LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Perkembangan Industri

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN * perkiraan

(%, SBT) (%, qtq)

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %)

(%, SBT) (%, qtq)

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

Analisis Perkembangan Industri

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015

Analisis Perkembangan Industri

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017

Grafik 3. Pertumbuhan Per Jenis Kredit Konsumsi. Grafik 2. Perkembangan NPL Per Jenis Kredit (%) 3.0. (%, yoy)

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

Halaman ini sengaja dikosongkan.

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015

No. Jenis Kredit Rincian Kredit

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

No. Jenis Kredit Rincian Kredit

Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Timur Triwulan IV 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2016

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2015

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

Produk Domestik Bruto (PDB)

Analisis Perkembangan Industri

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II :

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan Triwulan III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I -2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II -2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2016

usaha perdagangan besar dan eceran (0,71%); pertanian, kehutanan dan perikanan (0,52%); serta konstruksi (0,54%).

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2015

EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I :

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I

Transkripsi:

Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode sebelumnya. Pemulihan global yang masih berjalan dan harga komoditas yang masih rendah menahan kinerja ekspor. Di sisi lain, investasi triwulan I-2015 terindikasi tumbuh terbatas seiring belum pulihnya permintaan. Kondisi bisnis yang masih sulit menyebabkan perusahaan tidak melakukan penambahan jumlah tenaga kerja. Ditengah penurunan harga komoditas dan harga energi dunia, biaya produksi mengalami peningkatan. Namun untuk mempertahankan pangsa pasar, penyesuaian harga jual tidak sepenuhnya dilakukan oleh perusahaan. Dana dari perusahaan induk dan laba ditahan masih menjadi sumber pendanaan utama, baik untuk investasi maupun modal kerja. Sekitar 70% contact liaison mengkonfirmasi bahwa sumber pendanaan untuk kegiatan investasi dan modal kerja berasal dari dana internal perusahaan. PERKEMBANGAN DUNIA USAHA 1 Permintaan Domestik Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas. Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas. Perkiraan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tertahan tersebut tercermin dari likert scale penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang tercatat lebih rendah dari periode sebelumnya. Laju pertumbuhan penjualan domestik tersebut dikonfirmasi oleh 48% perusahaan yang menyatakan masih mengalami pertumbuhan penjualan. Sementara sisanya (33%) mengkonfirmasi bahwa penjualan domestik mengalami penurunan. Penjualan domestik yang diperkirakan menurun tersebut dikonfirmasi pula oleh indikator penjualan kendaraan bermotor dan penyaluran kredit konsumsi serta perlambatan impor barang konsumsi selama periode laporan. Penjualan kendaraan bermotor dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada triwulan I-2015 tercatat 282 ribu unit, atau menurun 14% (yoy) dari tahun sebelumnya (Grafik 1). Tendensi yang sama juga dikonfirmasi oleh dinamika pertumbuhan kredit konsumsi bulan Februari 2015 dengan pertumbuhan sebesar 11,2% (yoy), menurun dibandingkan 14,2% (yoy) pada bulan yang sama pada tahun 2014. Kondisi yang sama juga terjadi pada sisi impor. Pertumbuhan 1 Informasi diperoleh dari ringkasan hasil wawancara terhadap 511 perusahaan, asosiasi, dan lembaga pemerintahan terkait (yang selanjutnya disebut contact) yang tersebar di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia pada 31 Provinsi. Beberapa contact yang diwawancarai cukup mewakili di sektor/subsektor ekonomi yang terdiri dari pertanian, peternakan, kehutanan & perikanan, pengadaan air, konstruksi, perdagagan besar dan eceran, dan reparasi mesin, transportasi & pergudangan, penyediaan akomodasi & makan minum, informasi dan komunikasi, jasa keuangan, real estate, jasa perusahaan, administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatannya, dan jasa lainnya. Perkembangan Indikator Sektor Riil Terpilih 51

