PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP PEKERJAAN GALIAN BASEMENT SWISS-BELHOTEL PONTIANAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH AKTIVITAS PEMANCANGAN TIANG PONDASI TERHADAP BANGUNAN DI SEKITARNYA

2.2 Data Tanah D. YULIANTO 1. PENDAHULUAN

PENGARUH METODE KONSTRUKSI PONDASI SUMURAN TERHADAP KAPASITAS DUKUNG VERTIKAL (148G)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

STUDI EFEKTIFITAS TIANG PANCANG KELOMPOK MIRING PADA PERKUATAN TANAH LUNAK

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )

PERBAIKAN TANAH DASAR AKIBAT TIMBUNAN PADA JALAN AKSES JEMBATAN TAYAN

KORELASI NILAI N-SPT TERHADAP SIFAT SIFAT FISIK DAN MEKANIS TANAH

Stabilitas Lereng Menggunakan Cerucuk Kayu

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL

ANALISA DEFORMASI PONDASI TIANG BOR DENGAN MODEL ELEMEN HINGGA PADA TANAH STIFF CLAY

Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Kestabilan Struktur Embankment Di Daerah Reklamasi (Studi Kasus : Malalayang)

KAJIAN KEMAMPUAN DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG PADA ABUTMENT JEMBATAN BERDASAR BEDAH BUKU BOWLES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI...

1. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar 90245

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

STUDI DAYA DUKUNG PONDASI TIANG TONGKAT BETON DENGAN TAPAK GRID

ANALISIS POTENSI LONGSOR PADA LERENG GALIAN PENAMBANGAN TIMAH (Studi Kasus Area Penambangan Timah Di Jelitik, Kabupaten Bangka)

Mekanika Tanah 2 Konsep Tegangan Efektif

Kajian Daya Dukung Pondasi Abutment Jembatan Bawas Kabupaten Kubu Raya Andy Mahendra*,

STUDI PERILAKU TIANG PANCANG KELOMPOK MENGGUNAKAN PLAXIS 2D PADA TANAH LUNAK ( VERY SOFT SOIL SOFT SOIL )

JUDUL HALAMAN PENGESAHAN BERITA ACARA MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

MODUL PERKULIAHAN REKAYASA FONDASI 1. Penurunan Tanah pada Fondasi Dangkal. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

5- PEKERJAAN DEWATERING

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Lokasi proyek Pembangunan Apartemen Taman Surabaya

Analisis Daya Dukung dan Penurunan Fondasi Rakit dan Tiang Rakit pada Timbunan di Atas Tanah Lunak

DESAIN DINDING DIAFRAGMA PADA BASEMENT APARTEMEN THE EAST TOWER ESSENCE ON DARMAWANGSA JAKARTA OLEH : NURFRIDA NASHIRA R.

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN AIR PORI PADA TANAH LUNAK DI BAWAH PILED - GEOGRID SUPPORTED EMBANKMENT. Oleh: Adhe Noor Patria.

PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR PADA PROYEK CIKINI GOLD CENTER

BAB IV KRITERIA DESAIN

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III PROSEDUR ANALISIS

BAB III LANDASAN TEORI

PERMODELAN TIMBUNAN PADA TANAH LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PLAXIS. Rosmiyati A. Bella *) ABSTRACT

I. PENDAHULUAN ANAH adalah pondasi pendukung suatu bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri[1]. Untuk

KONTRIBUSI DAYA DUKUNG FRIKSI DAN DAYA DUKUNG LACI PADA PONDASI TIANG TONGKAT

Analisis Stabilitas dan Penurunan pada Timbunan Mortar Busa Ringan Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam mendesain bangunan geoteknik salah satunya konstruksi Basement, diperlukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

STUDI GERAKAN TANAH AKIBAT PEMANCANGAN TIANG FONDASI (SQUARE PILE) STUDI KASUS PADA PEMBANGUNAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA SUPADIO PONTIANAK

