BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional dan pelepasan terkontrol hingga kapsul gelatin keras dan lunak

UNIVERSITAS INDONESIA

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam spesies bakteri yang sebagian merupakan flora oral normal pada

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. (Departemen Kesehatan RI, 2006). Obat ini bekerja pada ginjal dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orally disintegrating tablet (ODT) adalah suatu bentuk sediaan padat

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik melebihi 140

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mual adalah perasaan tidak nyaman di dalam perut yang sering berakhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat, maka akan cepat pula terabsorpsi oleh tubuh. Pembuatan bentuk sediaan ini

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

FORMULASI. Oleh FAKULTAS

UJI PERBANDINGAN PELEPASAN PIROKSIKAM NANOPARTIKEL DAN MIKROPARTIKEL DALAM SEDIAAN ORALLY DISINTEGRATING TABLET (ODT)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bioavailabilitasnya meningkat hingga mencapai F relsl = 63 ± 22 %

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia

BAB I PENDAHULUAN. atau gabungan antara ketiganya (Mangan, 2003). Akhir-akhir ini penggunaan obat

BAB I PENDAHULUAN. mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Depkes RI,

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

APLIKASI METODE RESPON PERMUKAAN DAN GOAL PROGRAMMING UNTUK OPTIMASI SIFAT FISIK DAN MEKANIK TABLET OBAT

PEMBAHASAN. R/ Acetosal 100 mg. Mg Stearat 1 % Talkum 1 % Amprotab 5 %

Sifat fisika kimia - Zat Aktif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tablet merupakan sediaan farmasi yang paling populer di masyarakat

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Domperidone 2.1.1 Sifat fisikokimia Menurut BP (2009), sifat fisikokimia domperidone adalah sebagai berikut: Rumus struktur: Gambar 1 Struktur domperidone Nama Kimia : 5-kloro-1-[1-[3-(2-okso-2,3-dihidro-1H-benzimidazol-1-il) propil]piperidin-4-il]-1,3-dihidro-2h-benzimidazol-2-on Rumus Molekul : C22H24ClN5O2 Berat Molekul : 425,9 Pemerian Kelarutan : Serbuk putih atau hampir putih : Praktis tidak larut dalam air, larut dimetilformamida, sedikit larut etanol (96%) dan metanol. Sebelum kita membicarakan tentang domperidon yang akan menjadi zat aktif dari tablet yang akan kita buat maka terlebih dahulu kita bicarakan mengenai antiemetik. Antiemetik adalah obat yang dapat mengatasi mual dan muntah. Antiemetik biasanya diberikan untuk mengobati penyakit mabuk kendaraan.

2.1.2 Farmakologi Domperidon merupakan antiemetik pilihan pertama di banyak negara. Domperidon menjadi obat antiemetik dengan mekanisme kerja menghambat aksi dopamin dengan menginhibisi dopamin pada reseptornya. Obat ini memiliki afinitas yang cukup kuat pada reseptor dopamin D2 dan D3 yang ditemukan dalam CTZ (Chemoreseptor Trigger Zone) yang berada pada bagian luar sawar darah otak yang meregulasi nausea dan vomit. Domperidon tidak dapat menembus sawar darah otak sehingga tidak menimbulkan gangguan ekstrapiramidal sehingga lebih aman digunakan bila dibandingkan metoklopramid. Domperidon juga efektif dalam mengatasi gastroparesis, gastroesophageal pediatrik (muntah bayi). Saat digunakan secara peroral, domperidon mengalami metabolisme lintas pertama di lambung dan hepatik sehingga menghasilkan bioavailabilitas yang rendah (sekitar 15%) yang artinya pada konsentrasi tersebut tidak akan meminimalisir laju muntah pada pasien (Champion, et al., 1986). Walaupun domperidon dinyatakan lebih aman namun pemberiannya tetap perlu mendapat perhatian khusus terutama karena ternyata domperidon memiliki efek samping dapat merangsang kadar prolaktin plasma yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan galaktore dan ginekomastia. Di samping itu, domperidon dilaporkan dapat menyebabkan reaksi alergi kulit seperti rush dan urtikaria. Domperidon dikontraindikasikan dengan penderita yang hipersensitif dengan domperidon, penderita prolaktinoma dan pada pasien yang mendapat pendarahan, obstruksi mekanik perforasi gastrointestinal saat terdapat serangan motilitas lambung (Champion, et al., 1986).

