BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KAJIAN TEORI. Menurut Frick (1997), Ekologi dapat didefinisikan sebagai Ilmu yang. mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat memahami green building yang dijelaskan dalam Bulan Mutu

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar

PARAMETER ISIAN GREEN SCHOOL AWARD No Komponen Pengukuran/Indikator Keterangan. 1 Jumlah murid masukkan angka. 2 Jumlah guru masukkan angka

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERANCANGAN

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH ALAM

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

Kata Kunci : Kebijaksanaan, Permukiman Ramah Lingkungan, Permukiman Berdikari

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

PERTEMUAN XI PINTU DAN JENDELA. Oleh : A.A.M

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Arsitektur dan Lingkungan. Lilis Widaningsih

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

BAB IV KONSEP. Langkah-langkah untuk menerapkan Konsep Green Hospital, yaitu :

SAINS ARSITEKTUR II GRAHA WONOKOYO SEBAGAI BANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN DI IKLIM TROPIS. Di susun oleh : ROMI RIZALI ( )

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

Debri Haryndia Putri

SAINS ARSITEKTUR II Iklim (Tropis Basah) & Problematika Arsitektur

PENGERTIAN GREEN CITY

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

GAYA HIDUP RAMAH LINGKUNGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture,

BAB V KONSEP. Gambar 5.1 gambar konsep bentuk bangunan (Sumber : analisis 2013)

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

LEMBAR OBSERVASI PENELTIAN PENYELENGHGARAAN KESEHATAN LINGKUNGANSEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DAN SD SWASTA AL-AZHAR DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

`BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab IV. Konsep Perancangan

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

BAB IV : KONSEP. Adapun prinsip-prinsip pendekatan arsitektur hijau adalah sebagai berikut:

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

Latar Belakang KONSEP DESAIN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA RESOR DI DAERAH BERIKLIM TROPIS LEMBAB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat!

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang ini, konsep bangunan ramah lingkungan atau green building didorong menjadi tren dunia, terutama bagi pengembangan properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan ini mempunyai kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim mikro. Dalam pemanasan global, hal yang perlu diperhatikan adalah dengan penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan. Arsitektur ramah lingkungan, yang juga merupakan arsitektur hijau, mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur hijau mengandung juga dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosio-kultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau bersifat kompleks, padat dan vital dibanding dengan arsitektur pada umumnya. Sehingga mempelajari hal-hal yang terkait dalam bidang arsitektur tentu sangat penting. Seperti mempelajari Ekologi dalam arsitektur. Perhitungan ekologi perlu dipahami karena memerlukan rancangan suatu bangunan yang dapat berkelanjutan dikemudian hari dan seminimal mungkin tidak merusak lingkungan. Memperhitungkan desain ekologi yang mengedepankan konsep bangunan yang ramah lingkungan dan penampilan alam dalam desain tersebut tentunya menjadi hal yang sangat penting bagi para arsitek masa depan dan tidak lupa penggunaan bahan-bahan yang mudah diperbaharui juga perlu diperhatikan. Circle K Waturenggong adalah bangunan yang digunakan sebagai objek desain yang mempertimbangkan mengenai perhitungan ekologi. Circle K Waturenggong terletak di daerah Waturenggong, Circle K ini adalah salah satu cabang dari Circle K didaerah Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah MK Ekologi Arsitektur 1

1. Apa definisi perhitungan ekologi? 2. Apa manfaat perhitungan ekologi? 3. Bagaimana cara-cara mengaplikasikan perhitungan ekologi? 4. Apakah desain bangunan Circle K menerapkan prinsip perhitungan ekologi? 1.3 Tujuan 1. Memahami definisi perhitungan ekologi. 2. Memahami manfaat perhitungan ekologi. 3. Memahami cara-cara mengaplikasikan perhitungan ekologi. 4. Memahami penerapan prinsip perhitungan ekologi pada bangunan. MK Ekologi Arsitektur 2