ANALISIS TIMBUNAN PELEBARAN JALAN SIMPANG SERAPAT KM-17 LINGKAR UTARA ABSTRAK

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

PENGGUNAAN BAMBU PETUNG SEBAGAI ALTERNATIF MATERIAL KONSTRUKSI DINDING PENAHAN GALIAN PADA KONDISI TANAH NON KOHESIF

ANALISIS STABILITAS TANAH TIMBUNAN DENGAN PERKUATAN SABUT KELAPA

ABSTRAK. Kata kunci : pondasi, daya dukung, Florida Pier.

ANALISIS PENGARUH KETINGGIAN TIMBUNAN TERHADAP KESTABILAN LERENG

ANALISIS TINGGI MUKA AIR PADA PERKUATAN TANAH DAS NIMANGA

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

KAJIAN KAPASITAS DUKUNG FONDSI TIANG PANCANG PADA TANGKI TIMBUN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA DAN MEYERHOF

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI

BAB III DATA PERENCANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

STUDI STABILITAS SISTEM PONDASI BORED PILE PADA JEMBATAN KERETA API CIREBON KROYA

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

PERANCANGAN FONDASI PADA TANAH TIMBUNAN SAMPAH (Studi Kasus di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan, Yogyakarta)

I. Tegangan Efektif. Pertemuan I

BAB III METODOLOGI PRA RENCANA STRUKTUR BAWAH

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print D-44

ANALISIS DEFORMASI VERTIKAL DAN HORISONTAL TANAH LUNAK DI BAWAH PILED-GEOGRID SUPPORTED EMBANKMENT

PEMETAAN KONSISTENSI TANAH BERDASARKAN NILAI SONDIR DI KOTA PONTIANAK

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

ANALISIS DAYA DUKUNG DAN PENURUNAN PONDASI MELAYANG (FLOATING FOUNDATION) PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE PLAXIS VERSI 8.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Underpass Simpang Dewa Ruci Kuta Bali

Analisis Konsolidasi dengan Menggunakan Metode Preloading dan Vertical Drain pada Areal Reklamasi Proyek Pengembangan Pelabuhan Belawan Tahap II

Oleh : Muhammad Hadi Fadhillah NRP : Dosen Pembimbing : Indrasurya B. Mochtar, Prof., Ir., MSc., PhD

ANALISA KONSOLIDASI DAN KESTABILAN LERENG BENDUNG KOSINGGOLAN

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun oleh : TITIK ERNAWATI

Kata Kunci : Underpass, Dinding Penahan Tanah, Dinding Diafragma, Secant Pile, Sheet Pile

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: D-122

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada

STUDI PERBANDINGAN PERANCANGAN DINDING TURAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE MANUAL DAN PROGRAM OASYS GEO 18.1

BAB III LANDASAN TEORI. Boussinesq. Caranya dengan membuat garis penyebaran beban 2V : 1H (2 vertikal

BAB III METODE PENELITIAN. Proyek Jalan bebas Hambatan Medan Kualanamu merupakan proyek

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS PENURUNAN TANAH DASAR PROYEK SEMARANG PUMPING STATION AND RETARDING POND BERDASAR EMPIRIS DAN NUMERIS

BAB II TI JAUA PUSTAKA

ANALISIS STABILITAS DINDING PENAHAN TANAH (STUDI KASUS: SEKITAR AREAL PT. TRAKINDO, DESA MAUMBI, KABUPATEN MINAHASA UTARA)

DAFTAR ISI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN 1 1.

