V. KEADAAN UMUM WILAYAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

V. KONDISI UMUM PULAU PARI

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

viii BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lokasi Perkiraan Biaya Sumber Pelaksanaan Ket Satuan ( Rp ) Dana Kegiatan

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

L PENDAHULUAN. Rumput laut merupakan salah satu komoditi hasil laut yang penting, karena mudah dibudidayakan dan mempunyai kegunaan yang sangat

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Wilayah Pelaksanaan Zakat Tambak Udang di Desa. Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

Rencana Pengembangan Berkelanjutan Kelautan dan Perikanan di Pulau Maratua

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

TABEL 5.1 TABEL RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF KABUPATEN SUMENEP DINAS PERIKANAN

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

Artikel Liburan ke Pulau Pari

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

IV. METODOLOGI PENELITIAN

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT LOKAL

PERIZINAN USAHA PERIKANAN

BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN ALAK KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Tengah adalah 3,802 ha² yang terdiri dari pemukiman

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

Jakarta. 1 pulau (dekat P Panggang) 5,123 jiwa * jam Speedboat, 2,15 jam Fery Angke. Homestay AC, NO Hotels, NOR Cottages

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB I PENDAHULUAN. mencakup daerah kepulauan seperti daerah Kepulauan Seribu dan Raja Ampat.

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana pariwisata dapat menunjang sektor lainnya. Dimana dari Pariwisata negara atau

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

IV. GAMBARAN UMUM KELURAHAN LANGKAPURA. Pada abad ke 18 jauh sebelum Indonesia merdeka tepatnya sekitar tahun 1823

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

PETA SOSIAL DESA CURUG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km 2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara Penggunaan Sumberdaya

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKKAN KECAMATAN KEPULAUAN SERIBU UTARA

BAB II DATA DAN ANALISA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA KINERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

PROFIL DESA CIHIDEUNG ILIR. Kondisi Geografis. Struktur Kependudukan. ]. k

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

BAB IV KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Transkripsi:

V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1. Wilayah Administrasi Program sea farming merupakan salah satu program pembangunan andalan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Pulau Panggang dipilih dan ditetapkan sebagai lokasi ujicoba pertama implementasi sea farming di Kepulauan Seribu. Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dibentuk pada tahun 2001, setelah sebelumnya merupakan bagian dari Kotamadya Jakarta Utara. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 1986 Tahun 2000, wilayah Kepulauan Seribu memiliki 110 pulau dengan luas 565,29 ha, yang secara administratif terbagi ke dalam 2 wilayah kecamatan. Kedua wilayah kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara memiliki 79 pulau yang tersebar di 3 kelurahan, yakni; Kelurahan Pulau Panggang (13 pulau), Kelurahan Pulau Kelapa (36 pulau), dan Kelurahan Pulau Harapan (30 pulau). Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan memiliki 31 pulau yang tersebar di 3 kelurahan, yaitu; Kelurahan Pulau Untung Jawa (15 pulau), Kelurahan Pulau Tidung (6 pulau) dan Kelurahan Pulau Pari (10 pulau). Pulau Panggang merupakan salah satu pulau berpenduduk yang ada di Kelurahan Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Pulau Panggang memiliki luas pulau 9 ha. Wilayah Kelurahan Pulau Panggang merupakan wilayah yang paling kecil dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan lainnya yang ada di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, karena hanya memiliki luas daratan 62,10 hektar. Secara administratif kelurahan ini merupakan bagian dari Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, yang terbagi ke dalam 5 Rukun Warga (RW) dan 29 Rukun tetangga (RT), di mana di Pulau Panggang sendiri terdapat 3 RW dan 21 RT. Pusat pemerintahan kelurahan ada di Pulau Panggang.