impor barang konsumsi cenderung mengalami penurunan sejak triwulan III-2013 sampai dengan triwulan I-2015 (Grafik 2). Grafik 1 Penjualan Mobil dan Kredit Konsumsi (Unit) 120,000 115,000 110,000 105,000 100,000 95,000 90,000 85,000 80,000 75,000 70,000 Mei Jul Sep Nov Mei Jul Sep Nov 2013 2014 2015 (%, yoy) 22.00 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0 Penjualan Kendaraan Bermotor (sb. Kiri) Polynominal Penjualan Kendaraan Bermotor (sb. Kiri) Pertumbuhan Kredit Konsumsi (sb. Kanan) Grafik 2 Perkembangan Impor Barang Konsumsi (juta USD) 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 (%, yoy) 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0-10.0 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3* Q4* - Feb** 2013 2014 2015-20.0 Impor Barang Konsumsi Pertumbuhan Impor Barang Konsumsi (RHS) Linear (Impor Barang Konsumsi (RHS)) Ekspor Pemulihan global yang belum merata dan harga komoditas yang masih rendah menahan kinerja ekspor, sebagaimana terindikasi dari likert scale penjualan ekspor non-migas pada periode laporan lebih rendah dari periode sebelumnya. Indikasi penurunan kinerja ekspor juga terlihat dari perkembangannya ekspor nonmigas pada periode triwulan Pemulihan global yang belum merata dan harga komoditas yang masih rendah menahan kinerja ekspor. 52 Perkembangan Indikator Sektor Riil Terpilih

I-2015 (data neraca perdagangan uari-februari 2015) yang menunjukkan pertumbuhan -8,6% (yoy). Ekspor ketiga lapangan usaha, yaitu pertanian, kehutanan, & perikanan, industri pengolahan, serta lapangan usaha pertambangan & penggalian menunjukkan arah yang sama. Ekspor komoditas pertanian mengalami pertumbuhan negatif yang paling besar (-13,9%, yoy), disusul oleh ekspor pertambangan (-7,8%, yoy) dan ekspor manufaktur (-6,6%, yoy). Besarnya ketergantungan kinerja ekspor nonmigas pada harga komoditas berbasis Sumber Daya Alam (SDA) diperkirakan menjadi penyebab utama yang mendorong terjadinya penurunan nilai ekspor. Kondisi ini dikonfirmasi oleh contact lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang meskipun secara volume melakukan ekspor logam mulia dengan level yang stabil, namun kinerja ekspor secara nominal masih mengalami penurunan. Selain itu, nilai ekspor pupuk yang dilakukan oleh salah satu contact lapangan usaha industri pengolahan juga secara nominal masih tertahan akibat rendahnya harga gas dan bahan kimia. Kapasitas Utilisasi Utilisasi kapasitas produksi menurun seiring dengan melemahnya penjualan domestik dan tertahannya ekspor. Utilisasi kapasitas produksi menurun seiring dengan melemahnya penjualan domestik dan tertahannya ekspor. Pada triwulan I-2015, rata-rata kapasitas utilisasi seluruh contact berada pada level 74,6%, lebih rendah dibandingkan 75,8% pada periode sebelumnya. Penurunan penggunaan kapasitas produksi ini dikonfirmasi oleh contact pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, penyediaan akomodasi & makan minum, dan transportasi & pergudangan. Tingkat Persediaan Kendati permintaan masih belum pulih, tingkat persediaan masih berada pada level yang normal. Kendati permintaan masih belum pulih, tingkat persediaan masih berada pada level yang normal. Sebagian besar contact liaison menyatakan bahwa kondisi persediaan baik bahan baku maupun barang jadi berada pada level yang stabil. Dengan strategi pengaturan pembelian bahan baku, proses produksi, dan pengiriman barang, sekitar 64% contact menyatakan bahwa persediaan berada pada zona normal. Meskipun demikian, ada penambahan persediaan bahan jadi pada contact sublapangan usaha industri tekstil dan pakaian jadi akibat masalah antrian kapal untuk pengiriman ekspor, namun hanya bersifat sementara. Investasi Investasi triwulan I-2015 terindikasi tumbuh terbatas seiring dengan belum pulihnya permintaan. Investasi triwulan I-2015 terindikasi tumbuh terbatas seiring dengan belum pulihnya permintaan. Hasil liaison selama periode laporan sekitar 50% contact menyatakan bahwa investasi pada triwulan I-2015 masih sama seperti tahun yang lalu dan 7% lainnya menginformasikan bahwa investasi akan lebih rendah. Perkembangan Indikator Sektor Riil Terpilih 53