BAB II PERHITUNGAN EKOLOGI 2.1 Pengertian Perhitungan Ekologi Desain yang dirancang dengan memperhatikan perhitungan lingkungan sekitar sehingga setelah desain ini terwujud tidak menganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Desain yang dibuat harus dapat menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Perhitungan desain ekologi mencakup luas tanah yang tidak digunakan secara maksimal, kilowatt-jam energi, air, jumlah tanah yang terkikis, dan semua dampak-dampak lingkungan lainnya terhadap sebuah desain. (Sumber : www. scribd.com) 2.2 Perhitungan - Perhitungan Ekologi Keberlanjutan (sustainability) akan terjadi bila dapat menjadi penghitungpenghitung ekologi yang lebih baik pada tataran tingkat komunitas.perhitungan ekologi secara hati-hati menyediakan ukuran dampak-dampak lingkungan secara akurat pada desain sehingga memungkinkan dampak-dampak ini menjadi informasi penting pada proses desain. Jika dampak-dampak lingkungan dipakai sebagai dasar untuk mencerminkan harga-harga produk, produk-produk desain yang ramah lingkungan akan lebih mudah dikembangkan kedepannya. Produksi yang ramah lingkungan (eco product) harus dijadikan syarat dalam sistem penyaluran dan kebutuhan produk atau supply and demand. ( Sumber : Williams, Daniels E (2007). Sustainable Design: Ecology, Architecture, and Planning. Willey) 2.2.1 Pencahayaan Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. MK Ekologi Arsitektur 3

Cara menghitung berapa lux cahaya yang masuk kedalam bangunan : Perbandingan luas jendela / luas bangunan Contoh : 2 : 9 = 0,22 0,22 x 1500 = 330 lux (Sumber : Frick, Heinz (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Semarang: Penerbit Kanisius) 2.2.2 Penghawaan Berada di daerah beriklim tropis dengan suhu dan kelembaban rata-rata harian tinggi serta kecepatan angin rendah menjadi alasan pentingnya kinerja yang baik pada sistem penghawaan dan ventilasi bangunan. Kurangnya penghawaan akan menyebabkan naiknya suhu dan kelembaban udara di dalam ruangan. Kelembaban merupakan media yang menguntungkan untuk bakteri-bakteri patogen (bakteribakteri penyebab penyakit). Menurut sumbernya, sistem penghawaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu sistem penghawaan alami dan sistem penghawaan buatan. (Sumber : Frick, Heinz (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Semarang: Penerbit Kanisius) 2.2.3 Air bersih Sumber air bersih dapat didapatkan melalui sumur bor ataupun melalui PDAM. Untuk perhitungan penggunaan air bersih per- hari bisa diasumsikan bahwa satu orang per-hari membutuhkan air sebanyak 100 liter kemudian dikalikan jumlah orang yang berada didalam bangunan tersebut, maka didapatkan kebutuhan air bersih didalam bangunan per- hari. (Sumber : lorenskambuaya.blogspot.com/2014/04/cara-menghitung-kebutuhan-air-bersih.html) 2.2.4 Air limbah MK Ekologi Arsitektur 4

Permukiman menyediakan sistem pengolahan air dengan mendaur ulang 100 persen air buangan cucian, dan limbah dari kamar mandi dan kloset. Air daur ulang bisa dipakai untuk mencuci kendaraan, membilas kloset, menyiram tanaman di taman, lapangan olah raga, dan lain-lain sehingga tak ada air yang terbuang. (Sumber : Frick, Heinz (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Semarang: Penerbit Kanisius) 2.2.5 Sampah Pengembangan didorong membangun tempat pemrosesan sampah dengan prinsip zero waste melalui program 3R (reduce, reuse, recycle). Seluruh penghuni diberdayakan mengurangi (reduce) pemakaian bahan-bahan sulit terurai yang bisa menekan produksi sampah hingga 50 persen. Sampah anorganik seperti kertas, botol, kaleng kayu, dan besi dipilah dan dipakai ulang (reuse). Sementara sampah organik diolah menjadi pupuk. (Sumber : Frick, Heinz (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Semarang: Penerbit Kanisius) 2.2.6 Material bangunan Penggunaan material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan Material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut : a. Dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat berbahaya bagi lingkungan; b. Dapat berhubungan langsung dengan alam, dalam arti makin dekat dengan alam karena kesan alami dari material tersebut; c. Bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau proses memindahkan yang besar, karena menghemat energi BBM untuk memindahkan material tersebut ke lokasi pembangunan); d. Bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami; Bangunan harus menggunakan bahan yang tepat, efisien, dan ramah lingkungan.bahan baku yang ramah lingkungan berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan bumi. (Sumber : Frick, Heinz (2007). Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Semarang: Penerbit Kanisius) BAB III MK Ekologi Arsitektur 5

