BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suksesi negara adalah suatu keadaan di mana terjadi perubahan atau penggantian kedaulatan dalam suatu negara sehingga terjadi semacam pergantian negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks. Secara harfiah, istilah Suksesi negara (State Succession atau Succession of State) berarti penggantian atau pergantian negara. Namun istilah penggantian atau pergantian negara itu tidak mencerminkan keseluruhan maksud maupun kompleksitas persoalan yang terkandung di dalam subjek bahasan state succession itu. Memang sulit untuk membuat suatu definisi yang mampu menggambarkan keseluruhan persoalan suksesi negara. 1 Pemisahan menjadikan negara yang lama atau negara yang digantikan disebut dengan istilah Predecessor State, sedangkan negara yang menggantikan disebut Successor State. 2 Contohnya: sebuah wilayah yang tadinya merupakan wilayah jajahan dari suatu negara kemudian memerdekakan diri. Predecessor state-nya adalah negara yang menguasai atau menjajah wilayah tersebut, sedangkan successor state-nya adalah negara yang baru merdeka itu. Contoh lain, suatu negara terpecah-pecah menjadi beberapa negara baru, sedangkan negara yang lama lenyap. Predecessor 1 Materi Pelajaran FH, Konsepsi Suksesi negara Dalam Hukum Internasional, http://materipelajaranfh.blogspot.com/2012/07/konsepsi-pemisahan-negara-dalam-hukum.html, Diakses tanggal 22 Pebruari 2014 2 Ibid. 1
state-nya adalah negara yang hilang atau lenyap itu, sedangkan successor statenya adalah negara-negara baru hasil pecahan itu. Indonesia sendiri juga menghadapi masalah ini. Pertama adalah lepasnya Timor Timur dari Indonesia dan kemudian menyatakan kemerdekaannya (dengan bantuan masyarakat internasional yang tergabung dalam PBB). Kedua, adalah masalah suksesi negara yang terkait dengan perjanjian internasional ketika Mahkamah Internasional memeriksa sengketa pulau Sipadan- Ligitan antara Indonesia melawan Malaysia (1997-2002). 3 Masalah utama dalam pembahasan mengenai suksesi negara adalah: apakah dengan terjadinya suksesi negara itu keseluruhan hak dan kewajiban negara yang lama atau negara yang digantikan (predecessor state) otomatis beralih kepada negara yang baru atau negara yang menggantikan (sucessor state). Sebagaimana yang dikatakan oleh Starke, Dalam hal istilah suksesi negara (state succession) terutama bersangkut paut dengan peralihan hak-hak dan kewajiban-kewajiban negara-negara yang telah berubah atau kehilangan identitasnya kepada negara-negara atau kesatuan-kesatuan lain, perubahan atau kehilangan identitas demikian terjadi terutama apabila berlangsung perubahan baik secara keseluruhan atau sebagian kedaulatan atas bagian-bagain wilayahnya. 4 Hukum internasional positif yang mengatur bidang ini masih belum ada. Belum ada aturan baku yang menjadi acuan atau mengikat bagi negara-negara. Praktek telah pula menunjukkan bahwa tidak ada aturan yang dapat diterima umum sebagai hukum internasional. Hal ini agak mengherankan, mengingat 3 No Gain Without Pain, Perspektif Hukum International Mengenai Suksesi negara Dalam Menginterpretasi Kasus Timor-Timur, http://el-ridho-el.blogspot.com/2009/03/perspektifhukum-international-mengenai.html, Diakses tanggal 22 Pebruari 2014. 4 J. G. Starke, 2008, Pengantar Hukum Internasional 2, (Alih bahasa: Bambang Iriana Djajaatmadja), Jakarta: Sinar Grafika, hal. 431.
