PEMETAAN AREA GENANGAN BANJIR PASANG DI KAWASAN LAHAN BUDIDAYA AIR PAYAU KOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di :

PEMETAAN DAERAH YANG TERGENANG BANJIR PASANG AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PESISIR KOTA TEGAL

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DAERAH PESISIR KABUPATEN PEKALONGAN JAWA TENGAH

Luas Area Genangan Banjir Pasang Pada Kawasan Pemukiman di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah

Genangan Banjir Rob Di Kecamatan Semarang Utara

Kata-kata Kunci: Kabupaten Pekalongan, Banjir Rob, Sawah Padi, Kerugian Ekonomi

PEMETAAN SEBARAN GENANGAN ROB DI PESISIR BONANG, KABUPATEN DEMAK Durotun Nafisah, Heryoso Setiyono, Hariyadi

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN MENGGUNAKAN DATA LANDSAT 7 ETM+

Pengaruh Pasang Surut Terhadap Sebaran Genangan Banjir Rob di Kecamatan Semarang Utara

DAMPAK KENAIKAN MUKA LAUT TERHADAP GENANGAN ROB DI KECAMATAN PADEMANGAN, JAKARTA UTARA Pratiwi Ramadhan, Sugeng Widada, Petrus Subardjo*)

IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DI KABUPATEN DEMAK

Genangan Banjir Pasang Pada Kawasan Pemukiman di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman Online di :

PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK ESTIMASI KERUGIAN AKIBAT BANJIR ROB DI KABUPATEN PEKALONGAN

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

PEMODELAN GENANGAN BANJIR PASANG AIR LAUT DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN CITRA ALOS DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

Daerah Rawan Genangan Rob di Wilayah Semarang

Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan (Brundtland, 1987).

STUDI KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PERAIRAN KENDAL

Guruh Krisnantara Muh Aris Marfai Abstract

PENENTUAN DAERAH REKLAMASI DILIHAT DARI GENANGAN ROB AKIBAT PENGARUH PASANG SURUT DI JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGGABUNGAN KELURAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir menjadi penyedia makanan dan habitat seperti finfish, kerang, mamalia

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BANTEN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT MULTITEMPORAL

PEMETAAN KERENTANAN BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN KRETEK MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI, KABUPATEN BANTUL DIY

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim yang mana terdapat banyak kota berada di wilayah pesisir, salah satunya adalah Kota Pekalongan.

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,

III. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai PASANG SURUT. Oleh. Nama : NIM :

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah

III. BAHAN DAN METODE

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square

Jl. Raya Kaligawe Km. 4, Semarang Jawa Tengah 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Banjir 2.2 Tipologi Kawasan Rawan Banjir

(STRATEGI SANITASI KOTA)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

PEMETAAN POTENSI PENGEMBANGAN LAHAN TAMBAK GARAM DI PESISIR UTARA KABUPATEN PAMEKASAN

Analisis Korelasi Prediksi Perubahan Genangan Rob Terhadap Prediksi Perubahan Zona Nilai Tanah di Kecamatan Semarang Utara ABSTRACT PENDAHULUAN

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

DATA SENTRA INDUSTRI KECIL YANG AIR LIMBAHNYA BERPOTENSI MENCEMARI LINGKUNGAN KOTA : PEKALONGAN KECAMATAN: PEKALONGAN SELATAN

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUIH NOPEMBER SURABAYA

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP

KESESUAIAN LAHAN TAMBAK GARAM MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SAMPANG

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman Online di :


METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

Pemodelan Inundasi (Banjir Rob) di Pesisir Kota Semarang Dengan Menggunakan Model Hidrodinamika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Analisa Perubahan Garis Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

PEMODELAN MEAN SEA LEVEL (MSL) DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK DERET FOURIER

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20

ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA

PENDAHULUAN. Laut yang mengelilingi pulau-pulau di Indonesia membuat banyak terbentuknya

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK FISIK KENAIKAN MUKA AIR LAUT TERHADAP WILAYAH PESISIR KOTA MEDAN KECAMATAN MEDAN BELAWAN