42 berikut: Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Pulau Panggang adalah sebagai Sebelah Utara : 05 0 41 41 LS - 05 0 41 45 LS Berbatasan dengan perairan Kelurahan Pulau Kelapa Sebelah Timur : 106 0 44 50 BT Berbatasan dengan perairan Laut Jawa Sebelah Barat : 106 0 19 30 BT Berbatasan dengan perairan Laut Jawa Sebelah Selatan : 05 0 47 00 LS - 05 0 41 15 LS. Berbatasan dengan perairan Kelurahan Pulau Tidung Di Kelurahan Pulau Panggang selain Pulau Panggang juga terdapat 12 pulau lain, dan dari seluruh pulau yang ada hanya dua pulau yang dihuni (berpenduduk), yaitu Pulau Pramuka dan Pulau Panggang, sedangkan pulau-pulau lainnya digunakan untuk berbagai keperluan, seperti tempat peristirahatan, perkantoran, PHU, pariwisata, Tempat Pemakaman Umum dan navigasi. Secara rinci namanama pulau, luas dan peruntukannya disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Perbandingan luas dan peruntukan pulau-pulau di Kelurahan Pulau Panggang No. Nama Pulau Luas (ha) Peruntukan 1. Pulau Panggang 9,00 Pemukiman 2. Pulau Pramuka 16,00 Pemukiman 3. Pulau Karya 6,00 Perkantoran/TPU 4. Pulau Peniki 3,00 Navigasi 5. Pulau Karang Bongkok 0,50 Peristirahatan 6. Pulau Karang Congkak 0,60 Peristirahatan 7. Pulau Kotok Besar 20,75 Pariwisata 8. Pulau Air Besar 2,90 Peristirahatan 9. Pulau Gosong Sekati 0,20 Peristirahatan 10. Pulau Semak Daun 0,75 PHU 11. Pulau Gosong Pandan - Peristirahatan 12. Pulau Opak Kecil 1,10 Peristirahatan 13. Pulau Kotok Kecil 1,30 PHU Jumlah 62,10

43 Sejak pembentukan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu tahun 2001, Pulau Pramuka dan Pulau Karya yang merupakan bagian kelurahan Pulau Panggang ditetapkan sebagai pusat pemerintahan. Fungsi dan peruntukan tersebut berdampak terhadap aktivitas ekonomi, sosial dan pemerintahan di wilayah Pulau Panggang yang sangat dekat dengan keduanya meningkat sangat signifikan. 5.2. Kependudukan Berdasarkan Laporan Tahunan 2009 Kelurahan Pulau Panggang, kondisi sebaran penduduk Kelurahan Pulau Panggang berdasar usia adalah sebagai berikut : Tabel 8 Jumlah penduduk Kelurahan Pulau Panggang menurut umur dan jenis kelamin tahun 2009 No Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah 1. 00 04 467 447 914 2. 05 09 263 263 526 3. 10 14 275 272 547 4. 15 19 267 264 531 5. 20 24 227 223 450 6. 25 29 252 248 500 7. 30 34 213 202 415 8. 35 39 209 198 407 9. 40 44 197 188 385 10. 45 49 127 115 242 11. 50 54 145 142 287 12. 55 59 120 116 236 13. 60 64 83 78 161 14. 65 69 45 38 83 15. 70 74 24 17 41 16. 75 keatas 6 9 15 Jumlah 2.920 2.820 5.740 Komposisi penduduk menurut umur menunjukkan bentuk piramida, dimana usia muda menduduki jumlah terbanyak dan semakin sedikit dengan meningkatnya usia. Usia Produktif (15 59 tahun) di kelurahan ini memiliki proporsi mencapai 60,15%. Perubahan penduduk di Kelurahan Pulau Panggang khususnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kelahiran, kematian dan migrasi. Secara umum kecenderungan penduduk di Kelurahan Pulau Panggang