hukum internasional telah lama berupaya mengatur bidang ini. Hukum yang ada dari sejak awal perkembangan di bidang hukum ini adalah berbagai perjanjian bilateral antara negara baru dan lama. Contoh klasik mengenai perjanjian bilateral ini adalah Perjanjian tahun 1919 yakni the Treaty of Paris yang mengatur utangutang publik (negara lama) yang beralih kepada negara baru, yaitu Hungaria. Upaya pembentukan hukum atau perjanjian internasional mengenai hal ini bukannya tidak ada. Kekosongan hukum mengenai bidang hukum ini telah mendorong Komisi Hukum Internasional PBB (International Law Commission atau ILC) untuk mengkodifikasi hukum internasional di bidang hukum ini. Tahun 1978, ILC mengesahkan Konvensi Wina mengenai suksesi negara dalam kaitannya dengan perjanjian. Lalu pada tahun 1983, ILC juga mengesahkan Konvensi Wina mengenai Suksesi negara dalam kaitannya dengan Harta Benda, Arsip-arsip dan Utang-utang Negara. Khususnya untuk Konvensi Wina 1983, Konvensi ini mensyaratkan ratifikasi agar Konvensi dapat berlaku efektif. Hingga ini baru diketahui hanya 5 negara saja yang meratifikasi Hal ini begitu sulit untuk mendapat pengaturan hukum internasional karena Masalahnya adalah, di dalam suksesi negara terkait di dalamnya berbagai faktor hukum dan factor-faktor non-hukum lainnya yang melekat. Faktor-faktor ini tampak cukup banyak mengingat kasus-kasus yang menyangkut lahirnya suksesi negara ini satu sama lainnya tidak sama. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mengambil judul penelitian tentang Tinjauan Hukum Internasional Tentang Akibat Hukum Suksesi Negara Timor Leste Terhadap Negara Indonesia.
B. Permasalahan Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi permasalahan tersebut adalah : a. Bagaimana akibat hukum suksesi negara Timor Leste terhadap Indonesia? b. Bagaimana keberadaan aset-aset Indonesia di wilayah Timor Leste setelah pemisahan? c. Bagaimana penyelesaian terhadap aset-aset Indonesia di wilayah Timor Leste setelah pemisahan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui akibat hukum suksesi negara Timor Leste terhadap Indonesia. 2. Untuk mengetahui keberadaan aset-aset Indonesia di wilayah Timor Leste setelah pemisahan. 3. Untuk mengetahui penyelesaian terhadap aset-aset Indonesia di wilayah Timor Leste setelah pemisahan. Manfaat penelitian di dalam pembahasan skripsi ini ditujukan kepada berbagai pihak terutama : a. Secara teoritis untuk menambah literatur tentang Hukum Internasional khususnya terhadap akibat suksesi negara.
b. Secara praktis sebagai sumbangan pemikiran dan masukan mengenai permasalahan suksesi negara. D. Keaslian Penulisan Adapun penulisan skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum Internasional Tentang Akibat Hukum Suksesi Negara Timor Leste Terhadap Negara Indonesia ini merupakan luapan dari hasil pemikiran penulis sendiri. Penlisan skripsi yang bertemakan mengenai hukum internasional memang sudah cukup banyak diangkat dan dibahas, namun skripsi dengan masalah suksesi negara Timor Leste ini belum pernah ditulis sebagai skripsi. Dan penulisan skripsi ini tidak sama dengan penulisan skripsi lainnya. Sehingga penulisan skripsi ini masih asli serta dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akademik. E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Negara Negara adalah persekutuan hukum yang letaknya dalam suatu daerah tertentu dan mempunyai kekuasaan tertinggi guna menyelenggarakan kepentingan umum dan kemakmuran bersama. 5 Negara adalah sebuah organisasi atau badan tertinggi yang memiliki kewenangan untuk mengatur perihal yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas serta memiliki kewajiban untuk mensejahterakan, melindungi dan mencerdaskan kehidupan bangsa. 5 JCT Simorangkir, dkk, 2009, Kamus Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 104.
Unsur-unsur Negara meliputi 1. Penduduk Penduduk merupakan warga negara yang memiliki tempat tinggal dan juga memiliki kesepakatan diri untuk bersatu. Warga negara adalah pribumi atau penduduk asli Indonesia dan penduduk negara lain yang sedang berada di Indonesia untuk tujuan tertentu. 2. Wilayah Wilayah adalah daerah tertentu yang dikuasai atau menjadi teritorial dari sebuah kedaulatan. Wilayah adalah salah satu unsur pembentuk negara yang paling utama. Wilaya terdiri dari darat, udara dan juga laut*. 3. Pemerintah Pemerintah merupakan unsur yang memegang kekuasaan untuk menjalankan roda pemerintahan. 2. Pengertian Suksesi Secara harfiah, istilah Suksesi Negara (State Succession atau Succession of State) berarti penggantian atau pergantian negara. Namun istilah penggantian atau pergantian negara itu tidak mencerminkan keseluruhan maksud maupun kompleksitas persoalan yang terkandung di dalam subjek bahasan state succession itu. Suksesi negara didefinisikan sebagai Pengalihan hak-hak dan kewajibankewajiban negara-negara yang telah berubah atau kehilangan identitasnya kepada negara-negara atau kesatuan-kesatuan lain. Suksesi negara terjadi karena adanya latar belakang yaitu adanya perubahan baik secara keseluruhan atau sebagian
