BAB IV PENUTUP. pembahasan tentang mengkritisi implementasi Ensiklik Evangelium Vitae

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN UKDW

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban.

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA DAN IMPLEMENTASI - JABARAN KODE ETIK

Kode etik perawat. Profesi moral community : Cita-cita dan nilai bersama. Anggota profesi disatukan oleh latar belakang pendidikan yg sama Profesi mem

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan atau laba. Untuk mencapai tujuan itu, perusahaan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

Moral Akhir Hidup Manusia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR Nomor : 12/Kpts/SM.140/J.4.5/IV/2013

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Rahasia medis menjadi salah satu unsur terpenting. dalam hubungannya antara dokter dengan pasien.

ETIKA PROFESI DAN KODE ETIK KONSULTAN PAJAK INDONESIA. Oleh Bambang Kesit PROGRAM MAKSI-PPAK FE-UII YOGYAKARTA 2010

Apoteker di dalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker.

BAB II PENGATURAN MENGENAI MALPRAKTEK YANG DILAKUKAN OLEH BIDAN. 1. Peraturan Non Hukum (kumpulan kaidah atau norma non hukum)

KODE ETIK PUBLIC RELATIONS (HUMAS RUMAH SAKIT)

APLIKASI ETIKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

ASPEK LEGAL DAN ETIK DALAM DOKUMENTASI KEPERAWATAN

KODE ETIK GURU INDONESIA

ETIKA PROFESI SATPAM

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 397/F/Unbrah/VIII/2013 KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

ETIKA PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT

Bagian Tiga Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional Pasal 5

PEDOMAN KOMITE DISPLIN DOSEN FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

BAB 4 PENUTUP. pengguna Sterilisasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon.

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI

ETIKA AKADEMIK. Program Studi D3 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan

Dari uraian diatas kelompok merasa tertarik untuk menguraikan konsep penanganan masalah bioetik disertai dngan studi kasus. B.

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang belum lahir atau orang yang terpidana mati. 1

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

BAB IV. Refleksi Teologis

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia,

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

PROGRAM I-MHERE. INDONESIA-Managing Higher Education for Relevance and Efficiency (I-MHERE) Project Sub Component B.2a DOKUMEN

PROFESI. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

Kode Etik PNS. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil adalah pernyataan kesanggupan untuk melakukan suatu keharusan atau tidak melakukan suatu larangan.

SUBSTANSI DAN KONTEN NILAI DASAR, KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN

Piagam Audit Internal. PT Astra International Tbk

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

bagi kehidupan modern, khususnya bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

RAHASIA KEDOKTERAN. Dr.H Agus Moch. Algozi, SpF, DFM. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga PENDAHULUAN

KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2007

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 61/KEP/UDN-01/VI/2007. tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

HERU SASONGKO, S.FARM.,APT.

PERATURAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 01/17/PDK/XII/2012 TENTANG KODE ETIK OTORITAS JASA KEUANGAN

PERATURAN REKTOR INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER NOMOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

standar profesi medis

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KODE ETIK GURU INDONESIA. Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd.

KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2017, No profesi harus berlandaskan pada prinsip yang salah satunya merupakan kode etik dan kode perilaku; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN AKTIVITAS INSTRUKSIONAL

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG KODE ETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sumpah Dokter SAYA BERSUMPAH BAHWA :

SOSIALISASI KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KAB.BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 13 Tahun : 2014

KODE ETIK PANITERA DAN JURUSITA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Aspek Etik dan Hukum Kesehatan

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

B A B V P E N U T U P

2013, No Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

PENGERTIAN DAN CONTOH PENERAPAN ASPEK LEGAL ETIK DALAM KEPERAWATAN ANESTESI. Disusun untuk Memenuhi Tugas Etika dan Aspek Legal

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepustakaan dan hasil studi kepustakaan mengenai Dokumen Gerejawi

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian melalui studi kepustakaan dan pembahasan tentang mengkritisi implementasi Ensiklik Evangelium Vitae sebagai pedoman bioetika bagi tenaga kesehatan Katolik dalam perspektif kehidupan awal manusia dan dalam perspektif pelayanan kesehatan dapat disimpulkan secara garis besar demikian: 1. Evangelium Vitae sebagai pedoman bioetika bagi tenaga kesehatan Katolik Sebagai intinya bahwa dalam Ensiklik Evangelium Vitae pada nomor 69, berisi pernyataannya sebagai berikut: Tanggung jawab istimewa ada pada tenaga-tenaga pelayan kesehatan: para dokter, karyawan-karyawati apotik, para perawat, kapelan-kapelan rumah sakit, religius wanita maupun pria, para administrator dan sukarelawansukarelawati. Profesi mereka mengundang mereka menjadi pelindung dan abdi hidup manusiawi. Dalam konteks budaya dan sosial zaman sekarang, sementara ilmu pengetahuan dan praktek pengobatan menghadapi risiko melalaikan dimensi etis yang inheren padanya, para ahli pelayan kesehatan adakalanya menghadapi godaan kuat memanipulasi hidup, atau bahkan menjadi pembawa maut. Menghadapi tanggung jawab mereka, dewasa ini makin bertambah berat. Inspirasinya yang terdalam dan dukungannya cxix