2.2 Tablet Terdisintegrasi Cepat (Fast Disintegrating Tablet) Rute oral dari pemberian obat memiliki penerimaan yang luas hingga 50%-60% dari keseluruhan bentuk sediaan. Bentuk sediaan padat popular karena mudahnya pemberian, dosis yang akurat, dapat digunakan sendiri, tanpa rasa sakit dan penerimaan pasien lebih baik. Bentuk sediaan padat yang umum adalah tablet dan kapsul; bentuk sediaan ini, bagi beberapa pasien sulit untuk ditelan. Pasien harus banyak minum air untuk menelan bentuk sediaan tersebut. Sering kali pasien merasa tidak nyaman dalam menelan sediaan padat yang konvensional seperti tablet ketika tidak ada air, dan keadaan batuk selama demam, kondisi alergi dan bronkitis. Untuk alasan itulah, tablet yang dapat secara cepat melarut atau terdisintegrasi pada rongga mulut, sangat dibutuhkan. Tablet ini tidak hanya diindikasikan untuk orang-orang yang memiliki kesulitan untuk menelan, tetapi juga dapat digunakan secara umum (Parmar, et al., 2009). Tablet terdisintegrasi cepat juga dikenal sebagai tablet yang meleleh di mulut, tablet orodispersibel, rapid melt, melarut cepat, dan lain-lain. Tablet terdisintegrasi cepat merupakan tablet yang ketika diletakkan pada lidah akan terdisintegrasi secara instan melepaskan obat dan terlarut pada saliva. Semakin cepat obat terlarut, semakin cepat obat diabsorpsi sehingga efek terapi dapat tercapai. Beberapa obat diabsorpsi dari mulut, faring dan esophagus ketika saliva turun menuju perut. Pada beberapa kasus, bioavailabilitas obat lebih besar dibandingkan dengan sediaan tablet konvensional. Keuntungan yang dimiliki tablet terdisintegrasi cepat dikenal dalam industri maupun akademik (Bhowmik, et al., 2009).

2.2.1 Sifat dan karakterisitik umum Tablet terdisintegrasi cepat adalah tablet yang pecah dan cepat larut dalam air liur di dalam mulut selama beberapa detik setelah penempatan di atas lidah. Tablet tedisintegrasi cepat berisi bahan untuk meningkatkan tingkat kehancuran tablet dalam rongga mulut dan dapat berlangsung hingga satu menit untuk menghancurkan sepenuhnya (Bhowmik, et al., 2009). Jenis tablet ini dirancang agar segera hancur di dalam rongga mulut dalam waktu 75 detik atau kurang. Karakteristik tablet terdisintegrasi cepat adalah hancur dalam air liur tanpa perlu adanya bantuan air, stabilitas bagus dalam air liur, sangat ringan dan rapuh, ukuran molekul kecil sampai sedang, perlu penanganan khusus dalam masalah kemasan blister, di mulut terasa nyaman dan rasa halus, rentan terhadap suhu dan kelembapan, ukuran diameter tablet 9-15 mm, kerapatan rendah, porositas tinggi dan tingkat kekerasan yang rendah (Bhowmik, et al., 2009). Obat-obatan yang solid dapat ditingkatkan waktu hancurnya di dalam mulut dengan penambahan bahan yang disebut disintegran (Lieberman, et al., 1989). Disintegran adalah bahan atau campuran bahan tambahan untuk formulasi obat yang memfasilitasi kehancuran tablet menjadi partikel yang lebih kecil dan lebih cepat larut dibandingkan dengan tidak adanya disintegran. Sekelompok disintegran disebut disebut sebagai superdisintegran, umumnya digunakan di tingkat rendah dalam bentuk dosis padat. Contoh superdisintegran adalah croscarmellose, crospovidone dan sodium starch glycolate. Superdisintegran ini sangat dianjurkan untuk mengembangkan formulasi dimana tablet terdisintegrasi dengan cepat dan mudah melarutkan bahan tambahan dalam tablet (Edge,et al., 2002).