BAB I. PENDAHULUAN. Kota Semarang berada pada koordinat LS s.d LS dan

III. BAHAN DAN METODE

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

Land Use Change Mapping in Coastal Areas Subdistrict South Bontang, Bontang, East Kalimantan Province And Its Impact on Socio-Economic Aspects

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK KESESUAIAN LAHAN PERMUKIMAN KOTA BEKASI. Dyah Wuri Khairina

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

PEMODELAN BAHAYA BENCANA BANJIR ROB DI KAWASAN PESISIR KOTA SURABAYA

Kata kunci: Alluvial, Amblesan, Genangan, PLAXIS, GIS ISBN

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

ANALISA DATA PASANG DAN SATELIT ALTRIMETRI SEBAGAI KAJIAN FLUKTUASI MUKA AIR LAUT DI PESISIR KOTA SURABAYA PERIODE

PERAMALAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PELABUHAN KUALA STABAS, KRUI, LAMPUNG BARAT

KAJIAN DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI BERDASARKAN CITRA SATELIT ALOS DI CILACAP, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,

BAB III METODE PENELITIAN

Abstrak. Abstract PENDAHULUAN

ANALISA SPASIAL DAERAH BANJIR GENANGAN (ROB) AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KOTA PADANG

Transkripsi:

PEMETAAN AREA GENANGAN BANJIR PASANG DI KAWASAN LAHAN BUDIDAYA AIR PAYAU KOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH Adhyaksa Saktika Drestanto *), Agus Indarjo, Muhammad Helmi Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698 Email : Journalmarineresearch@gmail.com Abstrak Kota Pekalongan memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI) terbesar di Jawa Tengah, namun terjadi penurunan terhadap produksi dan produktivitas yang signifikan. Alternatif yang dapat dilakukan untuk menekan penurunan produksi dan produktivitas maka dapat dilakukan budidaya ikan air payau di wilayah pesisir. Pembuatan lahan budidaya air payau banyak mengalami masalah, utamanya adalah banjir pasang air laut. Berdasarkan pada hal tersebut, maka perlu dilakukan pemetaan daerah terkena dampak area genangan banjir pasang dan mengkaji lahan budidaya air payau yang terkena dampak area genangan banjir pasang.penelitian ini dilakukan untuk memetakan lahan budidaya air payau yang terkena dampak area genangan banjir pasang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain metode rektifikasi, komposit warna, purposive sampling, admiralty, sistem informasi geografi dan regresi linear sederhana. Lima kelurahan yang memiliki lahan budidaya air payau yang terkena dampak area genangan banjir pasang. Kelurahan Bandengan 108,66 ha, Kandang Panjang 59,62 ha, Panjang Baru 27,43 ha, Krapyak Lor 115,55 ha dan Degayu 38,91 ha. Hanya lahan budidaya air payau pada Kelurahan Degayu saja yang tidak terkena dampak area genangan banjir pasang seluruhnya. Kata Kunci : Budidaya Air Payau, Banjir Pasang, Pesisir Kota Pekalongan Abstract Pekalongan city has the largest fish auction place in Central Java, but there is a decrease the production and productivity are significant.alternatives that can be done to reduce the decrease in production and productivity, it can be makingbrackishwater aquaculture in coastal areas. Many problem to makingbrackishwater aquaculture,primarily the flood tides. Based on this, it is necessary to mapping areas affected by tidal inundation area and reviewingbrackishwater aquacultures inundated areas affected by flooding. This research conducted to mapping area of brackishwater aquacultureinundated areas affected by flooding. The research method used in this research are rectification method, composite color, purposive sampling, admiralty, geographic information system and simple linear regression. Five villages that have brackishwater aquaculture inundated areas affected by flooding. Bandengan 108.66 ha, KandangPanjang 59.62 ha, PanjangBaru 27.43 ha,krapyaklor 115.55 ha and 38.91 ha Degayu. There was Onlybrackishwater aquaculture on Degayu villages affected not only the flood tide of stagnation area entirely Keywords: Brackishwater Aquaculture, Tidal Flood, Coastal City of Pekalongan. *) Penulis penanggung jawab 439