yang paling kuat terletak pada dimensi etis yang intrinsik dan pantang disangkal pada profesi reksa kesehatan. Hal itu sudah diakui oleh Sumpah Hippokrates yang sudah kuno namun tetap relevan, yang menuntut komitmen setiap dokter untuk secara mutlak menghormati hidup manusiawi beserta sifat keramatnya. Itulah sebabnya ensiklik Evangelium Vitae dengan isinya yang sarat dengan pesan moral etika hidup (bioetika) dan bagaimana penerapannya, maka ensiklik ini menjadi tepat sebagai pedoman bioetika atau etika hidup bagi para tenaga kesehatan Katolik yang melalui profesinya mereka dipanggil untuk menjaga dan membela kehidupan. 2. Tanggung Jawab Tenaga Kesehatan dalam Kehidupan awal manusiadan dalam pelayanan kesehatan Tenaga kesehatan yang merupakan tenaga profesi yang diakui oleh masyarakat, maka dalam melaksanakan tanggung jawabnya, mereka harus mewujudkan norma-norma sosial yang berlaku. Norma sosial yang pasti dihidupi oleh para tenaga kesehatan adalah norma moral yang ada pada kode etik profesi dan norma hukum yaitu ketentuan yang tendapat pada peraturan perundang-undangan yang secara langsung atau tidak mengatur tentang tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan. Di samping norma moral dan norma hukum, tenaga kesehatan juga bertanggung jawab mengimplemetasikan semangat atau ajaran iman kepercayaan yang dimilikinya sebagai dasar dalam mewujudkan praktik pelayanannya. cxx

Tugas dan tanggung jawab sebagai tenaga kesehatan dalam perspektif kehidupan awal dan pelayanan kesehatan, baik menurut Gereja maupun undang-undang adalah pertama-tama menjunjung tinggi martabat hidup manusia. Hal yang paling utama terhadap kehidupan awal adalah mendukung kehidupan yang telah dimulai secara alami hasil buah pertemuan sel sperma dan sel telur dari suami istri yang sah itu sendiri dan selanjutnya turut menjaga kehidupan tersebut sampai pada saatnya kehidupan baru dilahirkan melalui praktik profesinya. Tugas dan tanggung jawabnya tidak berhenti sampai pada saat manusia baru terlahir, namun dalam seluruh rentang hidup sesuai dengan wewenangnya. 3. Ensiklik Evangelium Vitae dengan berbagai perundang-undangan yang mengatur tenaga kesehatan dan tanggung jawabnya dalam kehidupan awal manusia serta pelayanan kesehatan Tenaga kesehatan Katolik yang dalam melaksanakan tugas profesinya berpedoman pada ensiklik Evangelium Vitae, maka secara teguh juga berpegang pada hukum positif Gereja yakni Kitab Hukum Kanonik. Hukum utama yaitu menjunjung tinggi nilai hidup manusia sebagai perwujudan perintah Allah jangan membunuh. Maka setiap tenaga kesehatan Katolik dalam melaksanakan pelayanannya pertamatama adalah demi menjunjung tinggi nilai hidup manusia. Namun, menjunjung tinggi nilai martabat hidup manusia bukan melulu tugas tenaga kesehatan Katolik, melainkan tugas dan tanggung jawab dari semua tenaga kesehatan dan dalam unit pelayanan kesehatan. cxxi

Gereja dalam hal ini melalui Ensiklik Evangelium Vitae yang membawa misi membela kehidupan melalui para tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan, berdampingan dengan peraturan perundangundangan yang mengatur para tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan. Peraturan perundang-undangan tersebut, pada umumnya memiliki tujuan yang sama yakni demi membela kehidupan dan menjunjung tinggi martabat hidup manusia. Namun, tidak sedikit pula peraturan perundang-undangan yang tampak dari luar demi membela kehidupan, tetapi di dalamnya ada keprihatinan yang dirasakan oleh Gereja. Keprihatinan itu adalah, beberapa peraturan yang mengarah kepada unsur melegalkan berbagai tindakan yang merendahkan martabat hidup manusia bahkan merebut hak hidup manusia itu sendiri. Jadi keprihatinan Gereja yang tertuang dalam Ensiklik Evangelium Vitae memang memiliki dasar yang kuat. Hal tersebut nyata. Martabat atau nilai hidup manusia yang tinggi semakin hari semakin pudar karena ulah manusia itu sendiri bahkan dibungkus oleh peraturan yang dari luar kelihatan sebagai acuan yang dapat membawa kepada keadilan dan kebenaran, tetapi realitanya ada bentuk-bentuk kekejaman yang secara halus dilakukan terhadap hidup manusia. Di antaranya adalah legalitas tindakan aborsi. Itulah kekejaman dan ketidakadilan yang dilakukan kepada manusia yag paling lemah, maka benar kecaman Gereja terhadap tindak kejahatan aborsi sebagai kejahatan yang paling kejam atau durhaka, sehingga pantas mendapat sanksi yang berat. cxxii