POLA PENURUNAN STRUKTUR PELAT LANTAI GUDANG RETAIL PADA TANAH LUNAK DI KAWASAN INDUSTRI WIJAYAKUSUMA SEMARANG (150G)

Studi Perilaku Tiang Pancang Kelompok Menggunakan Plaxis 2D Pada Tanah Lunak (Very Soft Soil Soft Soil) ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI Persiapan Metode Pengumpulan Data Data Primer

Pengaruh Perkuatan Sheetpile terhadap Deformasi Area Sekitar Timbunan pada Tanah Lunak Menggunakan Metode Partial Floating Sheetpile (PFS)

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

STUDI PEMAMPATAN KONSOLIDASI SEKUNDER TANAH GAMBUT DI KOTA PONTIANAK

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Transkripsi:

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP PEKERJAAN GALIAN BASEMENT SWISS-BELHOTEL PONTIANAK Sukaryanto 1), Eka Priadi 2), Aswandi 2) Abstrak Air adalah salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari segala ilmu pengetahuan. Jauh di dalam tanah juga terdapat air, di Bumi hampir sekitar 70 % luasan permukaannya dipenuhi oleh perairan. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan bumi. Tinggi muka air tanah setiap wilayah tentu berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi di mana daerah tersebut berada. Khusus daerah pesisir pantai dengan tanah lunaknya seperti Pontianak, Kalimantan Barat ketinggian air sangat berpengaruh terhadap pekerjaan konstruksi yang berkaitan dengan galian tanah. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan galian yaitu : kestabilan tanah galian dipengaruhi oleh sifat-sifat material dari tanah tersebut, tinggi permukaan air tanah, kedalaman galian, jenis struktur penahan tanah yang digunakan, prosedur dan metode penggalian, metode pengeringan (dewatering) yang dipilih. Analisa perhitungan selain dengan perhitungan manual, juga dilakukan dengan program Plaxis dengan membuat berbagai macam jenis permodelan kasus tahapan pekerjaan dan jenis material yang digunakan guna membandingkan hasil analisisnya. Hasil perhitungan menyimpulkan pada pekerjaan galian tanah dengan adanya air tanah menyebabkan deformasi horizontal tanah yang cukup besar, disamping itu penanganan nilai deformasi bisa minimalisir dengan menggunakan turap yang diberi penyangga (struts) dan galian bertahap yang didewateringkan secara berkelanjutan. Kata-kata kunci: galian tanah, muka air tanah, turap, dewatering 1. PENDAHULUAN Masalah pekerjaan galian harus mendapat perhatian khusus terutama bila dilakukan pada daerah padat penduduk sehingga resiko galian menjadi sangat besar. Resiko galian menjadi lebih kritis bila kondisi tanah merupakan tanah lunak dalam kondisi muka air tanah yang tinggi. Galian untuk basement dapat dilakukan dengan beberapa metode tergantung kondisi tanah, geometri galian dan terutama kondisi lapangan dalam arti luas area yang tersedia dan bangunan-bangunan yang ada disekitarnya. Daerah Kalimantan Barat khususnya Pontianak dengan kondisi daerah rawa (lahan basah) dengan muka air tanah yang tinggi tentu menjadi pertimbangan tersendiri dalam melaksanakan kegiatan konstruksi sehingga memerlukan analisa yang tepat mengenai pengaruh muka air tersebut terhadap pekerjaan-pekerjaan konstruksi seperti pekerjaan galian. Tanah di Pontianak ketebalan tanah lunak relatif cukup dalam dengan ketebalan mencapai lebih kurang 30 meter, serta muka air yang relatif tinggi menyebabkan pekerjaan pondasi dan struktur penahan 1) Alumni Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura 2) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura 1