Syarat-syarat untuk memenuhi superdisintegran yang baik adalah harus menghasilkan kehancuran yang cepat (hidrofilik) ketika tablet berada di dalam mulut, memenuhi kompatibilitas yang baik, meningkatkan rasa yang nyaman di mulut sehingga kepatuhan pasien meningkat, ukuran partikel kecil lebih diutamakan untuk mencapai flowabilitas (sifat alir) yang baik (Bhowmik, et al., 2009). Kriteria untuk sistem penghantaran obat yang cepat larut adalah tablet yang ada harus: a. Tidak memerlukan air untuk menelan, tetapi harus melarut atau terdisintegrasi dalam mulut pada hitungan detik. b. Kompatibel tanpa menggunakan penutupan rasa. c. Mudah dibawa tanpa adanya resiko kerapuhan. d. Memberikan kenyamanan di mulut (meninggalkan sedikit atau tanpa residu pada mulut setelah pemberian oral). e. Menunjukkan sensitifitas yang rendah terhadap kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembapan. f. Memungkinkan pembuatan tablet menggunakan proses konvensional dan peralatan pengemasan pada harga terendah (Bhowmik, et al., 2009). Karakter dari sistem penghantaran obat terdisintegrasi cepat : a. Mudah diberikan kepada pasien yang tidak dapat menelan, seperti orang tua, penderita stroke, pasien yang menderita gagal ginjal dan pasien yang menolak untuk menelan seperti pasien pediatrik, geriatrik dan psikiatrik. b. Tidak membutuhkan air untuk menelan sediaan, yang mana hal tersebut sangat nyaman untuk pasien yang sedang dalam perjalanan dan tidak memiliki air.

c. Obat terdisolusi dan diabsorpsi secara cepat, yang mana akan menghasilkan onset yang cepat dari aksi. d. Beberapa obat diabsorpsi dari mulut, faring, esophagus ketika saliva turun menuju ke lambung. Hal ini akan menyebabkan bioavailabilitas obat meningkat. e. Absorpsi pregastrik dapat menghasilkan peningkatan bioavailbailitas dan dosis dikurangi; peningkatan terapi sebagai hasil pengurangan dari efek yang tidak diinginkan. f. Rasa yang enak pada mulut sehingga membantu untuk mengubah persepsi bahwa obat itu pahit pada anak-anak. g. Menghindari resiko tersendak pada pemberian oral sediaan konvensional yang mana akan meningkatkan keamanannya. h. Keuntungan pada beberapa kasus seperti saat mabuk, serangan alergi yang tibatiba atau batuk dimana onset obat yang sangat cepat dibutuhkan. i. Peningkatan bioavailabilitas, pada obat-obatan yang tidak larut dan hidrofobik, terkait dengan disintegrasi dan disolusi yang cepat dari tablet ini. j. Stabilitas untuk waktu yang sama, sejak diproduksi hingga dikomsumsi, sehingga mengkombinasikan keuntungan stabilitas dari sediaan padat dan bioavailabilitas dari sediaan cair (Biradar, et al., 2006). 2.2.2 Orally disintegrating tablet Orally Disintegrating Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung bahan aktif obat yang hancur atau melarut dengan cepat dalam waktu kurang dari 3 menit ketika diletakkan di atas lidah. Untuk proses ini, jumlah air ludah yang sedikit telah cukup untuk memungkinkan terjadinya disintegrasi tablet. Oleh karena itu tidak diperlukan air untuk menelan obat, pasien

dapat memakan obat tanpa minum air. Hal ini tentu akan mempermudah dan meningkatkan kepatuhan pasien pediatri maupun geriatri dalam penggunaan obat. Selain itu, sejumlah bagian obat juga mungkin diabsorpsi di daerah pre-gastrik seperti mulut, faring dan esofagus ketika air ludah turun ke lambung, sehingga ketersediaan hayati obat akan meningkat dan pada akhirnya juga meningkatkan efektivitas terapi (Verma, 2001). ODT menawarkan kemudahan bagi pasien yang mengalami kesulitan menelan (dysphagia) terutama pasien pediatri dan geriatri serta untuk pasien yang sedang berlibur dan menempuh perjalanan jauh di mana air minum mungkin sulit diperoleh (Verma, 2001). Oleh karena pemberian ODT berbeda dari pemberian tablet konvensional, maka ODT harus memiliki atau mempertahankan beberapa persyaratan atau karakteristik sebagai berikut: a. Disintegrasi yang cepat. Secara umum, hal ini berarti bahwa disintegrasi tablet ODT harus terjadi dalam waktu kurang dari 3 menit. Namun demikian, akan lebih disukai bila disintegrasi terjadi secepat mungkin di dalam rongga mulut. b. Penutupan rasa dari senyawa aktif. Hal ini dikarenakan obat ODT akan melarut atau mengalami disintegrasi di dalam mulut. Setelah melarut, sediaan diharapkan tidak atau sedikit meninggalkan residu. Rasa yang enak di mulut kemudian menjadi persoalan yang kritis. c. Kekerasan dan porositas tablet yang optimal. Oleh karena ODT dirancang memiliki waktu disintegrasi/disolusi yang cepat, dibutuhkan zat tambahan dengan derajat keterbasahan yang tinggi dan struktur tablet dengan porositas yang tinggi guna memastikan absorpsi air yang cepat ke dalam tablet.