1. Pendahuluan Kota Pekalongan merupakan kota perikanan yang memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI) terbesar di Jawa Tengah, namun dalam waktu 5 tahun terakhir terjadi penurunan terhadap produksi dan produktivitas. Alternatif yang dapat dilakukan untuk menekan penurunan produksi dan produktivitas maka dapat dilakukan budidaya ikan air payau di wilayah pesisir. Pembuatan lahan budidaya air payau banyak mengalami masalah, utamanya adalah banjir pasang air laut. Hal tersebut dapat berdampak terhadap terganggunya aktifitas dan kerusakan lahan budidaya air payau. Menurut Marfai (2013), banyaknya fenomena banjir pasang air laut, yang terjadi di pesisir utara Pulau Jawa, akibat dari perubahan muka air laut karena pemanasan global. Pesisir Kota Pekalongan merupakan salah satu wilayah utara Pulau Jawa yang saat ini sedang menghadapi bencana banjir dan genangan air pasang. Menurut Sunarto (2003), banjir pasang air laut (rob) adalah pola fluktuasi muka air laut yang dipengaruhi oleh gaya tarik benda benda angkasa, terutama oleh bulan dan matahari terhadap massa air laut di Bumi. Banjir pasang terjadi akibat adanya dorongan air laut ke arah darat oleh tenaga pasang, melalui saluran air dan sungai yang kemudian menggenang di darat. Banjir pasang terjadi secara periodik mengikuti periode pasang surut di daerah tersebut, genangan air pasang akan terjadi ketika pasang naik dan akan kembali hilang ketika pasang surut. Penelitian ini dikaji berdasarkan pendekatan penginderaan jauh. Pengamatan daerah pesisir pantai yang luas dan perubahan yang cepat diperlukan teknologi penginderaan jauh yang dapat mempercepat proses 440 penyediaan informasi (Lillesand and Kiefer, 1979). Data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini juga diolah dengan metode yang ada dalam penginderaan jauh. Citra satelit QuickBird digunakan dalam penelitian ini karena memiliki resolusi spasial lebih tinggi, yaitu 2,4 m (multispektral) dan 60 cm (pankromatik), sehingga mempermudah dalam analisis area genangan banjir pasang terhadap lahan budidaya air payau. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memetakan area genangan banjir pasang di kawasan lahan budidaya air payau Kota Pekalongan berdasarkan analisis data penginderaan jauh satelit QuickBird, data Model Elevasi Digital (DEM), data pasang surut dan survei serta mengkaji luas lahan budidaya air payau yang terkena dampak area genangan banjir pasang 2. Materi dan Metode Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harian pasang surut Kota Pekalongan yang didapat dari hasil peramalan software NaoTide, data seri hasil pengukuran Differensial Global Positioning System (DGPS), data hasil survei topografi, citra satelit, peta rupabumi Kota Pekalongan publikasi Badan Informasi Geografi (BIG) tahun 2001dan data Digital Elevation Model. Peta Rupa Bumi Indonesia daerah Pekalongan digunakan sebagai acuan dalam koreksi geometri. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Metode yang digunakan dalam penentuan stasiun sampling adalah metode purposive sampling atau metode pertimbangan, dimana penentuan stasiun sampling ini berdasarkan peta ketinggian tanah yang telah di overlay dengan data pasang tinggi tertinggi. Penelitian ini menggunakan pengolahan data spasial. Bentuk

