BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agent (pihak manajemen

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Judul : Pengaruh Fee audit,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan agent untuk memberikan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak,

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditor hars memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masing-masing. Pengertian laporan keuangan menurut Pernyataan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agent (pihak

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB I PENDAHULUAN. mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu entitas yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara maka persaingan pasar tidak dapat dihindari dan akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). tanggungjawab profesionalnya. Standar-standar ini meliputi pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini merupakan tinjauan atas berbagai referensi, literatur, jurnal-jurnal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Good governance menurut Indonesia Institute Corporate governance

KUESIONER Profil Responden KOMPETENSI Dimensi Pernyataan Alternatif Jawaban STS TS N S SS

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi dari pihak yang melakukan audit (Weningtyas et al., 2006).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Wiratama dan Budiartha (2015), laporan keuangan memiliki dua. karakteristik penting yaitu relevan dan dapat diandalkan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Audit dalam bentuk umum yaitu pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat terutama dalam bidang audit terhadap laporan keuangan yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

ETIKA PROFESI FAKLULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA. Disusun Oleh : : Eko Aprianto Nugroho NPM :

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaannya. pihak internal maupun eksternal. Sudah menjadi kewajiban perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh perusahaan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang dipercaya oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membahas permasalahan yang diteliti, teori-teori tersebut antara lain teori

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2011:9) adalah suatu proses sistematik

PENGARUH ETIKA AUDITOR, PENGALAMAN, DUE PROFESSIONAL CARE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian

BAB 1 PENDAHULUAN. dari kompetitor atau perusahaan lain. Laporan keungan diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002) ada 8 prinsip. dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

BAB II LANDASAN TEORI. variabel dependen dan variabel independennya. Dalam penelitian ini landasan teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pengauditan merupakan bagian dari assurance service dari kantor akuntan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrak yaitu pihak (principal) mengikat pihak lain (agent) untuk melalukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002: 2). Kepercayaan yang besar dari

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan yang selanjutnya data tersebut digunakan sebagai dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengambil inisiatif untuk menanggapinya dengan melahirkan Forum of Firm

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk secara jujur tanpa manipulasi dan terbuka untuk melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016).

Tinjauan Umum Etika Profesi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan pengumpulan dan evaluasi bukti tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Proses audit merupakan bagian dari assurance services, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kunci dalam perkembangan dan kemajuan dunia bisnis. Profesi akuntan

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan menjelaskan hubungan antara agent (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik). Hubungan agensi ada ketika salah salah satu pihak (principal) menyewa pihak lain (agent) untuk melaksanakan suatu jasa, dan dalam hal itu, mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut (Achmad, 2012:269). Principal merupakan pihak yang memberikan amanat kepada agent untuk melakukan suatu jasa atas nama principal, sementara agent adalah pihak yang memberi mandat, dengan demikian dapat disimpulkan agent bertindak sebagai pihak yang mengevaluasi informasi (Nila, 2014). Kenneth and Jeffrey (2007:186-188) menyatakan bahwa teori agensi berawal dengan adanya penekanan pada kontrak sukarela yang timbul diantara berbaagai pihak organisasi sebagai suatu solusi yang efisien terhadap konflik kepentingan tersebut. Teori ini berubah menjadi suatu pandangan atas perusahaan sebagai suatu penghubung (nexus) kontrak. Hubungan agensi dikatakan telah terjadi ketika suatu kontrak antara seseorang (atau lebih), seorang principal dan seorang agent untuk memberikan jasa demi kepentingan principal termasuk melibatkan adanya pemberian delegasi kekuasaan pengambilan keputusan kepada agent. Baik principal maupun agen diasumsikan untuk termotivasi hanya oleh