PERHITUNGAN EKOLOGI DENGAN PROYEK 3.1 Lokasi dan Fungsi Gambar Circle K Waturenggong (Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014) Circle K Waturenggong adalah salah satu minimarket yang paling laris dikunjungi oleh setiap orang untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari. Circle K Waturenggong terletak di daerah Waturenggong, Circle K ini adalah salah satu cabang dari Circle K di daerag Denpasar. Minimarket ini menjadi salah satu pilihan utama bagi masyarakat untuk berbelanja barang kebutuhan, selain dengan barang-barang kebutuhan sehari-hari yang lumayan lengkap, minimarket ini juga buka selama 24 jam, sehingga masyarakat bisa berbelanja ke minimarket ini setiap saat tanpa kawatir akan tutup. 3.3 Perancangan MK Ekologi Arsitektur 6

Konsep Bangunan ini mengambil konsep minimalis dengan tampilan bangunan kotak dan bersih dari ornamen-ornamen. Layout plan Site Plan Lay out (Sumber: Survey lapangan, 16 November 2014) Site plan (Sumber: Survey lapangan, 16 November 2014) Denah MK Ekologi Arsitektur 7

(Sumber: Survey lapangan, 16 November 2014) Tampak Potongan (Sumber: Survey lapangan, 16 November 2014) MK Ekologi Arsitektur 8

(Sumber: Survey lapangan, 16 November 2014) 3.3 Perhitungan Ekologi 3.3.1 Pencahayaan Pencahayaan pada objek studi menggunakan 2 sistem yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pada pencahayaan alami bisa dilihat pada gambar, yaitu menggunakan kaca hampir disetiap dinding pada depan bangunan sehingga cahaya matahari bisa masuk. Dengan digunakannya material kaca seperti ini maka pencahayaan alami untuk di dalam bangunan bisa dimaksimalkan. Dalam upaya untuk penghematan energi. Perhitungn untuk pencahayaan buatan: Perbandingan luas jendela / luas bangunan 10,66 : 78 = 1,14 1,14 x 1500 = 1710 lux Jadi pencahayaan buatan pada bangunan Circle K ini adalah 1710 lux. Untuk malam hari bangunan ini menggunakan pencahayaan buatan dengan menggunakan lampu, penggunaan banyaknya lampu pada bangunan menyebabkan banyaknya energi listrik yang dipergunakan. MK Ekologi Arsitektur 9

Gambar: Circle K Waturenggong (Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014) 3.3.2 Penghawaan Untuk penghawaan yang digunakan pada objek studi menggunakan penghawaan buatan, itu dikarenakan hampir tidak ada bukaan seperti jendela dan ventilasi yang bisa menyalurkan udara luar kedalam bangunan, maka pada bangunan ini memanfaatkan penghawaan buatan yaitu menggunakan AC didalam bangunan. Gambar: CK Waturenggong ( AC dalam bangunan ) (Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014) MK Ekologi Arsitektur 10

3.3.3Air bersih Pada bangunan Circle K ini sumber air bersih didapat dari PDAM yang dialirkan kedalam area minimarket ini. Air dialirkan langsung menuju tempat-tempat yang membutuhkan air seperti pada toilet. Untuk penggunaan air bersih per- hari bisa diasumsikan bahwa satu orang per-hari membutuhkan air sebanyak 100 liter. Sementara dalam sehari di minimarket ini terdapat 6 pekerja yang bekerja selama 24 jam dengan jadwal yang sudah ditentukan. Maka dalam 24 jam air yang dibutuhkan yaitu sebanyak 600 liter selama 1 hari atau 24jam. Gambar: Circle K Waturenggong ( toilet ) (Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014) MK Ekologi Arsitektur 11