pengolahan data spasial pada penelitian ini adalah pengolahan data yang berupa peta, data penginderaan jauh satelit dan pemodelan spasial untuk mengetahui daerah budidaya air payau yang terkena banjir pasang. Data penginderaan jauh satelit dan peta-peta tematik dari data sekunder tersebut akan diolah menjadi parameter-parameter yang akan digunakan dalam pemodelan spasial. Pengolahan awal data Peta Rupabumi Indonesia (RBI) adalah scanning. Scanning dilakukan untuk membuat data RBI menjadi data raster. Setelah proses scanning data RBI di rektifikasi untuk memproyeksikan peta RBI yang ada ke bidang datar sehingga sesuai dengan sistem proyeksi peta yang digunakan.selanjutnya, pengolahan data penginderaan jauh satelit yang akan dilakukan berupa pengolahan awal citra yaitu koreksi geometri. Setelah dilakukan pengolahan awal maka akan dilanjutkan dengan penyusunan komposit warna untuk mendukung ekstraksi data spasial yang diperlukan. Pembuatan DEM topografi dilakukan dengan proses Gridding atau interpolasi data ketinggian. Data ketinggian diperoleh dari data titik tinggi (spot height). Data titik ini kemudian diinterpolasikan (gridding) sehingga menjadi data DEM berformat raster. Evaluasi area genangan banjir pasang dilakukan untuk verifikasi data lapangan dengan data hasil analisis data DEM dengan data pasang tinggi tertinggi. Uji ketelitian peta yang telah dibuat adalah dengan analisis regresi linier sederhana dan koreksi kesalahan relatif. Setelah didapatkan jarak dari garis pantai hingga batas terjauh banjir pasang pada tiap titik survei, kemudian nilainya dikorelasikan dengan jarak dari garis pantai hingga batas banjir pasang terjauh hasil analisis data DEM dan pasang tertinggi. koreksi kesalahan relatif dapat dihitung dengan cara: RE = Keterangan : RE : Kesalahan relatif (Relative Error) MRE : Rata-rata kesalahan relatif (Mean Relative Error) X insitu : Data SPL hasil pengukuran di lapangan X citra : Data SPL citra N : Jumlah data Tahap analisis ini dilakukan dengan melakukan teknik overlay terhadap data vektor hasil digitasi citra satelit QuickBird, interpolasi titik tinggi Peta Rupa Bumi Indonesia dan titik survei lapangan. Digitasi citra satelit QuickBird menghasilkan data vektor penggunaan lahan, jaringan jalan, jaringan sungai dan garis pantai di Kota Pekalongan. Interpolasi titik tinggi Peta Rupa Bumi menghasilkan data Model Medan Digital (DEM). Titik survei lapangan menghasilkan data pola genangan banjir pasang. 3. Hasil dan Pembahasan Kondisi Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Pekalongan Utara, kecamatan tersebut merupakan kecamatan pesisir di Kota Pekalongan. Luas Kecamatan Pekalongan Utara sebesar 1.541,87 ha dan terbagi dalam sepuluh kelurahan, empat kelurahan dibagian selatan dan enam kelurahan dibagian utara kecamatan tersebut. Empat kelurahan yang terdapat dibagian selatan Kecamatan Pekalongan utara, yaitu Pabean, Dukuh, Kraton Lor dan Krapyak Kidul. Enam kelurahan yang terdapat dibagian utara dan berbatasan langsung 441

dengan Laut Jawa, yaitu Bandengan, Kandang Panjang, Panjang Wetan, Panjang baru, Krapyak Kidul dan Degayu. Berdasarkan hasil pengolahan data citra satelit QuickBird 22 November 2008 dan 15 Juni 2011 didapatkan enam penggunaan lahan yang terdapat di daerah pesisir Kota Pekalongan yaitu, pemukiman, sawah, budidaya air payau, industri, tanah terbuka dan tubuh air. Tabel 1. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Pekalongan Utara Jenis Penggunaan Luas No Lahan (ha) 1 Industri 2,45 2 Pemukiman 632,06 3 Sawah 414,51 4 Budidaya Air Payau 417,32 5 Tanah Terbuka 31,06 6 Sungai/Tubuh Air 44,48 Tabel 2. Luas Lahan Budidaya Air Payau Tiap Kelurahan Kelurahan Luas Lahan Budidaya Air Payau (ha) Prosentase dari Total Luas Lahan (%) Krapyak Lor 116,55 27,88 Degayu 105,72 25,29 Panjang Baru 27,43 6,56 Kandang Panjang 59,62 14,26 Bandengan 108,66 26,00 Gambar 2.Peta Lahan Budidaya Air Payau Gambar 1.Peta Penggunaan Lahan Lahan Budidaya Air Payau Lahan budidaya air payau di Kota Pekalongan terletak di lima kelurahan di Kecamatan Pekalongan Utara. Kelurahan yang memiliki lahan budidaya air payau meliputi Bandengan, Kandang panjang, Panjang Baru, Krapyak Lor dan Degayu. Luas lahan budidaya air payau yang terletak pada lima kelurahan tersebut sebesar 417,32 ha. 442 Model Elevasi Digital (DEM) Enam kelurahan yang berada di ketinggian tanah < 0,5 m. Kelurahan yang terdapat pada ketinggian tersebut meliputi Bandengan, Kandang Panjang, Panjang Baru, Panjang Wetan, Krapyak Lor dan Degayu. Kelurahan yang memiliki ketinggian 0,5-1 m meliputi Pabean, Dukuh, Kraton Lor dan Krapyak Kidul. Ketinggian dengan kelas 1-1,5 dan > 2 m meliputi kelurahan yang terdapat di Kecamatan Pekalongan Timur dan Pekalongan Barat. Tabel 3. Kelas Ketinggian Tanah No Ketinggian 1. < 0,5 m 2. 0,5-1 m Sebaran (Kelurahan) Bandengan, Kandang Panjang, Panjang Baru, Panjang Wetan, Krapyak Lor dan Degayu Pabean, Dukuh, Kraton Lor dan Krapyak Kidul