Pertumbuhan investasi pada triwulan I-2015 sejalan dengan perkembangan investasi bangunan, seperti terindikasi dari penjualan semen yang tumbuh lebih rendah dari tahun sebelumnya dan triwulan sebelumnya. Selain itu, produksi dan penjualan alat berat yang dikonfirmasi oleh Asosiasi Produsen Alat Besar Indonesia (Hinabi) dan Asosiasi Penjual dan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) pada periode uari - Februari 2015 tercatat lebih rendah dibanding rata-rata kinerja bulanan tahun 2014. Tenaga Kerja Kondisi bisnis yang masih sulit menyebabkan perusahaan tidak melakukan penambahan jumlah tenaga kerja. Hal ini terkonfirmasi oleh 59% contact liaison yang menyatakan jumlah tenaga kerja relatif tetap. Namun, masih terbatasnya peningkatan kinerja usaha dan belum tingginya aktivitas investasi ekspansif berdampak pada penggunaan tenaga kerja yang cenderung menurun. Di sisi lain, biaya tenaga kerja yang meningkat setiap tahun menjadi salah satu pertimbangan contact dalam menentukan jumlah penggunaan tenaga kerja. Hal itu tercermin dari biaya tenaga kerja pada triwulan I-2015 mengindikasikan terjadi kenaikan biaya dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dengan besaran yang berada jauh dibawah rata-rata normalnya. Kondisi bisnis yang masih sulit menyebabkan perusahaan tidak melakukan penambahan jumlah tenaga kerja. Terkait dengan dampak kenaikan biaya tenaga kerja dan kinerja bisnis yang termoderasi, strategi efisiensi biaya yang dilakukan beberapa contact adalah dengan tidak menambah jumlah tenaga kerja yang habis masa dinas/kontraknya, penggunaan mesin otomatis, serta penghematan pada overhead cost. Strategi ini antara lain dilakukan oleh beberapa contact liaison di lapangan usaha pertambangan & penggalian, industri pengolahan, dan penyediaan akomodasi & makan minum. Biaya Produksi Ditengah penurunan harga komoditas dan harga energi dunia, biaya produksi mengalami peningkatan. Kendati perkembangan harga minyak mentah dan beberapa komoditas dalam zona penurunan (Grafik 3), namun akibat pelemahan nilai tukar biaya produksi mengalami peningkatan. Di sisi lain, biaya tenaga kerja yang mengikuti keputusan Pemerintah Daerah terkait Upah Minimum Provinsi (UMP)/Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) memberikan tambahan tekanan kenaikan biaya produksi. Ditengah penurunan harga komoditas dan harga energi dunia, biaya produksi mengalami peningkatan. Secara umum, komponen biaya bahan baku menempati porsi biaya produksi terbesar dengan pangsa 52,7%, diikuti oleh biaya energi sebesar 20,4% dan biaya tenaga kerja sekitar 22,1%. Untuk lapangan usaha yang padat karya seperti lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan, perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, transportasi & pergudangan, dan lapangan usaha penyediaan akomodasi & makan minum, pangsa biaya tenaga kerja sekitar 27,8%, melebihi biaya energi sekitar 19,8%. Sementara contact pada lapangan usaha industri pengolahan dan lapangan usaha konstruksi mempunyai komponen biaya bahan baku paling besar, yaitu sekitar 64,2%. 54 Perkembangan Indikator Sektor Riil Terpilih

Grafik 3 Perkembangan Harga Komoditas (Indeks, 2010 = 100) 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Mei Jul Sep Nov Mei Jul Sep 2012 2013 2014 2015 Nov Mei Jul Sep Nov Energi Pertanian Pupuk Logam Nonmulia dan Mineral Sumber: Bank Dunia Harga Jual dan gin Ditengah penurunan harga komoditas dan harga energi dunia, biaya produksi mengalami peningkatan. Dalam rangka mempertahankan pangsa pasar, penyesuaian harga jual tidak sepenuhnya dilakukan perusahaan dengan mengikuti kenaikan biaya produksi. Fenomena tersebut terkonfirmasi dari likert scale harga jual yang ditetapkan perusahaan relatif konstan dari periode sebelumnya. Menurut beberapa contact, perusahaan baru akan melakukan penyesuaian harga setelah 3-6 bulan. Dampak dari kenaikan biaya produksi yang tidak diikuti oleh kenaikan harga jual menyebabkan margin usaha contact menyusut. Upaya perusahaan dalam memenangkan persaingan bisnis melalui strategi harga, baik di level perdagangan internasional maupun domestik menyebabkan contact liaison terus mengalami penurunan perolehan margin keuntungan. gin keuntungan selama kurun 2012-2014 kendati tumbuh namun berada dibawah rata-rata normal. Perkembangan harga bahan bakar minyak (BBM) yang mengikuti harga pasar belum banyak mengubah dinamika harga jual. Beberapa contact menyatakan bahwa ketentuan harga BBM yang sesuai harga pasar tidak langsung diikuti oleh penyesuaian harga jual. Berdasarkan hasil liaison bulan Februari 2015, sekitar 57,8% contact tidak langsung melakukan penyesuaian harga ketika harga BBM jenis premium dan solar naik. Sebaliknya, sebanyak 75,6% contact mengkonfirmasi bahwa ketika harga BBM diturunkan perusahaan tidak melakukan penurunan harga jual. Pembiayaan dan Tingkat Suku Bunga Dana dari perusahaan induk dan laba ditahan masih menjadi sumber pendanaan utama. Dana dari perusahaan induk dan laba ditahan masih menjadi sumber pendanaan utama, baik untuk investasi maupun modal kerja. Sekitar 70% contact Perkembangan Indikator Sektor Riil Terpilih 55