kedaulatan atas bagian-bagian wilayahnya negara yang bersangkutan. Jadi, Suksesi negara ini berawal dari adanya kondisi perubahan pada negara yang bersangkutan. 6 Memang sulit untuk membuat suatu definisi yang mampu menggambarkan keseluruhan persoalan suksesi negara. Tetapi untuk memberikan gambaran sederhana, suksesi negara adalah suatu keadaan di mana terjadi perubahan atau penggantian kedaulatan dalam suatu negara sehingga terjadi semacam pergantian negara yang membawa akibat-akibat hukum yang sangat kompleks. Negara yang lama atau negara yang digantikan disebut dengan istilah Predecessor State, sedangkan negara yang menggantikan disebut Successor State. Contohnya : sebuah wilayah yang tadinya merupakan wilayah jajahan dari suatu negara kemudian memerdekakan diri. Predecessor state-nya adalah negara yang menguasai atau menjajah wilayah tersebut, sedangkan successor state-nya adalah negara yang baru merdeka itu. Contoh lain, suatu negara terpecah-pecah menjadi beberapa negara baru, sedangkan negara yang lama lenyap. Predecessor state-nya adalah negara yang hilang atau lenyap itu, sedangkan successor state-nya adalah negara-negara baru hasil pecahan itu. 3. Pengertian Hukum Internasional Hukum Internasional adalah hukum yang berlaku antara negara-negara yang satu dengan yang lain, hukum mana menimbulkan hak-hak dan kewajiban- 6 The Angga Fantasy, Suksesi negara, http://anggafantasy.blogspot.com/2011/10/ pemisahan-negara.html, Diakses tanggal 22 Pebruari 2014.
kewajiban terhadap negara-negara yang bersangkutan itu. 7 J.G Starke menyatakan bahwa hukum internasional dapat didefenisikan sebagai keseluruhan hukum-hukum yang untuk sebahagian besar terdiri dari prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah perilaku yang terhadapnya negara-negara merasa dirinya terikat untuk menaati, dan karenanya benar-benar ditaati secara umum dalam hubungan-hubungan mereka secara umum dalam hubunganhubungan mereka satu sama lain. 8 Definisi ini melampaui batasan tradisional hukum internasional sebagai suatu sistem yang semata-mata terdiri dari kaidah-kaidah yang mengatur hubungan-hubungan sistem negara-negara saja. Definisi tradisional mengenai pokok permasalahan ini, yaitu dengan pembatasan pada perilaku negara-negara inter se, dapat dijumpai dalam sebagian besar karya standar hukum internasional yang lebih tua usianya, tetapi mengingat perkembangan-perkembangan yang terjadi selama empat dekade yang lampau, definisi tersebut tidak dapat berjalan sebagai suatu deskripsi komprehensif mengenai semua kaidah yang saat ini diakui merupakan bagian dari hukum internasional. 9 Selanjutnya peraturan-peraturan hukum internasional tertentu diperluas kepada orang-perorangan dan satuan-satuan bukan negara sepanjang hak dan kewajiban mereka berkaitan dengan masyarakat internasional dari negara-negara. Hukum internasional antara lain menetapkan aturan-aturan tentang hak-hak wilayah dari negara (berkaitan dengan darat, laut, dan ruang angkasa), 7 JCT Simorangkir, dkk, Op.Cit., hal. 67. 8 J. G. Starke, 2008, Pengantar Hukum Internasional 1, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 3 9 Ibid., hal. 3-4.
perlindungan lingkungan internasional, perdagangan dann hubungan komersial internasional, penggunaan kekerasan oleh negara, dan hukum hak asasi manusia serta hukum humaniter. Meskipun mengakui bahwa hukum internasional saat ini tidak hanya mengatur hubungan antar negara, tetapi John O Brien mengemukakan bahwa hukum internasional adalah sistem hukum yang terutama berkaitan dengan hubungan antar negara. Apa yang dikemukakan oleh Brien ini dapat dipahami mengingat sampai saat ini negara adalah subjek yang paling utama. Adapun subjek-subjek yang lain dapat dikatakan sebagai subjek derivatif atau turunan dari negara. Negalah yang menghendaki pengakuan mereka sebagai subyek hukum internasional. 10 Selain istilah hukum internasional, orang juga mempergunakan istilah hukum bangsa-bangsa, hukum antar bangsa atau hukum antar negara untuk lpangan hukum internasional. Aneka ragam istilah ini tidak saja terdapat dalam bahasa Indonesia, tetapi terdapat pula dalam bahasa berbagai bangsa yang telah lama mempelajari hukum internasional sebagai suatu cabang ilmu hukum tersendiri. 11 Perbedaaan pendapat para sarjana ini disebabkan oleh cara pandang yang berbeda dalam melihat kedudukan hukum internasional. Hukum internasional selalu diasosiasikan dengan pemerintahan dalam arti nasional, sehingga ketiadaan alat-alat atau sistem yang sama seperti negara akan menyebabkan hukum 10 Sefriani, 2011, Hukum Internasional Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Persada, hal. 3. 11 Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, 2003, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Alumni, hal. 4.