tanah menjadi sulit dan mahal. Pekerjaan basement memerlukan galian tanah dengan kedalaman lebih dari 1 meter dan diperlukan struktur penahan tanah. Galian tanah ini dapat menjadi tidak stabil dan akan terjadi kelongsoran dan berpengaruh terhadap bangunan eksisting disekitarnya Maksud dan tujuan dari penulisan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh apa saja yang mempengaruhi pekerjaan galian basement, mendesain struktur penahan tanah dan menganalisis bentuk jaringan aliran air tanah, serta untuk mengetahui cara penanganan muka air tanah terhadap pekerjaan galian di lokasi tanah proyek hotel Swiss-Belhotel Pontianak 2. TINJAUAN PUSTAKA Pekerjaan penggalian tanah hal-hal yang harus diperhitungkan meliputi data-data tanah ; berat isi tanah diatas muka air tanah (γ ), berat isi tanah di bawah muka air tanah (γ sat ), sudut geser tanah (ɸ), nilai kohesi tanah (c) dan kadar air tanah (w), nilai permeabilitas rembesan tanah dan besaran tegangan efektifnya dll. Tabel 1 Nilai koefisien permeabilitas dan rembesan tanah pada umumnya Jenis Tanah 2.1 Seepage dan Flownet k (cm/det) Kerikil bersih, Butiran kasar 100-1 Pasir kasar, Kerikil halus, butiran kasar bercampur pasir butiran sedang 1-0,01 Pasir halus, lanau longgar 0,01-0,001 Lanau padat, lanau berlempung 0,001-0,00001 Lempung, lempung berlanau < 0,000001 Aliran air yang melewati suatu tanah bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Rembesan air dalam (seepage) tanah bergerak melawati celahcelah pori butiran tanah. Aliran air tanah umumnya dibuat dengan menggunakan grafik-grafik yang dinamakan jaringan aliran (flow net). 2.2 Tegangan Efektif Tegangan efektif merupakan gaya per satuan luas yang dipikul oleh butir-butir tanah, perubahan volume dan kekuatan tanah tergantung pada tegangan efektif di dalam massa tanah. Makin tinggi tegangan efektif suatu tanah, makin padat tanah tersebut. 2.3 Struktur Penahan Tanah Tanah yang tidak stabil akibat adanya perbedaan elevasi tanah di depan dan belakang struktur penahan tanah maka diperlukan analisis desain struktur turap yang kuat dan aman yang disesuaikan dengan kondisi tanah tersebut. Besar dan penyebaran gerakan-gerakan tanah tergantung pada tipe tanah, dimensi galian, rincian prosedur pembangunan dan standar pekerjanya. 2.4 Metode Pengeringan (Dewatering) Pekerjaan galian untuk basement, sering kali terganggu oleh adanya air. Oleh karena itu sebelum galian tanah untuk basement dimulai sudah harus dipersiapkan pekerjaan pengeringan (dewatering) agar air tanah yang ada tidak mengganggu proses pelaksanaan pekerjaan penggalian basement. 2

3. METODE PENELITIAN Lokasi kegiatan penelitian berada di Jalan Teuku Umar, Pontianak dekat bangunan eksisting 11 lantai. Data tanah yang didapat dari hasil penyelidikan oleh tim lab mekanika tanah Universitas Tanjungpura, Pontianak dimana meninjau 5 (lima) titik pekerjaan bor dalam (Deep Boring) masing-masing : DB.1a, DB.2a, DB.3a, DB.4a dan DB.5a dan tim lab mekanika tanah Tarumanegara Bumiyasa, Jakarta dimana meninjau 2 (dua) titik bor dalam (Deep Boring) masing-masing : DB.1b dan DB.2b seperti yang ditunjukan pada Gambar 1 Gambar 1 Denah area penyelidikan tanah Penggalian basement dapat dilakukan dengan galian sedalam -3,30 m yang diproteksi dinding penahan tanah yang relatif kedap air dan kaku dengan sistem penunjang tertentu untuk mengamankan galian tanah. Gambar 2 Denah rencana penggalian basement Tahapan metode penelitian meliputi : 1) Pengumpulan data sekunder berupa data tanah, dan data primer berupa data bangunan eksisting. 2) Analisa data dengan perhitungan manual untuk didapatkan nilai kedalaman pemancangan turap. 3) Analisa data dengan program software Geoteknik dengan dibuatkan berbagai jenis permodelan antara lain : permodelan galian langsung tanpa muka air tanah, galian langsung dengan m.a.t, galian bertahap dengan turap yang di dewatering kan, serta galian bertahap dengan turap, penopang yang di dewatering kan. 4) Analisa hasil dari masing-masing permodelan. 5) Kesimpulan dan saran. 3