44 melakukan emigrasi ketika mereka menginjak usia remaja hingga dewasa dengan berbagai tujuan seperti keperluan pendidikan, pekerjaan maupun untuk tinggal menetap. Dari data tersebut dapat diketahui kepadatan penduduk di Kelurahan Pulau Panggang mencapai 229 jiwa/ha atau 22.960 jiwa/km 2. Jumlah penduduk Kelurahan Pulau Panggang menurut RW tahun 2009 adalah sebagai berikut: Tabel 9 Jumlah penduduk dan Kepala Keluarga (KK) di Pulau Panggang per RW tahun 2009 No RW Penduduk KK Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah 1. 01 723 719 1.442 327 35 362 2. 02 687 678 1.365 256 36 292 3. 03 662 598 1.260 347 32 379 4. 04 349 341 690 162 21 183 5. 05 499 484 983 228 24 252 Jumlah 2.920 2.820 5.740 1.320 148 1.468 Keterangan : RW 4 dan 5 berada di Pulau Pramuka Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah total penduduk Kelurahan Pulau Panggang adalah 5.740 jiwa tersebar merata di kelima RW. Proporsi laki-laki lebih besar dibanding dengan perempuan, namun proporsinya mendekati 1:1 dengan rata-rata anggota keluarga per KK adalah 3-4 jiwa. Dilihat dari tingkat pendidikannya, kondisi di Kelurahan Pulau Panggang tersaji pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan (di atas umur 6 tahun/usia sekolah) tahun 2009 No Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan 1. Tidak sekolah 509 498 1.007 2. Tidak tamat SD 560 540 1.100 3. Tamat SD 1.218 1.186 2.404 4. Tamat SLTP 267 262 529 5. Tamat SMA 325 315 640 6. Tamat Akademi 18 10 28 7. Tamat Akademi/ Universitas 23 9 32 J u m l a h 2.920 2.820 5.740

45 Hasil wawancara dengan salah seorang pemuda Pulau Panggang menyatakan bahwa sebenarnya minat sekolah dari anak-anak Pulau Panggang cukup besar tapi sering terhambat biaya. Masih ada sekitar 20% dari lulusan SMA di Pulau Panggang yang tiap tahunnya melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Jenis lembaga pendidikan yang terdapat di kelurahan Pulau Panggang sudah sangat memadai sampai tingkat SMA, terdapat 3 SD Negeri dan 1 Madrasah Ibtidaiyah, 1 SMP Negeri (SMP 133 Jakarta) dan 1 SMA Negeri (SMA 69 Jakarta). Berdasarkan agama yang dianut penduduk, lebih dari 99% warga beragama Islam, sedangkan beberapa orang saja yang memeluk agama lain, itupun mereka adalah penduduk pendatang. Sarana ibadah di wilayah Kelurahan Pulau Panggang hanya berupa mesjid dan musholla saja yang ada. Berdasarkan jenis pekerjaannya, komposisi penduduk di Kelurahan Pulau Panggang tahun 2009 tersaji pada Tabel 11. Tabel 11 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2009 No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk 1. Nelayan 1.567 2. PNS 213 3. TNI 2 4. POLRI 7 5. Pensiunan/veteran 105 6. Pedagang 102 7. Jasa / pertukangan 22 8. Karyawan Swasta 21 9. Lain-lain 58 Jumlah 2.097 Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa 74,72% masyarakat Kelurahan Pulau Panggang berprofesi sebagai nelayan. Hal ini mengindikasikan bahwa aktifitas ekonomi utama adalah perikanan khususnya perikanan tangkap, dan terindikasi kuat bahwa aktifitas ekonomi lainnya seperti perdagangan sangat tergantung dari aktifitas/hasil dari laut. Dengan kata lain kegiatan perikanan laut memiliki multiplier effect yang besar.