3.3.4 Air limbah Air limbah adalah air buangan dari dalam bangunan, seperti dari dapur, toilet dan washtafel. Untuk banguan pada objek air limbah hanya bersumber dari toilet dan air hujan. Air limbah dapat dibagi menjadi dua yaitu air bekas dan air kotor. a. Air bekas pada bangunan yaitu bersumber dari toilet yang selanjutnya akan disalurkan ke bak peresapan. b. Air kotor pada bangunan yaitu berumber dari toilet yaitu dari kotoran-kotoran manusia yang selanjutnya air kotor tersebut akan ditampung pada septictank. 3.3.5 Sampah Sistem sampah pada bangunan yaitu dengan menyediakan tempat sampah di dalam ruangan yaitu pada kasir dan bak sampak di luar bangunan. Alur sampah pada objek ini yaitu dimulai dari dalam bangunan, yaitu sampah-sampah ditampung di tempat sampah di dalam bangunan dan selanjutnya akan di buang ke dalam bak sampah yg berada di luar bangunan, setelah itu semua sampah tersebut akan diangkut oleh petugas kebersuhan dan langsung dibuang ke TPA. Untuk sampah di objek ini, sampah tidak dibedakan antara sampah plastic,kertas,botol dan sebagainya. MK Ekologi Arsitektur 12

3.3.6 Material bahan bangunan Gambar: Circle K Waturenggong bagian depan (Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014) Gambar: Circle K Waturenggong bagian depan (Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014) Untuk material eksterior bangunan Circle K ini yaitu pada bagian depan hampir semua dinding menggunakan kaca dan beton masiv dengan finishing cat putih, lantai di bagian depan menggunakan lantai kramik warna putih dengan ukuran 40x40, dan pada MK Ekologi Arsitektur 13

bagian atas menggunakan dak yang dilapisi lapisan PVC sekaligus sebagai identitas supermarket dan plafond menggunakan gypsum. BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN EKOLOGI DENGAN PROYEK 4. 1 Pencahayaan Pada prinsip-prinsip perhitungan, hal yang menjadi penekanan adalah bagaimana kita di dalam mendesain agar dapat menghemat penggunaan energi, salah satu caranya yaitu dengan menggunakan energi-energi alternatif alam. Seperti pada pencahayaan, agar dapat menjadi bangunan yang ekologis, maka bidang-bidang massif pada bangunan seharusnya diminimalisir dengan adanya material-material pengganti yang dapat menyalurkan cahaya matahari, misalnya kaca. Dengan penggunaan kaca dapat memaksimalkan pencahayaan alami pada bangunan. Pada objek studi Mini Market Circle K di Panjer, pencahayaan alami sudah dimanfaatkan dengan baik, walaupun belum secara maksimal, namun terlihat sudah diusahakan terutama pada sisi-sisi depan bangunan. Pada objek disediakan sebuah bukaan yang memiliki luasan 10.95 m2. Dan luasan lantai bangunan objek adalah 66 m2. Sedangkan untuk standard minimal bukaan yang baik adalah 1/6 dari luasan lantai. Dari perhitungan itu didapat ( 1/6 x 66 = 11 m2) jadi untuk memenuhi kebutuhan pencahayaan pada objek, dibutuhkan bukaan dengan luasan 11 MK Ekologi Arsitektur 14 Bidang sisi depan mini market

m2, sedangkan pada objek disediakan 10.95 m2. Jadi walaupun masih kurang lagi sedikit, tp sudah cukup memenuhi standard Gambar: Tampak depan CK Waturenggong (Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014) Gambar: Tata cahaya buatan pada objek (Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014) Untuk pencahayaan buatannya sendiri menggunakan beberapa buah lampu, yaitu lampu neon, TL, dan beberapa lampu downlight untuk menerangi barang yang dijual dalam mini MK Ekologi Arsitektur 15