kepentingannya sendiri, yaitu untuk memaksimalkan kegunaan subjektif mereka dan juga untuk menyadari kepentingan mereka bersama. Hubungan keagenan ini memberi ruang bagi terjadinya konflik kepentingan potensial antara pemilik dan agen. Selain itu, tidak mungkin bagi pemilik atau agen berada pada biaya nol untuk meyakinkan bahwa agen akan membuat keputusan optimal dari pandangan pemilik, sehingga memunculkan biaya keagenan (Priyanka, 2013). Untuk mengetahui konflik kepentingan antara principal dan agent, maka principal menggunakan pihak independen untuk mengawasi (monitoring) terhadap perusahaannya. Pihak independen tersebut adalah auditor internal yang diminta melakukan audit dengan fee yang dianggarkan perusahaan sehingga muncul monitoring cost. Auditor internal bertanggung jawab untuk memaksimalkan kinerjanya dalam mengawasi agent sebagai ganti dari imbalan yang diterima. 2.1.2 Kualitas Audit Kualitas audit merupakan kemampuan dari seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya, dimana dalam melakukan audit seorang auditor dapat menemukan kesalahan klien dan melaporkannya. Angelo (1981) dalam Achmad (2012: 123) kualitas audit adalah probabilitas dimana auditor akan menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Seorang akuntan publik dalam menjalankan tugas auditnya harus berpegang pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku, harapannya audit dapat mengurangi ketidakselarasan kepentingan antara manajemen dan para pemegang saham. Dengan dipatuhinya standar dan prinsip

yang berlaku, sehingga tujuan yang inginkan akan tercapai yaitu audit yang berkualitas. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mu azu and Siti (2013), ada lima hal yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu (1) pemahaman terhadap sistem informasi akuntansi klien, (2) tingkat ketepatan waktu penyelesaian audit, (3) tingkat kepatuhan terhadap SPAP, (4) tingkat kepercayaan terhadap pernyataan klien, dan (5) tingkat kehati-hatian pengambilan keputusan. Laporan audit yang baik dan menghasilkan kualitas audit yang memuaskan apabila seorang akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya dengan memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2004:47) ada 8 prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu: 1) Tanggungjawab Profesi Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegiatan yang dilakukan. 2) Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. 3) Integritas Setiap anggota harus memenuhi tanggungjawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

4) Objektivitas Setiap anggita harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. 5) Kompetensi dan kehati-hatian professional Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehatihatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh menfaat dari jasa professional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir. 6) Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesionalnya dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan berdasarkan hukum untuk mengungkapkannya. 7) Perilaku Profesional Srtiap anggota harus berprilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. 8) Standar teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan profesionalnya yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk

melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan objektivitas. 2.1.3 Locus Of Control (LOC) Johan (2002:9, dalam Liu, 2010) mendefinisikan locus of control adalah persepsi seseorang terhadap keberhasilan ataupun kegagalan dalam melakukan berbagai kegiatan dalam hidupnya yang dihubungkan dengan faktor eksternal individu yang didalamnya mencakup nasib, keberuntungan, kekuasaan atasan, dan lingkungan kerja, serta dihubungkan dengan faktor internal individu yang didalamnya mencakup kemampuan kerja dan tindakan kerja yang berhubungan dengan keberhasilan dan kegagalan kerja individu yang bersangkutan. LOC dibedakan menjadi LOC internal dan LOC eksternal. Menurut Robbins (2008:102) LOC internal adalah individu yang yakin bahwa mereka merupakan pemegang kendali atas apapun yang terjadi pada diri mereka. LOC eksternal adalah individu yang yakin bahwa apapun yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar seperti keberuntungan dan kesempatan (Robbins, 2008:102). LOC adalah persepsi tentang kendali seorang atas nasib, kepercayaan diri dan kepercayaan mereka atas keberhasilan diri. LOC memainkan peranan penting dalam berbagai kasus, seperti dysfunctional audit behavior, job satisfaction, kinerja, komitmen organisasi dan turnover intention (Patten, 2005). Beberapa perusahaan mengalami permasalahan dengan menjaga masa retensi karyawan yang ada dalam perusahaannya. Bahkan di sebagian besar perusahaan, justru

dengan semakin meningkatnya bisnis perusahaan tersebut akan dibarengi dengan tinggi tingkat turn over dari karyawan tersebut. Banyak alasan yang melatarbelakangi mengapa aspek turnover karyawan di perusahaan meningkat, dan anehnya muncul ketika pertumbuhan bisnis perusahaan juga meningkat. Alasan-alasan yang melatarbelakangi tingginya angka turnver karyawan dalam perusahaan. 1) Tidak adanya pengembangan kompetensi yang memadai 2) Tidak adanya jenjang karir di perusahaan 3) Iklim perusahaan 4) Faktor kompensasi 5) Tidak adanya sistem (Standard Operating Procedure) LOC merupakan salah satu aspek karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh setiap individu dan dapat dibedakan atas LOC internal dan LOC external dalam Setriadi et al. (2015). LOC adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa apakah dia dapat atau tidak dapat mengendalikan peristiwa yang terjadi padanya. LOC diartikan sebagai persepsi seseorang tentang sebab-sebab keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan pekerjaan. LOC dibedakan menjadi LOC internal dan LOC eksternal. Kontrol internal akan tampak melalui kemampuan kerja dan tindakan kerja yang berhubungan dengan keberhasilan dan kegagalan karyawan pada saat melakukan pekerjaannya, sedangkan kontrol eksternal adalah karyawan yang merasakan bahwa terdapat kontrol diluar dirinya yang mendukung hasil pekerjaan yang dilakukannya seperti lingkungan kerjanya.

Teori LOC menggolongkan individu apakah termasuk dalam LOC internal atau eksternal. Internal control adalah tingkatan di mana seorang individu berharap bahwa reinforcement atau hasil dari perilaku mereka bergantung pada perilaku mereka sendiri atau karakteristik personal mereka. External control adalah tingkatan di mana seseorang berharap bahwa reinforcement atau hasil adalah fungsi dari kesempatan, keberuntungan atau takdir di bawah kendali yang lain atau tidak bisa diprediksi. Pandangan hidup menurut internal dan external LOC sangat berbeda. Seseorang yang mempunyai internal LOC yakin dapat mengendalikan tujuan mereka sendiri, memandang dunia sebagai sesuatu yang dapat diramalkan, dan perilaku individu turut berperan di dalamnya. Individu dengan internal LOC diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya pada diri sendiri dan juga lebih menyukai keahlian-keahlian dibanding hanya situasi yang menguntungkan. Pada individu yang mempunyai external LOC akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan, demikian juga dalam mencapai tujuan sehingga perilaku individu tidak akan mempunyai peran di dalamnya. External LOC diidentifikasikan lebih banyak menyandarkan harapannya untuk bergantung pada orang lain, hidup mereka cenderung dikendalikan oleh kekuatan di luar diri mereka sendiri (seperti keberuntungan), serta lebih banyak mencari dan memilih kondisi yang menguntungkan. (Robbins, 2008: 7) LOC dapat digunakan untuk memprediksi seseorang, LOC yang berbeda bisa mencerminkan motivasi dan kinerja yang berbeda. Internal akan cenderung lebih sukses dalam karir mereka daripada eksternal, mereka cenderung

mempunyai level kerja yang lebih tinggi, promosi lebih cepat dan mendapatkan penghasilan lebih. Sebagai tambahan, internal LOC dilaporkan memiliki kepuasan yang lebih tinggi dengan pekerjaan mereka dan terlihat lebih mampu menahan stres daripada LOC eksternal. Penelitian sebelumnya (Siti dan Edi, 2013) menyatakan bahwa LOC eksternal berpengaruh negatif terhadap kinerja sehingga secara umum seseorang yang ber-loc eksternal akan berkinerja lebih baik ketika suatu pengendalian dipaksakan atas mereka, atau sebaliknya ia akan melakukan perilaku disfungsional (tidak sesuai aturan) untuk memenuhi ataupun mengelabui pengendalian tersebut. 2.1.4 Integritas Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur tersebut diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005). Integritas merupakan kualitas yang menjadi dasar timbulnya kepercayaan masyarakat. Auditor dituntut untuk jujur dengan taat pada peraturan, tidak menambah atau mengurangi fakta dan tidak menerima segala sesuatu dalam bentuk apapun (Mohd et al., 2014). Integritas diatur dalam Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia (1998) dalam (Harjanto, 2014) yang menyatakan integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan professional. Dalam menghadapi aturan, standar, panduan khusus atau menghadapi pendapat yang bertentangan,

anggota harus menguji keputusan atau dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Dimana integritas mengaruskan anggotanya untuk mentaati standar teknis dan etika. Dengan mentaati semua standar yang telah ditentukan dan bersikap jujur serta transparan, maka auditor dapat membangun kepercayaan publik dan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan. 2.1.5 Due Professional Care Due professional care merupakan kemahiran professional yang cermat dan seksama yang harus dimiliki seorang auditor. Dalam PSA No. 4 SPAP (2013), kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran professional menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme professional, yaitu suatu sikap auditor yang berfikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit. Putri dan Nur (2013) menyatakan bahwa auditor yang memiliki kemahiran professional yang cermat dan seksama akan cenderung menyelesaikan setiap tahapan-tahapan proses audit secara lengkap dan mempertahankan sikap skeptisme dalam mempertimbangkan buktibukti audit yang kurang memadai yang ditemukan selama proses audit untuk memastikan agar menghasilkan kualitas audit yang baik. Auditor harus menggunakan keahlian professional dengan cermat, seksama dan hati-hati dalam penugasan yang dilakukan. Penerapan kecermatan dan keseksamaan ini diwujudkan dengan melakukan review secara kritis pada setiap tingkatan dalam melaksanakan audit. Penggunaan kemahiran dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan

memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan (Putri dan Nur, 2013). 2.1.6 Keahlian Audit Keahlian merupakan salah satu faktor utama yang harus dimiliki seorang auditor, karena dengan keahlian yang dimiliki memungkinkan tugas-tugas yang dijalankan dapat diselesaikan dengan baik dan maksimal. Keahlian merupakan komponen penting yang harus dimiliki seorang auditor dalam melaksanakan audit. Dimana dalam hal ini keahlian audit akan mempengaruhi tingkat kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan yang terjadi. Keahlian merupakan salah satu faktor utama yang harus dimiliki seorang auditor. dengan keahlian yang dimiliki memungkinkan tugas-tugas yang dijalankan dapat diselesaikan dengan baik dan maksimal. Hasbullah et al. (2014) mendefinisikan keahlian audit merupakan keahlian yang berhubungan dalam tugas pemeriksaan serta penguasaan masalah yang dapat diperiksanya ataupun pengetahuan yang dimiliki sebagai dasar untuk menunjang tugas audit. Keahlian mengharuskan seorang auditor mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lainnya yang digunakan untuk menyelesaikan tanggung jawabnya dengan kriteria seorang auditor harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata Satu atau yang setara; kompeten di bidang auditing, akuntansi, administrasi pemerintah dan komunikasi. Hal ini memang sangat diperlukan oleh seorang auditor, auditor yang mempunyai keahlian tinggi akan memperlihatkan hasil kerjanya dengan kualitas baik dan akan berprilaku

pantas sesuai dengan persepsi serta ekpektasi orang lain dan lingkungan tempat bekerja. Semakin kompeten seorang auditor dan memiliki keahlian audit akan membuat lebih peka dalam menganalisis laporan keuangan yang diauditnya sehingga auditor mengetahui apakah di dalam laporan tersebut terdapat tindakan kecurangan atau tidak serta mampu mendeteksi trik-trik rekayasa yang dilakukan dalam melakukan kecurangan (Temitope et al., 2013). Penelitian ini juga pernah di angkat sebagai topik penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Persamaan penelitian ini adalah menggunakan variabel independen dan variabel dependen yang sama yaitu kualitas audit. sedangkan perbedaannya pada lokasi penelitian dan waktu penelitian. Ringkasan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Pembahasan Penelitian Sebelumnya No. Nama dan Tahun Penelitian 1. Haryanti (2011) Judul Penelitian Pengaruh Kompleksitas Tugas, Locus of Control, Dan Self Efficacy Terhadap Kepuasan Kerja Auditor (Studi pada Auditor KAP se- Jateng & DIY) Variabel Penelitian Kompleksitas Tugas, Locus of Control, Self Efficacy dan Kepuasan Kerja Teknik Analisa dan Hasil Penelitian Teknik Analisis Regresi linear berganda, Terdapat hubungan parsial kompleksitas tugas, locus of control dan self efficacy positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja 2. Gustati (2012) Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus of Control Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Survey pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Locus of Control dan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit Teknik Analisis Regresi linear berganda, Terdapat pengaruh yang signifikan variabel LOC internal terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit. Pengujian secara

3. Setriadi Soepriadi, Hendra Gunawan, Harlianto utomo, 2015. 4. Hasbullah, Ni Luh Gede Erni Sulindawat, Nyoman Trisna Herawati, 2014. 5 Putri Arsika Nirmala. Rr, Nur Cahyonow ati, 2013. Sumatra Barat) Pengaruh locus of control, self efficacy, dan komitmen professional terhadap prilaku auditor dalam Pengaruh keahlian audit, kompleksitas tugas, dan etika profesi terhadap kualitas audit. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, Akuntabilitas, Kompleksitas Audit dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit locus of control, self efficacy, dan komitmen professional, prilaku auditor keahlian audit, kompleksitas tugas, dan etika profesi, kualitas audit. Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, Akuntabilitas, Kompleksitas Audit Time Budget Pressure, Kualitas Audit simultan ditemukan bahwa LOC internal dan LOC eksternal berpengaruh secara signifikan terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit Teknik Analisis Regresi linear berganda dan Korelasi, Terdapat pengaruh positif locus of control, self efficacy, dan komitmen professional terhadap prilaku auditor Teknik Analisis Regresi linear berganda, Terdapat pengaruh positif keahlian audit, kompleksitas tugas, dan etika profesi terhadap kualitas audit Teknik Analisis Regresi linear berganda, Terdapat pengaruh positif Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, Akuntabilitas, Kompleksitas Audit dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor KAP di Jawa Tengah dan DIY). Diponegoro Journal Of Acounting. 2(3): h:1-13 Sumber : Jurnal Penelitian Publikasi, 2015