46 Berdasarkan armada kapal perikanan, jumlah kapal motor mencapai 475 buah, jumlah kapal motor 9 buah, perahu motor 417 buah, perahu layar 11 buah, perahu dayung/sampan 36 buah dan speed boat 2 buah. Sementara itu, pancing merupakan alat tangkap yang mendominasi kegiatan perikanan di Pulau Panggang. Tabel 12 berikut memperlihatkan bahwa pancing dimiliki oleh sekitar 444 pemilik dengan total alat tangkap sebanyak 532 unit. Tabel 12 Jumlah alat penangkapan ikan di Kelurahan Pulau Panggang Tahun 2009 No Jenis Alat Jumlah Pemilik Jumlah Alat 1. Jaring payang 20 22 2. Jaring dasar 21 21 3. Jaring gebur 10 100 4. Bubu besar 17 200 5. Bubu kecil 12 20 6. Pancing 444 532 7. Jaring Muroami 10 10 Disamping itu kegiatan budidaya juga mulai berkembang. Kegiatan budidaya ikan kerapu merupakan jenis budidaya terbanyak yaitu 180 unit yang dikelola oleh swasta dan masyarakat. Jumlah kegiatan budidaya di Kelurahan Pulau Panggang tahun 2009 tersaji pada Tabel 13. Tabel 13 Jumlah kegiatan budidaya di Kelurahan Pulau Panggang Tahun 2009 No Jenis Budidaya Jumlah Keterangan 1. Budidaya Rumput Laut 20 unit Masyarakat 2. Budidaya Bandeng 130 unit Swasta/Masyarakat 3. Budidaya Kerapu 180 unit Swasta/Masyarakat 4. Budidaya Transplantasi Karang 32 unit Swasta/Masyarakat Selain penangkapan dan budidaya, di Kelurahan Pulau Panggang juga terdapat aktifitas pengolahan hasil ikan. Jumlah sarana pengolahan ikan laut meliputi 17 buah pengesan (pengawetan), 11 buah pengasinan, 37 pembuatan kerupuk ikan.

47 5.3. Kelembagaan 5.3.1. Pemerintahan Kelurahan Pulau Panggang adalah satu dari tiga kelurahan yang ada di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara yang dipimpin oleh seorang Lurah. Di kelurahan ini terdapat 5 RW dan 29 RT dengan masing-masing RW terbagi menjadi 7 RT di Pulau Panggang dan 4 RT di Pulau Pramuka. Secara spasial, RW 1 terletak di bagian barat Pulau Panggang, kemudian RW 2 di bagian tengah Pulau Panggang, RW 3 di bagian timur Pulau Panggang, RW 4 terletak di bagian Utara Pulau Pramuka dan RW 5 di bagian selatan Pulau Pramuka. Kelembagaan pemerintahan lainnya adalah Dewan Kelurahan (Dekel) sebagai lembaga legislatif tingkat kelurahan yang terdiri dari 7 orang, mewakili masing-masing RW dan pengurus kelurahan. Kepengurusan Dekel, RT dan RW dibentuk melalui pemilihan langsung, berbeda dari cara lama yang melalui perwakilan saja. Hal ini menunjukkan telah adanya kepedulian warga terhadap lembaga RT maupun RW. Dalam menjalankan tugasnya Dekel dan pengurus RW mendapatkan honor dari pemerintah. 5.3.2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) sebagai wadah bagi partisipasi masyarakat yang ada di Kelurahan Pulau Panggang, selama ini sudah berjalan meskipun belum optimal, masih perlu kerja keras agar lembaga ini berfungsi dengan baik. Antara lain dengan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) para pengurusnya serta mengupayakan persamaan partisipasi dan pelaksanaan dengan semua pihak yang akan melaksanakan aktifitas pembangunan fisik/non fisik di tingkat kelurahan. Sampai saat ini LPM di tingkat Provinsi DKI Jakarta belum diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta, sehingga di Kelurahan Pulau Panggang Kecamatan Kepulauan Seribu Utara belum mengadakan peremajaan LPM sambil menunggu surat keputusan dari Gubernur Provinsi DKI Jakarta yang menjadi pedoman dalam melaksanakan Tugas Pokok LPM di Kelurahan Pulau Panggang.

