BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan tanaman yang berkhasiat sebagai penurun kadar gula darah. Aktivitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM MALAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn, DAN VITAMIN C SKRIPSI

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit kurang kalori protein (KKP) dan defisiensi vitamin A serta anemia

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI ASAM SITRAT-ASAM TARTRAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EFFERVESCENT YANG MENGANDUNG Fe, Zn DAN VITAMIN C SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besi atau anemia gizi besi. Anemia defisiensi besi ini jauh lebih lazim terjadi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Karena temulawak hanya bisa tumbuh dan berproduksi dengan baik di daratan

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Dalam bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia) DENGAN POLIVINILPIROLIDON (PVP) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SKRIPSI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

EKSTRAK TANAMAN CEPLUKAN

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

1. PROSPEK TEH HIJAU SEBAGAI INDUSTRI HILIR TEH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

FORMULASI ETANOL SKRIPSI K SURAKARTA. Oleh :

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Begitu banyak khasiat jahe merah. Antara lain sebagai pencahar, antirematik, peluruh keringat, peluruh masuk angin, meningkatkan gairah seks,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT EKSTRAK AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia) DENGAN PULVIS GUMMI ARABICUM (PGA) SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SKRIPSI

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

SIDANG TA Disusun oleh : Elly Rosyidah Rakhmy Ramadhani S Dosen Pembimbing :

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMULASI TABLET KUNYAH EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) DENGAN KOMBINASI BAHAN PENGISI MANITOL-LAKTOSA SKRIPSI

dan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh orang dewasa maupun anak-anak. Loratadin merupakan salah satu jenis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

EKA IRMA PRATIWI K

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Loratadin merupakan obat anti histamin non-sedatif yang biasa

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

FORMULASI TABLET EFFERVESCENT

obat-obat tradisional yang telah menggunakan cara-cara modern. Umumnya masyarakat jaman dahulu menggunakan daun sirih merah masih dalam cara yang

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN MANITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP SIFAT FISIK DAN RESPON RASA TABLET EFFERVESCENT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada mulanya jeruk nipis mempunyai nama Latin Citrus aurantium

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORMULASI TABLET EKSTRAK DAUN SAMBILOTO (Andrographis paniculata N.) SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN KOMBINASI MANITOL SORBITOL SEBAGAI BAHAN PENGISI

EKSTRAK TANAMAN CEPLUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanaman obat di Indonesia. Dalam penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan konsumsi yang berbeda-beda, antara lain untuk kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

a. Pemeriksaan Organoleptis b. Uji Susut Pengeringan... 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman lidah buaya merupakan salah satu tanaman asli dari Afrika.

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DAN CMC

TABLET EFFERVESCENT TABLET EFFERVESCENT. I. Pendahuluan

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia larutan. Gas yang dihasilkan saat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

Lampiran 1. Hasil determinasi tumbuhan

APLIKASI METODE RESPON PERMUKAAN DAN GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI SIFAT FISIK DAN MEKANIK TABLET OBAT

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SUKROSA-LAKTOSA-ASPARTAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan cairan lain seperti pepsin di dalam lambung. Kondisi hiperasiditas lambung

(apigenin, apiin, isoquercitrin), furanocoumarins (apigravin, apiumetin, apiumoside, bergapten, selerin, selereosid, isoimperatorin, isopimpinellin,

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolang-kaling merupakan olahan buah pohon aren atau enau (Arenga pinnata (Wurmb) Merr). Salah satu kandungan didalamnya yang bisa kita manfaatkan yaitu kandungan mineral kalsium. Laporan hasil uji LPPT mendapatkan kandungan kalsium dalam kolang-kaling segar cukup tinggi yaitu sebesar 40,050 mg/100 g, apabila dibandingkan dengan kalsium pada susu sapi segar sebesar 32,870 mg/100 g. Salah satu manfaat kalsium yakni sebagai pembentuk tulang sehingga dapat mencegah oestoporosis dan menjaga kesehatan tulang. Selama ini kolangkaling telah dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebelum dikonsumsi, kolang-kaling direbus terlebih dahulu dalam jumlah tertentu dan dikonsumsi rutin supaya khasiat untuk mencegah oestoporosis dan menjaga kesehatan tulang dapat dirasakan. Kebanyakan masyarakat merasa kesulitan dalam menyiapkan kolang-kaling. Ekstrak kolang-kaling diformulasi menjadi bentuk sediaan effervescent supaya masyarakat lebih mudah dan praktis dalam mengkonsumsinya. Suplemen kalsium dari ekstrak kolang-kaling dibuat dalam bentuk sediaan tablet effervescent. Keuntungan bentuk sediaan ini dibanding sediaan lain, diantaranya dalam hal penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat, menghasilkan rasa yang enak dan mudah untuk digunakan 1