liaison mengkonfirmasi bahwa sumber pendanaan untuk kegiatan investasi dan modal kerja berasal dari dana internal perusahaan. Secara rinci, dana yang berasal dari perusahaan induk untuk pembiayaan yang berasal dari non-perbankan mempunyai porsi terbesar masingmasing 45,1% untuk dana investasi dan 41,0% untuk keperluan permodalan. Sumber terbesar kedua contact diperoleh dari laba ditahan dengan porsi masing-masing sebesar 29,3% dan 33,5% untuk investasi dan modal kerja. Di sisi lain, pembiayaan dari perbankan tercatat sekitar 30%, sebagian besar berasal dari perbankan dalam negeri dengan pangsa 85-86%. Sementara itu, peran dari pasar modal masih relatif kecil dibandingkan kedua sumber pendanaan tersebut. Nilai Tukar Depresiasi Rupiah yang terus berlanjut hingga akhir triwulan I-2015 berdampak negatif pada kinerja keuangan perusahaan. Besarnya ketergantungan bahan baku impor untuk proses produksi dan pinjaman dalam bentuk valuta asing untuk pembayaran impor menjadi tambahan beban bagi contact ketika nilai tukar Rupiah terdepresiasi. Permintaan eksternal yang masih belum pulih, harga komoditas yang masih rendah, serta penetrasi yang cepat dari negara lain membuat peluang positif dari pelemahan nilai tukar bagi eksportir tidak sepenuhnya dapat diperoleh. Di sisi lain, persaingan domestik yang ketat ditengah permintaan yang masih lemah menyebabkan perusahaan tidak dapat meneruskan dampak pelemahan nilai tukar pada harga jual. Kedua hal tersebut menyebabkan margin usaha menjadi menyusut, bahkan beberapa contact menyatakan bahwa sudah mengalami margin yang negatif meski sudah melakukan beberapa efisiensi biaya. Dampak negatif pelemahan nilai tukar juga dipengaruhi oleh perbedaan asumsi nilai tukar yang ditetapkan contact dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan dengan realisasi nilai tukar yang terjadi saat ini. Beberapa perusahaan menetapkan asumsi nilai tukar tahun 2015 pada kisaran sesuai dengan asumsi APBN 2015 (Rp11.900/USD). Depresiasi Rupiah yang terus berlanjut hingga akhir triwulan I-2015 berdampak negatif pada kinerja keuangan perusahaan. Regulasi Kegiatan liaison pada triwulan I-2015 mencatat berbagai masukan, keluhan dan permasalahan contact yang secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Regulasi. Permasalahan perizinan yang tumpang-tindih kendati sudah dicanangkan program satu atap, namun proses di lapangan masih terlalu lama. b. Infrastruktur. Kebutuhan infrastruktur, baik jalan penghubung, pelabuhan, dan jalur kereta, perbaikan pada fasilitas pelabuhan/bandar udara menjadi penting guna mempercepat proses pengiriman. c. Biaya tarif listrik dan ketersediaan pasokan listrik. Dengan ketentuan bahwa listrik sudah menyesuaikan dengan harga pasar, menurut contact bukan mejadi masalah utama. Namun, menurut perusahaan yang perlu mendapat perhatian adalah kepastian aliran listrik. d. Ketenagakerjaan. Kenaikan UMP/UMK yang terjadi setiap tahun memberatkan perusahaan karena upah nominal Indonesia sudah mulai berada pada level yang relatif tinggi dibandingkan negara tetangga. 56 Perkembangan Indikator Sektor Riil Terpilih