4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Tanah Hasil rekapitulasi nilai N-SPT yang digambarkan pada setiap kedalaman tanah berupa data borlog sebagai berikut. Nilai SPT (N) Tabel 2 Tabel Bor Log setiap titik bor Kedalaman (m) pada Titik Bor ke- DB.1a DB.2a DB.3a DB.4a DB.5a DB.1b DB.2b 0-2 Very soft 6,00 8,00 10,00 12,00 10,00 8,00 10,00 2-5 Soft 16,00 12,00 18,00 18,00 12,00 14,00 16,00 5-10 Medium stiff 18,00 20,00 20,00 21,00 18,00 16,00 22,00 10-20 Stiff 20,00 23,00 21,00 22,00 21,00 26,00 26,00 20-30 Very stiff 22,00 24,00 28,00 24,00 22,00 37,00 37,00 > 30 Hard 35,00 34,00 32,00 32,00 30,00 38,00 38,00 Dari hasil data tanah dan hasil analisa didapatkan kumpulan data yang diperlukan dalam analisis dengan program Geoteknik seperti Plaxis adalah sebagai berikut. Tabel 3 Sifat-sifat material untuk input kumpulan data material tanah dan antarmuka No. Parameter Nama Lapisan ke- 1 2 3 4 1. Kedalaman 0,00-5,00 5,00-9,00 9,00-11,00 11,00-17,00 m 2. Model material Model Mohr-Coulomb Mohr-Coulomb Mohr-Coulomb Mohr-Coulomb - 3. Jenis perilaku material Jenis Terdrainase Terdrainase Terdrainase Terdrainase - 4. Berat isi tanah di atas m.a.t γ unsat 15,269 14,329 15,593 14,309 kn/m 3 5. Berat isi tanah di bawah m.a.t γ sat 15,269 16,301 15,593 17,656 kn/m 3 6. Permeabilitas arah horizontal k x 0,060 0,500 0,600 0,400 m/hari 7. Permeabilitas arah vertikal k y 0,060 0,500 0,600 0,400 m/hari 8. Modulus Young E ref 824,040 1206,630 637,650 1597,629 kn/m 2 9. Angka Poisson v 0,200 0,300 0,400 0,400-10. Kohesi c ref 9,908 11,314 7,995 17,331 kn/m 2 11. Sudut geser ɸ 6,897 5,313 4,914 14,140 Satuan o 4

4.2 Analisa Data Bangunan Eksisting Bangunan eksisting ini direncanakan dan telah dibangun untuk perkantoran dengan jumlah lantai 11 (sebelas) lantai. Tekanan pada tanah = = Total beban mati / Luas bidang bangunan = 4913,658 Ton 2 1074,519 m = 4,573 Ton/m 2 = 44,861 kn/m 2 Jadi dari hasil perhitungan didapatkan hasil tekanan beban mati bangunan eksisting adalah sebesar = 4,573 ton/m 2 atau 44,861 kn/m 2. Gambar 3 Kondisi bangunan eksisting Dead load: Lantai ke-1 = 933,723 Ton Lantai ke-2 = 390,715 Ton Lantai ke-3 = 390,715 Ton Lantai ke-4 = 381,307 Ton Lantai ke-5 = 381,307 Ton Lantai ke-6 = 381,307 Ton Lantai ke-7 = 381,307 Ton Lantai ke-8 = 381,307 Ton Lantai ke-9 = 399,535 Ton Lantai ke-10 = 399,535 Ton Lantai ke-11 = 381,307 Ton Lantai atap = 111,594 Ton + Total beban mati 4913,658 Ton Dengan luas bidang pondasi bangunan eksisting = 1074,519 m 2 4.3 Perhitungan Daya Dukung Pondasi Tiang Berdasarkan Data SPT Kapasitas daya dukung dari data deep boring, dapat ditentukan menggunakan persamaan Metode Meyerhof (1956), sebagai berikut : q ult 40 Nb. Ap 0,2 Ns. As Jadi kesimpulan daya dukung izin dari tiang spun pile diameter 45 cm dimana rencana kedalaman sampai 40 m dengan menggunakan metode Meyerhof didapat nilai rata-ratanya Q all = 172,078 ton 4.4 Perhitungan Turap (Sheet Pile) Analisis perhitungan digunakan metode perhitungan turap cantilever dengan tanah pasir dan perhitungan turap cantilever dengan tanah lempung. 5