48 5.3.3. Koperasi Berdasarkan Laporan Tahunan 2009 Kelurahan Pulau Panggang jenis koperasi yang terdapat di kelurahan Pulau Panggang tersaji pada Tabel 14. Jenis dan nama koperasi yang masih aktif di Kelurahan Pulau Panggang adalah Koperasi Simpan Pinjam SPPMKL dengan angggota sebanyak 450 orang. Tabel 14 Jenis koperasi serta anggotanya di Kelurahan Pulau Panggang tahun 2009 No Jenis dan Nama Koperasi Jumlah Keterangan Jenis Nama Koperasi Anggota 1. Konsumsi - - - 2. Produksi - - - 3. Simpan Pinjam SPPMKL 1 450 orang Aktif 4. Serba Usaha Citra Bahari 1 30 orang 5. Lain-lain Nelayan S. 1 95 orang 5.3.4. Organisasi Kemasyarakatan Untuk kelancaran pelaksanaan pembangunan di Kelurahan Pulau Panggang ditentukan pula oleh dukungan dan peran serta masyarakat, selain sebagai perorangan juga sebagai kelompok yang terorganisasi. Adapun organisasi kemasyarakatan yang ada di Kelurahan Pulau Panggang adalah : Karang Taruna, Yayasan Adiniah Ani mah, Yayasan Al-Magfiroh, Persatuan Sepak Bola, Remaja Masjid, Dewan Masjid Indonesia (DMI), Pengurus Yatim Piatu, Majlis Taklim, Peringatan Hari-hari Besar Islam (PHBI), Pengurus Masjid, Pengurus Musholla, Persatuan Dayung, Persatuan Gulat dan Persatuan Bola Voli. 5.3.5. Kelompok Masyarakat dalam Pengelolaan Wilayah Laut Sedangkan kelompok masyarakat yang terkait langsung dengan pengelolaan sumberdaya laut, dikenali ada 4 yaitu SPKP (Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan) Samo-samo, DPL (Daerah Perlindungan Laut), Pernitas (Perhimpunan Nelayan, Pedagang Ikan dan Tanaman Hias) dan Kelompok Sea Farming.

49 1) SPKP (Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan) Samo-samo SPKP (Sentra Penyuluhan Kehutanan Pedesaan) Samo-samo merupakan kelompok masyarakat pecinta konservasi, dalam hal ini karena merupakan hasil binaan Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (BTNKS), bidang konservasinya adalah konservasi laut. SPKP menyelenggarakan aktifitas yang sejalan dengan misi BTNKS untuk melindungi kawasan laut terutama di sekitar pulau pemukiman. 2) Daerah Perlindungan Laut (DPL) Daerah Perlindungan Laut (DPL) merupakan suatu lembaga/kelompok masyarakat yang dibentuk atas inisiatif pemerintah namun proses pemilihan anggotanya dilakukan langsung oleh masyarakat yang kemudian dikuatkan dengan SK Bupati. DPL dimaksudkan agar setiap kelurahan memiliki suatu kawasan perairan yang menjadi kawasan perlindungan untuk mengkonservasi kualitas biota laut dan lingkungan perairannya sehingga masih dapat terus dipertahankannya kondisi laut yang tetap terjaga di kelurahan masing-masing. Hasil wawancara dengan beberapa masyarakat, menyebutkan bahwa pada awal dibentuknya, DPL memiliki kinerja yang cukup baik dan mendapat dukungan sepenuhnya dari masyarakat, dan kegiatannya sering mendapat dukungan pihak pemerintah. Namun dengan berjalannya waktu, mulai ada perubahan orientasi dari para pengurusnya. DPL Kelurahan Pulau Panggang sudah memiliki area perlindungan yang sudah ditetapkan sebagai kawasan konservasi, yang terpantau secara ketat. 3) Pernitas (Perhimpunan Nelayan Ikan Hias dan Tanaman Hias ) Pernitas (Perhimpunan Nelayan Ikan Hias dan Tanaman Hias) didirikan pada tahun 2004 sebagai upaya untuk menjamin kelancaran transaksi ikan dan tanaman hias dari Kepulauan Seribu pada umumnya dan Pulau Panggang khususnya. Selama ini sering transaksi ikan dan tanaman hias (sebelum dilarang) dikenai biaya-biaya transaksi (pungli) yang tidak semestinya selama dalam perjalanan menuju Muara Angke, baik dari aparat (KPLP, KP3, POLAIRUD, AL, Trantib DKI) maupun petugas parkir di Muara Angke yang memasang tarif tidak semestinya.