internasional selalu dipandang tidak mempunyai dasar serta selalu diperdebatkan. Hukum internasional terdiri dari: 1. Hukum perdata internasional, yakni hukum yang mengatur hubungan hukum antara warganegara-warganegara sesuatu negara dengan warganegarawarganegara dari negara lain dalam hubungan internasional (hubungan antar bangsa) 2. Hukum publik Internasional (hukum antar negara), ialah hukum yang mengatur hubungan antara negara yang satu dengan negara-negara yang lain dalam hubungan internasional. 12 Hukum internasional mengikat secara hukum. Kekuatan mengikat hukum internasional ditegaskan dalam dalam Piagam Pembentukan Organisasi Perserikatan Bangsa-bangsa, yang dirumuskan di San Fransisco tahun 1945. Piagam ini baik secara tegas maupun implisit didasarkan atas legalitas yang sebenarnya dari hukum internasional. Hal ini juga secara tegas dinyatakan dalam ketentuan-ketentuan Statuta Mahkamah Internasional yang dilampirkan pada piagam, dimana fungsi Mahkamah dalam Pasal 38 dinyatakan untuk memutuskan sesuai dengan hukum internasional sengketa-sengketa demikian yang diajukan kepadanya. Salah satu manifestasi multipartit yang paling akhir yang mendukung legalitas hukum internasional adalah Deklarasi Helsinki pada 1 Agustus 1975. 12 CST Kansil, 1986, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hal. 460.
F. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Sifat/materi penelitian Sifat penelitian ini adalah normatif, yaitu merupakan suatu bentuk penulisan hukum yang mendasarkan pada karekteristik ilmu hukum yang normatif. 13 2. Sumber data Adapun sumber data penelitian ini didapatkan melalui: a. Bahan hukum primer, dalam penelitian ini dipakai konvensi internasional yang mengatur masalah suksesi negara. b. Bahan hukum sekunder, berupa bacaan yang relevan dengan materi yang diteliti. c. Bahan hukum tertier, yaitu dengan menggunakan kamus hukum maupun kamus umum dan website internet baik itu melalui Google maupun Yahoo. 3. Alat pengumpul data Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui studi dokumen dan penelusuran kepustakaan. 4. Analisis data Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran kepustakaan, studi dokumen, maka hasil penelitian ini menggunakan analisa kualitatif. Analisis 13 Asri Wijayanti, 2011, Strategi Penulisan Hukum, Bandung: Lubuk Agung, hal. 43.
kualitatif ini pada dasarnya merupakan pemaparan tentang teori-teori yang dikemukakan, sehingga dari teori-teori tersebut dapat ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan dalam pembahasan skripsi ini. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang masing-masing bab terdiri dari beberapa bab yang akan diuraikan di bawah ini. Bab pertama yang merupakan Bab Pendahuluan. Bab ini pada dasarnya membahas tentang: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan. Bab Kedua, yang berjudul Tinjauan Hukum Internasional Tentang suksesi Negara. Bab kedua ini membahas tentang: Negara dan Suksesi Negara, Jenis- Jenis Suksesi Negara, Akibat Suksesi Negara serta Sekilas Sejarah Timor Leste. Bab Ketiga yang berjudul: Akibat Hukum Suksesi Negara Timor Leste Terhadap Negara Indonesia. Bab ini membahas tentang: Yurisdiksi Kedaulatan Negara Suatu WIlayah, Aset Indonesia di Timor Leste, Keberadaan Aset-Aset Indonesia di Wilayah Timor Leste Setelah Pemisahan serta Akibat Hukum Pemisahan Negara Timor Leste Terhadap Indonesia. Bab Keempat Berjudul: Penyelesaian Terhadap Aset-Aset Indonesia di Wilayah Timor Leste Setelah Pemisahan. Bab ini membahas tentang: Permasalahan Akibat Suksesi Negara Timor Leste serta Penyelesaian Terhadap Aset-Aset Indonesia di Wilayah Timor Leste Setelah Pemisahan.
Bab Kelima berjudul Kesimpulan dan Saran. Bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran