BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak awal Tahun 1997 silam membawa dampak pada krisis ekonomi. Meningkatnya angka kemiskinan yang menghantarkan pada permasalahan yang sangat kompleks. Hal ini berpengaruh terhadap kondisi sosial masyarakat Indonesia salah satu adalah munculnya fenomena anak jalanan di perkotaan. 1 Jumlah anak jalanan dari tahun ke tahun selalu meningkat. Juwartini menyebutkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 diyakini banyak pihak sangat berpengaruh terhadap peningkatan jumlah anak jalanan di Indonesia. 2 Menurut Tauran penyebab anak turun ke jalan yaitu menopang kehidupan ekonomi keluarga, mencari kompensasi dari kurangnya perhatian keluarga, dan sekedar mencari uang tambahan. Dalam menjalankan perannya, anak jalanan rentan mengalami permasalahan yaitu kekerasan, pemaksaan kerja, gangguan kesehatan dan keselamatan jiwa. 3 Menurut Departemen Sosial RI, pada tahun 2007 jumlah anak jalanan di seluruh Indonesia masih cukup tinggi yaitu 104.497 jiwa. Sedangkan di Jawa Tengah mencapai 10.025 jiwa. 4 Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 kondisi ekonomi khususnya di Semarang mengalami krisis dengan angka inflasi 77%. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kesulitan ekonomi, khususnya pada golongan bawah. Pada kenyataannya berdampak dengan maraknya anak - anak jalanan dengan segala aktifitasnya di Kota Semarang. 5 Kota Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah dan merupakan kota terbesar kelima di Indonesia, tidak luput dari keberadaan anak jalanan. Keberadaan anak jalanan di Semarang sudah bisa dijumpai sejak awal tahun 90-an. Pada saat itu hanya ada tiga kawasan kemudian berkembang menjadi enam kawasan (Pasar Johar, Tugumuda, Terminal Terboyo, Simpang Lima, Karang Ayu dan Stasiun Poncol). Pada masa awal terjadi krisis ekonomi, http://digilib.unimus.ac.id 1
kawasan kegiatan anak jalanan menjadi 20 kawasan. Berdasarkan data anak yang difasilitasi oleh Yayasan Setara pada tahun 2000, dari 233 anak di tiga kawasan, 85 % dari mereka berasal dari dalam Kota Semarang sendiri dan 34 % diantaranya justru tinggal dijalanan. 6 Hasil penelitian Wijayanti tahun 2010 di Semarang menunjukkan bahwa anak jalanan dengan latar belakang, usia, dan jenis kelamin yang berbeda, memiliki aspirasi yang berbeda pula. Dua bidang aspirasi yang menonjol pada diri anak jalanan adalah aspirasi pendidikan dan aspirasi pekerjaan. Aspirasi tersebut tergantung dari penampilan anak jalanan serta faktor personal dan faktor situasional sebagai faktor pengaruh. 7 Hasil penelitian Harki pada tahun 2006 bahwa anak jalanan yang berusia 12 sampai 20 tahun pernah mengalami pelecehan seksual. 8 Berdasarkan penelitian Salim yang pernah dilakukan di Semarang pada tahun 2010 ditemukan lebih dari 50% anak jalanan pernah melakukan hubungan kelamin pranikah, dan dari prosentase tersebut anak perempuan mempunyai prosentase yang lebih tinggi dari pada anak laki - laki. Bahkan ada yang menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) dengan imbalan uang dan non uang seperti diajak jalan - jalan, makan di restoran, dan diskotik. 9 Salim di Semarang tidak jauh beda dengan penelitian Dwijayanti di Surabaya pada tahun 2011. Di Surabaya didapatkan bahwa anak jalanan sangat rentan melakukan perilaku seksual karena usia mereka dalam tahap perkembangan remaja. Anak jalanan dalam penelitian ini masih belum mempunyai keyakinan diri untuk menghindari perilaku seksualnya karena menurut mereka tidak ada dampaknya. 10 Berdasarkan penelitian Salim cara melakukan hubungan seksual mereka bervariasi, yaitu sebagian besar melakukannya secara heteroseksual, secara oral seks, vaginal seks (paling banyak) dan anal seks. Frekuensi hubungan seksual 3-4 kali per bulan bahkan ada yang 7-8 kali per bulan. Pasangan hubungan seksual adalah pacar, teman, PSK jalanan. Di antara mereka ada yang terkena PMS dan tidak berobat karena biaya berobat mahal. 9 http://digilib.unimus.ac.id 2
Simpang Lima merupakan salah satu kawasan yang banyak dijumpai keberadaan anak - anak jalanan. Berdasarkan data dari tahun 1994-2010 yang diperoleh dari Yayasan Setara, Yayasan Setara adalah merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang membina anak jalanan di Kota Semarang, salah satu wilayah binaannya yaitu kawasan Simpang Lima Kota Semarang. Di kawasan Simpang Lima ini setidaknya terdapat 85 anak jalanan, 48 anak laki - laki dan 37 anak perempuan. Sebagian besar dari mereka berumur 14-16 tahun, namun juga terdapat beberapa anak yang usianya di bawah 14 tahun. 6 Dari hasil studi pendahuluan dengan Yayasan Setara Semarang, di dapatkan informasi bahwa Simpang Lima merupakan kawasan dimana terdapat sekumpulan anak jalanan untuk beraktifitas. Di Simpang Lima terdapat anak jalanan yang berpacaran sesama temanya, hal ini sangat berpotensi terhadap perilaku seksual berisiko. Perilaku seksual memiliki tingkatan, pada kehidupan anak jalanan sudah sampai pada tingkatan terakhir yaitu hubungan kelamin (Sexsual Intercourse), tingkatan ini berdampak pada kehamilan. Anak jalanan sangat rentan terhadap perilaku seksual berisiko, karena anak jalanan tidak hanya melakukan hubungan kelamin pada satu orang saja melainkan bergantian. Hal ini anak jalanan berisiko tertularnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan terjadinya kehamilan. Dari hasil studi pendahuluan oleh informan kunci yaitu salah satu anak jalanan yang berada di wilayah Simpang Lima Semarang, pada kenyataannya ketika melakukan hubungan kelamin, anak jalanan memiliki ketakutan yaitu hubungan kelamin berdampak pada kehamilan. Agar tidak hamil mereka memiliki cara tersendiri untuk melakukan pencegahan kehamilan. Anak adalah merupakan generasi penerus bangsa Indonesia, begitu pula dengan anak jalanan, mereka juga memiliki hak selayaknya anak pada umumnya yaitu anak yang memiliki cita - cita untuk masa depannya. Usia remaja saat ini seharusnya melakukan kegiatan yang positif yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Anak jalanan juga memiliki hak yang sama http://digilib.unimus.ac.id 3
dengan anak pada umumnya, dimana seharusnya anak jalanan mendapatkan pendidikan, salah satunya adalah pendidikan kesehatan reproduksi. Pendidikan kesehatan reproduksi sangat penting bagi anak jalanan karena melihat kehidupan anak jalanan yang rentan terhadap pergaulan bebas yang menjerumus pada perilaku seksual berisiko. Dengan adanya pendidikan kesehatan reproduksi diharapkan anak jalanan mengetahui dampak dari perilaku seksual berisiko. Dari uraian ini peneliti tertarik untuk mengetahui perilaku pencegahan kehamilan pada anak jalanan yang berada di wilayah Simpang Lima Kota Semarang. B. Perumusan Masalah Anak jalanan sangat rentan melakukan perilaku seksual berisiko karena keadaan lingkungan yang dapat berpengaruh. Perilaku seksual hubungan kelamin yang mereka ketahui berdampak pada kehamilan, agar tidak hamil mereka menyakini ada beberapa cara untuk mencegah kehamilan dengan tetap melakukan hubungan kelamin. Upaya pencegahan kehamilan yang mereka lakukan sangat memiliki dampak bagi kesehatan mereka. Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut maka peneliti merumuskan: Mengapa anak jalanan di wilayah Simpang Lima Kota Semarang melakukan perilaku pencegahan kehamilan? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui perilaku pencegahan kehamilan pada anak jalanan yang berada di wilayah Simpang Lima Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan anak jalanan tentang perilaku pencegahan kehamilan. b. Mengidentifikasi sikap anak jalanan terhadap perilaku pencegahan kehamilan. http://digilib.unimus.ac.id 4
c. Mengidentifikasi apa yang sudah dilakukan anak jalanan tentang perilaku pencegahan kehamilan atau yang pernah diketahui. d. Mengidentifikasi sumber informasi tentang perilaku pencegahan kehamilan. e. Mengidentifikasi faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan kehamilan. D. Manfaat ini diharapkan dapat memberi dua manfaat yaitu manfaat praktis serta teoritis dan metodologis 1. Manfaat Praktis ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam hal promosi kesehatan khususnya pendidikan kesehatan atau penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada anak jalanan yang berada di wilayah Simpang Lima Kota Semarang. 2. Manfaat Teoritis dan Metodologis a. ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau rujukan bagi penelitian yang memusatkan perhatian tentang perilaku pencegahan kehamilan pada anak jalanan yang berada di wilayah Simpang Lima Kota Semarang. b. Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan informasi bagi penelitian selanjutnya. E. Keaslian Berdasarkan peneltian - penelitian terdahulu ada penelitian sejenis yaitu : No Peneliti (th) 1. Yeni Rahma Dwijayanti, Ike Herdiana (2011) Judul Perilaku Seksual Anak Jalanan Ditinjau dengan Teori Health Belief Model (HBM) Tabel 1.1 Keaslian Desain Studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif di Surabaya Hasil Diperoleh bahwa anak jalanan rentan melakukan perilaku seksual karena rasa ingin tahu yang besar dan ingin mencoba pengalaman baru di masa remaja. Mereka tidak menyadari dan menganggap bahwa perilaku seksual yang dilakukan saat ini tidak mempunyai dampak apapun terhadap diri mereka dan menganggap perilaku seksual yang http://digilib.unimus.ac.id 5
Lanjutan Tabel 1.1 Keaslian No Peneliti (th) 2. Lutfi Agus Salim (2010) 3. Oktaviani Widiastuti (2011) 4. Ikmal Hafiz Akhadi (2013) 5. Daud Rianto Purba (2012) Judul Kesehatan Seksual Anak dan Remaja Jalanan Seks Pranikah Pada Remaja Berpacaran Perilaku Seksual Anak Jalanan Dirumah Singgah dan Belajar (RSB) Diponegoro Yogyakarta Tahun 2012 Perilaku Seks Bebas Pada Anak Jalnan Dalam Perspektif Kriminologi Desain Studi Kualitatif di Semarang Kualitatif di Depok deskriptif dengan pendekatan kualitatif di Yogyakarta Kualitatif di Sumatera Hasil dilakukan tidak berlebihan dan tidak mempunyai risiko. Ditemukan lebih dari 50% anak jalanan pernah melakukan hubungan seksual pra nikah, dan dari prosentase tersebut anak perempuan mempunyai prosentase yang lebih tinggi dari pada anak laki - laki. Bahkan ada yang menjadi PSK dengan imbalan uang dan non uang seperti di ajak jalan - jalan, makan di restoran, dan diskotik. Cara melakukan melakukan hubungan seksual mereka bervariasi, yaitu sebagian besar melakukannya secara heteroseksual, secara oral seks, vaginal seks (paling banyak) dan anal seks. Frekuensi hubungan seksual 3-4 kali per bulan bahkan ada yang 7-8 kali per bulan. Pasangan hubungan seksual adalah pacar, teman, PSK jalanan. Di antara mereka ada yang terkena PMS dan tidak berobat karena biaya berobat mahal. Data yang diperoleh, ternyata menunjukkan bahwa gambaran perilaku seks pranikah pada remaja berpacaran terlihat kepada subjek yang tergolong usia remaja sudah melakukan hubungan intim atau hubungan seksual. Secara keseluruhan anak jalanan di RSB Diponegoro pernah melakukan perilaku seksual mulai dari berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, meraba, bersenggama, masturbasi/onani dan oral seks. Faktor yang mempengaruhi terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu kurang memadainya pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi, sedangkan faktor eksternalnya meliputi pengaruh teman, pengaruh lingkungan, pengaruh kondisi keluarga, dan media massa. Dampak terjadinya seks bebas pada anak jalanan disebabkan oleh faktor dalam diri anak tersebut, faktor keluarga, ekonomi, dan lingkungan. Dalam hal ini upaya penanggulangan yang dilakukan dalam mengatasi perilaku seks bebas pada anak jalanan adalah dengan cara pemerintah memberikan kesempatan untuk berkreasi, berfotensi, dibidang masing - masing dan menyalurkan bakat dan hobinya baik dibidang musik, olahraga ataupun otomotif. Dengan demikian peranan orangtua juga sangat berpengaruh dalam diri si anak. Untuk itu perlu diberikan arahan, bimbingan dan kasih sayang. Dengan cara demikian perilaku seks bebas pada anak jalanan tersebut tidak akan terjadi lagi. http://digilib.unimus.ac.id 6
Perbedaan penelitian - penelitian diatas dengan penelitian ini adalah penelitian ini lebih fokus pada bagaimana perilaku pencegahan kehamilan pada kalangan anak jalanan, sehingga judul yang dipilih untuk penelitian saya adalah Perilaku Pencegahan Kehamilan Pada Anak Jalanan Studi di wilayah Simpang Lima Kota Semarang Tahun 2013. http://digilib.unimus.ac.id 7