 2006 menjadi 626.264 hektar pada tahun 2010. Demikian juga produksi kacang tanah Sumatera Utara pada tahun 2010 sebesar 16.449 ton, turun sebesar 332 ton atau minus 1,92 persen dibandingkan produksi kacang tanah tahun 2009. Sementara luas lahan pertanaman kacang tanah mengalami kenaikan sebesar 226 hektar atau 1,58 persen dibandingkan luas lahan pada tahun 2009 sebesar 14.294 hektar.
Penurunan produksi ini umumnya disebabkan penurunan luas panen dan produktivitas. Penurunan produktivitas disebabkan beberapa faktor, antara lain adalah serangan hama dan penyakit pada kacang tanah (Yusriadi, 2004). Sclerotium rolfsii merupakan salah satu patogen tular tanah yang menyebabkan kerugian yang cukup berarti pada kacang tanah. Santos dan Bettiol (2003) melaporkan kehilangan hasil akibat serangan S. rolfsii pada kacang tanah dapat mencapai 25-50%, sedangkan pada tanaman annual lainnya hanya 1-15%. Menurut Porter et al. (1990) dalam Nurbailis (1992), di Amerika Serikat kerugian serangan S. rolfsii pada kacang tanah dapat mencapai 80%. Sclerotium rolfsii dapat menyerang benih, kecambah dan tanaman dewasa. Hasil percobaan Bateman dan Beer (1964) dalam Nurbailis (1992) menunjukkan bahwa patogen ini lebih merusak pada tanaman muda, tetapi juga berbahaya pada tanaman tua. Kemampuan patogen ini merusak tanaman yang tua adalah akibat sinergisme antara asam oksalat dan enzim poligalakturonase yang dihasilkan patogen selama menginfeksi tanaman. Menurut Punja dan Jenkins (1989), pengendalian S. rolfsii sulit dilakukan. Hal ini disebabkan karena jamur ini dapat hidup sebagai saprofit pada tanah dengan baik, mampu mengkolonisasi, dapat hidup secara efektif pada berbagai macam bahan organik dan dapat memproduksi sklerotia untuk bertahan hidup dalam periode yang panjang di dalam tanah. Alternatif pengendalian biologi perlu dipertimbangkan untuk menekan perkembangan penyakit busuk batang pada kacang tanah. Pengendalian penyakit busuk batang dengan mikroorganisme masih belum banyak dilakukan di Indonesia, karena terbatasnya mikroorganisme yang berpotensi sebagai
pengendali penyakit-penyakit tular tanah. Namun cara ini mempunyai peluang yang cukup baik karena mikroorganismenya ada di dalam tanah dan aktivitas dapat distimulasi dengan modifikasi lingkungan (Manhuri dan Yusriadi, 2001). Salah satu mikroorganisme yang mempunyai harapan untuk dikembangkan sebagai alternatif pengendalian adalah Trichoderma spp. Keberhasilan penggunaan Trichoderma spp. untuk mengendalikan patogen tular tanah telah banyak dilaporkan. Kuswinanti (2006) melaporkan bahwa T. harzianum secara signifikan dapat menghambat dan memarasit S. rolfsii pada tanaman kacang tanah. Trichoderma harzianum juga mempunyai daya antagonis terhadap Fusarium oxysporum pada tanaman tomat (Sudantha, 2004). Pengendalian biologi patogen tular tanah tergantung pada interaksi hayati di rhizosfer tanaman, dan di sini kualitas bahan organik tanah berperan penting dalam mendukung pertumbuhan mikroba antagonis (Hoitink et al.,.1996). Banyak patogen tular tanah dikelola dengan penambahan bahan organik, namun dalam banyak kasus diperlukan banyak bahan tersebut untuk memperoleh pengelolaan yang efektif (Winarsih, 2006). Pupuk kandang merupakan salah satu sumber bahan organik yang berasal dari kotoran hewan seperti ayam, sapi atau kambing. Pada umumnya kotoran yang berasal dari hewan mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman. Unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang adalah unsur hara makro seperti N, P, K, Ca, Mg, S dan unsur hara mikro seperti, Fe, Na, Mo.
Perumusan Masalah Sclerotium rolfsii merupakan salah satu patogen penting pada tanaman kacang tanah. Patogen ini mampu menginfeksi pangkal batang sehingga akan berwarna coklat gelap yang dikelilingi oleh sklerotia yang berbentuk butiran kecil. Salah satu kendala dalam pengendalian penyakit ini adalah patogennya dapat bertahan dalam tanah sampai 7 tahun, sehingga masih sulit untuk dikendalikan. Pengendalian biologi S. rolfsii dengan pemanfaatan sumberdaya hayati dalam meningkatkan kesehatan (ketahanan) tanaman, melalui peran mikroba tanah yang bermanfaat dengan menggunakan T. harzianum dan pupuk kandang merupakan pendekatan alternatif yang perlu dikembangkan. Beberapa pengujian cara aplikasi T. harzianum dan pupuk kandang yang akan dilakukan dalam penelitian ini diharapkan diperoleh metode pengendalian penyakit busuk pangkal batang yang efektif dan efisien serta aman. Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji respon ekstrak pupuk kandang terhadap perkecambahan S. rolfsii penyebab penyakit busuk pangkal batang. 2. Untuk menguji respon pemberian pupuk kandang terhadap perkembangan dan pertumbuhan jamur T. harzianum. 3. Untuk menguji respon pemberian T. harzianum dan pupuk kandang terhadap perkembangan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kacang tanah.
Hipotesis Penelitian 1. Trichoderma harzianum dapat menekan perkembangan jamur S. rolfsii pada tanaman kacang tanah. 2. Pupuk kandang dapat meningkatkan kemampuan T. harzianum dalam menekan perkembangan jamur S. rolfsii pada tanaman kacang tanah. 3. Trichoderma harzianum dan pupuk kandang dapat menekan perkembangan jamur S. rolfsii pada tanaman kacang tanah. Manfaat Penelitian 1. Mendapatkan teknik pengendalian biologi yang tepat dalam mengendalikan penyakit busuk pangkal batang tanaman kacang tanah. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi petani kacang tanah dalam upaya mengendalikan penyakit busuk pangkal batang.