50 Keberadaan perhimpunan ini bertujuan untuk mempermudah diperolehnya surat jalan dari Sudin Kelautan dan Pertanian Kepulauan Seribu agar tidak dipersulit di perjalanan oleh para aparat. Pada waktu didirikan, Pernitas beranggotakan 150 orang yang terdiri dari nelayan dan supplier. Namun sambil berjalannya waktu karena perdagangan tanaman hias (karang) dilarang, sebagian anggota yang kegiatannya adalah nelayan dan supplier tanaman hias menjadi kurang aktif. Sementara ini masih ada 13 supplier yang aktif. Dan saat ini ada keinginan kuat dari sebagian nelayan tangkap ikan konsumsi untuk bergabung sebagai anggota, tapi karena AD/ART tidak memungkinkan, sehingga belum bisa dipenuhi. Keinginan bergabungnya nelayan sebagai anggota organisasi ini karena anggota dijamin mendapat kemudahan saat mengurus surat-surat untuk pengiriman barang (ikan hias). Saat ini, ada sekitar 200 jenis ikan hias yang diperdagangkan, dan ikan termahal adalah ikan napoleon (dilindungi) yang dapat mencapai harga 120 200 ribu rupiah/ekor. Sistem kerja pada umumnya menggunakan model patron klien, dalam hal ini setiap supplier memiliki 6-10 nelayan penangkap sebagai langganannya. Para nelayan mencari ikan sesuai pesanan dari pengumpul (Aquarium) di Jakarta melalui supplier setiap minggu saat menyetor hasil tangkapan. Pendapatan nelayan ikan hias diperkirakan 30 50 ribu rupiah per hari. Saat ini terkait dengan adanya pelarangan jual beli tanaman hias (karang) dari alam, mulai bulan Nopember 2004 dikembangkan teknologi transplantasi terumbu karang di Pulau Panggang. Para nelayan atau supplier mendapat pelatihan dari pengusaha ikan hias dan karang dari Jakarta yang didukung oleh Asosiasi Kerang Koral dan Ikan Hias (AKKI) dan Yayasan Terangi serta Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKS). Namun kerjasama ini masih bersifat personal, yaitu antara para supplier dengan pengumpul/ eksportir di Jakarta. Eksportir menyediakan modal dan pelatihan teknologinya sementara supplier menyediakan tempat dan tenaganya. Tenaga kerja digaji oleh pemilik modal (1 juta - 1,5 juta rupiah/bulan), sementara hasil panennya dibagi berdasar pola bagi hasil, yang belum diketahui persentasenya.

51 4) Kelompok Miniatur Biota Laut Terbentuknya kelompok Miniatur Biota Laut pada bulan Juni 2011, merupakan murni ide dari kumpulan para nelayan dan kelompok sadar wisata di Pulau Pramuka, yang terletak di bagian utara Taman Nasional Kepulauan Seribu. Kelompok ini bersepakat membuat sesuatu yang bisa mengangkat Pulau Pramuka sebagai sebuah aset wisata. Dari situ, mereka berharap kunjungan wisatawan akan terus meningkat. Miniatur yang dibuat di sekitar dermaga itu dibatasi oleh rangkaian jaring di bagian terluar. Kolam miniatur lalu diberikan rumpon-rumpon buatan, kemudian diisi dengan beragam biota laut. Setiap nelayan jaring murami menyelam dan mendapati jenis ikan berbeda, memasukkan beberapa ke dalamnya. Di dalam kolam miniatur yang tidak terpisah dengan laut itu sendiri, ikan-ikan tersebut dapat tetap nyaman karena sudah tersedia rumpon sebagai rumah dan tempat berkembang biak. Usaha nelayan cukup progresif. Saat ini sudah terkumpul 18 jenis hiu dalam miniatur laut, penyu sisik, ikan salome, anamon, kakatua, buntel, cendero, kerapu, dan berbagai jenis biota lainnya. Upaya kelompok ini sebagai bagian dari konservasi untuk mengatasi dahsyatnya aktivitas perusakan terhadap perairan Kepulauan Seribu. 5) Kelompok Pengelola Sea Farming Dengan dilatarbelakangi permasalahan terkait sudah tidak produktifnya kegiatan perikanan tangkap, akibat rusaknya sumberdaya laut dan juga kegiatan perikanan yang tidak ramah lingkungan, sehingga kondisi sosial ekonomi masyarakat Kepulauan Seribu yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan sangat memprihatinkan, mendorong Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dan PKSPL IPB memperkenalkan program sea farming. Peluang untuk mengembangkan perikanan budidaya laut atau marikultur sangat besar, karena lokasi strategis Kepulauan Seribu yang berada di ibukota negara sehingga keberhasilan program tersebut menjadi perhatian nasional dan internasional serta dapat menjadi sebuah etalase kelautan nasional. Disamping itu Kepulauan Seribu menyimpan potensi untuk pengembangan budidaya laut di perairan dangkal.