2 serta nyaman. Permasalahan dalam penelitian ini adalah tentang jumlah asam dan basa dalam formula. Optimasi yang dilakukan adalah dengan memvariasi jumlah asam sitrat, asam tartrat dan basa natrium bikarbonat. Tablet effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartrat daripada hanya satu asam saja, karena penggunaan asam tunggal akan menyebabkan kesulitan dalam formulasi. Asam sitrat dipilih dalam formula tablet effervescent ini karena mudah larut dalam air dan mudah diperoleh dalam bentuk granul. Penggunaan asam tartrat dalam formulasi tablet effervescent dikarenakan kelarutan nya yang lebih tinggi dari asam sitrat dan mudah diperoleh. Apabila asam tartrat sebagai asam tunggal, granul yang dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal (Ansel dkk., 2005). Asam tartrat dapat berfungsi sebagai pengatur ph dan menjadi pengawet (Anonim, 2013 b ). Penggunaan asam sitrat sebagai pemberi rasa asam, pengawet, pencegah rusaknya warna, aroma serta pengatur ph (Alikonis cit Kusumawati, 1979 ). Penggunaan asam sitrat tunggal akan menghasilkan campuran lekat dan sukar dibuat granul (Ansel dkk., 2005). Rasio asam sitrat : asam tartrat sebesar 1:2. Rentang unsur asam yang umum digunakan dalam formula tablet effervescent adalah 0,5-50%. Asam sitrat dan asam tartrat tidak stabil terhadap pemanasan berlebih dan kelembaban (Anonim, 2013). Sumber basa digunakan natrium bikarbonat, sebagai bahan penghancur pada tablet effervescent (Ansel dkk., 2005). Selain sebagai sumber karbondioksida, Natrium bikarbonat dalam formulasi tablet effervescent juga berfungsi sebagai penstabil karena sifatnya yang nonhigroskopis (Lachman dkk,

3 1986). Natrium bikarbonat dapat mengalami dekomposisi karena adanya panas yaitu pada suhu di atas 120 o C serta pada RH di atas 85% akan menyerap air dari lingkungan sehingga dapat mempengaruhi stabilitas tablet (Reynolds cit Wiyono, 1982). Rentang unsur basa yang umum digunakan dalam formula tablet effervescent adalah 25-50% (Rowe dkk., 2009). Kontrol kualitas akan dilihat sifat fisik granul dan sifat fisik tablet yang dihasilkan, sehingga akhirnya dapat diperoleh suatu formula sediaan tablet effervescent yang optimal, memenuhi persyaratan dan rasa yang lebih disukai masyarakat. A. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang di atas, permasalahan dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh variasi jumlah asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat dari komposisi tablet effervescent terhadap sifat fisik granul, sifat fisik tablet, dan rasa tablet effervescent? 2. Berapa proporsi asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan formula optimum? 3. Bagaimana stabilitas fisik tablet effervescent formula optimum selama penyimpanan 1 bulan? B. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh variasi jumlah asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat dari komposisi tablet effervescent terhadap sifat fisik granul, sifat fisik tablet, dan rasa tablet effervescent. 2. Mengetahui proporsi asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat yang menghasilkan formula optimum.

4 3. Mengetahui stabilitas fisik tablet effervescent formula optimum selama penyimpanan 1 bulan. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini akan memberikan informasi mengenai formula optimum tablet effervescent dari ekstrak kolang-kaling (Arenga pinnata (Wurmb) Merr) sehingga didapatkan tablet effervescent yang berkualitas dengan sifat fisik tablet terbaik dan rasa yang lebih disukai masyarakat. D. Tinjauan Pustaka 1. Uraian buah aren / kolang-kaling (Arenga pinnata (Wurmb) Merr) Gambar 1. Buah Kolang-kaling www.sayangi.com Arenga pinnata (Wurmb) Merr atau dikenal sebagai pohon aren, termasuk dalam suku Arecaceae. Pohon ini tumbuh dan tersebar hampir di seluruh wilayah nusantara, khususnya di daerah-daerah perbukitan yang lembab, dan tumbuh secara individu maupun secara berkelompok (Sunanto cit Lempang, 1993). Aren sering tumbuh mulai dari permukaan laut sampai ketinggian 1.300 m di permukaan laut (Lempang, M., 2012).