Hasil perhitungan didapatkan untuk perhitungan turap cantilever pada tanah pasir didapat kedalaman pemancangan turap D aktual = 87,471 m sedangkan hasil perhitungan turap pada tanah lempung nilai D aktual = 36,148 m. Hasil kesimpulan awal bahwa bila disingkronisasikan dengan data tanah pada kedalaman pemancangan yang didapat adalah tidak mungkin untuk direalisasikan karena pertimbangan pelaksanaan di lapangan yang akan mengalami kendala. 4.5 Perhitungan Heave dan Keruntuhan Hidrolik Heave adalah peristiwa penggelembungan tanah dimana tekanan air hidrostatik pada tanah di bawah dasar galian naik sehingga memberikan tekanan yang cukup besar pada dasar galian. A = (5 H) γ (lapisan tanah 1) u A = 4,5 γ w Jika terjadi penggelembungan, maka A = 0 A - u A = 0 (5 H) γ (lapisan tanah 1) - 4,5 γ w = 0 (5 H) 1,557 4,5 x 1 = 0 1,557 H = 3,285 H = 2,109 m Jadi dari hasil perhitungan di atas didapat bahwa tanah akan mengalami penggelembungan (heave) bila kedalaman galian 2,109 m. 4.6 Permodelan dengan Program Plaxis v8.6 Permodelan ini akan dibahas detail model cara kerja jenis dan tahap-tahap pekerjaan galian. Permodelan ini akan dibagi menjadi 4 (empat) yaitu : a) Permodelan 1 : Penggalian langsung - 3,30 m tanpa turap dan muka air tanah jauh di bawah dasar galian atau galian kering. Gambar 4 Lapisan tanah 1 dan lapisan tanah 2 dengan galian H Pada tanah lapisan 1 diketahui γ = 1,557 ton/m 3 dengan tebal lapisan ini = 5 m dan muka air tanah berada -0,5 m. Pada tanah lapisan 2 diketahui γ = 1,461 ton/m 3 dengan tebal lapisannya = 4 m. Kedalaman galian adalah H pada titik dimana dasar galian akan mengalami penggelembungan (heave), maka keseimbangan dari titik A : b) Permodelan 2 : Penggalian langsung - 3,30 m tanpa turap dengan muka air tanah +0,50m yang di dewatering kan. c) Permodelan 3a & 3b : Penggalian bertahap dengan 2 (dua) tahap galian dari -1,50 m lalu -3,30 m dengan turap corrugated ada 2 tipe : W-350-A-1000 dan W-500-A-1000 kedalaman 12,00 m dan muka air tanah di dewatering kan perlapis galian. 6