B. SARAN Saran yang ingin disampaikan, adalah sebagai berikut: 1. Bagi Gereja Katolik melalui para pemimpin Gereja yang memiliki tanggung jawab terhadap seluruh umat, apabila ada pedomanpedoman penting yang memiliki pesan moral serta ajaran khusus bagi pihak-pihak tertentu kiranya dapat disosialisasikan lebih jauh sehingga sampai pada sasaran. Sebagaimana halnya dengan Ensiklik Evangelium Vitae yang sangat penting diketahui dan dipahami maknanya oleh para tenaga kesehatan Katolik, maka Gereja perlu mencari cara dan bentuk yang tepat untuk memberikan pemahaman khususnya kepada tenaga kesehatan Katolik. 2. Bagi unit pelayanan kesehatan Katolik kiranya Ensiklik Evangelium Vitae atau Injil Kehidupan ini adalah tepat sebagai pedoman bioetik bagi para tenaga kesehatan di unit pelayanan. Oleh karena itu, setiap unit pelayanan kesehatan Katolik sebaiknya membentuk komite etik dan hukum dengan berpedoman pada ajaran moral Gereja yang mendukung di antaranya adalah Ensiklik Evangelium Vitae. 3. Bagi para tenaga kesehatan Katolik, agar senantiasa memiliki kesadaran akan tugas dan tanggung jawabnya dalam membela dan menjunjung tinggi martabat hidup manusia melalui profesinya. Untuk itu, para tenaga kesehatan Katolik harus selalu berusaha mengembangkan nilai profesinya bukan hanya melalui ilmu pengetahuan dan keterampilan saja. Mereka juga hendaknya selalu cxxiii

berupaya mempertajam kepekaan hati nurani agar dalam melaksanakan tanggung jawabnya, selain setia kepada undangundang, tetapi juga selalu memegang teguh nilai moral dan etika profesi. Dengan demikian pelayanan mereka sungguh-sungguh membawa misi Gereja yakni menjadi saksi hidup Kristiani. 4. Bagi institusi pendidikan kesehatan Katolik, kiranya dalam pemberian materi perkuliahan, semakin ditingkatkan pula pemberian materi tentang nilai-nilai hidup dan norma-norma yang mendukung, agar sejak awal telah tertanam dalam tanggung jawab profesinya yang dilandasi ajaran rohani atau moral serta etika sehingga setelah selesai studi mereka mampu berpegang teguh pada janji profesi. 5. Bagi keluarga-keluarga Kristiani, agar mulai menanamkan pendidikan etika dan moral dalam kehidupan sehari-hari sebagai dasar utama setiap pribadi memahami tentang apa yang baik dan buruk serta apa yang benar dan salah, sehingga ketika menginjak dewasa terbiasa melakukan pertimbangan yang benar dalam mengambil keputusan. 6. Bagi Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS), agar program pro-life melalui Komisi JPIC (Justice, Peace and Integrity of Creation) atau Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan supaya semakin dikelola secara profesional dan lebih banyak lagi melakukan kerja sama dengan kelompok JPIC dalam keluarga besar Fransiskan agar keterlibatan Kongregasi menjadi pembela dan pendukung kehidupan cxxiv

semakin nyata. Khususnya dalam menyelamatkan para bayi dan para lanjut usia yang terlantar. 7. Bagi Universitas Katolik Soegijapranata secara khusus Program Hukum Kesehatan, kiranya baik kalau memasukan materi kuliah moral Gereja dengan dokumen yang disediakan oleh Gereja Katolik secara lebih luas. Banyak dokumen Gerejawi yang menjadi pedoman dalam pelayanan kesehatan terkait dengan pendidikan moral yang dibahas oleh para peneiliti sebagai acuan, tetapi tidak dibahas dalam perkuliahan Program Hukum Kesehatan. Dokumen-dokumen itu sangat kaya dengan nilai-nilai hidup yang dapat diterima secara universal. Sebagai nara sumber bisa menggunakan para rohaniwan yang ahli dalam bidang moral sosial dan moral Gereja. 8. Bagi Pemerintah, perlu meninjau kembali Pasal 35 sampai 37 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi yang cenderung melegalkan tindak aborsi dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2016 tentang Pelatihan dan Penyelenggaraan Aborsi Atas Indikasi Kedarutan Medis dan Kehamilan Akibat Perkosaan. Peraturan tersebut terkesan menjadikan tenaga kesehatan profesional melakukan aborsi yang merupakan tindak kejahatan yang kejam, baik dipandang secara moral umum terlebih oleh Gereja. Apapun bentuknya tindakan aborsi yang disengaja, Gereja tidak pernah akan membenarkan. cxxv