market ini. Terlihat sangat banyak menggunakan pencahayaan dikarenakan tuntutan fungsinya untuk sebuah mini market yang notabene harus dapat terlihat dengan jelas pada saat malam hari. Namun sangat boros pada penggunaan energi. 4. 2 Penghawaan Desain yang ekologis selanjutnya adalah dengan memaksimalkan potensi-potensi alam yang ada disekitar site dengan karakteristik yang khusus. Objek studi ini berada di Bali, Indonesia yang notabene merupakan daerah yang beriklim tropis, sehingga diupayakan, atau bahkan harus memaksimalkan potensi iklim tropis, yaitu adanya angin yang melimpah. Angin ini dapat dimanfaatkan untuk penghawaan alami pada bangunan. Sehingga dengan pemanfaatan udara alami sekitar bisa menghemat energi juga dalam bangunan tersebut. Pada objek studi Mini Market Circle K, untuk penghawaan alami tidak dimanfaatkan. Ini terlihat pada penggunaan kaca mati untuk elemen samping bangunan. Jadi tidak ada space untuk udara alami dari luar masuk kedalam ruangan. Kaca mati kurang memberikan penghawaan alami di dalam bangunan Gambar: Penggunaan kaca mati pada CK (Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014) Upaya pemanfaatan udara alami dalam bangunan harus juga didukung oleh udara yang sehat dari luar bangunan, jika dilihat pada objek studi, bangunan terletak di depan sebuah jalan yang dipadati oleh kendaraan yang berlalu lintas, sehingga udara yang dihasilkan juga tidak sehat. Maka dari itu untuk memanfaatkan penghawaan alami, harus dapat dipastikan udara yang akan digunakan adalah udara yang sehat. Karena udara yang tersedia tidak sehat, maka hendaknya buat udara sehat sendiri dalam site, misalnya dengan penanaman vegetasi-vegetasi MK Ekologi Arsitektur 16

penghasil oksigen dalam site, agar kualitas udara yang dihasilkan lebih baik dari udara yang berada diluar site. Penambahan vegetasi di dalam site guna menciptakan udara sejuk didalam site, dan kedalam bangunan dengan pemanfaatan penghawaan alami tadi. Ini juga berarti dapat mengurangi biaya ataupun energi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan alat-alat penghawaan buatan yaitu AC. Sehingga bangunan ini menjadi lebih ekologis, baik dari segi kesehatan udaranya maupun prinsip penghematan energi pada bangunan. Gambar: Penggunaan AC pada objek (Sumber: Survey lapangan, 15 November 2014) Penggunaan penghawaan buatan pada objek menggunakan AC split yang berjumlah 2 unit. AC ini untuk mendukung kenyamanan pengunjung pada mini market ini dalam berbelanja, MK Ekologi Arsitektur 17

mengingat pada tempat ini tidak menggunakan penghawaan alami, sehingga mau tidak mau harus menggunakan penghawaan buatan. Ini membuat bangunan ini menjadi tidak ekologis, dari segi dampak negative yang timbul seperti Ozone dan lain-lannya. Begitu juga dampak pada penggunaan energi listrik. 4. 3 Air bersih Air bersih dari PDAM agar dapat dimanfaatkan secara bijak, karena pada keadaan kemarau air menjadi sulit. Maka dari itu penggunaan air berlebih agar ditiadakan, misalnya untuk pencucian alat-alat memasak, wastafel, penyiraman kloset, dll. Salah satu contoh penghematan air adalah dengan menggunakan tisu toilet, dll. Sehingga penghematan air akan berdampak pada penghematan biaya dan energi pada bangunan. 4. 4 Air limbah Pengolahan air limbah pada site diupayakan agar dapat dimanfaatkan khususnya untuk air limbah bekas, kamar kecil. Air bekas ini nantinya setelah diolah dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dalam site, misalnya untuk penyiraman kebun, penyiraman kloset, dll. Sehingga dapat menghemat penggunaan air bersih dari PDAM. 4. 5 Sampah Sampah dalam site tidak dimanfaatkan lebih lanjut, dikumpulkan dan dibuang begitu saja ke TPS. Untuk dapat mendesain bangunan yang ekologis dalam hal ini pengolahan sampah, maka perlu adanya penerapan prinsip-prinsip 3R (reuse, reduce, recycle) pada bangunan. Misalnya dengan pengurangan bahan-bahan yang tidak dapat terurai dengan cepat, seperti plastik dan lain-lain. Untuk itu diperlukan adanya pengganti agar penggunaan plastic diminimalisir, misalnya dengan penggunaan botol kaca, ini dapat digunakan kembali, jadi tidak memerlukan pengolahan lebih lanjut, sehingga dapat menghemat biaya. 4. 6 Material bahan bangunan Dalam pemilihan bahan bangunan yang ekologis harus memenuhi beberapa kriteria, baik dari segi kekuatan, kesehatan, ekonomis, dll. Agar mendapatkan bahan-bahan yang memenuhi kriteria tersebut harus melihat kondisi sekitar site tersebut. Dalam objek studi Circle K Panjer, MK Ekologi Arsitektur 18