5 Buah aren berupa buah buni, yaitu buah yang berair tanpa dinding dalam yang keras. Bentuknya bulat lonjong, bergaris tengah 4 cm. Tiap buah aren mengandung tiga biji. Buah aren yang setengah masak, kulit bijinya tipis, lembek dan berwarna kuning. Cadangan makanan (endosperm) berwarna putih agak bening dan lunak. Endosperma buah aren berupa protein albumin yang lunak dan putih seperti kaca kalau masih muda (Soeseno cit Lempang, 1992). 2. Ekstraksi a. Simplisia Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan obat yang belum mengalami perubahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan (Departemen Kesehatan RI, 1979). Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan seperti berikut : pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Sebelum dibuat dalam bentuk serbuk, simplisia nabati harus dibebaskan dari debu, pasir, atau pengotor lain yang berasal dari tanah maupun benda organik asing (Departemen Kesehatan RI, 1995). b. Ekstrak Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang ditetapkan

6 (Departemen Kesehatan RI, 1995). Pembuatan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang ada di dalam simplisia terdapat dalam bentuk yang memenuhi kadar yang tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat diatur dosisnya. Metode dasar penyarian antara lain: maserasi, perkolasi, infundasi, dan penyarian berkesinambungan (Departemen Kesehatan RI, 1986). 1) Maserasi Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari (Departemen Kesehatan RI, 1986). 2) Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan (Departemen Kesehatan RI, 2000). 3) Infundasi Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia dengan air pada suhu 90 0 C selama 15 menit. Infundasi adalah proses untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati. Penyarian cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kapang dan kuman. Sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Departemen Kesehatan RI, 1986). 4) Penyarian Berkesinambungan Penyarian berkesinambungan dengan alat soxhlet merupakan cara penyarian yang lebih baik, karena sari yang didapat lebih banyak dan juga penyari

7 yang diperlukan lebih sedikit dibandingkan dengan cara maserasi dan perkolasi (Departemen Kesehatan RI, 1986). 3. Tablet effervescent Tablet effervescent yaitu tablet yang dibuat dengan cara mengempa bahanbahan aktif dengan sumber asam dan sumber karbonat. Bila tablet effervescent dimasukkan dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara sumber asam dan sumber karbonat sehingga membentuk garam natrium dari asam kemudian menghasilkan gas dalam bentuk karbondioksida. Reaksinya berjalan cukup cepat atau bisa kurang dari 1 menit. Di samping menghasilkan larutan yang jernih, tablet effervescent juga memberikan rasa yang enak karena adanya gas karbondioksida yang membantu memperbaiki rasa (Banker & Anderson, 1986). Tablet dilarutkan atau didispersikan dalam air sebelum pemberian. Tablet effervescent harus disimpan dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab, pada etiket tertera tidak langsung ditelan (Departemen Kesehatan RI, 2014). Keuntungan tablet effervescent sebagai bentuk sediaan adalah penyiapan larutan dalam waktu seketika yang mengandung dosis obat yang tepat. Selain itu, tablet effervescent juga menghasilkan rasa yang enak karena adanya karbonat yang membantu memperbaiki rasa obat tertentu. Kerugian tablet effervescent ialah pemakaiannya agak terbatas, hal ini disebabkan karena untuk menghasilkan tablet effervescent yang stabil secara kimia sangatlah sulit (Banker & Anderson, 1986). Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan untuk tablet effervescent yang membedakan dari tablet biasa adalah sifat higroskopis bahan.