3. 1-1,5 m 4. > 2 m Pasirsari, Tirto, Kramatsari, Kraton Kidul Sampangan, Sugihwaras, Klego, Poncol, Dekoro, Gamer Kergon, Bendan, Kauman Gambar 3.Peta Elevasi Permukaan Tanah Data Pasang Surut Hasil analisa pasang surut dengan metode admiralty menghasilkan nilai konstanta harmonik yaitu nilai amplitudo dan nilai kelambatan fase antara lain adalah S 0, M 2, S 2, N 2, K 2, K 1, O 1, P 1, M 4, MS 4. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode admiralty nilai muka air laut rata-rata (MSL) untuk bulan Juni 2013 adalah 66 cm. Kondisi pasang surut perairan Kota Pekalongan termasuk kedalam tipe pasang surut campuran condong harian ganda, sehingga dalam satu hari terjadi dua kali pasang tinggi dan dua kali pasang rendah tetapi periodenya berbeda. Hal ini dapat dilihat dari nilai fomzhal untuk Juni 2013 yang nilainya diantara 0-0,25 maka termasuk kedalam tipe campuran condong harian ganda. Gambar 3.Grafik Pasang Surut Bulan Juni 2013 Evaluasi Area Genangan Banjir Pasang Berdasarkan Data DEM, Pasang Tinggi Tertinggi dan Survei Lapangan Berdasarkan hasil pengamatan pada 15 stasiun pengamatan diperoleh data banjir pasang terjauh lapangan. Data banjir pasang terjauh lapangan selanjutnya digunakan untuk evaluasi dengan data banjir pasang terjauh hasil analisis data DEM dan pasang tinggi tertinggi. Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 4, nilai MRE (Mean Relative Error) persentase kesalahan dari data hasil analisis dan data lapangan adalah sebesar 3,91%. Menurut pernyataan Diposaptono dan Budiman (2006), jika kesalahan dibawah 10% maka tidak memiliki perbedaan yang signifikan maka data analisis dapat mewakili keadaan di lapangan. 443