52 Konsep sea farming yang melibatkan berbagai pelaku usaha, menggunakan beberapa alternatif sistem teknologi dan kelembagaan yang saling mendukung dan terintegrasi dalam rangkaian sistem bisnis rantai tata niaga diharapkan dapat mewujudkan kegiatan perikanan budidaya yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Karena konsep sea farming ini relatif sangat baru diimplementasikan di negara kita, maka langkah pilot project pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu untuk memulai kegiatan sea farming adalah langkah terobosan yang diharapkan bila berhasil akan menjadi percontohan nasional. Pemerintah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu pada tahun 2004 telah membuat kajian awal pengembangan sea farming ini yang mencakup potensi sumberdaya alam, kondisi biogeofisik perairan, serta sosial budaya dan ekonomi masyarakat untuk menghasilkan konsep pengembangan sea farming di Kepulauan Seribu. Pada tahun 2005, implementasi dari konsep yang telah disusun diwujudkan dalam beberapa program pengembangan, yaitu: a) Kaji tindak (implementasi) sea farming dengan sistem cage culture di perairan Pulau Semak Daun (pilot project) b) Kaji tindak (implementasi) sea farming dengan sistem pen culture di perairan Pulau Semak Daun (pilot project) c) Perbaikan budidaya ikan kerapu dalam rangka sea farming d) Pendampingan teknis implementasi sea farming e) Pembentukan kelompok pengelola sea farming f) Pelatihan teknologi budidaya laut g) Pelatihan manajemen usaha Program pengembangan di atas merupakan rekomendasi hasil kajian sebelumnya dimana yang akan dibangun tidak hanya usaha budidaya lautnya saja yang berkelanjutan, akan tetapi juga pembangunan atau penyiapan masyarakat (aspek sosial budaya) dengan memperkuat pengetahuan, keterampilan dan kapasitas kelembagaan mereka.

53 Organisasi Kelompok Pengelola Sea Farming pertama dibentuk di Pulau Panggang Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu pada tanggal 10 Maret 2006 sebagai jawaban atas tuntutan masyarakat Pulau Panggang terhadap pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan laut yang lebih baik. Sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Kelompok Pengelola Sea Farming yang disahkan pada tanggal 22 Juni 2006 (Lampiran 1 dan 2), maka Kelompok Sea Farming merupakan organisasi kemasyarakatan yang bersifat nasional dan mandiri dengan tujuan sebagai berikut : (1) Membangun sistem pengelolaan perikanan laut terpadu berbasis masyarakat yang berkelanjutan. (2) Meningkatkan kesejahteraan dengan peningkatan pendapatan dan kegiatan ekonomi (budidaya perikanan) di Pulau Panggang. (3) Ikut menunjang usaha konservasi lingkungan perairan. (4) Meningkatkan kemampuan dan kapasitas anggota (masyarakat) mengenai keterampilan teknis budidaya. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas, maka Kelompok Pengelola Sea Farming melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : (1) Mengadakan dan ikut serta dalam berbagai kegiatan pelatihan di bidang budidaya ikan dan bidang usaha. (2) Menjalin kerjasama dengan instansi-instansi terkait untuk mengembangkan kelompok dan anggotanya di bidang manajemen, budidaya, pemasaran ataupun lain-lain yang sesuai dengan tujuan organisasi. (3) Mensosialisasikan kegiatan-kegiatan kelompok kepada masyarakat. (4) Usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat bagi kelompok, anggota dan masyarakat Pulau Panggang. Proses penerimaan anggota Kelompok Sea Farming melalui tahap : (1) Seleksi, dilakukan dengan cara menyaring anggota masyarakat yang mendaftar ke pengurus untuk menjadi anggota sea farming. Dalam proses seleksi, pengurus melakukan wawancara terhadap calon anggota. Pengurus