8 Untuk alasan ini bentuk anhidrat dengan sedikit atau yang tidak menyerap air dan dengan partikel air terikat pada bentuk hidrat yang stabil dianjurkan untuk dipakai. Akan tetapi, sedikit air juga dibutuhkan untuk proses granulasi (Mohrle, 1980). Garam-garam effervescent diolah dengan dua metode umum, yaitu metode peleburan (fusion method) dan metode basah. Adapun metode-metode tersebut adalah sebagai berikut : 1) Metode Peleburan (fusion method) Metode peleburan (fusion methode) hampir digunakan dalam pengolahan semua serbuk effervescent yang diperdagangkan. Satu molekul air yang ada pada setiap molekul asam sitrat bertindak sebagai unsur penentu bagi pencampuran serbuk. Sebelum serbuk dicampur, kristal asam sitrat diserbuk terlebih dahulu agar mudah dicampur dengan serbuk lain. Alat untuk pencampuran harus terbuat dari stainless steel atau bahan lain yang tahan terhadap efek asam (Ansel dkk., 2005). Pencampuran dilakukan dengan cepat dan pada ruang dengan kelembaban rendah. Setelah proses pencampuran, bubuk diletakkan di atas piring (dish) yang sesuai di dalam oven pada suhu antara 34 o C-40 o C. Panas menyebabkan lepasnya air kristal dari asam sitrat, sehingga menyebabkan sebagian campuran serbuk menjadi larut, terjadi reaksi kimia dan terlepasnya sebagian gas karbondioksida. Akibat dari hal ini adalah terbentuknya spon dari serbuk yang semula halus. Spon serbuk tersebut dapat dikeluarkan dari oven setelah mencapai kepadatan yang tepat untuk kemudian diayak dengan

9 ukuran sesuai keinginan. Granul mengering pada suhu tidak lebih dari 58 0 C dan segera ditempatkan dalam wadah tertutup rapat (Ansel dkk., 2005). 2) Metode Basah Metode basah berbeda dengan metode peleburan dalam hal sumber bahan pengikatnya yang bukan berupa air kristalisasi asam sitrat, tetapi berupa pengikat yang ditambah dengan alkohol sebagai pembasah (pembentuk massa lunak untuk granulasi). Pada metode ini, semua bubuk kemungkinan bersifat sebagai anhidrat selama air ditambahkan ke dalam cairan pembasah. Penambahan cairan hanya dibutuhkan secukupnya untuk menghasilkan massa dengan konsistensi tepat, kemudian granul yang dihasilkan dikeringkan sama seperti yang telah dijelaskan pada metode peleburan (Ansel dkk., 2005). Pembuatan tablet effervescent memerlukan bahan tambahan. Bahan tambahan merupakan bahan penolong yang ditambahkan dalam formulasi suatu sediaan untuk berbagai fungsi dan tujuan tertentu. Bahan tembahan yang digunakan dalam pembuatan tablet effervescent antara lain : a. Sumber Asam Sumber asam meliputi food acid yaitu bahan yang mengandung asam atau yang dapat membuat suasana asam pada campuran effervescent. Sumber asam jika direaksikan dengan air akan terhidrolisa kemudian melepaskan karbondioksida. Sumber asam yang umum digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah asam sitrat dan asam tartrat. Rasio asam sitrat : asam tartrat sebesar 1:2. Rentang unsur asam yang umum digunakan dalam formula tablet effervescent adalah 0,5-50%. Asam sitrat tersedia dalam bentuk serbuk, bentuk free-flowing,

10 anhidrat dan bentuk monohidrat. Asam sitrat ini sangat higroskopis sehingga harus dijaga dari masuknya udara terutama bila disimpan dalam ruang dengan kelembaban yang tinggi. Asam tartrat juga digunakan dibanyak bentuk sediaan effervescent. Asam tartrat banyak tersedia di pasaran, memiliki sifat lebih mudah larut dibanding asam sitrat dan lebih higroskopis (Mohrle, 1980). b. Sumber Basa Sumber basa digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet effervescent (Ansel dkk., 2005). Sumber karbonat yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah natrium bikarbonat (NaHCO 3 ) dan natrium karbonat (Na 2 CO 3 ). Rasio natrium bikarbonat yang baik sebesar 3,5 (Ansel dkk., 2005). Rentang unsur basa yang umum digunakan dalam formula tablet effervescent adalah 25-50% (Rowe dkk., 2009). Natrium bikarbonat lebih banyak dipakai dalam pembentukan tablet effervescent. Natrium bikarbonat mempunyai kelarutan yang sangat baik dalam air, non higroskopis, serta tersedia secara komersil mulai bentuk bubuk sampai granul (Mohrle, 1980). Natrium bikarbonat dapat mengalami dekomposisi karena adanya panas yaitu pada suhu di atas 120 o C serta pada RH di atas 85% akan menyerap air dari lingkungan dan menyebabkan dekomposisi dengan hilangnya karbondioksida sehingga dapat mempengaruhi stabilitas tablet effervescent (Reynolds cit Wiyono, 1982). c. Bahan Pengikat Bahan pengikat adalah bahan yang digunakan untuk mengikat serbuk menjadi granul atau menaikkan kekompakkan kohesi bagi tablet kempa langsung (Banker & Anderson, 1986). Bahan pengikat yang digunakan sebaiknya larut