d. Sensitifitas yang rendah terhadap suhu dan kelembapan. ODT seringkali sensitive terhadap kelembapan, hal ini dikarenakan zat tambahan dengan kelarutan dalam air yang tinggi banyak digunakan dalam formulasi ODT, sangat rentan terhadap kelembapan (Verma, 2001). Kelebihan dan kekurangan formulasi ODT ODT memiliki semua kelebihan dari bentuk sediaan solida, antara lain: stabilitas yang baik, ketepatan dosis, kemudahan produksi, ukuran pengemasan yang kecil dan praktis dibawa berpergian. ODT juga memiliki kelebihan lain seperti kemudahan penggunaan obat, tidak ada resiko sesak nafas (tersendak) akibat obstruksi fisik di tenggorokan, kecepatan absorpsi dan onset obat yang cepat, serta ketersediaan hayati yang tinggi (Fu, et al., 2004). Di samping berbagai kelebihan obat, banyak sediaan ODT memiliki kekurangan dalam hal keterbatasan jumlah obat yang dapat diformulasi setiap unit dosisnya. Selain itu, terkait sifat bentuk sediaan ODT yang rapuh (fragile), diperlukan pengemasan khusus yang mana tentu akan menambah biaya produksi (Fu, et al., 2004). 2.2.3 Teknologi formulasi tablet terdisintegrasi cepat Beberapa teknik telah dilaporkan untuk formulasi dari tablet cepat larut atau tablet orodispersibel antara lain (Allen dan Wang, 1997): a. Freeze drying b. Tablet moulding c. Spray drying d. Sublimation e. Direct compression

2.2.3.1 Freeze drying Freeze-Drying merupakan proses dimana air disublimasi dari produk setelah dibekukan. Teknik ini menciptakan suatu struktur amorf berpori yang dapat melarut dengan cepat (Lailla, 1997). Bahan aktif dilarutkan atau didispersikan dalam suatu larutan sebagai carrier/polimer. Campuran ini ditimbang lalu dituang pada dinding kemasan blister. Kemasan blister dilewatkan pada saluran pembeku nitrogen cair untuk membekukan larutan obat. Kemudian kemasan blister beku diletakkan pada lemari pembeku untuk melanjutkan pengeringan beku. Setelah pengeringan beku selesai, aluminium foil digunakan pada mesin penutupan/penyegelan blister. Terakhir blister dikemas dan didistribusikan (Renon, 2000). Teknik kering beku menunjukkan peningkatan absorpsi dan meningkatkan bioavailabilitas. Kekurangan utama dari teknik liofilisasi adalah mahal dan membutuhkan waktu yang lama; kerapuhan membuat kemasan konvensional tidak sesuai untuk produk ini dan stabilitas buruk pada kondisi di bawah tekanan (Bhowmik, et al., 2009). 2.2.3.2 Tablet moulding Proses pencetakan terdiri dari dua tipe, yaitu metode pelarutan dan metode pemanasan. Metode pelarutan termasuk serbuk yang dibasahi dengan pelarut hidro alkohol yang diikuti dengan kompresi dengan tekanan yang rendah pada piringan pencetak untuk mendapatkan massa yang terbasahi. Pelarut kemudian dihilangkan dengan pengeringan udara. Tablet yang dibuat dengan cara ini kurang padat dibandingkan dengan tablet kompresi dan memiliki struktur pori di dalamnya. Proses pencetakkan panas dibuat dari suspensi yang mengandung obat, dan suspense dituang pada sumuran kemasan blister, pemadatan agar pada temperatur kamar hingga membentuk gel dan pengeringan pada suhu 30 o C di