Tabel 4. Hasil Evaluasi Bias dan Error Area Genangan Banjir Pasang Lapangan dan Hasil Analisis Stasiun Bias (m) Nilai Error (%) 1 109,82 5,50 2 84,31 4,21 3 18,43 1,02 4-41,22 2,39 5 38,83 2,22 6 93,82 4,90 7 105,66 6,21 8 108,74 5,92 9-4,03 0,19 10 30,93 1,35 11 57,35 2,49 12 82,66 3,68 13 101,67 5,34 14 76,89 5,29 15 167,13 15,17 Grafik pada Gambar 4 terdapat nilai positif dan negatif. Nilai negatif yang terdapat pada grafik tersebut menunjukan bahwa titik stasiun pada hasil analisis mendekati garis pantai sedangkan nilai positif menjauhi garis pantai. Mendekati garis pantai menunjukan bahwa batas banjir pasang lapangan tidak sejauh pada hasil analisis sedangkan menjauhi garis pantai menunjukan batas banjir pasang lapangan lebih jauh dari hasil analisis. Pada grafik tersebut menunjukan bahwa stasiun 4 dan 9 memiliki hasil negatif. Stasiun 15 memiliki bias paling besar diantara 15 stasiun yang ada, yaitu 167,13. Stasiun 9 memiliki hasil bias paling kecil, yaitu 4,03 m. Analisis Spasial Area Genangan Banjir Pasang Terhadap Lahan Budidaya Air Payau Lima kelurahan yang terkena adalah Kelurahan Bandengan, Kelurahan Kandang Panjang, Kelurahan Panjang Baru, Kelurahan Krapyak Lor dan Kelurahan Degayu. Pada penelitian ini Kelurahan Bandengan memiliki luas lahan budidaya air payau sebesar 108,66 Ha, Kelurahan Kandang Panjang memiliki luas lahan budidaya air payau sebesar 59,62 ha, Kelurahan Panjang Baru memiliki luas lahan budidaya sebesar 27,43 ha, Kelurahan Krapyak Lor memiliki luas lahan budidaya sebesar 116,55 ha dan Kelurahan Degayu memiliki luas lahan budidaya sebesar 105,72 ha. Hampir seluruh lahan budidaya air payau pada tiap kelurahan terkena dampak area genangan banjir pasang kecuali Kelurahan Degayu. Kelurahan Degayu memiliki 105,72 ha hanya 38,91 ha yang terkena dampak area genangan banjir pasang. Gambar 4.Grafik Bias Hasil Evaluasi 444

Gambar 5. Peta Lokasi Titik Survei Lapangan dan Titik Hasil Analisis Gambar 6. Peta Dampak Genangan Banjir Pasang Terhadap Lahan Budidaya Air Payau Tabel 5. Luas Area Genangan Banjir Pasang Pada Lahan Budidaya Air Payau Desa Luas Lahan Budidaya Air Payau (Ha) Area Genangan Banjir Pasang (Ha) Krapyak Lor 116,55 116,55 Degayu 105,72 38,91 Panjang Baru 27,43 27,43 Kandang Panjang 59,62 59,62 Bandengan 108,66 108,66 445

Lima kelurahan yang terkena adalah Kelurahan Bandengan, Kelurahan Kandang Panjang, Kelurahan Panjang Baru, Kelurahan Krapyak Lor dan Kelurahan Degayu. Pada penelitian ini Kelurahan Bandengan memiliki luas lahan budidaya air payau sebesar 108,66 Ha, Kelurahan Kandang Panjang memiliki luas lahan budidaya air payau sebesar 59,62 ha, Kelurahan Panjang Baru memiliki luas lahan budidaya sebesar 27,43 ha, Kelurahan Krapyak Lor memiliki luas lahan budidaya sebesar 116,55 ha dan Kelurahan Degayu memiliki luas lahan budidaya sebesar 105,72 ha. Hanya 38,91 ha yang terkena dampak area genangan banjir pasang pada Kelurahan Degayu. 4. Kesimpulan Luas area genangan banjir pasang hasil pemetaan adalah sebesar 995,48 Ha meliputi 65,06 % Luas Kecamatan Pekalongan Utara. Lahan budidaya air payau yang terkena dampak genangan banjir pasang seluas 386,09 ha atau sebanding dengan 38,78% dari total genangan banjir pasang yang terjadi di Kota Pekalongan. Lahan budidaya air payau yang terkena area genangan banjir pasang tersebut meliputi Kelurahan Bandengan sebesar 110,78 ha, Kandang Panjang 66,25 ha, Panjang Baru 30,44 ha, Krapyak Lor 130,14 ha dan Degayu 42,38 ha. 5. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian artikel ini Daftar Pustaka Diposaptono, S., Budiman dan F. Agung. 2009. Menyiasati Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil. Buku Ilmiah Populer, Bogor Lillesand, T.M. dan R.W. Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. John Willey and Sons, Canada Marfai, M.A., D. Mardiatno, A. Cahyadi, F. Nucifera dan H. Prihatno. 2013. Pemodelan Spasial Bahaya Banjir Rob Berdasarkan Skenario Perubahan Iklim dan Dampaknya di Pesisir Pekalongan. Jurnal Bumi Lestari, PPLH Universitas Udayana, Bali, 13(2): 244 256. Sunarto. 2003. Geomorfologi Pantai.: Dinamika Pantai. Fakultas Geografi UGM. Yogyakarta 446