11 dalam air antara lain dekstrosa, sorbitol, xylitol, dan laktosa (Lee, 2001). Penelitian ini menggunakan PVP 2% dalam alkohol sebagai pengikat. Rentang PVP yang diperbolehkan untuk dijadikan sebagai pengikat dalam tablet sebesar 0,5% - 5% (Rowe dkk., 2009). d. Bahan Pengisi Bahan pengisi dapat ditambahkan dengan pertimbangan memiliki kelarutan yang cepat, memiliki ukuran partikel yang mirip dengan komponen yang lain dalam tablet, serta memiliki bentuk kristal sehingga memiliki kompresibilitas yang besar. Tablet effervescent umumnya tidak membutuhkan adanya pengisi dan komponen dari bahan effervescent itu sendiri sudah tersedia dalam jumlah banyak (Mohrle, 1980). Maltodekstrin dipilih sebagai bahan pengisi dalam formula ini karena mudah larut dalam air dan dapat memperbaiki rasa (Rowe dkk., 2009). e. Bahan Pelicin Bahan pelicin atau lubrikan berfungsi untuk mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan (Departemen Kesehatan RI, 1995). Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu, kadar lubrikan yang berlebihan harus dihindarkan. Polietilenglikol dan beberapa garam lauril sulfat digunakan sebagai lubrikan yang larut, tetapi lubrikan yang seperti ini pada umumnya tidak memberikan sifat lubrikasi yang optimal dan diperlukan dengan kadar yang lebih tinggi (Departemen Kesehatan RI, 1995). PEG 6000

12 dipilih sebagai bahan pelicin karena mempunyai sifat alir yang bagus atau free flowing, hidrofilik, stabil, dan nonhigroskopis. WHO menetapkan ADI (Acceptable Daily Intake) untuk Polietilenglikol sebesar 10 mg/kg BB (Rowe dkk., 2009). f. Bahan tambahan lain Menurut Lee (2001), dalam pembuatan tablet effervescent dapat ditambahkan pewarna (buatan atau alami), pemanis (sakarin, aspartam), dan aroma. Tujuannya adalah untuk memperbaiki penampilan produk atau menutupi kekurangan bahan aktif. Tetapi yang paling penting untuk diperhatikan adalah bahan tersebut harus mudah larut dalam air agar tidak meninggalkan residu. Pemanis merupakan bahan tambahan yang digunakan dalam formula. Pemanis yang digunakan yaitu Aspartam. Bahan ini lebih manis 180-200 kali dibandingkan dengan sukrosa dan tidak memberikan rasa pahit setelah rasa manisnya, tetapi aspartam tidak stabil terhadap kelembaban (Ansel dkk., 2005). Aspartam merupakan pemanis buatan dengan nilai ADI (Acceptable Daily Intake) sebesar 40 mg/kg BB (Rowe dkk., 2009). 4. Kontrol Kualitas Effervescent a. Uji Sifat Fisik Granul Pengukuran sifat fisik granul meliputi : 1) Waktu Alir Waktu alir merupakan waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah granul atau serbuk pada alat yang dipakai. Mudah tidaknya granul mengalir dipengaruhi oleh bentuk granul, sifat permukaan granul, densitas, dan kelembaban