bawah kondisi vakum. Kekuatan mekanik dari tablet cetak menjadi perhatian utama. Bahan pengikat yang dapat meningkatkan kekuatan mekanis dari tablet, perlu untuk ditambahkan. Penutupan rasa merupakan masalah utama dalam teknologi ini. Partikel penutupan rasa dari obat yang dibuat dengan cara penyemprotan suatu campuran dari minyak biji kapas terhidrogenasi, natrium karbonat, lesitin dan polietilen glikol. Dibandingkan dengan teknik liofilisasi, tablet yang diproduksi dengan teknik pencetakkan lebih mudah pada pembuatan skala industri (Bhowmik, et al., 2009). 2.2.3.3 Spray drying Pada teknik ini, gelatin dapat digunakan sebagai bahan pendukung dan sebagai matriks, maltodekstrin sebagai bahan pengisi dan sodium starch glycolate dan crosspovidone digunakan sebagai superdisintegran, Tablet yang dibuat dari serbuk semprot kering telah dilaporkan dapat terdisintegrasi dalam waktu kurang dari 20 detik dalam medium berair. Serbuk semprot kering ini yang dikompresi menjadi tablet menunjukkan disintegrasi secara cepat dan meningkatkan disolusi (Bhowmik, et al., 2009). 2.2.3.4 Sublimation (sublimasi) Untuk mendapatkan matriks berpori, bahan-bahan volatil ditambahkan pada formulasi yang kemudian akan diproses dengan sublimasi. Bahan yang sangat mudah menguap seperti ammonium bikarbonat, ammonium karbonat, kampora dan urea dapat dikompresi bersama eksipien lainnya hingga membentuk tablet. Bahan volatil ini kemudian dihilangkan dengan sublimasi dan akan meningkatkan matriks yang berpori. Tablet yang dihasilkan dengan teknik ini dilaporkan biasanya terdisintegrasi dalam waktu 10-20 detik (Bhowmik, et al., 2009).

2.2.3.5 Direct compression (kempa langsung) Direct compression menunjukkan teknik pembuatan tablet yang paling sederhana dan hemat biaya. Teknik ini diterapkan pada pembuatan tablet cepat hancur karena avaibilitas dari eksipien terutama superdisintegran (Bhowmik, et al., 2009). 2.3 Superdisintegran Pada beberapa teknologi tablet terdisintegrasi oral berdasarkan kempa langsung, penambahan superdisintegran dasarnya mempengaruhi laju disintegrasi dan mempercepat disolusi (Bhowmik, et al., 2009). Gaya antarmolekul mendominasi terjadinya water uptake. Ketika suatu cairan dengan konstanta dielektrik yang cocok menggantikan udara dalam partikel tablet, ikatan antarmolekul melemah dan hancur. Cairan berpenetrasi ke dalam tablet sehingga ikatannya melemah dan tablet cepat hancur (Ferrari et al., 1996). Ada 4 mekanisme kerja utama dari superdisintegran, yaitu: 1. Mengembang (swelling) Mungkin mekanisme yang secara luas diterima untuk tablet terdisintegrasi adalah pengembangan. Tablet dengan porositas yang tinggi menunjukkan disintegrasi yang buruk terkait dengan kurangnya kemampuan untuk mengembang. Di samping itu, kemampuan mengembang yang cukup berada pada tablet dengan porositas yang rendah (Bhowmik, et al., 2009). 2. Porositas dan kapilaritas (wicking) Disintegrasi dengan aksi kapilaritas merupakan tahapan pertama. Ketika kita meletakkan tablet kepada medium cair yang sesuai, medium akan berpenetrasi ke dalam tablet dan menggantikan udara yang ada pada partikel, yang mana akan melemahkan ikatan intermolekuler dan merusak tablet menjadi ukuran

yang halus. Pengambilan air oleh tablet berhgantung pada hidrofilisitas dari obat/eksipien dan kondisi saat penbuatan. Untuk tipe ini disintegran menjaga struktur pori dan menurunkan tegangan antar muka kepada cairan yang penting untuk membantu proses disintegrasi dengan menciptakan suatu jaringan hidrofilik di sekitar partikel obat (Bhowmik, et al., 2009). 3. Disintegrasi partikel Mekanisme lain dari disintegran dapat dijelaskan pada tablet yang dibuat dengan disintegran yang tidak mengembang. Guyot-Hermann mengajukan suatu teori repulsif partikel berdasarkan penelitian dari partikel yang tidak bisa mengembang juga menyebabkan tablet terdisintegrasi. Gaya elektrik repulsif antara partikel merupakan mekanisme dari disintegrasi dan air dibutuhkan untuk hal itu. Peneliti menemukan bahwa repulsi merupakan kejadian yang menyebabkan wicking (Bhowmik, et al., 2009). 4. Deformasi Selama pengempaan tablet, partikel yang terdisintegrasi mengalami deformasi dan partikel deformasi ini menjadi struktur normalnya ketika terjadi kontak dengan media cair atau air. Biasanya, kapasitas pengembangan dari amilum meningkat ketika granul mengalami deformasi selama pengempaan. Peningkatan ukuran dari partikel yang mengalami deformasi dan merusak tablet. Hal inilah yang mungkin menjadi mekanisme dari amilum dan masih memerlukan penelitian lebih lanjut (Bhowmik, et al., 2009).