54 memiliki wewenang dalam menentukan siapa saja yang menjadi anggota sea farming. (2) Perekrutan calon anggota. (3) Pelatihan calon anggota, meliputi pelatihan teknologi budidaya dan manajemen usaha. (4) Terdaftar bagi calon anggota yang telah dinyatakan lulus pelatihan. Anggota yang telah terdaftar berhak mendapatkan pendampingan teknis, serta dapat mengajukan peminjaman benih ke balai sea farming dengan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Rekrutmen anggota Kelompok Sea Farming telah berlangsung empat tahap, tahap pertama pada tahun 2005, tahap kedua tahun 2006, tahap ketiga tahun 2007 dan tahap keempat tahun 2008. Berdasarkan data monitoring yang dilakukan oleh PKSPL IPB, jumlah total anggota sea farming yang melakukan kegiatan budidaya ikan kerapu dan pengembangan kelompok sampai dengan tahun 2009 sebanyak 75 orang dan 51 orang sudah melakukan usaha budidaya ikan kerapu dengan benih dan sarana produksi lainnya berasal dari program sea farming. Selengkapnya data perkembangan jumlah anggota aktif sea farming di Pulau Panggang berdasarkan angkatan dapat dilihat pada Gambar 9. Orang 80 70 60 50 40 30 20 10 0 I II III IV Jumlah Angkatan Anggota total Anggota aktif Gambar 9 Perkembangan jumlah anggota kelompok sea farming Pulau Panggang berdasarkan angkatan.

55 Penerimaan anggota mulai angkatan I sampai dengan angkatan III mengalami peningkatan. Namun pada angkatan IV pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pengurus kelompok sea farming mengambil kebijakan untuk tidak menerima anggota baru. Hal tersebut untuk mengantisipasi masalah kelangkaan benih yang berakibat penyaluran benih kepada anggota semakin sedikit. Jika penerimaan anggota banyak maka dikhawatirkan ada anggota yang tidak memperoleh benih, sehingga dapat menimbulkan konflik antara anggota dan pengurus kelompok sea farming. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga kelompok menyatakan bahwa anggota berhak untuk memperoleh benih termasuk anggota baru yang telah melalui proses seleksi dan pelatihan. Ketentuan mendapatkan pinjaman benih ikan kerapu dari balai sea farming, disamping telah mengikuti pelatihan, anggota juga harus sudah memiliki sarana dan prasarana budidaya, diantaranya sudah memiliki bangunan keramba sebagai tempat budidaya, memiliki jaring minimal 2 buah yang masih layak pakai, serta kondisi perairan di lokasi keramba sangat baik dan cocok untuk pemeliharaan ikan. Pengembangan konsep sea farming yang didampingi oleh PKSPL IPB diawali dengan pengadaan bibit berkualitas dengan cara pinjaman oleh anggota yang tergabung dalam Kelompok Sea Farming. Setiap anggota mendapatkan pinjaman bibit sebanyak 200 ekor per musim tanam. Setelah pemeliharaan selama 8 hingga 10 bulan, ikan kerapu dapat dijual ke pasar dan selanjutnya hasil panen yang diperoleh dipergunakan untuk mengembalikan pembayaran pinjaman. Sehingga program sea farming ini dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat Kelurahan Pulau Panggang dengan tetap menjaga kelestarian ekosistemnya.