13 granul (Fassihi & Kanfer, 1986). Umumnya, granul atau serbuk dikatakan mempunyai sifat alir yang baik dan mudah dilakukan penabletan jika untuk 100 gram granul atau serbuk mempunyai waktu alir kurang dari 10 detik (FDA, 2006). 2) Densitas massa Densitas massa granul didapat dari pembagian massa granul dengan volume totalnya. Densitas massa tergantung dari bentuk granul. Granul bentuk bulat akan meningkatkan densitas massanya. Densitas massa mempengaruhi rasio kompresi yang berefek pada ketebalan tablet dan juga berpengaruh pada sifat alir (Banker & Anderson, 1986). 3) Kompaktibilitas granul Kompaktibilitas granul menunjukkan kemampuan granul untuk memadat menjadi massa yang kompak. Uji ini menggunakan mesin tablet single punch dengan berbagai tekanan dari yang terendah ke yang tertinggi dengan mengatur kedalaman punch atas turun ke ruang die. Kompaktibilitas digambarkan dengan kekerasan tablet yang dihasilkan (Shotton dkk., 1976). b. Uji Sifat Fisik Tablet Effervescent 1) Uji keseragaman bobot Sepuluh tablet ditimbang satu per satu dengan neraca analitik. Bobot tablet dicatat, dihitung nilai presentase (%) dari target bobot tablet, dan dihitung nilai standar deviasi. Perhitungan nilai penerimaan (NP) berdasarkan rata-rata nilai presentase dari target bobot tablet yang didapat. Persyaratan terpenuhi apabila NP di bawah 15% (Departemen Kesehatan RI, 2014).

14 2) Uji kekerasan tablet Banker dan Anderson (1986) menyebutkan bahwa kekerasan dapat diartikan sebagai kekuatan menghancurkan tablet. Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet melawan tekanan mekanik seperti goncangan, pengikisan dan ketahanan tablet selama pengemasan serta pendistribusian kepada konsumen. Alat yang digunakan untuk mengukur kekerasan tablet adalah hardness tester (Ansel dkk., 2005). Kekerasan tablet yang baik adalah 4-8 kg (Parrot, 1971). 3) Uji kerapuhan tablet Kerapuhan menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik terutama goncangan dan pengikisan. Kehilangan berat tidak boleh lebih dari 1% (Agoes, 2012). Ketahanan terhadap kehilangan berat menujukkan tablet tersebut untuk bertahan terhadap goresan ringan atau kerusakan dalam penanganan, pengemasan dan pendistribusian (Ansel dkk., 2005). 4) Uji waktu larut Waktu yang dibutuhkan tablet untuk melarut dalam air mulai tablet dimasukkan sampai tablet terlarut semua dinyatakan sebagai waktu larut. Waktu larut untuk tablet effervescent yang baik adalah kurang dari 2 menit (Lachman dkk, 2008). Adanya bahan yang water-insoluble serta tablet yang terlalu keras dapat menambah waktu larut (Mohrle, 1980).

15 c. Uji tanggap rasa Uji tanggap rasa dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan responden terhadap tablet effervescent yang dihasilkan. Parameter ini memegang peranan penting karena berkaitan langsung dengan acceptibility terhadap konsumen. 5. Uji stabilitas tablet effervescent Stabilitas fisik tablet adalah kemampuan tablet untuk mempertahankan sifat fisik berupa penampilan, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan lainlain pada saat penyimpanan (Bajaj dkk., 2012). Uji stabilitas fisik tablet dilakukan dengan cara mengevaluasi sifat fisik tablet setelah tablet disimpan dalam jangka waktu tertentu. Uji stabilitas merupakan parameter penting untuk menentukan suatu formula dapat diterima atau tidak (Bajaj dkk., 2012). 6. Simplex Latice Design Simplex Lattice Design merupakan metode yang digunakan untuk menentukan optimasi formula pada berbagai perbedaan jumlah komposisi bahan (yang dinyatakan dalam beberapa bagian), di mana jumlah totalnya yaitu sama dengan satu bagian. Profil respon dapat ditentukan melalui persamaan berdasarkan Simplex Lattice Design (Bolton,1997). Y = B 1 (A) + B 2 (B) + B 12 (A)(B)... (1) F. LANDASAN TEORI Kolang-kaling memiliki kadar air yang sangat tinggi sebesar 91,17% (Irawan dkk., 2014). sehingga apabila serbuk ekstrak kolang-kaling tidak benarbenar kering maka kandungan air dalam serbuk ekstrak kolang-kaling dapat mempengaruhi granul maupun tablet effervescent yang dihasilkan.