d) Permodelan 4a & 4b : Penggalian bertahap dengan 2 (dua) tahap galian dari -1,5 m lalu -3,30 m dengan turap corrugated W-350-A-1000 kedalaman 12,00 m ditambah penopang strut baja WF ada 2 tipe : Baja WF 300.300.10.15 dan Baja WF 400.400.13.21 pada setiap tahapan galian dan dianalisis terhadap pengaruh muka air tanah pada proses dewatering bertahap sesuai tahapan galian. 4.7 Hasil Analisa Permodelan Hasil permodelan-permodelan dengan program Plaxis : a) Permodelan 1 : Penggalian langsung - 3,30 m tanpa tuap dan tanpa pengaruh muka air tanah atau galian kering. Gambar 6 Arah pergerakan dan permodelan 1 b) Permodelan 2 : Penggalian langsung - 3,30 m tanpa turap dengan muka air tanah yang di dewatering kan. Gambar 5 Tampak potongan area galian Di dalam program Plaxis satuan-satuan yang penulis pakai antara lain : 1) Satuan panjang digunakan meter (m) 2) Satuan gaya digunakan kilonewton (kn) 3) Satuan waktu digunakan hari Gambar 7 Arah pergerakan dan permodelan 2 7

c) Permodelan 3a & 3b : Penggalian bertahap dengan 2 (dua) tahap galian dari -1,50 m lalu -3,30 m dengan turap corrugated ada 2 tipe : W-350- A-1000 dan W-500-A-1000 kedalaman 12,00 m dan muka air tanah di dewatering kan perlapis galian. d) Permodelan 4a & 4b : Penggalian bertahap dengan 2 (dua) tahap galian dari -1,5 m lalu -3,30 m dengan turap corrugated W-350-A-1000 kedalaman 12,00 m ditambah penopang strut baja WF ada 2 tipe : Baja WF 300.300.10.15 dan Baja WF 400.400.13.21 pada setiap tahapan galian dan dianalisis terhadap pengaruh muka air tanah pada proses dewatering bertahap sesuai tahapan galian. Gambar 8 Arah pergerakan dan permodelan 3a Gambar 10 Arah pergerakan dan permodelan 4a Gambar 9 Arah pergerakan dan permodelan 3b Gambar 11 Arah pergerakan dan permodelan 4b 8

Dari hasil-hasil permodelan-permodelan program Plaxis ini bisa disimpulkan kembali pada Tabel 4 dibawah ini. No. Tabel 4 Hasil rekapitulasi nilai-nilai dari analisis permodelan Plaxis Hasil Nilai 1 Gali gus kering 2 Gali gus + Muka air tanah + Dewatering 3.a. 3.b. 4.a. 4.b. Gali tahap + M.a.t. + Turap 35 + Dewatering Permodelan Plaxis 3 4 Gali tahap +M.a.t. + Gali tahap + M.a.t. + Turap 35 + Struts 30 Turap 50 + Dewatering + Dewatering Gali tahap + M.a.t. + Turap 35 + Struts 40 + Dewatering 1. Perpindahan tanah secara vertikal 64,725 64,670 64,930 64,975 64,466 64,465 cm 2. Perpindahan tanah secara horizontal 14,386 20,276 13,886 13,825 13,718 13,718 cm 3. Tegangan efektif - 51,150 49,080 48,520 48,330 48,330 kn/m 2 4. Momen lentur - - 26,100 29,470 5,210 5,170 knm 5. Gaya geser - - 12,610 13,240 6,400 6,420 kn 6. Perpindahan turap secara horizontal - - 10,558 10,663 9,870 9,872 cm Satuan 9