penggunaan materialnya tidak terlalu menonjol, dimana material-material yang dipakai pada elemen bawah yaitu keramik, elemen samping dinding massive dari batako dengan finishing cat tembok, serta elemen atasnya menggunakan plafond gypsum serta bagian depan atas menggunakan bahan PVC. Dari bahan-bahan tersebut apabila dilihat dari sisi ekonomis memang terdapat nilai yang baik, karena bahan-bahan tersebut dapat dijumpai dibeberapa tempat pada daerah Denpasar ini, jadi biaya pengangkutan ke lapangan saat proyek pun tidak terlalu besar. Namun apabila dilihat dari sisi tampilan yang mencirikan alam masih sangat kurang. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penerapan desain yang menginformasikan perhitungan ekologi pada bangunan Circle KWaturenggongmasih kurang mengingat sebagian besar aspek-aspek perhitungan ekologisnya masih tidak terpenuhi walaupun ada beberapa yang sudah sesuai. Aspek-aspek tersebut antara lain : 1. Pencahayaan Dari standard minimal luas bukaan yang dianjurkan, bukaan pada objek sudah memenuhi standard. 2. Penghawaan. Kurang memenuhi standard karena penggunaan AC akibat tidak adanya bukaan yang dapat memasukan udara alami ke dalam bangunan. 3. Air bersih. Penggunaan air bersih pada objek tidak terlalu sering, karena hanya digunakan untuk penyiraman toilet dan shower. Jadi penggunaan air bersih pada objek dapat ditekan agar tidak boros. MK Ekologi Arsitektur 19

4. Air limbah. Air limbah dialirkan ke septictank lalu ke peresapan, bukan ke saluran drainase sekitar site, jadi tidak akan mencemari lingkungan sekitar. 5. Sampah. Belum ekologis, karena hanya disediakan satu buah tempat sampah kecil di depan pintu masuk. 6. Material bangunan. Sudah cukup ekologis karena material-material yang digunakan bisa didapat dengan mudah di sekitaran site, jadi biaya transportasi dan pemasangan tidak tinggi. 5.2 Saran Pola pemikiran konsep desain sekarang seharusnya mengedepankan konsep desain ekologis sehingga alam yang ada di sekitar tidak terganggu kehidupannya. Menjaga keselarasan dengan alam dapat menjaga keharmonisan serta keindahan bumi ini. Adapun saran-saran desain untuk bangunan ini adalah : Memaksimalkan bukaan pada bangunan untuk menghemat energi listrik yang digunakan untuk pencahayaan dan penghawaan buatan. Menggunakan tanki air untuk menampung ketersediaan kebutuhan air. Membuat tempat penampungan sampah yang ideal sesuai dengan jenis sampah organik dan anorganik. MK Ekologi Arsitektur 20

DAFTAR PUSTAKA Frick, Heinz (2007).Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis. Semarang: Penerbit Kanisius Williams, Daniels E (2007). Sustainable Design: Ecology, Architecture, and Planning. Willey www. scribd.com lorenskambuaya.blogspot.com/2014/04/cara-menghitung-kebutuhan-air-bersih.html MK Ekologi Arsitektur 21