2.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian yang akan di uji kebenarannya. Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian- kajian teori relevan dan hasil-hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 2.2.1 Pengaruh Locus of Control pada Kualitas Audit Locus of control merupakan kendali individu atas pekerjaan mereka dan kepercayaan mereka terhadap keberhasilan diri. Locus of control merupakan salah satu aspek karakteristik kepribadian yang dimiliki oleh seorang individu, yang dapat dibedakan atas locus of control internal dan locus of control eksternal. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Setriadi et al. (2015) membuktikan bahwa variabel locus of control memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas dan prilaku audit. Hal yang sama dibuktikan oleh (Siti dan Edy, 2013) tentang pengaruh locus of control signifikan baik terhadap kualitas kerja audit. Mohd et al. (2014) menyatakan hal yang sama dimana locus of control memiliki pengaruh positif pada kualitas kerja seorang auditor. Dipertegas oleh Mahdy (2012) terdapat hubungan positif locus of control terhadap kualitas dan kinerja internal auditor. Karakteristik locus of control memiliki keterkiatan positif terhadap kualitas kerja auditor (Haryanti, 2011). Berdasarkan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah: H1: Locus of control berpengaruh positif pada kualitas audit

2.2.2 Pengaruh Integritas pada Kualitas Audit Intergitas merupakan sikap yang mutlak diperlukan bagi seorang auditor. Hasbullah dan Trisna (2014) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki integritas yang baik. Achmad (2012) membuktikan integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan. Dengan adanya integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan dalam melakukan audit (Pusdiklatwas BPKP, 2014). Pendapat yang sama diungkapkan oleh Pariardi et al. (2014) seorang auditor mampu meningkatkan kualitas audit apabila memiliki integritas yang baik. Lebih dipertegas lagi, adanya integritas yang baik akan memberikan dampak positif terhadap kualitas auditor (Harvita dan Sugeng, 2012). Berdasarkan hal tersebut diatas, hipotesis kedua yang diajukan adalah sebagai berikut: H2: Integritas berpengaruh positif pada Kualitas Audit 2.2.3 Pengaruh Due Professional Care pada Kualitas Audit Due Professional Care menjadi hal yang penting yang harus diterapkan setiap akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya agar tercapai kualitas audit yang memadai. Due professional care menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme professional dan keyakinan yang memadai (Achmad, 2012). Putri dan Nur (2013) menyatakan due professional care berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Elisha dan Icuk (2010) melakukan penelitian yang membuktikan bahwa due professional care berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Kualitas auditor yang

baik dipengaruhi oleh due professional care secara positif (Melody dan Stefani, 2014). Lebih lanjut Achmad (2012) membuktikan dalam penelitiannya due professional care memberikan dampak positif terhadap kualitas auditor. Berdasarkan penjelasan diatas yang telah didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya, maka rumusan hipotesis yang digunakan adalah: H3: Due Professional Care berpengaruh positif pada Kualitas Audit 2.2.4 Pengaruh Keahlian Audit pada Kualitas Audit Salah satu faktor yang mendukung untuk meningkatkan kualitas audit adalah keahlian audit yang dimiliki seorang auditor (Temitope et al., 2013). Keahlian audit memang sangat diperlukan untuk menunjang segala aktifitas yang dilakukan, karena dengan keahlian yang dimilik akan terlihat sejauh mana kemampuan nyang dimiliki oleh seorang auditor (Hasbullah et al., 2014). Penelitian mengenai pengaruh keahlian audit terhadap kualitas auditor telah dilakukan oleh Elisha dan Icuk (2010), dimana dalam penelitiannya menyatakan bahwa keahlian audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Ahcmad (2012) juga melakukan penelitian tentang kehalian audit, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keahlian audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Sehingga dalam hal ini keahlian yang dimiliki oleh seorang auditor memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas audit (Harvita dan Sugeng, 2012). H4: Keahlian Audit berpengaruh positif pada Kualitas Audit