5. KESIMPULAN Hasil dari analisa-analisa data pada bahasan skripsi ini akan dijelaskan kembali dari setiap poin penting yang bisa diambil diantaranya : a) Dalam analisa data tanah di lokasi proyek Swiss-Belhotel diketahui bahwa lapisan tanah sangat kaku terletak pada kedalaman > 35 m dengan nilai N-SPT >> 30 pada lapisan jenis tanah pasir sangat padat, dan elevasi muka air tanah berada pada -0,50 m dari permukaan tanah setempat. b) Tanah di Pontianak disimpulkan termasuk dalam kawasan distribusi lahan gambut dengan kedalaman > 2 m. c) Daya dukung izin dari tiang spun pile diameter 45 cm dimana rencana kedalaman sampai 40 m @10 m per tiang dengan menggunakan metode Meyerhof didapat rata-rata 172,078 ton. d) Pada perhitungan heave peristiwa penggelembungan tanah dimana tekanan air hidrostatik pada tanah dibawah dasar galian naik terjadi pada galian dengan kedalaman > 2,109 m. e) Untuk mencegah gaya uplift terhadap rencana bangunan, maka saat bobot bangunan masih lebih kecil daripada gaya uplift dari tekanan air, dewatering harus tetap dijalankan hingga bobot mati dari bangunan melebihi gaya uplift tersebut. f) Pengaruh daripada ada tidaknya muka air tanah pada pekerjaan galian cukup mempengaruhi besaran deformasi horizontal tanah, seperti pada hasil analisis Plaxis pada permodelan 1 (Galian langsung 3,30m dengan muka air tanah jauh di bawah dasar galian atau galian kering) deformasi horizontal yang didapat 14,386 cm dan pada permodelan 2 (Galian langsung 3,30m dengan muka air tanah +0,50m dan galian di dewatering kan) deformasi horizontalnya 20,276 cm. Sehingga muka air tanah pada pekerjaan galian sangat mempengaruhi besaran nilai deformasi yang terjadi. g) Dari berbagai permodelan analisa program Plaxis v8.6 didapat bahwa pada permodelan 4 lah yang terbaik karena pergerakan dari pada turap corrugated precast concrete K-600 tipe W-350-A-1000 secara horizontal dengan ada penahan dinding turap dan penopang (struts) baja WF 300.300.10.15 cukup mengurangi pergerakan dan nilai gaya geser daripada dinding turap sehingga cukup aman. h) Metode dewatering atau pekerjaan pengeringan agar air tanah tidak mengganggu proses pekerjaan galian. Metode yang umum sering 10

digunakan adalah open pumping dimana metode ini air dikumpulkan pada kolektor yang tentu saja posisi peletakannya mengikuti elevasi galian dengan kedalaman 50 cm. Fungsi kolektor sendiri untuk mengumpulkan dan membuang air keluar galian. Berikut gambaran rencana dewateringnya. Gambar 12 Gambar rencana area dewatering dan ramp sirkulasi. Daftar Pustaka Andini, Firda. 2009. Desain Galian Dalam dan Basement Pondasi Hotel Kini Pontianak. Pontianak: Universitas Tanjungpura. Bowless, J.E. 1988. Analisis dan Desain Pondasi. (Jilid 2, Edisi ke-4). Jakarta: Erlangga. Bowless, J.E., Hainim, J.K. 1993. Sifat- Sifat dan Geoteknis Tanah. (Edisi ke-2, cetakan ke-4). Jakarta: Erlangga. Brinkgreve, R.B.J. 2007. Plaxis versi 8.6. Model Acuan dan Latihan. Belanda: Delft Universitas Teknilogi & Plaxis b.v. Craig, R.F., Soepanji, Budi, S. 1987. Mekanika Tanah (Edisi ke-4). Jakarta: Erlangga. Dyatama, Lingga. 2008. Simulasi Plaxis Low Strain Integrity Testing. Jakarta: Universitas Indonesia. Hardiyatmo, H.C. 1992. Mekanika Tanah 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hardiyatmo, H.C. 2011. Analisis dan Perancangan Fondasi II. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hutapea, Bigman. Seepage and Consolidation. Tesis Master. Kempfert, Hans-Georg., Gebreselassie, Berhane. 2006. Excavations and Foundations in Soft Soils. Jerman: Springer. M. Das, Braja., Endah, N., Mochtar, I.B. 1988. Mekanika Tanah (Jilid 1). Jakarta: Erlangga. Nakazawa, Kazuto. 1981. Mekanika Tanah & Teknik Pondasi. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Soenantyo, R.M. Rustamaji. 2013. Tanah Gambut. Pontianak: Universitas Tanjungpura. 11