16 Sumber asam yang digunakan merupakan kombinasi dari asam sitrat dan asam tartrat daripada hanya satu macam asam saja. Apabila digunakan asam sitrat tunggal akan menghasilkan campuran lekat dan sukar dibuat granul dan bila asam tartrat sebagai asam tunggal, granul yang dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal (Ansel dkk., 2005). Sumber basa yang digunakan yaitu natrium bikarbonat. Asam sitrat dipilih karena memiliki sifat alir yang baik dan sangat mudah larut dalam air namun kekurangannya ialah sangat higroskopis. Asam tartrat dipilih karena kelarutannya yang lebih tinggi dari asam sitrat (Ansel dkk., 2005). Natrium bikarbonat dipilih sebagai sumber basa karena memiliki kelarutan yang sangat baik dalam air, non higroskopis, dan sifat alirnya baik (Mohrle, 1980). Rasio untuk asam sitrat:asam tartrat:natrium bikarbonat adalah 1:2:3,5 (Ansel dkk., 2005). Kombinasi asam dan basa akan memberikan respon rasa yang enak karena adanya pemanis serta rasa asam dan segar dari gas CO 2. Penelitian Gatiningsih (2008) menunjukkan bahwa meningkatnya konsentrasi asam sitrat pada tablet effervescent menyebabkan semakin cepat waktu alir granul, semakin kecil kerapuhan tablet dan semakin lama waktu larut tablet. Menurut penelitian Aditya (2004) menunjukkan bahwa kombinasi asam sitrat dan asam tartrat menghasilkan tablet effervescent dengan kekerasan yang semakin tinggi sehingga akan berpengaruh terhadap kerapuhan tablet. Kombinasi asam sitrat dengan asam tartrat dapat memperkuat ikatan antar partikel di dalam tablet effervescent, sehingga dapat menghasilkan kekerasan tablet yang baik, di mana tablet tahan terhadap goncangan dan gesekan pada saat pengempaan,

17 pengemasan dan pendistribusian (Candra, 2008). Semakin tinggi kekerasan tablet, maka kerapuhannya akan semakin kecil. Natrium bikarbonat digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet effervescent (Ansel dkk., 2005). Ini berarti peningkatan natrium bikarbonat akan menurunkan waktu larut dari tablet effervescent. Asam sitrat dan asam tartrat memiliki sifat sebagai pengatur ph dan pengawet (Anonim, 2013 a ). Asam sitrat tidak stabil dalam pemanasan dan kelembaban. Sedangkan asam tartrat tidak stabil dalam pemanasan berlebih. Campuran asam sitrat dan asam tartrat dapat menyerap kelembaban (Purwandari, 2007). Selain sebagai sumber karbondioksida, natrium bikarbonat dalam formulasi tablet effervescent juga berfungsi sebagai penstabil karena bersifat nonhigroskopis (Lachman dkk., 1986). Natrium bikarbonat dapat mengalami dekomposisi pada suhu di atas 120 0 C serta pada RH di atas 85%. Natrium bikarbonat akan menyerap air dari lingkungan dan menyebabkan dekomposisi dengan hilangnya karbondioksida sehingga dapat mempengaruhi stabilitas tablet effervescent. Suhu dan RH penyimpanan berpengaruh terhadap kelarutan dari tablet effervescent (Ansar dkk., 2006). Tablet dikatakan memiliki stabilitas fisik yang baik bila setelah penyimpanan sifat fisik tablet masih terdapat di dalam batas parameter standar. G. HIPOTESIS 1. Variasi jumlah asam sitrat, asam tartrat, dan natrium bikarbonat pada formulasi tablet effervescent ekstrak kolang-kaling berpengaruh terhadap sifat fisik granul dan sifat fisik tablet effervescent yang dihasilkan. Peningkatan

18 proporsi asam sitrat dan asam tartrat dapat meningkatkan kekerasan, waktu larut dan rasa dari tablet yang dihasilkan, sedangkan peningkatan natrium bikarbonat dapat meningkatkan waktu alir, densitas massa, kompaktibilitas, dan kerapuhan. Kombinasi asam dan basa menghasilkan rasa yang enak. 2. Asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat dengan perbandingan mendekati 1:2:3,5 akan menghasilkan tablet yang optimum. 3. Tablet effervescent formula optimum yang dihasilkan memiliki stabilitas fisik tablet yang baik berdasarkan sifat fisik tablet effervervescent meliputi : keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu larut dan uji tanggap rasa.